• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

I NDEKS P EMBANGUNAN M ANUSIA

2013

Visi:

Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua

Nilai-nilai Inti BPS:

Profesional Integritas Amanah

BADAN PUSAT STATISTIK

BPS KABUPATEN WONOSBO

(2)

A PENDAHULUAN

Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua

(3)

Latar Belakang

 Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai

fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

 Pengalaman pada dekade tersebut menunjukkan adanya tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya.

 Pada tahun 1991 Bank Dunia menerbitkan laporannya yang menegaskan bahwa “tantangan utama pembangunan....adalah memperbaiki kualitas kehidupan”. (World Development Report)

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional

yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan istitusi-institusi nasional.

 Konsep pembangunan manusia muncul untuk memperbaiki kelemahan konsep pertumbuhan ekonomi karena selain memperhitungkan aspek pendapatan juga memperhitungkan aspek kesehatan dan pendidikan.

1 1

(4)

 Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya.

Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, bukan alat dari pembangunan.

 Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif (UNDP).

Partisipasi dalam proses pembangunan

• Perumusan kebijakan: advokasi, isu prioritas: pro-poor

• Perencanaan: anggaran bidang sosial, tujuan dan sasaran yang jelas dan terarah => input

• Implementasi: partisipasi dalam program => proses

• MONEV: dilihat manfaat dan dampak kebijakan

Pembangunan Manusia

2 2

(5)

Pembangunan Manusia: Sebuah Paradigma

3

Produktivitas

Masyarakat harus dapat meningkatkan produktivitas mereka dan berpartisipasi secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia.

1 2 Pemerataan

Masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan yang adil.

Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari

kesempatan-kesempatan ini.

Berkelanjutan

Akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan tidak hanya untuk

generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Segala bentuk pemodalan – fisik, manusia, lingkungan hidup – harus dilengkapi.

3 4 Pemberdayaan

Pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat, dan bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-proses yang memengaruhi

kehidupan mereka.

Sumber: Human Development Report

3

(6)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup

manusia (masyarakat/penduduk).

 IPM merupakan indeks daya saing karena bisa dibandingkan antarwaktu dan antarwilayah.

 IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR) → tahun 2010 dan 2011 dilakukan penyempurnaan metodologi.

 Dipilih tiga aspek pembangunan manusia yang paling mendasar yaitu:

Longevity (umur panjang dan sehat)

• Knowledge (pengetahuan)

Decent living Standard (standard hidup layak)

Definisi IPM

4 4

(7)

 Masih diperdebatkan sebagai indikator kinerja pembangunan

• hanya meliputi 3 aspek

• apakah ketiga indikator tersebut sudah bisa mengambarkan pembangunan manusia secara komprehensif?

• daya beli merupakan indikator input/proses bukan indikator dampak

 Mengabaikan disparitas gender

Keterbatasan IPM

5 5

(8)

 UNDP mengkategorikan dalam 3 tingkat .

– Kategori Rendah ( 0-49 ) – Kategori menengah

• Menengah Bawah ( 50-65)

• Menengah Atas (66-79) – Kategori Tinggi (80-100

)

KATEGORI IPM

6 6

(9)

KOMPONEN IPM

7

Dimensi Umur

Panjang Pengetahuan Kehidupan layak

Indikator

Angka harapan hidup saat

lahir

Angka melek huruf

(Lit)

Rata-rata lama sekolah

(MYS)

Paritas daya beli (PPP)

   

Indeks Dimensi

Indeks Harapan

Hidup

Indeks Pendidikan Indeks Pendapatan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

7

(10)

 ANGKA HARAPAN HIDUP (Eo)

– Angka ini merupakan gambaran rata-rata umur yang mungkin dapat dicapai seorang bayi yang baru lahir.

– Metode yang digunakan adalah Metode Brass berdasarkan dua data dasar yang diperoleh dari

Survei Sosial Ekonomi Nasional, yaitu rata-rata jumlah anak yang lahir hidup dan rata-rata jumlah anak yang masih hidup yang dilaporkan dari tiap kelompok

ibu-ibu umur 15-49 tahun

– Nilai minimal E0=25 maksimal=85

KOMPONEN IPM

8 8

(11)

 ANGKA HARAPAN HIDUP (Eo)

 

KOMPONEN IPM

9

I= Indeks

X= Angka Harapan hidup Min.x= E0 minimal =25 Max.x=Eo maksimal =85

9

] .

. [

] .

[

) , ( )

, (

) , ( )

, ( )

, (

j i j

i

j i j

i j

i

Max X Min X

X Min I X

= −

(12)

 ANGKA HARAPAN HIDUP (Eo)

 Angka Harapan Hidup Kabupaten Wonosobo

Sumber data: BPS

KOMPONEN IPM

10

Tahun E0 Indek

(1) (2) (3)

2006 69.00 0.733

2007 69.20 0.737

2008 69.49 0.742

2009 69.74 0.746

2010 69.98 0.750

2011 70.23 0.754

2012 70.48 0.758

2013 70.58 0.760

(13)

Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah

Dua indikator pendidikan yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah diharapkan mencerminkan tingkat pengetahuan dan

keterampilan penduduk. Makin banyak

masyarakat yang melek huruf dan makin lama mengikuti pendidikan sekolah diharapkan akan makin meningkatkan kualitas masyarakat dalam penguasaan pengetahuan maupun keterampilan yang dimiliki

KOMPONEN IPM

11

(14)

Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah

IP=indeks Pendidikan

Indeks (lit)=indeks Angka melek huruf

Indeks MYS= indeks rata-rata lama sekolah

KOMPONEN IPM

6

IP= 2/3 x Indeks (lit)+1/3 indeks MYS

12

(15)

INDEKS PENDIDIKAN KABUPATEN WONOSOBO Tahun AMH Indeks

MYS Indeks Indeks

AMH MYS Pendidika

n

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2006 88.90 0.89 6.00 0.40 0.73

2007 88.90 0.89 6.10 0.41 0.73

2008 88.91 0.89 6.11 0.41 0.73

2009 89.27 0.89 6.27 0.42 0.73

2010 90.47 0.90 6.27 0.42 0.74

2011 91.16 0.91 6.55 0.44 0.75

2012 91.43 0.91 6.56 0.44 0.76

2013 92.30 0.92 6.56 0.44 0.76

Sumber Data: BPS

KOMPONEN IPM

6 13

(16)

PARITAS DAYA BELI

PPP (Purchasing Power Parity)

Komponen Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity/PPP) memberikan gambaran tentang

kemampuan masyarakat dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Semakin

meningkatnya pendapatan seseorang diharapkan paritas daya belinya makin meningkat pula

Indeks PPP= ( PPP – 360 ) (732.72-300)

KOMPONEN IPM

6 14

(17)

KOMPONEN IPM

6

INDEKS PPP KABUPATEN WONOSOBO

Tahun PPP

(ribu) indeks PPP

(1) (2) (3)

2006 621.00 0.60 2007 628.70 0.62 2008 626.77 0.62 2009 629.26 0.62 2010 629.76 0.62 2011 630.26 0.62 2012 632.71 0.63 2013 635.33 0.64 Sumber Data: BPS

15

(18)

Indeks X1=Indeks Harapan Hidup

Indeks Harapan Hidup

Indeks X2=Indeks Pendidikan

Angka Melek huruf

MYS

Indeks X3= Indeks Pendapatan

Paritas Daya Beli

PENGHITUNGAN IPM

6

IPM=1/3(indek s X1 + Indeks X2+ Indeks X3)x100

16

(19)

PENGHITUNGAN IPM

6

INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN WONOSOBO Tahun Angka Harapan

Hidup Angka Melek

Huruf Rerata Lama

sekolah PPP IPM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2006.00 69.00 88.90 6.00 621.00 68.75

2007.00 69.20 88.90 6.10 628.70 69.53

2008.00 69.49 88.91 6.11 626.77 69.55

2009.00 69.74 89.27 6.27 629.26 70.08

2010.00 69.98 90.47 6.27 629.76 70.52

2011.00 70.23 91.16 6.55 630.26 71.06

2012.00 70.48 91.43 6.56 632.71 71.45

2013.00 70.58 92.30 6.56 635.33 71.90

Sumber data: BPS

17

(20)

IPM KABUPATEN WONOSOBO

6

Kode Provinsi

Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah

Pengeluaran per Kapita

Disesuaikan IPM Peringkat IPM Reduksi Shortfall

(tahun) (persen) (tahun) (ribu rupiah PPP)

2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012-2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

3300 JAWA TENGAH 71.71 71.97 90.45 91.71 7.39 7.43 643.53 646.44 73.36 74.05 15 16 2.56

3301 Cilacap 71.43 71.63 91.49 91.97 6.87 7.06 639.78 642.66 72.77 73.34 21 21 2.11

3302 Banyumas 69.83 70.23 94.24 94.77 7.79 7.80 641.78 645.54 73.33 73.96 17 16 2.37

3303 Purbalingga 70.68 71.08 93.52 93.78 7.23 7.23 638.41 641.63 72.97 73.49 19 20 1.96

3304 Banjarnegara 69.36 69.56 88.49 89.02 6.35 6.36 641.53 644.06 70.70 71.13 33 34 1.46

3305 Kebumen 69.43 69.73 91.54 91.78 6.93 6.93 641.78 644.00 71.86 72.25 24 26 1.38

3306 Purworejo 71.04 71.44 92.79 93.53 7.93 8.02 638.51 641.04 73.53 74.18 15 13 2.45

3307 Wonosobo 70.48 70.58 91.43 92.30 6.56 6.56 632.71 635.33 71.45 71.90 31 31 1.57

3308 Magelang 70.23 70.63 93.31 93.64 7.55 7.55 641.45 644.48 73.14 73.67 18 18 1.97

3309 Boyolali 70.49 70.71 87.97 88.12 7.43 7.46 634.86 637.53 71.50 71.88 28 32 1.35

3310 Klaten 71.84 72.16 89.93 90.01 8.31 8.33 649.49 652.61 74.46 74.91 10 11 1.76

3311 Sukoharjo 70.36 70.64 90.73 91.36 8.53 8.82 652.39 654.95 74.21 74.91 11 10 2.73

3312 Wonogiri 72.42 72.82 84.32 84.60 6.65 6.71 653.07 655.31 72.59 73.09 22 23 1.83

3313 Karanganyar 72.36 72.56 88.95 90.32 8.27 8.27 651.05 654.01 74.62 75.27 9 7 2.54

3314 Sragen 72.95 73.05 84.41 84.49 7.22 7.34 633.90 637.91 71.85 72.31 25 25 1.65

3315 Grobogan 70.05 70.45 90.94 91.78 6.83 6.86 638.68 640.93 71.77 72.37 26 24 2.13

3316 Blora 71.48 72.02 85.06 85.46 6.46 6.55 645.28 647.35 71.49 72.10 29 28 2.16

3317 Rembang 70.34 70.64 91.37 92.07 7.05 7.30 646.90 649.63 72.81 73.53 20 19 2.65

3318 Pati 72.95 73.05 87.61 89.56 7.01 7.04 652.22 655.69 73.81 74.58 12 12 2.97

3319 Kudus 69.73 69.83 93.74 94.16 8.49 8.49 642.02 645.15 73.69 74.09 13 15 1.49

3320 Jepara 71.13 71.23 93.29 94.26 7.58 7.70 639.89 642.98 73.54 74.13 14 14 2.25

3321 Demak 71.95 71.95 92.54 93.09 7.62 7.62 635.62 638.22 73.52 73.85 16 17 1.22

3322 Semarang 72.60 72.90 94.20 94.59 8.07 8.07 640.67 643.84 74.98 75.48 6 6 2.00

3323 Temanggung 72.77 72.87 95.97 95.99 7.10 7.10 640.56 643.28 74.74 75.00 7 9 1.05

3324 Kendal 69.10 69.42 89.77 90.23 7.11 7.19 642.55 645.34 71.48 72.03 30 29 1.94

3325 Batang 70.57 70.97 89.93 90.67 6.73 6.74 634.28 637.12 71.41 72.03 32 30 2.16

3326 Pekalongan 69.56 69.96 92.11 93.42 6.80 6.80 646.96 650.31 72.37 73.14 23 22 2.79

3327 Pemalang 68.12 68.52 90.80 91.09 6.54 6.56 641.52 645.35 70.66 71.26 34 33 2.04

3328 Tegal 69.38 69.58 90.64 91.03 6.62 6.62 646.19 649.84 71.74 72.22 27 27 1.70

3329 Brebes 68.26 68.36 86.69 87.68 6.07 6.07 640.06 642.84 69.37 69.85 35 35 1.59

3371 Kota Magelang 70.34 70.74 97.52 98.11 10.36 10.42 655.08 658.26 77.26 77.91 3 3 2.84

3372 Kota Surakarta 72.35 72.75 96.73 96.87 10.49 10.53 658.92 661.88 78.60 79.10 1 1 2.36

3373 Kota Salatiga 71.25 71.45 96.55 96.73 9.98 9.98 653.16 656.59 77.13 77.54 4 4 1.81

3374 Kota Semarang 72.24 72.44 96.98 97.72 10.30 10.37 652.80 655.84 77.98 78.54 2 2 2.54

3375 Kota Pekalongan 70.63 70.83 95.94 96.24 8.72 8.75 647.14 651.02 75.25 75.75 5 5 2.02

3376 Kota Tegal 69.12 69.42 94.91 94.93 8.30 8.33 656.99 659.71 74.63 75.02 8 8 1.56

18

(21)

IPM KABUPATEN WONOSOBO

6

Kode Provinsi

Angka Harapan

Hidup Angka Melek

Huruf Rata-rata Lama Sekolah

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan

IPM Peringka t IPM

Reduks i Shortfa (tahun) (persen) (tahun) (ribu rupiah ll

PPP)

2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 201 2 201

3 2012-2 013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

3300 JAWA TENGAH 71.71 71.97 90.45 91.71 7.39 7.43 643.53 646.44 73.36 74.05 15 16 2.56

3303 Purbalingga 70.68 71.08 93.52 93.78 7.23 7.23 638.41 641.63 72.97 73.49 19 20 1.96

3304 Banjarnegara 69.36 69.56 88.49 89.02 6.35 6.36 641.53 644.06 70.70 71.13 33 34 1.46

3305 Kebumen 69.43 69.73 91.54 91.78 6.93 6.93 641.78 644.00 71.86 72.25 24 26 1.38

3306 Purworejo 71.04 71.44 92.79 93.53 7.93 8.02 638.51 641.04 73.53 74.18 15 13 2.45

330

7 Wonosobo 70.48 70.58 91.43 92.30 6.56 6.56 632.71 635.33 71.45 71.90 31 31 1.57

3308 Magelang 70.23 70.63 93.31 93.64 7.55 7.55 641.45 644.48 73.14 73.67 18 18 1.97

3323 Temanggung 72.77 72.87 95.97 95.99 7.10 7.10 640.56 643.28 74.74 75.00 7 9 1.05

3325 Batang 70.57 70.97 89.93 90.67 6.73 6.74 634.28 637.12 71.41 72.03 32 30 2.16

3326 Pekalongan 69.56 69.96 92.11 93.42 6.80 6.80 646.96 650.31 72.37 73.14 23 22 2.79

3327 Pemalang 68.12 68.52 90.80 91.09 6.54 6.56 641.52 645.35 70.66 71.26 34 33 2.04

Sumber Data:BPS

19

(22)

Kecepatan Perubahan IPM ( Reduksi Short Fall)

Reduksi Shortfall adalah peningkatan nilai IPM dalam suatu periode relatif terhadap jarak nilai IPM awal periode ke IPM sasaran (IPM=100). Ukuran ini secara sederhana

menunjukan perbandingan antara capaian IPM yang telah ditempuh dengan capaian yang harus ditempuh untuk

mencapai kondisi ideal (IPM=100).

KECEPATAN PERUBAHAN IPM

6 20

(23)

 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs

approach).

 Konsep ini tidak hanya digunakan oleh BPS tetapi juga oleh negara-negara lain seperti Armenia, Senegal, Pakistan,

Bangladesh, Vietnam, Sierra Leone, dan Gambia.

 Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi menurut

pendekatan ini, penduduk miskin adalah penduduk yang

memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan (GK).

KEMISKINAN

6 21

(24)

Konsep Garis Kemiskinan (GK)

 Dalam penghitungan kemiskinan dengan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs), Garis Kemiskinan (GK)

merupakan instrumen yang sangat penting. GK yang tidak tepat akan menghasilkan pengukuran kemiskinan yang menyesatkan. Pada dasarnya GK merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

KEMISKINAN

6 22

(25)

Konsep Garis Kemiskinan (GK)

 Dalam penghitungan kemiskinan dengan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs), Garis Kemiskinan (GK)

merupakan instrumen yang sangat penting. GK yang tidak tepat akan menghasilkan pengukuran kemiskinan yang menyesatkan. Pada dasarnya GK merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

KEMISKINAN

6 23

(26)

• GK=GKM+GKNM

– GKM =Garis kemiskinan Makanan

– GKNM=Garis kemiskinan Non makanan

• Sumber data yang digunakan adalah SUSENAS modul konsumsi.

GKM

• Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran

kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan

lain-lain). Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978

KEMISKINAN

6 24

(27)

GKNM

• Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari

komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang meliputi

perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Pemilihan jenis barang dan jasa non makanan mengalami

perkembangan dan penyempurnaan dari tahun ke tahun disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi penduduk.

Pada periode sebelum tahun 1993 terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 12 komoditi di pedesaan. Sejak tahun 1998 terdiri dari 27 sub kelompok (51 jenis komoditi) di perkotaan dan 25 sub kelompok (47 jenis komoditi) di pedesaan.

KEMISKINAN

6 25

(28)

 Persentase Penduduk Miskin

 Angka ini diperoleh dengan membandingkan jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan terhadap jumlah penduduk di tahun tertentu dikalikan 100%.

PM= Jumlah pdd dibawah GK X 100%

Jumlah Penduduk

KEMISKINAN

6 26

(29)

KEMISKINAN

6 27

Kode Kabupaten/Kota

2012 (Sept) 2013 (Sept)

Persentase Garis Persentase Garis

Penduduk Kemiskinan Penduduk Kemiskinan

Miskin (Rp/Kap/bulan) Miskin (Rp/Kap/bulan)

             

01 3301 Kab. Cilacap 15.92 240,025 15.24 256,615

02 3302 Kab. Banyumas 19.44 271,800 18.44 295,742

03 3303 Kab. Purbalingga 21.19 247,508 20.53 265,262

04 3304 Kab. Banjarnegara 18.87 205,369 18.71 221,056

05 3305 Kab. Kebumen 22.40 250,413 21.32 267,763

06 3306 Kab. Purworejo 16.32 254,314 15.44 273,481

07 3307 Kab. Wonosobo 22.50 242,047 22.08 258,522

08 3308 Kab. Magelang 13.97 218,950 13.96 235,430

09 3309 Kab. Boyolali 13.88 235,399 13.27 247,845

10 3310 Kab. Klaten 16.71 296,530 15.60 315,566

11 3311 Kab. Sukoharjo 10.15 259,184 9.87 279,400

12 3312 Kab. Wonogiri 14.67 221,019 14.02 235,728

13 3313 Kab. Karanganyar 14.07 255,072 13.58 275,865

14 3314 Kab. Sragen 16.72 234,254 15.93 247,495

15 3315 Kab. Grobogan 16.13 260,435 14.87 278,786

16 3316 Kab. Blora 15.10 221,088 14.64 237,850

17 3317 Kab. Rembang 21.88 261,156 20.97 284,160

18 3318 Kab. P a t i 13.61 288,271 12.94 314,609

19 3319 Kab. Kudus 8.63 276,317 8.62 299,097

20 3320 Kab. Jepara 9.38 263,266 9.23 285,287

21 3321 Kab. Demak 16.73 276,041 15.72 299,773

22 3322 Kab. Semarang 9.40 244,762 8.51 263,352

23 3323 Kab. Temanggung 12.32 212,487 12.42 229,548

24 3324 Kab. Kendal 13.17 253,276 12.68 275,016

25 3325 Kab. Batang 12.40 195,983 11.96 208,671

26 3326 Kab. Pekalongan 13.85 270,026 13.51 293,039

27 3327 Kab. Pemalang 19.27 251,986 19.27 271,861

28 3328 Kab. Tegal 10.75 239,207 10.58 258,366

29 3329 Kab. Brebes 21.12 281,601 20.82 307,238

71 3371 Kota Magelang 10.31 313,250 9.80 350,554

72 3372 Kota Surakarta 12.00 361,517 11.74 403,121

73 3373 Kota Salatiga 7.11 277,039 6.40 302,884

74 3374 Kota Semarang 5.13 297,848 5.25 328,271

75 3375 Kota Pekalongan 9.47 294,586 8.26 322,313

76 3376 Kota Tegal 10.04 305,818 8.84 333,553

33   JAWA TENGAH 14.98 233,769 14.44 261,881

Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan

Tahun 2012- 2013

(30)

TERIMA KASIH

Atas Perhatian Anda

Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua

Referensi

Dokumen terkait

Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK) sehingga hanya mempunyai 1 (satu) Program Teknis yaitu Program Kependudukan,

Dengan menggunakan analisis regresi multilinier, sebanyak 20 senyawa xanton yang sudah diketahui nilai IC50-nya digunakan sebagai senyawa fitting untuk mendapatkan

I G N Putra Gunadhi, Sp.JP (K) yang telah memberikan kesempatan penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I di Bagian/SMF Kardiologi dan

Misal: Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), usaha sepi. b) Nasabah memindahtangankan atau jual beli bawah tangan tanpa sepengetahuan pihak bank. Hal ini sering terjadi saat

Dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk, tingkat pengangguran terbuka, dan indeks pembangunan manusia berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Timur karena adanya

Dari ratusan BUMN di Indonesia, hanya Pertamina dan PLN yang terdaftar di ranking Fortune 500. Ini tidak mencerminkan posisi Indonesia sebagai

Sehingga Skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan