• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSAKA

A. Mahoni (Swietenia mahagoni jacg)

Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau di tanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Pohon mahoni dapat tumbuh subur dipasir payau yang dekat dengan pantai. Tinggi pohon mahoni, mencapai 5-25 m, berakar tunggang, batangnya bulat, banyak bercabang dan kayunya bergetah.

Daun mahoni, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkalnya runcing, tulang daun menyirip, panjang daunnya mencapai 3-15 cm. Daun muda berwarna merah, setelah daun menjadi tua warnanya menjadi hijau.

Bunga mahoni, bunganya majemuk tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun, ibu tangkai bunga silindris, warnanya coklat muda. Kelopak bunga lepas satu sama lain, bentuknya seperti sendok, warnanya hijau. Mahkota silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, dan kuning kecoklatan. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun. Buah mahoni berbentuk bulat telur berlekuk lima, warnanya coklat. Biji mahoni bentuknya pipih, warnanya hitam atau coklat.(Jenis tanaman, Pertanian, IPB. www.IPB library.com).

Kandungan kimianya adalah alkaloid, triterpenoid, saponin dan flavonoida. Dimana rasa pahit itu muncul karena alkaloid. Kandungan flavonoidnya di mungkinkan sebagai anti mikroba dan anti virus. Selain itu di dalamnya terkandung

(2)

senyawa triterpenoid yang berfungsi sebagai antifagus, insektisida dan juga penghambat system syaraf.(Heri Kristanto,2005)

B. Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti dapat menularkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui tusukannya (suroso Thomas, 1998). Nyamuk ini berwarna gelap yang dapat diketahui dari adanya garis putih keperakan dengan bentuk lyre pada torak Nyamuk.

Aedes aegypti bersifat antropofilik dan hanya nyamuk betina yang menusuk isap. Nyamuk betina biasanya menusuk isap di dalam rumah kadang-kadang di luar rumah, di tempat yang agak gelap. Pada malam hari nyamuk beristirahat dalam rumah dan pada benda-benda yang digantung, seperti pakaian, kelambu, pada dinding dan di bawah rumah dekat tempat berbiaknya, biasanya di tempat yang lebih gelap. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menusuk isap berulang kali (multiplebiterx), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu. Keadaan ini sangat membantu dalam memindahkan virus dengue ke beberapa orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita DBD di dalam satu rumah. Nyamuk jantan tertarik juga pada manusia bila melakukan perkawinan, tetapi tidak menggigit. (Sunaryo Sumarmo, 1983).

Nyamuk Aedes aegypti tempat perindukannya berada pada tempat yang berisi air bersih yang letaknya tidak jauh dari perumahan penduduk dan jaraknya sekitar, 500 meter dari rumah. Nyamuk Aedes aegypti dapat terbang sejauh 2 kilometer pada siang hari, penghisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang 2 kali yaitu setelah

(3)

matahari terbit antara jam 8 pagi sampai jam 10 siang dan sebelum matahari terbenam antara jam 3 sore sampai jam 6 petang (Soemarmo, 1988).

1. Klasifikasi Aedes aegypti

Phylum : Arthropoda Subphylum : Aceloturata Class : Insekta Ordo : Diptera Famili : Culicidae Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti 2. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti

a. Telur

Telur Aedes aegypti berwarna hitam seperti sarang tawon dan mengapung di air, waktu yang diperlukan untuk menetas adalah 2-4 hari. b. Larva

Larva nyamuk Aedes aegypti pada umumnya ditemukan digenangan air yang tenang. Larva Aedes aegypti memiliki bentuk siphon yang tidak langsing, memiliki pelana terbuka, bulu siphon satu pasang dan gigi sisir yang lateral, didalam genangan air larva Aedes aegypti bergerak aktif keatas dan kebawah secara berulang-ulang. Larva mengambil oksigen dengan tabung sifon dengan cara menggantungkan diri pada permukaan air, waktu stadium larva 6-8 hari.

(4)

Stadium pupa merupakan stadium in aktif karena pupa tidak memerlukan makanan tetapi memerlukan oksigen. Waktu stadium pupa 1-2 hari.

d. Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa Aedes aegypti memiliki ciri-ciri : proboscis bersisik hitam, palpus pendek ujungnya hitam dengan sisik putih perak, memanjang. Femur bersisik putih terletak memanjang. Femur bersisik putih pada permukaan anterior, posterior dan setengah basal. Tibiannya berwarna hitam. Tarsi bagian belakang berlingkaran putih dari segmen kesatu sampai segmen kelima.

C. Pemberantasan Secara Hayati

Pengendalian larva Aedes aegypti secara hayati tidak sepopuler cara kimiawi oleh karena penurunan padat populasi yang diakibatkannya terjadi perlahan-lahan tidak sedrastis abate menggunakan larvasida (kimiawi). Organisme yang digunakan dalam pengendalian secara hayati umumnya bersifat predator, parasitik atau patogenik dan umumnya ditemukan pada habitat yang sama dengan larva yang menjadi mangsanya. Beberapa di antaranya telah diuji coba di laboratorium dan di lapangan pada skala kecil.

(5)

1. Toxorhynchites sp

Larva Toxorhynchites splendens instar 1 diuji coba di daerah pemukiman di Jakarta untuk mengendalikan larva Aedes aegypti yang berada di tempat-tempat penampungan air penduduk. Hasil yang diperoleh dan uji coba tersebut ternyata masih kurang memuaskan. Pada tahun berikutnya dilakukan uji coba serupa di daerah semi pedesaan di Ungaran, Jawa Tengah menggunakan larva Toxorynchytes amboinensis instar 2 dan 3. Hasil yang diperoleh dan uji coba terakhir tersebut ternyata tidak jauh berbeda dengan yang terdahulu yakni penurunan padat populasi larva. Aedes aegypti.

2. Mesostoma sp.

Organisme tersebut termasuk bangsa cacing Turbellaria berukuran 10,5 cm bersifat predator terhadap larva nyamuk. Pada uji laboratorium yang dilakukan di Malaysia cacing tersebut terbukti sangat efektif dalam menekan populasi nyamuk demikian pula dengan uji lapangannya (persawahan). Selain larva Aedes beberapa generasi lainnya seperti Culex, Anopheles dan Toxorhynchites dapat dimangsa oleh jenis cacing Turbellaria.

3. Labellula

Masyarakat awam mengenal organisme tersebut sebagai Capung (dragonfly) termasuk golongan serangga Anisoptera. Nimfa serangga tersebut yang hidup di dalam air telah lama diketahui sebagai predator larva nyamuk baik di laboratorium maupun di alam. Berdasarkan sifat tersebut pada uji coba yang dilakukan di Myanmar temyata nimfa Labellula ukuran sedang mampu memangsa larva dan pupa Aedes aegypti sebanyak 133 dalam waktu 24 jam.

(6)

Kemampuan tersebut ternyata 3 kali lebih banyak daripada kemampuan larva Toxorhynchites splendens.

4. Mesocyclops aspericornis

Jenis Copepoda yang tersebar sebagai plankton dan benthos ini bersifat predator. Pada suatu penelitian di Polynesia Perancis terbukti bahwa M. aspericornis pengaruhnya tidak konsisten terhadap larva Aedes aegypti yang ditemukan berada di tangki air, drum dan sumur yang bertutup. Keadaan tersebut tampaknya bergantung pada tersedianya mikrofauna di tempat perkembangbiakannya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Copepoda tersebut. 5. Romanomermis iyengari

Organisme ini termasuk jenis cacing Nematoda dan bersifat parasit pada larva nyamuk. Cacing tersebut tumbuh dan berkembang jadi dewasa di dalam tubuh larva yang di parasitinya. Setelah dewasa cacing tersebut keluar dari tubuh inangnya (larva) dengan jalan menyobek dinding tubuh inang sehingga menyebabkan kematian inang tersebut. Penelitian di laboratorium dengan menggunakan perbandingan jumlah parasit dan inang (larva Aedes aegypti) 1:1 diperoleh rata-rata infeksi sebesar 33,75%. (Hadi Suwasono, 1997)

D. Pemberantasan Secara Kimiawi

Mengingat tempat perkembangbiakan larva vektor DBD pada penampungan air yang airnya digunakan bagi kebutuhan sehari-hari terutama untuk minum dan masak, maka larvisida yang digunakan harus mempunyai sifat-sifat antara lain :

(7)

efektif pada dosis rendah, tidak bersifat racun bagi manusia/ mamalia, tidak menyebabkan perubahan rasa, warna dan bau pada air yang diperlakukan, dan efektivitasnya lama. Beberapa larvisida dengan kriteria seperti tersebut di atas sebagian telah digunakan secara luas (operasional) dan sebagian lainnya masih dalam tahap uji laboratorium atau uji lapangan skala kecil.

1. Temephos (Abate)

Larvisida ini terbukti efektif terhadap larva Aedes aegypti dan daya racunya rendah terhadap mamalia. Pada program penanggulangan vektor DBD di Indonesia, temephos sudah digunakan sejak 1976 dalam bentuk (formulasi) butiran pasir (sand granules) dengan dosis 1 ppm.

2. Methoprene

Pada uji lapangan yang dilakukan oleh ten Houten dkk, di daerah Jakarta Utara ternyata methoprene berhasil menekan kepadatan nyamuk Aedes aegypti yang menggigit serta hinggap pada orang dan munculnya nyamuk tersebut selama sebulan. Larvasida ini termasuk jenis penghambat tumbuh serangga (insect growth regulator).

(8)

3. Diflubenzuron

Penggunaan larvisida ini pada tempat penampungan air (tempayan) berhasil mengendalikan larva Aedes aegypti selama 18 minggu.

4. Triflumuron

Larvisida jenis penghambat tumbuh serangga ini efektivitasnya telah dibuktikan pada uji laboratorium, dosis 1 ppm berhasil menekan perkembangan pupa Aedes aegypti menjadi dewasa selama 8 minggu. Uji lapangan pada dosis 0,075 ppm ternyata berhasil menurunkan populasi Aedes aegypti sampai 2 minggu setelah perlakuan.

5. Vetrazin

Uji laboratorium dan lapangan ventrazin terhadap larva Aedes aegypti membuktikan bahwa daya bunuhnya terhadap Aedes aegypti sebesar 0,48 mg/I (laboratorium) sedang efektivitasnya di lapangan sama dengan methoprene.(Hadi Suwasono, 1997).

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian usaha kedua yaitu merencanakan kampanye diawali dengan menyusun tujuan dari kampanye Counting Down ini yaitu: untuk menberikan informasi kepada

Besar kecilnya daya output yang dihasilkan oleh kincir dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: jenis dan bahan blade yang digunakan, tipe airfoil,

Pada tugas akhir ini penulis akan melakukan pemetaan 3 dimensi pada kawasan monument tsunami sigli dengan menggunakan perangkat lunak (software) Google sketchup

Nurkolis menyampaikan “untuk kedepannya program yang akan diusung difokuskan pada tiga komponen utama yaitu pada peningkatan kualitas dan relevansi pembelajaran, peningkatan

(GOOD). Untuk kapal yang panjangnya kurang dari 100 m, pembaaruan kelas No.3 jumlah sekat melintang dapat dikurangi 1 dan pembaruan kelas berikutnya jumlah sekat melintang

Dalam pelaksanaan pelayanan pembuatan pelepasan hak atas tanah menurut hasil penelitian yang penulis lakukan, faktor-faktor penghambat yang dihadapi kantor Camat

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan

Model konsep kewirausahaan strategis yang telah dikembangkan oleh Ireland dkk menyarankan bahwa perusahaan yang secara linier dan berurutan: menggunakan cara berpikir