• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Jaringan Ad Hoc Berbasis Radio Paket pada Kanal Frekuensi Tinggi untuk Layanan Data Telemedika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rancang Bangun Jaringan Ad Hoc Berbasis Radio Paket pada Kanal Frekuensi Tinggi untuk Layanan Data Telemedika"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Telemedika adalah pemanfaatan teknologi elektronika, komputer dan telekomunikasi dalam bidang biomedika untuk memproses berbagai jenis informasi kedokteran dan mengirimkan atau menerima informasi kedokteran tersebut dari satu tempat ke tempat lain, guna membantu pelaksanaan prosedur kedokteran dan pendidikan medis. Pesan yang dikirim dari terminal antar puskesmas berupa laporan mingguan wabah dan pesan khusus yang berisi tentang hasil diagnosis maupun diskusi ilmiah. Sistem layanan data telemedika konvensional di Indonesia selama ini masih dilakukan secara manual yaitu paper based document. Dengan adanya teknologi berbasis radio paket yang gratis ini dapat membantu tim medis puskesmas mengirim pesan ke pusat informasi (dinas kesehatan setempat) lalu dikirim ulang ke puskesmas lainnya secara cepat untuk kebutuhan pengiriman data berukuran kecil berupa teks. Untuk merealisasikan sistem layanan data telemedika bagi puskesmas di daerah terpencil, maka digunakan sistem komunikasi ad hoc. Oleh karena itu dirancang protokol ad hoc yang sesuai karakteristik komunikasi paket radio beserta interface layanan data telemedika dalam bentuk program laporan rekam medis wabah mingguan. Dilakukan pengujian kanal HF Surabaya dan Lawang dengan mengirim sinyal carrier dengan daya 49,03 dBm sehingga level SNR audio yang diterima sebesar -4,293 dB. Dan juga dilakukan pengujian protokol mode point-to-point dan ad hoc pada kanal VHF di sekitar kampus ITS Surabaya berupa mekanisme route discovery, route cache, pengiriman data telemedika dan ACK/NAK serta pengiriman variasi jumlah karakter U. Dari pengujian kanal VHF tersebut diperoleh batas maksimal pengiriman pesan kontinyu setiap 3 detik dengan payload 140 karakter U untuk 3 node adalah 158 Byte tiap pengiriman pesan.

Kata Kunci— Ad Hoc, HF, VHF, radio paket, telemedika. I. PENDAHULUAN

ELAMA ini baik di puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) maupun rumah sakit di Indonesia pada khususnya, pelayanan rekam medisnya masih dilakukan secara manual yaitu berbasis kertas (paper based document) [1]. Secara tidak langsung hal tersebut membebani kinerja tim medis yang seharusnya hanya memeriksa dan merawat pasien, namun mereka juga harus campur tangan masalah manajemen data rekam medis. Hal tersebut menyebabkan tim medis tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan pada akhirnya sering muncul kasus atas keluhan pasien

mengenai buruknya pelayanan suatu pusat kesehatan masyarakat.

Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien [2]. Hal tersebut sangat penting bagi puskesmas dan dinas kesehatan setempat dimana tim medis dapat saling bertukar informasi vital baik mengenai hasil perawatan, hasil diagnosis, hasil konsultasi dan pengobatan. Oleh karena itu diperlukan efisiensi dalam manajemen rekam medis yaitu dengan perancangan layanan data telemedika.

Layanan telemedika modern masih belum digunakan di Indonesia karena investasi untuk perangkat lunak dan perangkat kerasnya dikenal mahal terutama transmisi nirkabel yang memakai saluran pita lebar dimana layanannya sangat bergantung pada kecepatan akses data internet [2]. Namun dengan dilakukannya penelitian ini yang menggunakan kanal frekuensi radio sebagai media transmisi data yang gratis dan sedikit perangkat, maka nantinya akan diperoleh sistem layanan data telemedika yang lebih murah dan cocok diterapkan pada puskesmas di daerah terpencil yang terbatas akan dana dan bantuan tenaga medis.

Penggunaan jaringan ad hoc juga perlu diterapkan dimana penelitian sebelumnya masih berupa hubungan antar modem dengan terminal untuk komunikasi point-to-point [3]. Hal yang mendasari perlunya jaringan ad hoc adalah tidak membutuhkan dukungan infrastruktur untuk jaringan backbone dan sangat berguna pada saat infrastruktur tidak ada atau rusak. Selain itu infrastruktur mungkin juga tidak dipraktekkan untuk jarak yang sangat dekat, sementara pada jaringan ad hoc kondisi ini dapat diterapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan layanan data telemedika yang sesuai dengan sistem komunikasi radio paket dalam bentuk program yang siap digunakan. Dengan protokol yang sudah direncanakan lalu dilakukan implementasi protokol pada terminal serta melakukan analisis unjuk kerja pengiriman paket data secara point-to-point dan ad hoc. Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan teknologi telemedika di Indonesia dan dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai komunikasi radio paket pada kanal HF.

Rancang Bangun Jaringan Ad Hoc Berbasis

Radio Paket pada Kanal Frekuensi Tinggi untuk

Layanan Data Telemedika

Khoirul Fahmi

1

, Atik Choirul Hidajah

2

, dan Achmad Affandi

1

1

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: affandi@ee.its.ac.id

2

Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Kampus C Universitas Airlangga (Unair)

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115

E-mail: atik_hidajah@unair.ac.id

(2)

II. RANCANGAN SISTEM

A. Sistem Layanan Data Telemedika Berbasis Radio Paket

Antena Balun Inverted V Dipole

Antena Balun Inverted V Dipole Antena Balun Inverted V

Dipole Terminal No Link Modem MFJ Radio HF Transceiver Radio Tuner Terminal Modem MFJ Radio HF Transceiver Radio Tuner Terminal Modem MFJ Radio HF Transceiver Radio Tuner

Gambar 1. Skema Sistem Layanan Telemedika Berbasis Radio Paket Layanan data telemedika berbasis radio paket setidaknya memerlukan modem, radio transceiver, radio tuner dan antena untuk melakukan pertukaran paket data diantara terminal. Dalam penelitian ini pengujian antar 2 node dilakukan pada kanal HF. Setelah dilakukan pengujian ternyata karakteristik kanal HF antara Surabaya dan Lawang tidak memungkinkan untuk dilakukan komunikasi paket radio dikarenakan level noise yang terlalu besar sehingga data yang dikirim tidak dapat diterima sama sekali. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa lebih lanjut untuk karakteristik kanal berdasarkan sistem pengujian yang akan dibahas di bab selanjutnya. Sedangkan untuk pengujian mode ad hoc dilakukan pada kanal VHF.

B. Desain Protokol

Kanal HF tergolong sebagai narrowband [4] sehingga dengan bitrate yang hanya 300 bps sebaiknya flooding untuk update tabel routing dihindari [3], oleh karena itu dipilih protokol jenis reaktif. Protokol DSR (Dynamic Source Routing) [5] digunakan sebagai acuan dimana update tabel routing jarang dilakukan sehingga cocok untuk topologi jaringan mobilitas rendah dan memiliki bitrate rendah [6]. Untuk mendukung proses komunikasi data yang baik, harus didukung oleh arsitektur protokol yang baik. Arsitektur protokol DSR terdiri dari 2 kategori yaitu protokol untuk route discovery dan protokol untuk transfer data. Masing-masing kategori protokol terdiri dari pesan kontrol yang memiliki fungsi tertentu. Pesan kontrol dikirimkan dalam bentuk paket dengan tipe berbeda-beda. Saat paket diterima akan diproses sesuai dengan tipe paketnya.

Gambar 2. Mekanisme Protokol

Terdapat beberapa mekanisme yang harus dilakukan agar data yang dikirim dapat diterima dengan baik oleh penerima. Desain protokol berfungsi untuk mengatur suatu aliran data dalam suatu jaringan. Standar format tergantung dari tipe paket yang fungsinya berbeda-beda.

Awal Port Serial Membaca Data

Node Tujuan = Node Penerima

Akhir Pengelompokan data sesuai format

Tidak Tipe data 1 Tipe data 2 Tipe data 5 Tipe data 4 Tipe data 3 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Proses Route Cache

Proses RREQ

Proses RREP

Proses Data

Proses ACK Data Ya Ya Ya Ya Ya Data diforward Ya Data Dikirim= Data Diterima Tidak Data ditolak Ya

Gambar 3. Diagram Alir Algoritma Protokol Secara Umum Sebelum data dikirim, dilakukan proses pencarian rute (route discovery) yang memperbolehkan node lain ikut bergabung dalam jaringan tersebut. RREQ bertujuan membentuk rute dari node pengirim ke node tujuan dan dikirim oleh node pengirim ke node tujuan. Jika paket RREQ sukses diterima, maka node tujuan tadi akan mengirimkan paket RREP ke node pengirimnya yang berisikan alamat node dari rute kebalikan yang telah terbentuk.

Setelah RREP diterima, lalu dilakukan pengiriman paket route cache pada node yang dituju agar node tujuan tadi dapat mengirim paket data juga. Paket route cache memiliki fungsi memberikan rute-rute yang memungkinkan bagi node lain agar nantinya dapat berkomunikasi satu sama lain.

Setelah proses pengiriman route cache dilakukan, maka paket data dapat dikirimkan baik dari node pengirim yang

RREQ RREP

Route cache

Data ACK/NAK

(3)

mengawali RREQ maupun sebaliknya. Hal ini mempermudah pertukaran data antar node terutama untuk topologi jaringan yang cenderung statis.

Setelah dilakukan pengiriman paket data, maka akan dilakukan proses pengecekan payload yang dilakukan dengan mengecek data FCS (Frame Check Sequence) yang diterima lalu dibandingkan dengan FCS payload yang diterima. Apabila sama, maka node penerima tersebut akan mengirimkan paket ACK dimana data yang telah dikirimkan tidak terdapat kesalahan. Sedangkan apabila data FCS yang diterima tidak sama dengan data FCS yang dicek oleh penerima maka akan dikirimkan paket NAK agar pengirim mengetahui bahwa data yang terkirim memiliki kesalahan. Apabila paket ACK / NAK tidak diterima dalam jangka waktu 2 kali waktu teoritis maka akan terjadi timeout. Dan diharuskan mengirim ulang paket data.

Model ACK / NAK yang digunakan yaitu end-to-end dikarenakan lebih efisien waktu dan menghemat penggunaan trafik pada kanal jika dibandingkan segment-to-segment [3]. C. Desain GUI Terminal Layanan Data Telemedika

Setelah dilakukan perancangan protokol, dilakukan implementasi pada terminal layanan data telemedika. Pada penelitian ini digunakan laptop sebagai terminal. Protokol dibuat dalam bentuk program dengan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.

Gambar 4. Tampilan Program pada Terminal Layanan Data Telemedika Desain GUI (Graphical User Interface) terminal layanan data telemedika mengacu pada contoh laporan rekam medis mingguan dikarenakan formatnya yang sederhana dan tidak membutuhkan banyak data teks yang dikirim.

III. IMPLEMENTASIDANPENGUJIANSISTEM A. Perekaman Sinyal Paket Radio HF

Terminal Pengirim

Modem MFJ 1278B

ICOM IC-718 Tuner MFJ 948 Antena Balun Inverted V Dipole

Antena Balun Inverted V Dipole Program Mode KISS

ICOM IC-718

Behringer UCA 222

Terminal Penerima Audacity

Laboratorium B406 Teknik Elektro ITS Surabaya Sekitar Hotel Arjuna Lawang

Gambar 5. Konfigurasi Peralatan untuk Perekaman Sinyal Paket Radio HF Pengujian ini dilakukan secara point-to-point dimana lokasi yang digunakan adalah Laboratorium B406 Teknik Elektro ITS Surabaya (7,28498o lintang selatan dan 112.79629o bujur timur) dan daerah sekitar hotel Arjuna Lawang (7,85162o lintang selatan dan 112,69436o bujur timur). Paket radio dikirim dalam mode KISS agar program dapat dijalankan dalam mode TCP/IP [7].

B. Demodulasi Sinyal Radio Paket

Modem MFJ 1278B Line Out PC ke Port Radio Pin

Receive Audio

Terminal PC Port Serial Modem ke USB/ Serial Port PC Putty /

Hyperterminal

Program Mode KISS

Gambar 6. Konfigurasi Peralatan untuk Demodulasi Data Radio Paket Sedangkan untuk analisa hasil data keluaran digunakan konfigurasi peralatan yang memutar balik file suara yang telah terekam tersebut ke dalam modem sehingga paket data yang diterima dapat ditampilkan pada software puTTY. C. Perekaman Level SNR Audio Kanal HF

Antena Balun Inverted V Dipole Radio HF

Tranmitter

Radio Tuner Antena Balun

Inverted V Dipole Radio HF Receiver Behringer UCA 222 Terminal Penerima Audacity

Laboratorium B406 Teknik Elektro ITS Surabaya

Sekitar Hotel Arjuna Lawang PTT On-Off

Gambar 7. Konfigurasi Peralatan Perekaman Sinyal Carrier Dan untuk mengetahui level SNR audio pada penerima, maka diperlukan mode pengiriman carrier AM. Pada penerima direkam sinyal komunikasi radionya dalam software audacity. Lalu dari hasil rekamannya nanti diputar ulang dan dianalisa menggunakan spectralab agar diketahui level dayanya.

D. Perekaman Sinyal Paket Hasil Modulasi Langsung

Modem MFJ 1278B

Terminal Penerima Terminal Pengirim

Audio Line Out PC ke Port Serial Modem

Port Radio Pin Mic ke Port Audio Line In PC

Program Mode KISS Audacity

Gambar 8. Konfigurasi Peralatan Perekaman Sinyal Data Hasil Modulasi Berikutnya perekaman hasil modulasi data mode KISS yang dikirim secara langsung tanpa melalui kanal radio (media kabel) dilakukan untuk mengetahui apakah pada penerima data mampu diterima dengan baik apabila sudah diberi noise HF.

(4)

E. Pengujian Protokol pada Kanal VHF Terminal Pengirim Terminal Perantara Modem KYL 600L Modem KYL 600L Antena VHF mobile Antena VHF mobile

Laboratorium B401 Teknik Elektro ITS Surabaya Plasa Teknik Material dan Metalurgi ITS Surabaya

Terminal Penerima Modem KYL 600L Antena VHF mobile No Link

Lantai 2 Kimia MIPA ITS Surabaya

Gambar 9. Konfigurasi Peralatan Pengujian Protokol pada Kanal VHF Untuk menguji algoritma protokol dan kinerja layanan data telemedika maka dilakukan pengujian pada kanal VHF. Pada pengujian point-to-point dilakukan di Plasa Teknik Material & Metalurgi ITS Surabaya (7,28512o lintang selatan dan 112,79749o bujur timur) dan Laboratorium B401 Teknik Elektro ITS Surabaya (7,28495o lintang selatan dan 112,79588o bujur timur). Sedangkan untuk pengujian ad hoc ditambah di Lantai 2 Kimia MIPA ITS Surabaya (7,28389o lintang selatan dan 112,795o bujur timur).

IV. HASILPENGUJIANDANANALISIS A. Pengujian Kanal Radio HF Surabaya – Lawang

Pengiriman paket radio dilakukan di malam hari pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 20.30 WIB dengan pengaturan radio frekuensi 6,304 MHz mode LSB dengan daya kirim 110 Watt atau 50,41 dBm.

Hasil perekaman sinyal saat pengiriman data dengan audacity berdasarkan domain waktu ditunjukkan pada gambar 10 dimana gambar yang diblok warna abu-abu tersebut merupakan data yang diterima bercampur noise, sedangkan lainnya merupakan sinyal noise HF. Membedakan data masuk atau noise dapat dilakukan dari perubahan suara yang didengarkan. Dari grafik tersebut ditunjukkan level amplitudo sinyal informasi sangat lemah dan hampir setara dengan noise.

Gambar 10. Hasil Perekaman Paket Radio HF pada Domain Waktu Lalu data hasil rekaman tadi juga diputar ulang dan dihubungkan ke modem untuk demodulasi paket radio agar dapat diketahui data mampu diterima dengan baik atau tidak. Setelah diuji ternyata tidak muncul karakter apapun pada puTTY. Dengan kata lain modem menganggap data yang diterima semuanya noise.

Selanjutnya pengiriman sinyal carrier pada kanal HF dilakukan di siang hari pada tanggal 3 Juni 2012 pukul 12.15

WIB dengan pengaturan radio frekuensi 6,308 MHz mode AM dengan daya kirim sebesar 80 Watt atau 49,03 dBm.

Gambar11. Hasil Rekam Komunikasi Radio HF pada Domain Frekuensi Suara diterima berupa sinyal carrier hasil penekanan PTT (Push To Talk) sekitar 5 detik. Pada domain frekuensi diambil sampel detik ke 3,87 dengan menggunakan spectralab diperoleh puncak level daya terima audio sekitar 24,65 dB pada frekuensi 1,009 kHz dan SNR audio sekitar -4,293 dB.

Lalu pengujian selanjutnya dilakukan untuk mengetahui seberapa mampu paket dibaca oleh modem jika data hasil modulasi tanpa melalui kanal HF (media kabel) tersebut diberi noise HF hasil rekam komunikasi kanal HF di Surabaya-Lawang. Hasil perekaman sinyal berdasarkan domain waktu ditunjukkan pada gambar 12 dimana gambar yang diblok warna abu-abu tersebut merupakan data bercampur noise, sedangkan lainnya merupakan noise HF.

Gambar 12. Penggabungan Sinyal dengan Noise HF pada Domain Waktu Dilakukan pemutaran ulang dengan modem agar didemodulasi sehingga data dapat ditampilkan pada puTTY. Hasilnya seperti ditampilkan pada gambar 13 dimana paket didemodulasi dengan baik oleh modem dikarenakan level daya sinyal informasi lebih besar daripada level daya noise.

Gambar 13. Hasil Keluaran Demodulasi Paket RREQ pada PuTTY B. Pengujian Protokol

Pengujian protokol dilakukan pada kanal VHF dengan menguji delay pengiriman route discovery, route cache, transfer data telemedika serta ACK dengan variasi pengiriman mode point-to-point dan ad hoc. Hasil pengujian juga dibandingkan dengan delay teoritis. Dimana perhitungan untuk delay teoritis adalah waktu kirim per 1 Byte dikali dengan total Byte yang dikirim dan dikali dengan jumlah hop.

(5)

Gambar 14. Delay Pengiriman Route Discovery

Pada pengujian route discovery berupa pengiriman paket RREQ dan RREP masing-masing sebesar 16 Byte diperoleh delay pengiriman berbanding lurus dengan banyak node yang terlibat. Selisih dengan delay teoritis tidak terlalu signifikan.

Gambar 15. Delay Pengiriman Route cache

Untuk hasil pengujian paket route cache sebesar 24 Byte diperoleh delay pengiriman berbanding lurus dengan banyak node yang terlibat. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan dengan delay teoritis dikarenakan faktor propagasi.

Gambar 16. Delay Pengiriman Data Telemedika

Untuk hasil pengujian pengiriman data telemedika diperoleh delay pengiriman berbanding lurus dengan banyak node yang terlibat. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan karena besarnya data yang cukup besar yaitu mencapai 245 Byte.

Gambar 17. Delay Pengiriman ACK

Sedangkan untuk hasil pengujian pengiriman paket ACK sebesar 20 Byte diperoleh delay pengiriman berbanding lurus dengan banyak node yang terlibat. Terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan dengan delay teoritis.

C. Pengujian Kinerja Sistem

Pengujian kinerja sistem dilakukan dengan pengiriman berbagai jumlah karakter U [3] dan variasi waktu pengiriman antar paket yang berbeda-beda. Dengan ini dapat diketahui faktor delay pengiriman, throughput, dan packet delivery ratio pada sistem.

Gambar 18. Delay Pengiriman 2 Node

Gambar 19. Delay Pengiriman 3 Node

Dari grafik hasil pengujian delay pengiriman diatas, maka diperoleh semakin banyak node yang terlibat maka delay pengiriman semakin besar. Selisih waktu antar pengiriman paket berpengaruh pada delay pengiriman 2 node karena terjadi proses antrian paket pada modem sedangkan pada 3 node modem langsung mem-forward paket data.

(6)

Gambar 20. Throughput Pengiriman 2 Node

Gambar 21. Throughput Pengiriman 3 Node

Dari hasil grafik tersebut diperoleh semakin banyak node yang berpartisipasi maka throughput sistem semakin kecil. Selisih waktu antar pengiriman paket berpengaruh pada throughput pengiriman 2 node karena proses antrian paket pada modem sedangkan pada 3 node modem langsung mem-forward paket data.

Gambar 22. Packet Delivery Ratio Pengiriman 2 Node

Gambar 23. Packet Delivery Ratio Pengiriman 3 Node

Untuk pengujian packet delivery ratio dari gambar 22 dan 23 diperoleh jumlah node yang berpartisipasi untuk 2 dan 3 node tidak berpengaruh pada packet delivery ratio pengiriman asalkan delay pengiriman antar paket lebih dari

delay pengiriman teoritis. Sedangkan untuk pengiriman kontinyu 160 karakter U (total 178 Byte) setiap 3 detik sebanyak 10 kali hanya pengiriman pertama yang sukses terkirim untuk 3 node sehingga packet delivery ratio 10%. Hal ini dikarenakan antrian data tidak dapat ditangani oleh modem sehingga paket yang melebihi batas buffer akan ditolak.

V. KESIMPULAN

Sistem komunikasi data menggunakan kanal HF dengan bitrate 300 bps antara Surabaya dan Lawang masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk optimasi kanal. Protokol terdiri dari lima pesan kontrol yang dikirimkan dalam bentuk paket RREQ, RREP, Route cache, Data, dan ACK/NAK. Protokol ini diwujudkan dalam bentuk program pada terminal layanan data telemedika. Delay pengiriman berbanding lurus dengan jumlah pesan yang dikirim dan jumlah node yang terlibat. Throughput cenderung berbanding lurus dengan jumlah pesan yang dikirim dan berbanding terbalik dengan jumlah node. Jumlah node yang berpartisipasi untuk 2 dan 3 node tidak berpengaruh pada packet delivery ratio pengiriman asalkan delay pengiriman antar paket lebih dari delay pengiriman teoritis. Supaya packet delivery ratio mendekati 100%, maka besar delay antar pengiriman paket radio harus lebih dari delay teoritis. Program laporan wabah mingguan untuk aplikasi telemedika telah berfungsi dengan baik dan dapat digunakan pada kanal VHF sedangkan untuk kanal HF memerlukan penelitian lebih lanjut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis K.F. mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang telah memberikan dukungan finansial melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian tahun 2012.

DAFTARPUSTAKA

[1] Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2007, Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan – bagian C no.2b: bentuk pelayanan rekam medis, No:377/Menkes/SK/III/2007, MenKes Republik Indonesia, Jakarta.

[2] Soegijoko & Soegijardjo 2005, “Development of ICT-Based Mobile Telemedicine System with Multi Communication Links for Urban and Rural Areas in Indonesia”, Asia Pacific Development Information Programme.

[3] M. Ardita. “Kinerja Modem Adhoc Radio Untuk Mendukung Manajemen Transportasi Kapal Tradisional. Master

Thesis.Surabaya: Postgraduate ITS:2010.

[4] Harris, T.J., “Characterisation of Narrowband HF Channels in the Mid and Low Latitude Ionosphere” Defence Science and Technology Organisation West Avenue, Edinburgh, Australia, 2006.

[5] Johnson D., “Dynamic Source Routing in Ad hoc Wireless Networks”. Computer Science Department Carnegie Mellon University, 1996.

[6] K. Gupta, “Performance analysis of AODV, DSR & TORA Routing Protocols”, IACSIT International Journal of Engineering and Technology Vol.2, No.2, April 2010.

[7] C, Mike, “The KISS TNC: A Simple Host-to-TNC Communications Protocol”, ARRL 6th Computer Networking Conference, Redondo Beach CA, 1987.

Referensi

Dokumen terkait

You can continuously go to the link that we give as well as ready to download Domain-Driven Design Distilled By Vaughn Vernon When lots of people are busy to seek fro in the book

Pemetaan ini tidak memerlukan gerakan yang keras atau kuat, tetapi pengulangan meniadi penting karena akan teriadi ialur saraf yang kuat terhubung dan meniadi

menunjukkan bahwa dua species fitoplankton tersebut memiliki kemampuan yang dalam menyerap logam berat timbal (Pb) meskipun kemampuan yang dimiliki kedua

Andri Waskita Aji Nur Anita Chandra P Teguh Erawati Supeni Endahjati Anif Istianah. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Pendidikan Pancasila Pendidikan Pancasila

1) Seluruh komponen Kabupaten Kampar berkomitmen untuk menjadikan masyarakat yang berbudaya, dimana segala perilaku seluruh komponen masyarakat haruslah

Hal ini dikarenakan pada tingkat substitusi transisi yang sama dengan tingkat substitusi transversi, yaitu pada pemilihan nilai α β = , maka model Kimura akan memiliki bentuk

Disiplin ilmu khusus dalam Disiplin ilmu khusus dalam desain grafis yang mempelajari mengenai seluk beluk huruf desain grafis yang mempelajari mengenai seluk beluk huruf b..

Berdasarkan data hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Collaborative Learning pada materi bangun ruang sisi datar yang telah diolah dan dianalisis