• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menuju Desa yang Berdaulat, Mandiri dan Demokratis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Menuju Desa yang Berdaulat, Mandiri dan Demokratis"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Proceeding Kegiatan

Road Show dengan Policy Makers

Menuju Desa yang Berdaulat,

Mandiri dan Demokrati s

Jakarta, 22 April 2015

Pelaksana Program

(4)
(5)

5

Biodata Kegiatan

Nama Organisasi

: Institute for Research and Empowerment (IRE)

Nama Penanggung Jawab Kegiatan : M. Zainal Anwar

Jenis Kegiatan

: Diskusi dan Kunjungan ke pemegang kebijakan

Nama Kegiatan

: Menuju Desa yang Berdaulat, Mandiri dan Demokratis

Tanggal Kegiatan

: 22 April 2015

Lokasi

: Kantor Bappenas-Jakarta dan Kantor Kemendesa-Jakarta

Jumlah Peserta

: Kegiatan di Kementrian Desa diikuti 9 orang terdiri atas

8 laki-laki, dan 1 Perempuan. Sedangkan kegiatan

di Bappenas diikuti 8 orang terdiri dari 6 laki-laki, dan

2 perempuan.

(6)

6

Daftar Isi

A. Latar Belakang Kegiatan ... 7

B. Tujuan ... 8

C. Waktu dan Tempat ... 8

D. Peserta ... 8

E. Agenda Kegiatan ... 8

F. Hasil Kegiatan ... 9

G. Kesimpulan dan Penutup ... 11

Lampiran

Profil Program

Policy Memo untuk Bappenas

Policy Memo untuk Kemendesa

Profil DESAKITA.ID

Daftar Hadir

Foto-Foto

(7)

7

A. Latar Belakang Kegiatan

Desa-desa di Indonesia berpeluang untuk berdaulat, mandiri dan demokratis di bawah payung hukum

UU No 6/2014 tentang Desa (UU Desa). Selain alokasi uang yang membesar, perubahan lain adalah

jaminan hukum kedudukan desa di dalam sistem NKRI (Pasal 5 UU Desa), pengakuan kewenangan

desa oleh pemerintahan republik (Pasal 19 UU Desa), dan pelembagaan demokrasi desa melalui

Musyawarah Desa-Musdes (Pasal 54 UU Desa). Singkat kata, UU Desa telah memandatkan negara

untuk memenuhi hak-hak desa yang selama ini terabaikan dan menjamin tata kelola pemerintahan

desa yang berdaulat, mandiri dan demokratis.

Lebih dari itu, Desa tidak lagi sebagai subordinasi kabupaten. Desa pun memiliki kewenangan yang

bersifat asal usul dan lokal berskala desa. Dari segi perencanaan desa, dokumen RPJMDes yang

berdurasi 6 tahun menjadi satu-satunya dokumen perencanaan di desa. Implikasinya, siapapun

yang hendak menjalankan pembangunan di desa harus merujuk pada RPJMDes. Inilah peluang

desa untuk bisa berdaulat di tanahnya sendiri.

Dari segi keuangan, UU Desa memandatkan negara mengalokasikan sebagian APBN kepada desa

dan sebagian dana perimbangan yang diterima kabupaten sebagai alokasi dana desa. Kapasitas

keuangan desa yang menguat dari negara dan peluang memperkuat keuangan dari pendapatan

asli desa (PADesa) inilah yang akan menjadi peluang desa bisa mandiri. Sementara itu dari segi

partisipasi publik, kelembagaan Musdes yang memiliki spirit melibatkan semua warga (civic

engagement) dalam membahas berbagai hal strategis di desa, merupakan peluang besar bagi

demokratisasi desa dan menjadikan desa semakin demokratis.

Tetapi, implementasi UU Desa juga memiliki tantangan yang signifikan misalnya terkait kesiapan

aparatur pemerintahan kabupaten, pemerintahan desa, lembaga-lembaga desa lainnya, serta

warga masyarakat masing-masing desa. Hal penting yang sering luput dari perhatian desa adalah

peran kelompok marginal di desa yang selama ini belum dilibatkan dalam tata kelola pemerintahan

desa. Karena itu, dengan UU Desa ini seharusnya kelompok rentan di desa lebih diperhatikan dan

dilibatkan. Peluang tersebut terbuka lebar, karena pemerintahan desa dan warganya akan menjadi

subyek pembangunan di desanya sendiri. Ke depan, pelaksanaan UU Desa harus lebih inklusif dan

memperhatikan hak-hak kelompok tersebut yang masih termarginalkan selama ini.

Berpijak pada pertimbangan di atas, Institute for Research and Empowerment (IRE) dan Center

for Civic Engagement and Studies (CCES) dengan dukungan HIVOS menjalankan program riset

aksi bertajuk “Mendorong Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Desa yang Berdaulat, Mandiri

dan Demokratis.” Tujuan utama riset aksi ini adalah mengembangkan Instrumen/Alat Bantu yang

Efektif dan Efisien untuk Tata Kelola Pemerintahan Desa yang Berdaulat, Mandiri dan Demokratis.

Selain melakukan riset dan mengembangkan instrumen, program ini juga akan melakukan piloting

project di Kab Gunungkidul-DIY dan Kab Bantaeng-Sulsel.

(8)

8

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

B. Tujuan

1. Menyampaikan rencana aksi program yang dilakukan IRE-CCES

2. Mempresentasikan dan mendiskusikan hasil riset

3. Membahas tindak lanjut kegiatan pasca audiensi

C. Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilakukan pada hari/tanggal Rabo, 22 April 2015 bertempat di Kantor Bappenas-Jakarta

dan Kantor Kemendesa-Jakarta. Pertemuan pertama dilakukan di kantor Bappenas pada pagi hari,

lalu dilanjutkan di kantor Kemendesa pada siang hingga sore hari.

D. Peserta

Kegiatan ini diikuti oleh pihak Direktur Perkotaan dan Pedesaan – Bappenas, Staf ahli Menteri Desa,

PDT dan Transmigrasi dan delegasi dari IRE dan CCES (Pimpinan lembaga, Pengelola program, Tim

Ahli dan Peneliti).

E. Agenda Kegiatan

No Jam

Kegiatan

PIC

1

10.00 – 10.15

Pembukaan

IRE dan CCES

2

10.15 – 10.30

Sambutan Direktur Pedesaan dan

Perkotaan- Bappenas

Ir. Hayu

Direktur Pedesaan

dan Perkotaan –

Bappenas

3

10.30 – 11.30

Paparan dan Diskusi Hasil Riset

Peneliti dan Tim

4

11.30 – 12.00

Agenda Tindak Lanjut dan Penutupan Pengelola Program

Perjalanan dari Kantor Bappenas ke Kantor Kemendesa

5

13.30 – 14.00

Pembukaan

IRE dan CCES

6

14.00 – 14.30

Sambutan Staf Ahli Menteri Desa, PDT

dan Transmigrasi

Iman dan Indra Lubis

7

14.30 – 15.30

Paparan dan Diskusi Hasil Riset

Peneliti dan Tim

(9)

9

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

F. Hasil Kegiatan

Pada pagi hingga siang hari, tim IRE-CCES berkunjung ke Bappenas. Kunjungan ini diterima

dengan hangat oleh Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Bappenas.

Sebagai pengantar, Krisdyatmiko, Direktur Eksekutif Institute for Research and Empowerment

(IRE) Yogyakarta menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak Bappenas yang sudah

bersedia menerima kunjungan tim IRE-CCES. Krisdyatmiko mengatakan bahwa maksud

utama kunjungan ini hendak menyampaikan pokok temuan riset dan rencana program terkait

implementasi UU Desa. Kebetulan, saat ini IRE dan CCES dengan dukungan HIVOS sedang

menjalankan program bertajuk “Mendorong Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Desa

yang Berdaulat, Mandiri dan Demokratis.” Selain melakukan riset dan penyusunan instrumen

untuk implementasi UU Desa, program ini juga akan melakukan pendampingan di dua daerah

yakni Kab. Gunungkidul-Yogyakarta dan Kab Bantaeng-Sulawesi Selatan. Di setiap kabupaten

ada dua desa yang menjadi lokasi dampingan.

Ibu Ir. Hayu Parasati mengatakan bahwa pada prinsipnya, Bappenas selalu membutuhkan

input dan berterima kasih jika ada pihak di luar pemerintahan yang bersedia ikut memikirkan

soal desa. Pejabat eselon dua ini juga menekankan bahwa pihaknya selalu mendukung kinerja

program yang mendorong kemajuan desa. Ini juga selaras dengan rencana pemerintah yang

tertuang dalam RPJMN dimana didalamnya juga mendorong munculnya desa mandiri.

Merespon program yang sedang dijalankan IRE-CCES, Bappenas berharap bahwa hasil dari

program bisa berkontribusi pada indeks pembangunan desa yang sedang dikembangkan

oleh Bappenas. “Saat ini indeks pembangunan desa sedang didiskusikan,” kata Hayu sambil

menambahkan bahwa pihaknya juga sedang memantau pemanfaatan dana desa yang sudah

mulai mengucur ke desa-desa pada medio April 2015. Hayu juga menambahkan bahwa dana

desa ini akan dicairkan secara bertahap ke desa hingga mencapai 100% sebagaimana mandat

regulasi pada tahun 2019. Pemerintah saat ini mengkategorisasi desa ke dalam tiga kluster

yakni desa tertinggal, desa berkembang dan desa mandiri.

Forum Diskusi juga menyinggung soal ketersediaan data desa sebagai basis bekerjanya

fungsi desa (fungsi pemerintahan, fungsi pembangunan, fungsi pemberdayaan dan fungsi

sosial kemasyarakatan). Tanpa ada data yang memadai, maka desa bisa saja tidak berfungsi

sebagaimana mestinya. Data desa ini minimal meliputi tiga hal yaitu data dasar desa (profil

desa) yang menjadi lokus kewenangan Kemendagri, data pembangunan dan perencanaan desa

yang menjadi lokus Kemendesa dan Bappenas serta sistem informasi desa. Data soal sistem

informasi desa inilah yang belum jelas siapa yang akan mengurus. Persoalan utama adalah

bagaimana mensinkronkan ketiga data pokok yang dibutuhkan agar fungsi desa bisa berjalan

dengan baik. Adanya dua kementerian yang memiliki otoritas terhadap desa juga menjadi hal

tersendiri. Ke depan, perlu didorong adanya pusat informasi desa yang menjadi pusat segala

data desa di desa dan menjadi acuan bagi semua pihak.

(10)

10

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

Selain itu, salah satu temuan penting dalam kegiatan riset yang dilakukan IRE-CCES ini adalah

belum ditemukannya regulasi soal kewenangan desa-daerah. Temuan riset mengatakan bahwa

peraturan bupati soal pembagian kewenangan daerah dan desa belum menjadi perhatian publik

padahal ia adalah regulasi yang penting dan menjadi dasar dalam penyusunan perencanaan

program.

Sebagai upaya untuk memudahkan implementasi UU Desa, program yang dilaksanakan

IRE-CCES ini juga akan mengembangkan berbagai instrumen atau alat bantu agar pemerintah

kabupaten, pemerintah kecamatan, pemerintah dan warga desa bisa lebih mudah menjalankan

UU Desa. Instrumen yang dikembangkan adalah buku saku, modul, film, leaflet dan stand

banner.

Di akhir diskusi, ibu Hayu sangat mengapresiasi program yang sedang dijalankan IRE-CCES

terutama pengembangan instrumen yang sedang disusun. “Saya kira, belum ada yang pihak

yang memikirkan pengembangan instrumen untuk memudahkan pelaksanaan UU Desa,” kata

ibu Hayu.

Setelah istirahat sejenak, tim IRE-CCES melanjutkan kunjungan berikutnya ke kantor

Kemendesa, PDT dan Transmigrasi. Kunjungan ini diterima oleh dua staf ahli yakni Bapak

Iman dan Bapak Indra Lubis. Staf ahli ini merupakan pejabat penting karena memiliki akses

yang langsung kepada Menteri dan memiliki tugas penting memberi telaah suatu isu strategis

kepada Menteri. Belum adanya pejabat yang tetap di level direktorat membuat tim IRE-CCES

memutuskan untuk bertemu dengan staf ahli yang selama ini selalu menemani dan memberi

masukan kepada Menteri Desa.

Secara prinsip, kedua staf ahli ini mengapresiasi rencana program yang dikembangkan IRE-CCES

dan secara khusus menyambut baik rencana pengembangan instrumen untuk implementasi

UU Desa. Salah satu instrumen yang dikenalkan kepada kedua staf ahli adalah aplikasi mobile

phone DESAKITA.ID yang berisi tentang hal-hal strategis dalam UU Desa. Aplikasi ini bisa

diunduh melalui google play dan bisa dimainkan secara offline untuk mempelajari apa saja isu

strategis dalam UU Desa.

Forum Diskusi juga mengusulkan agar ada juga semacam pengembangan web seperti

kawaldesa.org untuk memantau perkembangan desa dan terutama memantau pemanfaatan

dana desa yang diturunkan mulai medio April 2015. Adanya web ini diharapkan akan menjadi

“rumah” bersama untuk mengawasi perkembangan desa.

Selain itu, kedua staf ahli juga berpendapat tentang pentingnya penggunaan Permendesa

dalam pengembangan instrumen pelaksanaan UU Desa. Terhadap usul ini, tim IRE-CCES

menyambut baik dan pasti akan memakai peraturan yang telah dikeluarkan oleh Menteri Desa

dalam penyusunan instrumen.

(11)

11

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

G. Kesimpulan dan Penutup

Kegiatan road show ke para pengambil kebijakan terutama di Bappenas dan Kemendesa

ini secara khusus bertujuan untuk mengenalkan program yang dijalankan IRE-CCES dengan

dukungan HIVOS. Pengenalan program terutama mencakup diseminasi hasil riset, rencana

pengembangan instrumen dan rencana pendampingan desa. Terkait diseminasi hasil riset,

salah satu staf ahli Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi sudah bersedia hadir dan menjadi

nara sumber dalam acara Seminar Nasional diseminasi hasil riset di Yogyakarta pada akhir

April 2015.

Terkait pengembangan instrumen dan rencana pendampingan, respon positif juga diterima

baik dari Bappenas maupun Kemendesa, PDT dan Transmigrasi. Kedua pihak juga berharap

agar pengembangan instrumen ini bisa segera diwujudkan agar kabupaten maupun desa bisa

lebih mudah menjalankan amanat UU No 6/2014 tentang Desa.

(12)

12

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

PEL AKSANA PROGRAM

K

EG

IA

TA

N

T E

S I R

I S A

K I L P

E R

N A

D I

S

O

M

O R

P

ASIS

TEN

SI

PENG

GUN

AA

N IN

ST

RU

M

EN

ALA T BANT U D I D ESA DAN KA BU PA TEN

D

IS

EM

IN

AS

I

H

A

SI

L

RI

SE

T

PE

NG

EMB

ANGAN

INS

TRU

MEN

ALAT BANTU U NTUK IMPL EMENT ASI UU DESA

Menuju Desa

yang Berdaulat,

Mandiri dan Demokratis

Pr o�l IR E Institute for Resear ch and Empow erment (IR E) adalah sebuah lembaga independen dan non par tisan berbasis pada komunitas ak ademik yang ber diri di Yogyak ar ta pada tahun 1994. Fokus kegiatan IR E adalah memperluas , memper dalam demok rasi melalui penguatan gagasan dan sik ap kritis elemen masyarak at sipil , Negara dan swasta. Topik penelitian I RE dikembangk an melalui tiga klaster , yaitu; deepening democr ac y, gov ernanc e and polic y reform, ser ta communit y dev elopment and empow erment, dengan memperkuat isu lintas klaster meliputi pov er ty aleviation dan village reform ." N IL A I DA N M A N DA T O RG A N IS A SI IR E, d en g an b ek al p er sp ek ti f kr it is , m em p u n ya i m an d at p em b er d ay aa n u n tu k m en ge m ba ng ka n se ju m la h ni la i ya ng i nh er en d al am d em ok ra si : ke m aj em uk an , ot on om i, ke m an di ri an , ke se ta ra an , p er sa m aa n, c iv ili ty, k et er b uk aa n, a nt ik ek er as an , an ti d om in as i, antidisk riminasi, dan sebagain ya. Oleh kar ena itu , I RE men yatak an “perang ” terhadap wacana dan praktik -praktik aktor-aktor yang anti terhadap nilai-nilai demok rasi itu . V IS I Menjadi or ganisasi yang berper an aktif dalam mengembangk an pengetahuan untuk memperngaruhi kebijak an str ategis menuju ter wujudny a negar a yang kuat dan masy ar ak at lok al yang mandiri. M IS I Mengembangk an pengetahuan dengan penelitian, pengembangan kapasitas dan publik asi untuk mendorong negar a melakuk an reformasi kebijak an yang pro -poor dan responsif gender . D EW A N P EM B IN A Ketua: Pr of . Dr . Heru Nugr oho (spesialis Sosiologi Ekonomi), W ak il Ketua: Dr . Suharko (Spesialis N G O dan Gerak an Sosial) | B A DA N P EN G U RU S Ketua: Dr . Bambang Huda yana (Spesialis Antr opologi) | D EW A N P EN G AW A S Ketua: Pr of . Dr . Susetia wan (Spesialis Sosiologi Masyarak at Industri) | B A DA N E K SE K U TI F Krisdyatmiko , M.Si (Dir ektur Eksekutif ), Sunaji Zamr oni, M.Si (Deputi P engembangan P

rogram dan Jaringan),

Titok Hariyanto , S. IP (Deputi P engembangan SD M dan Kelembagaan). Alamat: Jl. Palagan Tentar a Pelajar Km. 9.5 Dusun Tegalrejo Rt 01/ RW 09 Ds . S ariharjo Kec . Ngaglik Sl em a n Y o g ya ka rt a 5 55 81 , Te lp . 02 74 -8 67 68 6 E-m a il : o ce @ ir ey o g ya .o rg W eb si te : http://w w w .irey ogy a.or g Pr o�l CC ES CC ES be rd iri d en ga n m is i m em pe rk uat k el om po k m as ya ra kat s ip il m en da la m i pro se s transf ormasi demok rasi yang lebih mendasar dan substansial . Keberadaan lembaga ini menjadi w uj ud k om itm en u nt uk m en ek un i pe na ta an p ila r-pi la r m as ya ra ka t si pi l da la m m em ba nt u meningk atk an kualitas persen ya waann ya (engagement) dengan berbagai entitas dan stakeholder pada saat mempengaruhi dan terlibat di dalam pr oses pengambilan keputusan dan kebijak an st rate gi s se rt a pe nc ip ta an r ua ng -r ua ng a lte rn at if ya ng l eb ih e ks pre si f da la m p ro se s tra ns is i demok rasi. Harapann ya, lembaga ini dapat ikut mendor ong perkuatan kualitas adv ok asi oleh masyarak at sipil , sektor media ser ta pelaku-pelaku lainn ya didalam menegak kan prinsip -prinsip tata kelola pemerintahan, baik dari sisi supply (peran Negara) maupun dari sisi demand (peran masyarak at sipil dan sektor media). Upaya memperkuat tersebut dilakuk an melalui berbagai riset dan akomodatif terhadap ke but uh an advo kas i, pe m be ria n as is te ns i te kn is m aup un pe nda m pin ga n ser ta p en in gk at an kapasitas pihak-pihak ter hadap isu-isu yang ber kembang sepanjang memenuhi unsur-unsur penegak an hak warga ser ta membuk a peluang keterlibatan warga, desa dan daerah dalam pengambilan keputusan didalam per encanaan, penganggaran dan penga wasan pembangunan. St rate gi u nt uk m en gu at ka n en ga ge m ent d ila ku ka n de ng an m en gg un ak an p en de kat an kemitraan kritis (critic al par tnership) dengan berbagai pihak termasuk unsur Negara dan juga sektor swasta, dengan tetap ber oerientasi dan berpihak pada hak -hak war ga dan keadilan sosial . Secara spesi�k lembaga ini didirik an dengan tujuan:  Memperkuat peran masyarak at sipil agar dapat berpar tisipasi dalam pr oses pengambilan keputusan strategis pada berbagai lev el dan tahapan pembangunan.  Mengembangk an berbagai alat ser ta perangk at guna mendukung perbaik an kualitas tata kelola pemerintahan yang lebih baik pada sisi Negara maupun masyarak at sipil .  Membangun dan memperkuat ruang-ruang alternatif yang lebih ekspr esif untuk lebih memperkuat transisi demok rasi yang lebih baik . M A N AG EM EN T TE A M Ex ecutiv e Dir ec tor : I mam Prakoso , P rogram Manager : N ieke Jahja, Finance and Administration M anager : D yah Roessusita | EX PE RT S Research Exper ts: D yah W idur i S, Transpiosa Riomandha, Knowledge Management: Ferr y Sirait, Cr eativ e and Media Dev elopment: Ade Tanesia Panjaitan. Alamat kontak : Jl . K emuning 1B , P ik gondang RT 05 RW 53, Condongc atur , D epok Sleman Yogy ak ar ta 55283, Telp ./F ax: +62 274 885006, E-mail: cc es_indonesia2014@y ahoo .c om, W ebsite: w w w .c ces .or .id

(13)

13

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

Kont

eks

Desa-desa di I

ndonesia berpeluang untuk ber

daulat, mandiri dan

demok ratis di ba wah pa yung hukum U U No . 6/2014 t entang Desa ( U U Desa). S elain alok

asi uang yang membesar

, perubahan lain adalah jaminan

hukum keduduk

an desa di dalam sist

em N KR I (P asal 5 U U Desa), pengakuan kew

enangan desa oleh pemerintahan r

epublik (P

asal 19

U

U

Desa), dan pelembagaan demok

rasi desa melalui Musya

warah Desa—Musdes (P asal 54 U U Desa). Singk at k ata, U U Desa t elah memandatk

an negara untuk memenuhi hak

-hak desa yang selama ini

terabaik

an dan menjamin tata kelola pemerintahan desa yang ber

daulat,

mandiri dan demok

ratis

.

Lebih dari itu

, Desa tidak lag

i sebagai subor

dinasi k

abupat

en. Desa pun

memilik

i kew

enangan yang bersifat asal usul dan lok

al bersk

ala desa. Dari

seg

i per

encanaan desa, dokumen

RP

JM

D

es yang ber

durasi 6 tahun menjadi

satu-satun

ya dokumen per

encanaan di desa. I

mplik

asin

ya, siapapun yang

hendak menjalank

an pembangunan di desa harus merujuk pada

RP

JM

D

es

.

Inilah peluang desa untuk bisa ber

daulat di tanahn

ya sendiri. Dari seg

i keuangan, U U Desa memandatk an negara mengalok asik an sebag ian A PB N

kepada desa dan sebag

ian dana perimbangan yang dit

erima k

abupat

en

sebagai alok

asi dana desa. K

apasitas keuangan desa yang menguat dari

negara dan peluang memperkuat keuangan dari pendapatan asli de

sa

(P

A

D

esa) inilah yang ak

an menjadi peluang desa bisa mandiri. S

ementara

itu dari seg

i par

tisipasi publik

, kelembagaan Musdes yang memilik

i spirit

melibatk

an semua war

ga

(civic engagement)

dalam membahas berbagai hal

strat

eg

is di desa, merupak

an peluang besar bag

i demok

ratisasi desa dan

menjadik an desa semak in demok ratis . Tetapi, implementasi U U

Desa juga memilik

i tantangan yang sig

ni�k

an

misaln

ya t

erk

ait kesiapan aparatur pemerintahan k

abupat

en, pemerintahan

desa, lembaga-lembaga desa lainn

ya, ser

ta war

ga masyarak

at

masing-masing desa. Hal penting yang sering luput dari perhatian desa

adalah

peran kelompok mar

ginal di desa yang selama ini belum dilibatk

an dalam

tata kelola pemerintahan desa. K

ar

ena itu

, dengan

U

U

Desa ini seharusn

ya

kelompok r

entan di desa lebih diperhatik

an dan dilibatk an. P eluang tersebut t erbuk a lebar , k ar

ena pemerintahan desa dan war

gan

ya ak

an

menjadi sub

yek pembangunan di desan

ya sendiri. Ke depan, pelaksanaan

U

U

Desa harus lebih ink

lusif dan memperhatik

an hak

-hak kelompok

tersebut yang masih t

ermar ginalk an selama ini. M en yiapk

an stakeholder desa dalam meng

implementasik

an

U

U

Desa

memang sangat penting dan prioritas

, namun tidak lah lengk ap tanpa men yiapk an peran k abupat en dalam men yusun kebijak an desa dan melaksanak an penga

wasan maupun pendampingan. I

ni misaln ya t erlihat dalam U U

Desa pasal 22 di mana ada penugasan yang diberik

an

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah ke desa. Hal ini t

entu

membutuhk

an adan

ya r

ef

ormulasi hubungan daerah dan desa.

Termasuk ref ormulasi kebijak an k abupat en untuk desa.

Berpijak pada analisis kondisi eksisting pada aspek r

egulasi t ek nis dan kesiapan pemerintahan t erhadap mandat ori U U Desa seper ti diuraik an di atas

, nampak sejumlah kesenjangan. K

apasitas pemerintahan k abupat en dalam men yediak an instrumen kebijak an, pr og

ram dan keg

iatan jelas

menjadi t

er

tantang oleh adan

ya U U Desa ini. P un demik ian dengan

kapasitas pemerintahan desa dalam men

yediak

an r

egulasi maupun

kelembagaan yang membuk

a ket

erlibatan masyarak

at penting pula

diperhatik

an. Kesenjangan-kesenjangan yang ada t

ersebut dapat

dijembatani melalui hal-hal sebagai berikut:

Perbaik

an implementasi par

tisipasi war

ga desa dalam kebijak

an yang

ber

orientasi pada pemanfaatan aset desa, per

encanaan dan

penganggaran, pela

yanan publik ser

ta penga

wasan maupun

evaluasi. Guna memastik

an implementasi par tisipasi berlangsung secara t erus-menerus , perlu instrumen t er

tentu untuk mendukung

pelembagaann

ya. I

nstrumen t

ersebut dipilih atas dasar kesepak

atan antarpihak di desa.  Perbaik an pelaksanaan super visi P emerintah K abupat en kepada Desa

sesuai dengan mandat

ori

U

U

Desa dan dapat diinstitusionalisasik

an,

sehingga pr

osesn

ya menjadi berkelanjutan dan dilaksanak

an secara terus menerus .  Perbaik an kebijak an, pr og ram/keg

iatan dan instrumentasi

pendampingan pemerintah penting berbasis pada bukti-bukti atas praktik instrumentasi yang ef

ektif dan e�sien dalam

mengembangk

an tata kelola pemerintahan desa. Untuk itu

dibutuhk an adan ya piloting t erhadap beberapa k abupat en dan desa, guna mengujic obak

an instrumen/alat bantu dan

mengembangk

ann

ya menjadi instrumen yang ef

ektif dan e�sien

untuk mendukung tata kelola pemerintahan desa yang ber

daulat,

mandiri dan demok

ratis .

Tujuan

M engembangk an I

nstrumen/Alat Bantu yang Ef

ektif dan E�sien untuk

Tata Kelola P

emerintahan Desa yang Ber

daulat, M

andiri dan Demok

ratis .

O

utput

 Hasil riset t entang kondisi t erk

ini desa dan k

abupat

en pasca

disahk

ann

ya Undang Undang Desa di K

ab . Bantaeng (Sulsel), K ab Gunungk idul ( D IY ) dan K ab . W onosobo ( Jat eng). 

Instrumen/alat bantu (�lm, modul

, buku saku,

�ea�et� �tan�ing

banner

) yang dapat digunak

an oleh P

emerintah Desa dan

stakeholder desa lainn

ya, t

ermasuk war

ga secara luas dalam

meng

implementasik

an Undang Undang Desa.

Adan

ya por

tal dan aplik

asi yang dapat digunak

an oleh masyarak

at

desa dan publik untuk melakuk

an pemantauan dan penga

wasan

pelaksanaan

U

U

(14)

14

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

POLICY

MEMO

April 2015

1

Pengantar

Kepada Direktorat Perkotaan dan Perdesaan - Bappenas

Dari Institute for Research and Empowerment (IRE), Center for Civic

Engagement and Studies (CCES)Yogyakarta

Perihal Kepasitas daerah dan desa dalam melaksanakan UU Desa

Tanggal 22 April 2015

Desa-desa di Indonesia saat ini sedang bersiap mel-aksanakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Pemerintah pun telah menerbitkan peraturan teknis berupa Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri. Meski terlambat diterbitkan dan masih belum memadai, regulasi teknis dari pusat ini menurut IRE dan CCES seharusnya segera ditindaklanjuti oleh daerah/kabupaten. Penting bagi daerah untuk segera menerbitkan pedoman teknis berupa regulasi, program/kegiatan dan instrumen teknis lain untuk memastikan desa melaksanakan UU Desa secara tepat.

Penelitian IRE dan CCES bertema “Mendorong Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Desa yang Berdaulat, Mandiri dan Demokratis” yang dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kabupaten Wonosobo (Jawa Tengah), Kabupaten Gunungkidul (D.I. Yogyakarta) dan Kabupaten Bantaeng (Sulawesi Selatan), menemukan sejumlah capacity gap kabupaten-desa, antarkabupaten maupun antardesa.

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dikategorikan sigap mensosialisasikan UU Desa ke birokrat dae-rah dan desa. Termasuk cepat pula menata ulang regulasi daerah tentang desa (Perda, Perbup).

Kabupaten Bantaeng tetap memelihara inovasi pengembangan BUMDesa, namun dalam sosialisasi maupun menata ulang regulasi daerah tentang desa, tergolong biasa saja. Pemerintah Kabupaten Wonosobo cepat memulai kerjasama piloting desa menyusun perencanaan desa (RPJMDes 2016-2020) dengan pihak ketiga (Forum Desa Nusantara). Namun daerah ini tergolong lamban dalam menata ulang regulasi daerah tentang desa. Secara merata ketiga daerah belum memiliki keberpihakan yang sistematis dalam memandu desa untuk melakukan affirmative policy kepada kelompok-kelompok rentan di desa.

Rekomendasi

Secara umum, memo kebijakan ini mere-komen dasikan pentingnya pemerintah se gera mensupervisi dan mengakselerasi ke siapan kabupaten dalam memfasilitasi pe lak sanaan UU Desa. Secara khusus re komendasi yang diprioritaskan adalah sebagai berikut:

1. Memastikan setiap Bupati menerbitkan Peraturan Bupati tentang Daftar Kewenangan Desa. Mandat UU Desa, Pasal 37 PP 43/2014, dan Permendesa 1/2015 dengan tegas memerintahkan kabupaten bersama DIDUKUNG OLEH

PELAKSANA PROGAM

2

IRE POLICY MEMO /APRIL 2015 desa mengidentifikasi daftar kewenangan

asal usul dan lokal berskala desa. Hingga kini, tiga kabupaten lokasi penelitian belum memiliki Perbup ini. Hasil observasi IRE di beberapa kabupaten di Propinsi NTT (Flores Timur, Sikka, Timur Tengah Selatan, Timur Tengah Utara, Sumba), Kabupaten Kutai Kartanegara (Kalimantan Timur), Kabupaten Lombok Timur (NTB) dan Kabupaten Tuban (Jawa Timur) juga menunjukkan, pemerintah daerah belum memiliki Perbup tentang Daftar Kewenangan Desa. Perbup ini strategis sebagai pedoman desa untuk menerbitkan Perdes tentang Kewenangan Desa. Karena tanpa kewenangan desa yang definitif dan jelas, perencanaan dan penganggaran desa tidak memiliki pijakan yang kuat dan pandu arah yang jelas.

2. Mendorong Bappeda kabupaten/kota me-nata ulang mekanisme dan prosedur peren-canaan daerah dan perenperen-canaan desa. Sistem perencanaan pembangunan daerah selama ini mengacu UU No 25/2004, yaitu melakukan perencanaan sektoral se-cara spasial: dari dusun-desa-kecamatan-kabupaten. Pemberlakuan UU Desa memberi template baru dalam perencanaan daerah, karena hasil Musrenbangdes mengalir ke atas (perencanaan daerah) dan mengalir ke samping (perencanaan desa). Karena itu, Bappeda sebagai SKPD pemangku pe-rencanaan daerah penting untuk segera menata ulang mekanisme dan prosedur perencanaan daerah dan desa. Pemerintah daerah penting pula untuk meningkatkan kapasitas desa agar memiliki pemahaman dan keterampilan menjalankan perencanaan sesuai template baru UU Desa tersebut. 3. Mendorong pemerintahan kabupaten/kota

untuk segera menyediakan instrumen–ins-trumen pendukung bagi upaya mewu judkan desa berdaulat, mandiri dan demo kratis. Instrumen yang dimaksud antara lain: a. Perangkat keras, perangkat lunak dan SDM

untuk pengembangan Sistem Informasi Desa (SID). Perencanaan dan penganggaran desa membutuhkan data sumberdaya desa, data pembangunan desa, data sosial budaya desa, serta data lainnya yang relevan.

b. Buku saku kewenangan dan perencanaan desa yang berisi antara lain prinsip-prinsip, alur, juklak, dan juknis/form-form) penyusunan dokumen kewenangan desa, RPJM Desa, RKP Desa, dan APB Desa. Buku ini juga harus mendorong desa memberikan ruang partisipasi dan keberpihakan kepada kepentingan kelompok rentan.

c. Buku modul pelaksanaan Musyawarah Desa yang beorientasi memperkuat peran BPD dan lembaga desa lainnya (LPMD, PKK, Posyandu, dll.) dalam mengelola isu-isu strategis desa.

d. Pengembangan Sistem Informasi Keuangan Desa (SIKUDES) sesuai dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

4. Mendorong pemerintah kabupaten/kota me ngembangkan kebijakan daerah dan desa yang berpihak kepada kelompok ren-tan. Peluang UU Desa harus bisa ditrans-formasi menjadi instrumen kebijakan yang menguntungkan kepentingan dan kebutuhan kelompok rentan di desa. Desa bisa didorong melakukan langkah-langkah berikut ini: a. Identifikasi dan pendataan kelompok

marjinal dan rentan di desa. Dengan data yang akurat, maka desa memiliki basis data untuk memberikan pelayanan secara paripurna.

b. Peningkatan kapasitas untuk kelompok marjinal dan rentan di desa agar mampu terlibat dalam kegiatan pemerintahan, pembangunan, sosial dan pemberdayaan masyarakat. Kelompok marjinal dan rentan yang dimaksud adalah perempuan, warga miskin, lansia, kelompok difable, janda-janda, dan kelompok masyarakat penganut kepercayaan maupun eks Tapol.

Institute for Research and Empowerment (IRE)

Alamat: Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9.5 Dusun Tegalrejo Rt 01/RW 09 Ds. Sariharjo Kec. Ngaglik Sle-man Yogyakarta 55581, Telp. 0274-867686 E-mail: office@ ireyogya.org Website: http:// www.ireyogya.org Center For Civic Engage-ment and Studies (CCES)

Alamat kontak: Jl. Kemuning 1B, Pikgondang RT 05 RW 53, Condongcatur, Depok Sleman Yogyakarta 55283, Telp./Fax: +62 274 885006, E-mail: cces_ indonesia2014@yahoo.com, Website: www.cces.or.id

(15)

15

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

2

IRE POLICY MEMO /APRIL 2015

POLICY MEMO

POLICY MEMO

desa mengidentifikasi daftar kewenangan asal usul dan lokal berskala desa. Hingga kini, tiga kabupaten lokasi penelitian belum memiliki Perbup ini. Hasil observasi IRE di beberapa kabupaten di Propinsi NTT (Flores Timur, Sikka, Timur Tengah Selatan, Timur Tengah Utara, Sumba), Kabupaten Kutai Kartanegara (Kalimantan Timur), Kabupaten Lombok Timur (NTB) dan Kabupaten Tuban (Jawa Timur) juga menunjukkan, pemerintah daerah belum memiliki Perbup tentang Daftar Kewenangan Desa. Perbup ini strategis sebagai pedoman desa untuk menerbitkan Perdes tentang Kewenangan Desa. Karena tanpa kewenangan desa yang definitif dan jelas, perencanaan dan penganggaran desa tidak memiliki pijakan yang kuat dan pandu arah yang jelas.

2. Mendorong Bappeda kabupaten/kota me-nata ulang mekanisme dan prosedur peren-canaan daerah dan perenperen-canaan desa. Sistem perencanaan pembangunan daerah selama ini mengacu UU No 25/2004, yaitu melakukan perencanaan sektoral se-cara spasial: dari dusun-desa-kecamatan-kabupaten. Pemberlakuan UU Desa memberi template baru dalam perencanaan daerah, karena hasil Musrenbangdes mengalir ke atas (perencanaan daerah) dan mengalir ke samping (perencanaan desa). Karena itu, Bappeda sebagai SKPD pemangku pe-rencanaan daerah penting untuk segera menata ulang mekanisme dan prosedur perencanaan daerah dan desa. Pemerintah daerah penting pula untuk meningkatkan kapasitas desa agar memiliki pemahaman dan keterampilan menjalankan perencanaan sesuai template baru UU Desa tersebut. 3. Mendorong pemerintahan kabupaten/kota

untuk segera menyediakan instrumen–ins-trumen pendukung bagi upaya mewu judkan desa berdaulat, mandiri dan demo kratis. Instrumen yang dimaksud antara lain: a. Perangkat keras, perangkat lunak dan SDM

untuk pengembangan Sistem Informasi Desa (SID). Perencanaan dan penganggaran desa membutuhkan data sumberdaya desa, data pembangunan desa, data sosial budaya desa, serta data lainnya yang relevan.

b. Buku saku kewenangan dan perencanaan desa yang berisi antara lain prinsip-prinsip, alur, juklak, dan juknis/form-form) penyusunan dokumen kewenangan desa, RPJM Desa, RKP Desa, dan APB Desa. Buku ini juga harus mendorong desa memberikan ruang partisipasi dan keberpihakan kepada kepentingan kelompok rentan.

c. Buku modul pelaksanaan Musyawarah Desa yang beorientasi memperkuat peran BPD dan lembaga desa lainnya (LPMD, PKK, Posyandu, dll.) dalam mengelola isu-isu strategis desa.

d. Pengembangan Sistem Informasi Keuangan Desa (SIKUDES) sesuai dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

4. Mendorong pemerintah kabupaten/kota me ngembangkan kebijakan daerah dan desa yang berpihak kepada kelompok ren-tan. Peluang UU Desa harus bisa ditrans-formasi menjadi instrumen kebijakan yang menguntungkan kepentingan dan kebutuhan kelompok rentan di desa. Desa bisa didorong melakukan langkah-langkah berikut ini: a. Identifikasi dan pendataan kelompok

marjinal dan rentan di desa. Dengan data yang akurat, maka desa memiliki basis data untuk memberikan pelayanan secara paripurna.

b. Peningkatan kapasitas untuk kelompok marjinal dan rentan di desa agar mampu terlibat dalam kegiatan pemerintahan, pembangunan, sosial dan pemberdayaan masyarakat. Kelompok marjinal dan rentan yang dimaksud adalah perempuan, warga miskin, lansia, kelompok difable, janda-janda, dan kelompok masyarakat penganut kepercayaan maupun eks Tapol.

Institute for Research and Empowerment (IRE)

Alamat: Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9.5 Dusun Tegalrejo Rt 01/RW 09 Ds. Sariharjo Kec. Ngaglik Sle-man Yogyakarta 55581, Telp. 0274-867686 E-mail: office@ ireyogya.org Website: http:// www.ireyogya.org Center For Civic Engage-ment and Studies (CCES)

Alamat kontak: Jl. Kemuning 1B, Pikgondang RT 05 RW 53, Condongcatur, Depok Sleman Yogyakarta 55283, Telp./Fax: +62 274 885006, E-mail: cces_ indonesia2014@yahoo.com, Website: www.cces.or.id

(16)

16

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

POLICY

MEMO

April 2015

1

Pengantar

Kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Dari Institute for Research and Empowerment (IRE), Center for Civic

Engagement and Studies (CCES)Yogyakarta

Perihal Kepasitas daerah dan desa dalam melaksanakan UU Desa

Tanggal 22 April 2015

Desa-desa di Indonesia saat ini sedang bersiap mel-aksanakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Pemerintah pun telah menerbitkan peraturan teknis berupa Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri. Meski terlambat diterbitkan dan masih belum memadai, regulasi teknis dari pusat ini menurut IRE dan CCES seharusnya segera ditindaklanjuti oleh daerah/kabupaten. Penting bagi daerah untuk segera menerbitkan pedoman teknis berupa regulasi, program/kegiatan dan instrumen teknis lain untuk memastikan desa melaksanakan UU Desa secara tepat.

Penelitian IRE dan CCES bertema “Mendorong Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Desa yang Berdaulat, Mandiri dan Demokratis” yang dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kabupaten Wonosobo (Jawa Tengah), Kabupaten Gunungkidul (D.I. Yogyakarta) dan Kabupaten Bantaeng (Sulawesi Selatan), menemukan sejumlah capacity gap kabupaten-desa, antarkabupaten maupun antardesa.

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dikategorikan sigap mensosialisasikan UU Desa ke birokrat dae-rah dan desa. Termasuk cepat pula menata ulang regulasi daerah tentang desa (Perda, Perbup).

Kabupaten Bantaeng tetap memelihara inovasi pengembangan BUMDesa, namun dalam sosialisasi maupun menata ulang regulasi daerah tentang desa, tergolong biasa saja. Pemerintah Kabupaten Wonosobo cepat memulai kerjasama piloting desa menyusun perencanaan desa (RPJMDes 2016-2020) dengan pihak ketiga (Forum Desa Nusantara). Namun daerah ini tergolong lamban dalam menata ulang regulasi daerah tentang desa. Secara merata ketiga daerah belum memiliki keberpihakan yang sistematis dalam memandu desa untuk melakukan affirmative policy kepada kelompok-kelompok rentan di desa.

Rekomendasi

Secara umum, memo kebijakan ini mere-komen dasikan pentingnya pemerintah se gera mensupervisi dan mengakselerasi ke siapan kabupaten dalam memfasilitasi pe lak sanaan UU Desa. Secara khusus re komendasi yang diprioritaskan adalah sebagai berikut:

1. Memastikan setiap Bupati menerbitkan Peraturan Bupati tentang Daftar Kewenangan Desa. Mandat UU Desa, Pasal 37 PP 43/2014, dan Permendesa 1/2015 dengan tegas memerintahkan kabupaten bersama DIDUKUNG OLEH

PELAKSANA PROGAM

2

IRE POLICY MEMO /APRIL 2015 desa mengidentifikasi daftar kewenangan

asal usul dan lokal berskala desa. Hingga kini, tiga kabupaten lokasi penelitian belum memiliki Perbup ini. Hasil observasi IRE di beberapa kabupaten di Propinsi NTT (Flores Timur, Sikka, Timur Tengah Selatan, Timur Tengah Utara, Sumba), Kabupaten Kutai Kartanegara (Kalimantan Timur), Kabupaten Lombok Timur (NTB) dan Kabupaten Tuban (Jawa Timur) juga menunjukkan, pemerintah daerah belum memiliki Perbup tentang Daftar Kewenangan Desa. Perbup ini strategis sebagai pedoman desa untuk menerbitkan Perdes tentang Kewenangan Desa. Karena tanpa kewenangan desa yang definitif dan jelas, perencanaan dan penganggaran desa tidak memiliki pijakan yang kuat dan pandu arah yang jelas.

2. Mendorong Bappeda kabupaten/kota me-nata ulang mekanisme dan prosedur peren-canaan daerah dan perenperen-canaan desa. Sistem perencanaan pembangunan daerah selama ini mengacu UU No 25/2004, yaitu melakukan perencanaan sektoral se-cara spasial: dari dusun-desa-kecamatan-kabupaten. Pemberlakuan UU Desa memberi template baru dalam perencanaan daerah, karena hasil Musrenbangdes mengalir ke atas (perencanaan daerah) dan mengalir ke samping (perencanaan desa). Karena itu, Bappeda sebagai SKPD pemangku pe-rencanaan daerah penting untuk segera menata ulang mekanisme dan prosedur perencanaan daerah dan desa. Pemerintah daerah penting pula untuk meningkatkan kapasitas desa agar memiliki pemahaman dan keterampilan menjalankan perencanaan sesuai template baru UU Desa tersebut. 3. Mendorong pemerintahan kabupaten/kota

untuk segera menyediakan instrumen–ins-trumen pendukung bagi upaya mewu judkan desa berdaulat, mandiri dan demo kratis. Instrumen yang dimaksud antara lain: a. Perangkat keras, perangkat lunak dan SDM

untuk pengembangan Sistem Informasi Desa (SID). Perencanaan dan penganggaran desa membutuhkan data sumberdaya desa, data pembangunan desa, data sosial budaya desa, serta data lainnya yang relevan.

b. Buku saku kewenangan dan perencanaan desa yang berisi antara lain prinsip-prinsip, alur, juklak, dan juknis/form-form) penyusunan dokumen kewenangan desa, RPJM Desa, RKP Desa, dan APB Desa. Buku ini juga harus mendorong desa memberikan ruang partisipasi dan keberpihakan kepada kepentingan kelompok rentan.

c. Buku modul pelaksanaan Musyawarah Desa yang beorientasi memperkuat peran BPD dan lembaga desa lainnya (LPMD, PKK, Posyandu, dll.) dalam mengelola isu-isu strategis desa.

d. Pengembangan Sistem Informasi Keuangan Desa (SIKUDES) sesuai dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

4. Mendorong pemerintah kabupaten/kota me ngembangkan kebijakan daerah dan desa yang berpihak kepada kelompok ren-tan. Peluang UU Desa harus bisa ditrans-formasi menjadi instrumen kebijakan yang menguntungkan kepentingan dan kebutuhan kelompok rentan di desa. Desa bisa didorong melakukan langkah-langkah berikut ini: a. Identifikasi dan pendataan kelompok

marjinal dan rentan di desa. Dengan data yang akurat, maka desa memiliki basis data untuk memberikan pelayanan secara paripurna.

b. Peningkatan kapasitas untuk kelompok marjinal dan rentan di desa agar mampu terlibat dalam kegiatan pemerintahan, pembangunan, sosial dan pemberdayaan masyarakat. Kelompok marjinal dan rentan yang dimaksud adalah perempuan, warga miskin, lansia, kelompok difable, janda-janda, dan kelompok masyarakat penganut kepercayaan maupun eks Tapol.

Institute for Research and Empowerment (IRE)

Alamat: Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9.5 Dusun Tegalrejo Rt 01/RW 09 Ds. Sariharjo Kec. Ngaglik Sle-man Yogyakarta 55581, Telp. 0274-867686 E-mail: office@ ireyogya.org Website: http:// www.ireyogya.org Center For Civic Engage-ment and Studies (CCES)

Alamat kontak: Jl. Kemuning 1B, Pikgondang RT 05 RW 53, Condongcatur, Depok Sleman Yogyakarta 55283, Telp./Fax: +62 274 885006, E-mail: cces_ indonesia2014@yahoo.com, Website: www.cces.or.id

(17)

17

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

POLICY

MEMO

April 2015

1

Pengantar

Kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Dari Institute for Research and Empowerment (IRE), Center for Civic

Engagement and Studies (CCES)Yogyakarta

Perihal Kepasitas daerah dan desa dalam melaksanakan UU Desa

Tanggal 22 April 2015

Desa-desa di Indonesia saat ini sedang bersiap mel-aksanakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Pemerintah pun telah menerbitkan peraturan teknis berupa Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri. Meski terlambat diterbitkan dan masih belum memadai, regulasi teknis dari pusat ini menurut IRE dan CCES seharusnya segera ditindaklanjuti oleh daerah/kabupaten. Penting bagi daerah untuk segera menerbitkan pedoman teknis berupa regulasi, program/kegiatan dan instrumen teknis lain untuk memastikan desa melaksanakan UU Desa secara tepat.

Penelitian IRE dan CCES bertema “Mendorong Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Desa yang Berdaulat, Mandiri dan Demokratis” yang dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kabupaten Wonosobo (Jawa Tengah), Kabupaten Gunungkidul (D.I. Yogyakarta) dan Kabupaten Bantaeng (Sulawesi Selatan), menemukan sejumlah capacity gap kabupaten-desa, antarkabupaten maupun antardesa.

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dikategorikan sigap mensosialisasikan UU Desa ke birokrat dae-rah dan desa. Termasuk cepat pula menata ulang regulasi daerah tentang desa (Perda, Perbup).

Kabupaten Bantaeng tetap memelihara inovasi pengembangan BUMDesa, namun dalam sosialisasi maupun menata ulang regulasi daerah tentang desa, tergolong biasa saja. Pemerintah Kabupaten Wonosobo cepat memulai kerjasama piloting desa menyusun perencanaan desa (RPJMDes 2016-2020) dengan pihak ketiga (Forum Desa Nusantara). Namun daerah ini tergolong lamban dalam menata ulang regulasi daerah tentang desa. Secara merata ketiga daerah belum memiliki keberpihakan yang sistematis dalam memandu desa untuk melakukan affirmative policy kepada kelompok-kelompok rentan di desa.

Rekomendasi

Secara umum, memo kebijakan ini mere-komen dasikan pentingnya pemerintah se gera mensupervisi dan mengakselerasi ke siapan kabupaten dalam memfasilitasi pe lak sanaan UU Desa. Secara khusus re komendasi yang diprioritaskan adalah sebagai berikut:

1. Memastikan setiap Bupati menerbitkan Peraturan Bupati tentang Daftar Kewenangan Desa. Mandat UU Desa, Pasal 37 PP 43/2014, dan Permendesa 1/2015 dengan tegas memerintahkan kabupaten bersama DIDUKUNG OLEH

PELAKSANA PROGAM

2

IRE POLICY MEMO /APRIL 2015 desa mengidentifikasi daftar kewenangan

asal usul dan lokal berskala desa. Hingga kini, tiga kabupaten lokasi penelitian belum memiliki Perbup ini. Hasil observasi IRE di beberapa kabupaten di Propinsi NTT (Flores Timur, Sikka, Timur Tengah Selatan, Timur Tengah Utara, Sumba), Kabupaten Kutai Kartanegara (Kalimantan Timur), Kabupaten Lombok Timur (NTB) dan Kabupaten Tuban (Jawa Timur) juga menunjukkan, pemerintah daerah belum memiliki Perbup tentang Daftar Kewenangan Desa. Perbup ini strategis sebagai pedoman desa untuk menerbitkan Perdes tentang Kewenangan Desa. Karena tanpa kewenangan desa yang definitif dan jelas, perencanaan dan penganggaran desa tidak memiliki pijakan yang kuat dan pandu arah yang jelas.

2. Mendorong Bappeda kabupaten/kota me-nata ulang mekanisme dan prosedur peren-canaan daerah dan perenperen-canaan desa. Sistem perencanaan pembangunan daerah selama ini mengacu UU No 25/2004, yaitu melakukan perencanaan sektoral se-cara spasial: dari dusun-desa-kecamatan-kabupaten. Pemberlakuan UU Desa memberi template baru dalam perencanaan daerah, karena hasil Musrenbangdes mengalir ke atas (perencanaan daerah) dan mengalir ke samping (perencanaan desa). Karena itu, Bappeda sebagai SKPD pemangku pe-rencanaan daerah penting untuk segera menata ulang mekanisme dan prosedur perencanaan daerah dan desa. Pemerintah daerah penting pula untuk meningkatkan kapasitas desa agar memiliki pemahaman dan keterampilan menjalankan perencanaan sesuai template baru UU Desa tersebut. 3. Mendorong pemerintahan kabupaten/kota

untuk segera menyediakan instrumen–ins-trumen pendukung bagi upaya mewu judkan desa berdaulat, mandiri dan demo kratis. Instrumen yang dimaksud antara lain: a. Perangkat keras, perangkat lunak dan SDM

untuk pengembangan Sistem Informasi Desa (SID). Perencanaan dan penganggaran desa membutuhkan data sumberdaya desa, data pembangunan desa, data sosial budaya desa, serta data lainnya yang relevan.

b. Buku saku kewenangan dan perencanaan desa yang berisi antara lain prinsip-prinsip, alur, juklak, dan juknis/form-form) penyusunan dokumen kewenangan desa, RPJM Desa, RKP Desa, dan APB Desa. Buku ini juga harus mendorong desa memberikan ruang partisipasi dan keberpihakan kepada kepentingan kelompok rentan.

c. Buku modul pelaksanaan Musyawarah Desa yang beorientasi memperkuat peran BPD dan lembaga desa lainnya (LPMD, PKK, Posyandu, dll.) dalam mengelola isu-isu strategis desa.

d. Pengembangan Sistem Informasi Keuangan Desa (SIKUDES) sesuai dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

4. Mendorong pemerintah kabupaten/kota me ngembangkan kebijakan daerah dan desa yang berpihak kepada kelompok ren-tan. Peluang UU Desa harus bisa ditrans-formasi menjadi instrumen kebijakan yang menguntungkan kepentingan dan kebutuhan kelompok rentan di desa. Desa bisa didorong melakukan langkah-langkah berikut ini: a. Identifikasi dan pendataan kelompok

marjinal dan rentan di desa. Dengan data yang akurat, maka desa memiliki basis data untuk memberikan pelayanan secara paripurna.

b. Peningkatan kapasitas untuk kelompok marjinal dan rentan di desa agar mampu terlibat dalam kegiatan pemerintahan, pembangunan, sosial dan pemberdayaan masyarakat. Kelompok marjinal dan rentan yang dimaksud adalah perempuan, warga miskin, lansia, kelompok difable, janda-janda, dan kelompok masyarakat penganut kepercayaan maupun eks Tapol.

Institute for Research and Empowerment (IRE)

Alamat: Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9.5 Dusun Tegalrejo Rt 01/RW 09 Ds. Sariharjo Kec. Ngaglik Sle-man Yogyakarta 55581, Telp. 0274-867686 E-mail: office@ ireyogya.org Website: http:// www.ireyogya.org Center For Civic Engage-ment and Studies (CCES)

Alamat kontak: Jl. Kemuning 1B, Pikgondang RT 05 RW 53, Condongcatur, Depok Sleman Yogyakarta 55283, Telp./Fax: +62 274 885006, E-mail: cces_ indonesia2014@yahoo.com, Website: www.cces.or.id

(18)

18

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

www .desakita.id W e b I n te ra k ti f d a n A p li ka si I n te ra k ti f y a n g b e ri si p e n g e ta h u a n te rk a it U n d a n g -U n d a n g D e sa . S e b a g a i m e d ia in sp ir a ti f y a n g m e m p e rc e p a t te rc a p a in y a D e sa y a n g M a n d ir i, B e rd a u la t d a n D e m o k ra ti s d i In d o n e si a . D id u k u n g O le h : K IT A D A N D E S A U n d an g-U n d an g D es a N 0 .6 t ah u n 2 0 14 ti da k ha ny a se rt a-m er ta s oa l ku cu ra n da na se be sa r 1M il ia r ti ap de sa , se pe rt i ya ng di sa m pa ik an da la m ka m pa ny e-ka m pa ny e po li ti k at au pu n be ri ta d i m ed ia m as sa . U n d an g-U n d an g D es a n o .6 t ah u n 2 0 14 m el eg it im as i d es a se ba ga i m as ya ra ka t hu ku m ya ng m em il ik i ba ta s w il ay ah de ng an w ew en an g un tu k m en ga tu r da n m en gu ru s ur us an pe m er in ta ha n, ke pe nt in ga n m as ya ra ka t se te m pa t be rd as ar ka n pr ak ar sa m as ya ra ka t, h ak a sa l us ul , da n/ un tu k ha k tr ad is io na l tr ad is io na l un tu k m en ca pa i ci ta -c it a de sa ya ng ku at , m an di ri , de m ok ra ti s da n be rd au la t. U n d an g-U n d an g D es a n o .6 ta h u n 2 0 14 ad al ah p en ga ku an b ah w a de sa s eb ag ai k om un it as ya ng m am pu m en ga tu r di ri ny a se nd ir i. D es a m em il ik i ha k as al u su l da n ha k tr ad is io na l da la m m en ga tu r da n m en gu ru s ke pe nt in ga n m as ya ra ka t, un tu k m ew uj ud ka n ci ta -c it a ke m er de ka an be rd as ar ka n U U D t ah un 1 94 5. Pe ng et ah ua n m as ya ra ka t te rk ai t U nd an g-un da ng D es a in i m en ja di s an ga t pe nt in g. “ K it a da n D es a K it a” ad al ah se bu ah pe ra ng ka t lu na k be ri si pe ng et ah ua n te rk ai t un da ng -u nd an g de sa d en ga n pe ny aj ia n da n fi tu r in te ra kt if . Pe ra ng ka t in i bi sa di ak se s da ri m an a pu n da n ka pa n pu n.

(19)

19

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

K it a bi sa m em ili h ce ri ta y an g ki ta in gi nk an . M is al ny a Id a de ng an C er it a Pi lk ad es , M us de s da n B PD . I ku ti p et un ju k at au in tr uk si pe gg un aa n. U nt uk m en gg er ak an at au m el an ju tk an pe rj al an an ce ri ta , m en da pa tk an ik on pe nc ap ai an , m em as uk i ru an ga n da n m el an ju tk an pe rc ak ap an . Ked u d u ka n , K ew en an ga n d an P en at aa n D es a: B ag ai m an a ke du du ka n de sa d i da la m si st em p em er in ta ha n sa at in i? A pa k em ud ia n ya ng m en ja di K ew en an ga n d es a? A pa ka h d es a da pa t di be nt uk b ar u, d ig ab un gk an , di ha pu s da n di ub ah s ta tu s de sa a ta u ke lu ra ha n? P il ka d es , M u sd es d an B P D : B ag ai m an a pe ny el en gg ar aa n pe m er in ta ha n de sa ? B ag ai m an a Pi lk ad es di se le ng ga ra ka n? A pa ha k da n ke w aj ib an K ep al a D es a da n B PD ? A pa p en ti ng ny a M us ya w ar ah D es a? A pa ka h ke lo m po k re nt an b is a te rl ib at d i M U SD E S? P en gh as il an P em er in ta h D es a d an K eu an ga n D es a: D ar i m an a sa ja ka h su m be r pe ng ha si la n Pe m er in ta h D es a? A pa pe rb ed aa nn ya d en ga n Pe nd ap at an A sl i D es a? A pa ka h K eu an ga n D es a da pa t di m an fa at ka n un tu k ke bu tu ha n m as ya ra ka t, kh us un ya ke lo m po k re nt an d i d es a? A se t D es a d an B u m d es : A pa s aj ak ah y an g te rm as uk A se t D es a? U nt uk a pa s aj a ke ka ya an m ili k de sa d ap at d ik el ol a? A pa s eb en ar ny a B ad an U sa ha M ili k D es a (B U M D es a) ? U nt uk ap a sa ja ka h ha si l us ah a B U M D es a da pa t di m an fa at ka n? U nt uk k eb ut uh an m as ya ra ka t de sa , ba ga im an a de ng an ke bu tu ha n kh us us ny a ke lo m po k re nt an d i d es a? kh us us ny a ke lo m po k re nt an d i d es a? P em b an gu n an D es a d an K aw as an P ed es aa n , S is te m In fo rm as i P em b an gu n an D es a d an K aw as an P ed es aa n : A pa se be na rn ya tu ju an Pe m ba ng un an D es a? A pa ka h w ar ga da pa t be rp er an d al am p er en ca na an , pe la ks an aa n, pe m an ta ua n sa m pa i pe ng aw as an pe m ba ng un an pe m ba ng un an de sa ? B ag ai m an a jik a di bu tu hk an pe m ba ng un an an ta r-de sa at au ka w as an pe rd es aa n? A pa ka h Si st em In fo rm as i D es a bi sa di m an fa at ak an un tu k pe m ba ng un an d es a da n ka w as an ? K er ja sa m a D es a: A pa ka h bi sa a nt ar -d es a m el ak uk an k er ja sa m a? B ag ai m an a jik a B U M an ta r-D es a di be nt uk un tu k m en ge lo la Su m be r D ay a di D es a? A da ka h fu ng si S is te m In fo rm as i D es a sa at m el ak uk an k er ja sa m a an ta r-de sa ? A pa ka h de sa d ap at b ek er ja sa m a de ng an p ih ak k et ig a at au p ih ak d i l ua r de sa ? K IT A D A N D E S A D es a A d at : A pa ka h da pa t m em ili h je ni s de sa ad at ? B ag ai m an a m em be nt uk da n m en at a de sa a da t? A pa s aj a ke w en an ga n de sa a da t? B ag ai m an a ca ra m en ye le ng ga ra ka n pe m er in ta ha na n de sa a da t? P em b in aa n d an P en ga w as an D es a: Si ap ak ah ya ng be rw en an g m el ak uk an pe ng aw as an d an p em bi na an d es a. M en ga pa pe nt in g di la ku ka n pe m bi na an da n pe ng aw as an de sa ? A pa sa ja ya ng ak an di la ks an ak an d al am m en ja la nk an p em bi na an da n pe ng aw as an d es a?

(20)
(21)

21

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

(22)

22

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

(23)

23

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

(24)
(25)

25

Proceeding Road Show dengan Policy Makers

(26)

Gambar

Foto Kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Catat penunjukan suhu dari termometer gelas dengan urutan pencatatan dimulai dari penunjukan suhu pada termometer bantu termometer digital atau termometer gelas ( t

Keunggulan wood pellet sebagai sumber energi adalah bila dibandingkan dengan bahan bakar lainnya, wood pellet memiliki banyak kelebihan, yaitu memiliki emisi CO 2 10

Pada proses mengggrafir per 10 centimeternya dengan pola garis lurus untuk meneliti kecepatan dan daya terhadap panjang proses grafir dalam hal ini di aplikasikan pada

Dengan demikian, tidak akan terjadi pelaksanaan program yang Dengan demikian, tidak akan terjadi pelaksanaan program yang terkotak-kotak, semua program akan

Nilai Tukar Petani Kabupaten Lumajang pada Triwulan IV Oktober sampai dengan Desember Tahun 2016 berturut turut sebagai berikut pada bulan Oktober besarnya nilai tukar

Mengolah produk dengan fermentasi merupakan materi yang sangatdiperlukan dalam program keahlian Pengolahan Hasil Perikanan. Pada materi ini, member pemahaman kepada

Pada kasus-kasus yang dinilai mati tidak wajar berdasarkan pemeriksaan luar, sebaiknya dilakukan pemeriksaan bedah mayat untuk memastikan penyebab kematian.. Kasus-kasus yang

Dari beberapa penelitian di atas, maka penulis akan lebih fokus terhadap bagaimana menganalisis pendapat Ibnu Qudamah tentang perjanjian untuk tidak membawa keluar