Informatika Pertanian Volume 16 No. 2, 2007 999
ALTERNATIF MODEL PENDUGAAN STOK
GABAH/BERAS DI RUMAH TANGGA PETANI
Alternative Model of Rice Stocks Prediction at Farmer’s Household Level
Mohamad Chafid
Statistisi Madya pada Pusat Data dan Informasi Pertanian ABSTRACT
Rice stocks data are very important for evaluating food security in certain area. However, this information usually is not available. Therefore, it needs to know this stocks information by conducting survey, not only at farmer’s household level but also at consumers, rice milling units, rice grocers, rice traders, hotels/restaurants, industries and BULOG, as the owners of rice stocks. These data will be used for developing rice stock prediction model in order to know the amount of rice stock in certain area.
Research result shows that farmer’s household stock model using multiple linear regression indicated that stock amount highly influenced by monthly production and the highest stock in the peak season. Farmer’s household stock will be decreased gradually after harvesting season. Usually, after one month of harvesting season, the stock amount is about 49-66% of total production. Then, after five months of harvesting season, it’s only about 11-34% of total production. Furthermore, coefficient of multiple regression must be positive because in harvesting season rice production will be increased and increasing the stocks. Case study using model prediction above show that total stocks estimations of farmer’s household at the end of August, 2006 in Solok district, West Sumatera is 25.339 tons rice. While in Tapin district, South Borneo and Demak district Central Java are 29.964 and 39.272 tons rice respectively.
PENDAHULUAN
Informasi mengenai stok beras ini sangat penting untuk mengetahui situasi ketahanan pangan, baik di tingkat rumah tangga maupun wilayah (kabupaten, propinsi, nasional). Informasi stok beras pemerintah relatif lebih mudah diperoleh karena dilakukan oleh instansi pemerintah (pada saat ini Bulog), sedangkan informasi mengenai stok gabah/beras di masyarakat lebih sulit diperoleh dan tidak tersedia secara rutin. Di sisi lain data stok ini sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan sektor pertanian karena menyangkut ketersediaan pangan di suatu wilayah.
Mengingat informasi tersebut sangat diperlukan oleh para pengambil kebijakan dalam mempertimbangkan apakah harus melakukan impor atau tidak, harus mendatangkan beras dari wilayah lain atau tidak, dan cadangan beras mencukupi atau tidak, maka diperlukan penelitian mengenai stok gabah/beras. Untuk mengetahui stok gabah/beras di suatu wilayah perlu dilakukan survei. Namun demikian survei membutuhkan biaya, waktu dan tenaga yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan suatu model pendugaan stok gabah/beras di suatu wilayah.
Informasi mengenai jumlah pangan yang tersedia dalam suatu wilayah menjadi sangat penting. Pada sisi lain informasi mengenai besarnya stok pangan ini sulit diperoleh. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam menghitung stok beras di masyarakat diantaranya adalah : (1) data tidak tersedia secara rutin, (2) stok gabah/beras di masyarakat tidak terkumpul pada satu tempat, tetapi tersebar di beberapa pemegang stok, dan (3) belum adanya model stok gabah/beras, sehingga dengan model tersebut dapat meramalkan stok gabah/beras di suatu wilayah.
Masyarakat yang melakukan penyimpanan stok gabah/beras adalah : rumah tangga produsen padi, rumah tangga konsumen, penggilingan padi, pedagang beras, rumah tangga khusus (rumah makan dan hotel) dan industri pengolahan. Mengingat begitu banyaknya pemegang stok di masyarakat dan di lain pihak ada keterbatasan tenaga, biaya dan waktu, maka penelitian ini hanya difokuskan kepada pemegang stok utama yaitu stok gabah/beras di rumah tangga petani produsen.
Untuk menjawab pemasalahan tersebut, maka diperlukan solusi dalam memecahkan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendapatkan data stok gabah/beras di rumah tangga petani, (2) membuat model pendugaan stok gabah/beras di tingkat petani produsen, dan (3) melakukan pendugaan stok gabah/beras kabupaten sampel berdasarkan model yang telah dibangun.
Informatika Pertanian Volume 16 No. 2, 2007 1001
Tulisan ini merupakan hasil kegiatan penelitian Survei Stok dan
Konsumsi Beras di Pusat Data dan Informasi Pertanian. Survei tersebut dilaksanakan di 3 Kabupaten yaitu Solok (Sumatera Barat), Tapin (Kalimantan Selatan) dan Demak (Jawa Tengah).
METODOLOGI Model Stok Petani
Rumah tangga petani merupakan salah satu pemegang stok gabah/beras. Setelah panen padi, petani pada umumnya menjual sebagian gabah hasil panennya untuk modal usahatani musim berikutnya (Gambar 1), sebagian lagi digunakan baik untuk konsumsi, pakan, benih, keperluan sosial dan sebagian gabah lagi disimpan baik untuk konsumsi atau stok (BPS, 2004).
Persamaan Identitas untuk model stok petani adalah :
S = P + X1 + X2 ………... (1)
S = X3 + X4 + X5 ... (2)
X4 = X7 + X7 + X8 + X9 ... (3)
Gambar 1. Skema Penggunaan Produksi Gabah oleh Petani.
Setelah diperoleh data berdasarkan wawancara, seperti terlihat pada Gambar 1, maka selanjutnya dilakukan tahapan perhitungan perilaku rasio stok terhadap produksi, yakni :
R = (X5/P)………...(4)
R = rasio stok
Dijual (X3) Penggunaan (X4) Stok (X5)
Dikonsumsi (X6) Benih (X7) Pakan (X8) Sosial/lainnya (X9)
Suplai (S) Sisa stok sebelum
panen (X1)
Pembelian/Pemberian dari pihak lain (X2)
Produksi (P)
Langkah-langkah selanjutnya untuk menyusun model stok adalah sebagai berikut :
1. Dilakukan eksplorasi data terhadap R (statistik deskriptif, box plot). 2. Pengelompokan R berdasarkan lag waktu panen dan berdasarkan
kecamatan contoh.
3. Hitung rata-rata (
R
) untuk setiap kelompok lag waktu panen perkecamatan, sehingga diperoleh
R
t−i (i=1,2,...,n).a. Menghitung pendugaan total stok setara beras di rumah tangga petani untuk setiap kecamatan dengan cara perkalian antara rasio stok lag panen ke-t dengan produksi pada lag panen yang sama. dimana : ) (
ˆ
t kT
S
= pendugaan total stok setara beras di seluruh rumah tangga petani kecamatan ke-k pada waktu t.
Rk(t-1) = rata-rata rasio stok terhadap produksi kecamatan ke-k
pada waktu t-1
Pk(t-1) = produksi padi kecamatan ke k pada bulan t-1
Rk(t-2) = rata-rata rasio stok terhadap produksi kecmatan ke-k
pada waktu t-2
Pk(t-2) = produksi padi kecamatan ke k pada bulan t-2
Rk(t-n) = rata-rata rasio stok terhadap produksi kecmatan ke-k
pada waktu t-n
Pk(t-n) = produksi padi kecamatan ke k pada bulan t-n
b. Menyusun model terbaik untuk menduga stok setara beras di rumah tangga petani untuk setiap kecamatan sampel, dengan menggunakan data stok waktu t di kecamatan ke-k sebagai peubah tak bebas (respon) dan produksi padi waktu t-1 sampai t-n sebagai peubah bebas (prediktor).
c. Kriteria model terbaik adalah (1) kriteria berdasarkan
kesesuaian dengan teori (besaran dan arah koefisien),
) ( ) ( ) 2 ( ) 2 ( ) 1 ( ) 1 ( ) (
...
ˆ
n t k n t k t k t k t k t k t kR
P
R
P
R
P
T
S
=
− −+
− −+
+
− −)
,...,
,
,
(
ˆ
3 2 1 ) (t t t t t n kf
P
P
P
P
T
S
=
− − − −Informatika Pertanian Volume 16 No. 2, 2007 1003 dan (2) kriteria statistik (Uji t, Uji F dan R2). Ada peubah lain
yang diduga berpengaruh terhadap jumlah stok gabah/beras di rumah tangga petani seperti harga, jumlah anggota rumah tangga, dan lain-lain. Peubah tersebut tidak dimasukkan dalam model dengan pertimbangan tidak ada petugas yang mengumpulkan data tersebut secara rutin, sehingga model sulit untuk diterapkan, berbeda dengan peubah produksi yang dikumpulkan secara rutin oleh Mantri Tani.
d. Berdasarkan model terbaik yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan pendugaan total stok di rumah tangga petani untuk kecamatan yang tidak disurvei.
e. Menduga total stok di rumah tangga petani untuk total seluruh kecamatan di kabupaten terpilih. Selanjutnya dihitung standar
error hasil pendugaan total wilayah kabupaten sehingga
diperoleh batas atas dan batas bawah pendugaan.
Peramalan Stok Gabah/Beras di Kabupaten Sampel
Stok suatu komoditas dipengaruhi oleh masukan baik dari produksi maupun impor dan stok sebelumnya. Stok ini selanjutnya akan digunakan untuk konsumsi dan penggunaan lainnya. Oleh karena pada survei hanya dilakukan pada pemegang stok terbesar di masyarakat yaitu petani produsen, dimana diagram model stok dapat dilihat pada Gambar 2 di halaman berikut.
Berdasarkan dari diagram stok (Gambar 2) terlihat bahwa besaran stok yang dibuat diperoleh dari stok masyarakat dan pemerintah, pemodelan stok dibuat melalui model persamaan berikut:
St = Stokt-1 + Pt + Mt ... (5)
Dt = Stokt + Ct + Xt ……….……... (6)
Dari persamaan tersebut diperoleh :
St = Dt ………... (7)
Stokt-1 + Pt + Mt = Stokt + Ct + Xt ………... (8)
Stokt = Stokt-1 + Pt + Mt - Ct - Xt ………... (9)
Sedangkan konsumsi secara garis besar terdiri dari kebutuhan konsumsi untuk pangan dan penggunaan gabah/beras untuk keperluan lain seperti pakan, benih, dan terjadi susut, sehingga :
Ct= CFt + CNFt ………...…(10)
C = konsumsi
CF = konsumsi untuk pangan
CNF = konsumsi non pangan (pakan, bibit, susut)
Gambar 2. Skema Model Stok Wilayah Sedangkan total konsumsi untuk suatu wilayah adalah :
CF(t) = Konsumsi per kapita(t) * Proyeksi jumlah penduduk(t) ...(11)
Menurut BPS jumlah gabah yang susut/tercecer pada saat angkut dari rumah tangga petani diperkirakan sebesar 1,43% dan susut simpan 0,53%. Penggunaan untuk benih dan pakan berdasarkan hasil survei adalah 0,75%. Sedangkan penggunaan beras menurut BPS merupakan jumlah beras yang digunakan untuk pakan ternak/unggas sebesar 0,86%, dan untuk industri non rumah tangga 0,12%. Rumus perhitungan penggunaan beras untuk pakan dan benih serta susut dapat diformulasikan sebagai berikut:
CNF(t)=%(susut,pakan,benih)*P(t). ...(12) Konsumsi (Ct) Model Stok (Stokt-1) Produksi (Pt) Suplai (St)
Model Stok Petani (ST) Model Stok t (Stokt) Masuk/Impor (Mt) Demand (Dt) Ekspor/Keluar (Xt)
Informatika Pertanian Volume 16 No. 2, 2007 1005
Tahapan Penarikan Sampel
Tahapan penarikan sampel rumah tangga petani dan konsumen yang diterapkan meliputi :
1. Tahap pertama, memilih 1 kabupaten untuk setiap provinsi sampel. 2. Tahap kedua, dari kabupaten terpilih, memilih 12 kecamatan
sampel secara simple random sampling.
3. Tahap ketiga, memilih 1 desa di kecamatan terpilih, kemudian memilih secara acak 2 dusun/RW pada masing-masing desa terpilih.
4. Tahap keempat, dari hasil listing rumah tangga pada setiap dusun/RW sampel dipilih sampel rumah tangga petani produsen padi (6 RTP) dan rumah tangga konsumen (4 RTP), jadi dalam 1 dusun/RW diambil sampel sebanyak 10 RTP. Jumlah sampel untuk masing-masing kabupaten 240 rumah tangga terdiri dari 144 rumah tangga petani dan 96 rumah tangga konsumen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Rasio Stok Terhadap Produksi
Rasio stok terhadap produksi adalah besarnya fraksi stok dari produksi atau persentase besarnya gabah/beras yang dapat disimpan sebagai stok dari total produksi bersih. Perlu diketahui bahwa penyediaan (suplai) gabah/beras petani berasal dari produksi panen terakhir, pembelian/pemberian dari pihak lain, atau berasal dari sisa stok panen sebelumnya. Selanjutnya gabah/beras tersebut akan dijual, dikonsumsi, digunakan untuk benih, pakan dan keperluan sosial lainnya, sisanya disimpan sebagai stok. Penjualan pada umumnya dilakukan sesaat setelah panen, sedangkan penggunaan untuk benih, pakan dan sosial serta untuk stok, diupayakan cukup sampai panen berikutnya. Oleh karena itu makin jauh dari waktu panennya, pola stok di rumah tangga produsen akan semakin menipis.
Pada analisis ini digunakan data periode panen terakhir (Maret – Agustus) sampai saat pengamatan (wawancara). Butir yang ditanyakan melalui kuesioner sudah mencakup mengenai data penggunaan produksi hasil panen dari periode panen terakhir sampai saat dilakukan wawancara.
Hasil analisis menunjukkan bahwa di Kabupaten Solok sampai dengan satu bulan sesudah panen diperoleh rasio stok sebesar 49,00% (Tabel 1). Hal ini disebabkan karena banyak petani di Kabupaten Solok berstatus sebagai petani penggarap, sehingga sebagian hasil panen
dibayarkan ke petani pemilik sawah. Petani yang bukan status penggarap menjual sebagian hasil panen langsung pada saat panen atau beberapa hari setelah panen, yaitu saat padi sudah dikeringkan (bentuk GKG). Data hasil survei menunjukkan, bahwa rasio stok bulan-bulan selanjutnya setelah panen cenderung berkurang dengan pola pengurangan yang hampir sama setiap bulannya. Hal ini terjadi dikarenakan pada bulan-bulan berikutnya setelah selesai panen, stok beras yang ada digunakan secara rutin untuk konsumsi rumah tangga dan kebutuhan sosial lainnya.
Rasio stok gabah/beras 6 bulan sesudah panen sebesar 5,76%, hal ini disebabkan karena pola panen petani di Kabupaten Solok pada umumnya hanya sedikit. Tujuh bulan sesudah panen hampir tidak ada lagi petani yang memiliki stok. Pada umumnya petani membeli beras secara eceran setiap harinya. Namun demikian sebagian petani di Kabupaten Solok yang mempunyai lahan sawah lebih dari satu petak melakukan pola penanaman tidak bersamaan, sehingga petani tersebut dapat melakukan panen padi sepanjang tahun. Hasil perhitungan rasio stok secara lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 1 berikut, sedangkan diagram kotak garis yang menunjukkan pola penurunan stok setiap bulannya dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 1. Rasio Stok Tehadap Produksi Kabupaten Solok Rasio Stok terhadap Produksi *) Waktu Panen
Rataan Standar Deviasi
1 bulan lalu 0,4900 0,3259 2 bulan lalu 0,3287 0,2529 3 bulan lalu 0,2159 0,2120 4 bulan lalu 0,1859 0,1666 5 bulan lalu 0,1157 0,1047 6 bulan lalu 0,0576 0,0650
*) Total sampel petani 137 sampel, tersebar di 12 kecamatan.
Hasil analisis berdasarkan data hasil survei di Kabupaten Tapin menunjukkan bahwa rasio stok gabah/beras satu bulan sesudah panen sebesar 66,57%, lebih tinggi 12% (Tabel 2) bila dibandingkan dengan rasio stok di Kabupaten Demak. Hal ini disebabkan petani di Kabupaten Tapin lebih banyak menyimpan gabah hasil panennya, langkah ini dilakukan sebagai bentuk kehati-hatian karena kebiasaan panen di Kabupaten Tapin hanya dilakukan satu kali dalam satu tahun. Selain itu petani di Kabupaten Tapin pada umumnya membayar upah panen dengan uang (tidak menggunakan gabah).
Pengurangan stok paling besar terjadi sejak satu bulan setelah panen, karena sebagian besar petani menjual gabahnya dalam jumlah
Informatika Pertanian Volume 16 No. 2, 2007 1007 besar segera setelah panen selesai. Alasan penjualan oleh petani dikarenakan tuntutan dalam memenuhi berbagai kebutuhan. Namun demikian penurunan stok gabah/beras di Kabupaten Tapin setiap bulannya mempunyai pola yang sama seperti Kabupaten Solok. Hal ini terjadi karena pengurangan stok digunakan untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga dan keperluan sosial atau penggunaan lain seperti pakan dan bibit. Stok pada 6 bulan sesudah panen sebesar 26,84%, ini jauh lebih tinggi dibanding kondisi stok di Kabupaten Solok. Kebiasaan panen satu tahun sekali membuat petani di Kabupaten Tapin cenderung menyimpan lebih banyak hasil panennya. Pada umumnya petani tetap harus membeli beras setelah delapan atau sembilan bulan sesudah panen. Hasil analisis rasio stok secara lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Rasio Stok Terhadap Produksi Kabupaten Tapin Rasio Stok terhadap Produksi *) Waktu Panen
Rataan Standar Deviasi
1 bulan lalu 0,6657 0,3801 2 bulan lalu 0,5451 0,3511 3 bulan lalu 0,4557 0,3630 4 bulan lalu 0,4175 0,2978 5 bulan lalu 0,3499 0,2189 6 bulan lalu 0,2684 0,1661
*) Total sampel petani 134 sampel, tersebar di 10 kecamatan.
Hasil analisis deskripsi menunjukkan pola yang sama antara Kabupaten Demak, Tapin maupun Solok, bahwa semakin jauh dari waktu panen stok gabah/beras semakin menipis. Hasil survei di Kabupaten Demak menunjukkan bahwa stok gabah/beras satu bulan sesudah panen mempunyai rasio 54,20%, berarti jumlah stok hanya sebesar 54,20% dari total produksi hasil panen (Tabel 3). Pola ini menggambarkan bahwa petani di Kabupaten Demak segera menjual sebagian hasil panen langsung pada saat panen atau beberapa hari setelah panen. Disampimg itu petani harus mengeluarkan untuk upah panen berupa gabah (bawon) dan ada pula petani yang membayar sewa (bagi hasil) berupa gabah. Rasio stok bulan-bulan selanjutnya terus berkurang karena adanya penggunaan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan sosial. Rasio stok terhadap produksi 6 bulan sesudah panen hanya sebesar 6,37%, hal ini disebabkan karena petani pada umumnya sudah memperkirakan kebutuhan beras sampai dengan panen berikutnya.
Tabel 3. Rasio Stok Terhadap Produksi Kabupaten Demak Rasio Stok terhadap Produksi *) Waktu
Panen Rataan Standar Deviasi
1 bulan lalu 0,5420 0,2916 2 bulan lalu 0,3779 0,2629 3 bulan lalu 0,2616 0,2462 4 bulan lalu 0,2359 0,2111 5 bulan lalu 0,1853 0,1476 6 bulan lalu 0,0637 0,0746
*) Total sampel petani 154 sampel, tersebar di 14 kecamatan.
Model Regresi untuk Pendugaan Stok
Pada kecamatan lain yang tidak terkena sampel pada survei ini pendugaan stok gabah/beras dilakukan melalui pendekatan model rasio stok dari kecamatan lain yang masih dalam kabupaten sampel. Model yang digunakan adalah model regresi berganda. Sebagai peubah tak bebas adalah stok gabah pada akhir bulan Agustus dan peubah bebas adalah produksi padi pada bulan Maret, Mei, Juni dan Juli. Produksi bulan April tidak masuk dalam model karena panen pada bulan April sangat kecil (masa paceklik). Sebagai catatan bahwa data stok gabah merupakan data hasil survei dan dihitung dengan menggunakan rasio stok, sedangkan data produksi bulanan untuk setiap kecamatan merupakan data sekunder dari Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Tapin dan Demak. Model yang didapatkan untuk menduga stok setara beras di rumah tangga petani tingkat kecamatan adalah :
agt
T
Sˆ
= 1386+0.0521 Pmar+0.490 Pmei+0.156 Pjun+0.191 Pjuldimana :
agt
T
Sˆ
: total stok gabah/beras di rumah tangga petani pada Akhir Agustus (Ton)
Pmar : produksi padi gabah kering giling bulan Maret (Ton) Pmei : produksi padi gabah kering giling bulan Mei (Ton) Pjun : produksi padi gabah kering giling bulan Juni (Ton) Pjul : produksi padi gabah kering giling bulan Juli (Ton)
Informatika Pertanian Volume 16 No. 2, 2007 1009 Tabel 4. Koefisien Regresi Model Stok Petani
Peubah Koefisien Galat baku T P VIF
Intersep 1385,6 468,5 2,96 0,006 Pmar 0,05214 0,09884 0,53 0,602 1,4 Pmei 0,49020 0,05858 8,37 0.000 1,1 Pjun 0,15571 0,04076 3,82 0,001 1,1 Pjul 0,19105 0,08881 2,15 0.040 1,2 S = 1466 R-Sq = 75.0% R-Sq(adj) = 71,5% PRESS = 86765771 R-Sq(pred)= 65.17%
Stok (Agt) merupakan stok gabah pada akhir Agustus dalam satuan ton, sedangkan Pmar, Pmei, Pjun, Pjul merupakan produksi gabah kering giling menurut bulan dalam satuan ton untuk masing-masing kecamatan. Pada model regresi di atas menunjukkan bahwa peubah bebas produksi bulan Mei memiliki koefisien yang paling besar dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Hal ini terjadi karena panen raya terjadi pada bulan Mei, sehingga bulan tersebut memiliki porsi terbesar menyumbang stok di bulan Agustus. Bulan-bulan lainnya meskipun ada panen namun tidak terlalu besar, sehingga tidak memberikan porsi yang lebih kecil terhadap stok bulan Agustus.
Model tersebut merupakan model stok setara beras pada akhir Agustus di kecamatan dalam wilayah Kabupaten Solok, Tapin dan Demak. Koefisien determinasi sebesar 75,0% menunjukkan bahwa keragaman stok di rumah tangga petani pada akhir Agustus untuk wilayah kecamatan, berhasil diterangkan oleh produksi bulan Maret, Mei, Juni dan Juli sebesar 75,0%. Pada pemilihan model regresi terbaik salah satu kriteria adalah koefisien determinasi ganda terkoreksi, makin besar nilai ini model semakin baik. Koefisien determinasi ganda terkoreksi besarnya 71,5%, nilai ini paling besar diantara model-model regresi lainnya, sehingga model regresi dengan peubah bebas produksi padi bulan Maret, Mei, Juni dan Juli dipilih sebagai model terbaik untuk
menduga stok setara beras di awal Agustus, seperti terlihat pada
Tabel 4.
Uji F menunjukkan nilai p=0.000 sehingga hubungan regresi antara stok akhir Agustus dengan produksi padi bulan Maret, Mei, Juni dan Juli dapat dikatakan sangat nyata. Uji t statistik menunjukkan bahwa untuk nilai βk (k=menunjukkan bulan) pada bulan Mei, Juni dan Juli diperoleh
nilai p < 0.05, artinya dengan tingkat keyakinan 95% nilai koefisien regresi βk tidak sama dengan nol (k=2,3,4). Model stok awal Agustus
menunjukkan nilai koefisien regresi untuk semua produksi bulan Maret, Mei, Juni dan Juli semua bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa
besarnya produksi pada bulan Maret, Mei, Juni dan Juli meningkatkan besaran stok di bulan Agustus.
Salah satu syarat model regresi yang layak adalah antar peubah bebas harus saling bebas. Peubah bebas pada model ini, yaitu produksi padi bulan Maret, Mei, Juni dan Juli terlihat saling bebas. Artinya bahwa produksi Juli besarnya tidak ditentukan oleh produksi Mei, April dan Maret, produksi Mei tidak ditentukan oleh produksi April dan Maret dan seterusnya, namun besarnya produksi dipengaruhi oleh faktor lain seperti luas tanam, luas panen dan produktivias. Hal ini didukung oleh uji statistik lainnya, yaitu berdasarkan nilai VIF (variance
inflation factors) untuk menguji apakah ada multikolinier. Jika nilai
VIF>10 mengindikasikan ada multikolinier atau ada korelasi yang tinggi antar peubah bebas, sedangkan syarat model yang baik antar peubah bebas harus saling bebas. Pada model ini diperoleh nilai VIF < 5, sehingga dapat disimpulkan model tersebut tidak menemui masalah multikolinier.
Berdasarkan model yang telah diuji kelayakannya, selanjutnya dilakukan pendugaan stok baik untuk kecamatan contoh maupun kecamatan yang tidak disurvei. Hasil pendugaan stok setara beras untuk masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7. Berdasarkan tabel tersebut selalu ditemukan adanya perbedaan antara hasil pendugaan menggunakan data survei (rasio stok) dan hasil pendugaan berdasarkan model stok. Semakin kecil jumlah kuadrat selisih antara nilai sebenarnya (hasil model rasio stok) dan nilai dugaan (hasil model regresi berganda) maka model tersebut akan semakin baik. Hasil pendugaan stok dengan menggunakan model regresi diuraikan sebagai berikut:
Hasil Pendugaan Stok di Kabupaten Solok, Tapin dan Demak
Berdasarkan hasil survei menggunakan perhitungan rasio stok, diperoleh total stok setara GKG di rumah tangga petani untuk 11 kecamatan contoh di Kabupaten Solok adalah sebesar 30.417 ton GKG, sedangkan berdasarkan model total stok adalah sebesar 35.016 ton GKG. Sedangkan pendugaan stok di kecamatan yang tidak dijadikan contoh atau rumah tangga petani tidak tersurvei dengan menggunakan model didapatkan nilai dugaan sebagai berikut : Kecamatan Lembah Gumanti sebesar 1.523 ton GKG, Kecamatan Tigo Lurah 2.169 ton GKG, dan Kecamatan Danau Kembar 1.386 ton. Dari perhitungan masing-masing kecamatan, selanjutnya dihitung total stok rumah tangga petani di seluruh Kabupaten Solok, hasil perhitungan untuk total kabupaten adalah sebesar 40.094 ton GKG.
Perbedaan antara hasil pendugaan total stok antara metode rasio stok dan model regresi diduga karena hanya ada satu model regresi untuk menduga seluruh kecamatan,dan model ini dibangun dari data
Informatika Pertanian Volume 16 No. 2, 2007 1011 model rasio stok. Model rasio stok dibangun untuk setiap kecamatan, jadi setiap kecamatan memiliki model rasio stok tersendiri. Ada variasi yang cukup besar antara model rasio stok kecamatan yang satu dengan kecamatan lain tergantung dari perilaku petani itu sendiri, sehingga ketika membangun model regresi yang berlaku untuk seluruh kecamatan, akan ada perbedaan pendugaan stok.
Galat baku pendugaan (standard error prediction) untuk total kecamatan contoh adalah 1.342, sehingga selang kepercayaan 95% bagi hasil pendugaan total stok pada 14 kecamatan contoh di Kabupaten Solok berkisar antara 37.814 ton sampai 42.374 ton GKG (lihat Tabel 5).
Tabel 5. Pendugaan Stok Setara Beras di Rumah Tangga Petani Kabupaten Solok Hasil Pendugaan Stok Setara GKG (Ton) Selang Kepercayaan 95% Untuk Model (Ton GKG) No. Kecamatan Rasio Stok Model Galat Baku Model Batas
Bawah Batas Atas
1 Kubung 1.592 3.251 359 2.347 3.893 2 IX Koto Sungai L. 1.502 1.994 377 1.059 2.681 3 Pantai Cermin 5.718 3.330 313 2.552 3.898 4 Hiliran Gumanti 2.706 2.525 334 1.697 3.135 5 Payung Sekaki 1.840 2.877 365 1.952 3.524 6 X Koto Diatas 1.756 2.238 350 1.382 2.886 7 X Koto Singkarak 2.483 3.221 307 2.457 3.780 8 Junjung Sirih 859 1.997 404 993 2.730 9 Lembang Jaya 4.956 4.051 288 3.358 4.597 10 Bukit Sundi 4.036 4.794 313 4.051 5.397 11 Gunung Talang 2.969 4.738 304 4.016 5.324 TOTAL 30.417 35.016 1.126 33.104 36.928
Kecamatan yang tidak disurvei/petani tidak tersurvei
12 Lembah Gumanti 1.523 422 498 2.314
13 Tigo Lurah 2.169 368 1.254 2.838
14 Danau Kembar 1.386 469 225 2.241
TOTAL KABUPATEN SOLOK 40.094 1.342 37.814 42.374
Hasil pendugaan dengan menggunakan perhitungan rasio stok diperoleh total stok setara GKG rumah tangga petani di 10 kecamatan di Kabupaten Tapin sebesar 55.483 ton GKG, sedangkan berdasarkan model total stok adalah sebesar 47.411 ton GKG. Galat baku pendugaan (standard error prediction) dari model regresi untuk total kecamatan contoh adalah 1.958, sehingga selang kepercayaan 95%
bagi hasil pendugaan total stok pada 10 kecamatan contoh berkisar antara 44.048 ton sampai 50.378 ton GKG.
Pendugaan stok di beberapa kecamatan baik menggunakan model rasio stok maupun model regresi berganda tidak begitu signifikan. Beberapa kecamatan dimaksud adalah Kecamatan Tapin Tengah, Bungur, Piani, Tapin Selatan dan Tapin Utara. Akan tetapi untuk beberapa kecamatan lainnya terlihat adanya perbedaan yang cukup signifikan, yakni Kecamatan Bakarangan, Candi Laras Utara, Candi Laras Selatan, Binuang dan Lokpaikat. Perbandingan pendugaan stok antara model rasio stok dengan model regresi berganda selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pendugaan Stok Setara Beras di Rumah Tangga Petani Kabupaten Tapin Hasil Pendugaan Stok Setara GKG (Ton) Selang Kepercayaan 95% Untuk Model (Ton GKG) No. Kecamatan Rasio Stok Model Galat Baku Model Batas
Bawah Batas Atas
1 Tapin Utara 4.918 5.107 398 4.126 5.839
2 Bakarangan 9.802 6.857 517 5.655 7.877
3 Candi Laras Utara 3.864 1.804 719 213 3.305
4 Candi Laras Selatan 3.168 1.559 436 514 2.389
5 Tapin Selatan 5.729 6.668 567 5.305 7.743 6 Binuang 5.883 3.591 448 2.523 4.450 7 Piani 1.133 1.428 438 344 2.230 8 Bungur 3.330 3.764 385 2.780 4.438 9 Tapin Tengah 14.556 14.540 1.289 11.606 17.153 10 Lok Paikat 3.100 2.093 421 1.055 2.866
TOTAL KABUPATEN TAPIN 55.483 47.411 1.958 44.084 50.738
Hasil pendugaan total stok di 13 kecamatan di Kabupaten Demak dengan menggunakan rasio stok adalah sebesar 53.548 ton GKG, sedangkan berdasarkan pendugaan model regresi sebesar 57.018 ton GKG. Pada kecamatan yang tidak terpilih sebagai sampel yakni Kecamatan Wedung, hasil pendugaannya sebesar 5.121 ton GKG, sehingga total stok rumah tangga petani di seluruh Kabupaten Demak (14 kecamatan) adalah sebesar 62.139 ton GKG.
Galat baku pendugaan (standard error prediction) untuk total kecamatan adalah 2.912, sehingga selang kepercayaan 95% bagi hasil pendugaan total stok pada 14 kecamatan contoh berkisar antara 57.191 ton sampai 67.087 ton GKG.
Informatika Pertanian Volume 16 No. 2, 2007 1013 Tabel 7 memperlihatkan bahwa pendugaan stok menggunakan model rasio stok dibandingkan dengan model regresi berganda tidak menunjukkan perbedaan yang siginifikan, kecuali untuk beberapa kecamatan seperti Kecamatan Karang Tengah, Bonang, Dempet dan Demak. Adanya perbedaan hasil yang cukup jauh antara rasio stok dan model di beberapa kecamatan tersebut diduga karena perbedaan panen raya yang tidak bersamaan dengan kecamatan lain di Kabupaten Demak.
Tabel 7. Pendugaan Stok Setara Beras di Rumah Tangga Petani Kabupaten Demak No. Kecamatan Stok Setara GKG (Ton) Selang Kepercayaan 95% Untuk Model
(Ton GKG) Rasio Stok Model Galat Baku Model Batas
Bawah Batas Atas
1 Karang Tengah 2.534 4.331 364 3.579 5.070 2 Bonang 7.850 5.944 655 4.681 7.360 3 Karang Anyar 5.900 5.966 1.055 3.867 8.182 4 Mijen 4.693 4.455 778 2.948 6.132 5 Kebon Agung 3.554 4.967 882 3.259 6.866 6 Guntur 6.158 4.572 843 2.912 6.360 7 Sayung 3.721 3.283 409 2.431 4.104 8 Dempet 2.759 4.849 803 3.176 6.463 9 Gajah 5.586 4.950 641 3.557 6.181 10 Mranggen 1.111 1.876 396 965 2.587 11 Karang Awen 1.878 2.120 361 1.290 2.767 12 Demak 2.603 4.990 677 3.666 6.437 13 Wonosalam 5.202 4.715 711 3.275 6.184 TOTAL 53.548 57.018 2.498 52.773 61.263 Kecamatan yang disurvei/petani tidak tersurvei
14 Wedung 5.121 1.496 2.236 8.363
TOTAL KABUPATEN 62.139 2.912 57.191 67.087
Model Peramalan Stok Kabupaten Solok, Tapin dan Demak
Berdasarkan skema pada Gambar 2, kita dapat membuat peramalan stok di rumah tangga petani pada kabupaten Solok, Tapin dan Demak. Data stok akhir Agustus yang dihasilkan dari model regresi, selanjutnya digunakan dalam perhitungan pendugaan stok akhir September, Oktober, Nopember, Desember 2006. Perhitungan stok pada bulan September sampai Desember dilakukan dengan menggunakan persamaan stok dinamis seperti tersebut di atas (persamaan 3). Hasil peramalan pendugaan stok setara beras pada akhir Agustus adalah sebesar 25.339 ton untuk Kabupaten Solok, 29.963 ton untuk Kabupaten Tapin dan 39.271 ton untuk Kabupaten
Demak. Data stok akhir Agustus tersebut diasumsikan sebagai stok awal September.
Berdasarkan hasil perhitungan seperti terlihat pada Tabel 8, total stok setara beras di Kabupaten Solok pada akhir Agustus adalah sebesar 25.339 ton. Suplai setara beras bulan September adalah stok akhir Agustus ditambah produksi padi bulan September dikurangi penggunaan pakan, bibit dan susut, dan besarnya adalah 40.573 ton. Penggunaan beras untuk konsumsi selama bulan September adalah konsumsi per kapita setahun yaitu 133,44 kg/kap/tahun dikalikan jumlah penduduk dibagi 12 bulan. Jumlah penduduk Kabupaten Solok pada tahun 2006 sebesar 463.907 jiwa, sehingga total konsumsi beras bulan September sebesar 5.158 ton. Konsumsi setiap bulan diasumsikan tetap. Penggunaan beras lainnya adalah untuk keperluan industri dan pakan ternak, yaitu sebesar 398 ton. Dengan menggunakan rumus dinamis (persamaan 3), maka sisa stok setara beras pada akhir September adalah sebesar 35.017 ton. Dengan cara yang sama hasil peramalan stok pada bulan Oktober adalah sebesar 42.109 ton. Data stok bulan Oktober mengalami peningkatan bila dibandingkan stok akhir September, ini dikarenakan produksi bulan Oktober jauh lebih tinggi dari konsumsinya.
Stok setara beras pada bulan Nopember dan Desember adalah berturut-turut sebesar 44.185 ton dan 48.935 ton. Meningkatnya stok karena produksi melebihi dari konsumsi, namun demikian sangat dimungkinkan bila sebagian beras Solok dijual ke luar kabupaten maka stok akan mengecil. Pada peramalan stok ini diasumsikan penggunaan beras hanya untuk konsumsi rumah tangga.
Tabel 8. Peramalan Stok Setara Beras di Rumah Tangga Petani Kabupaten Solok No. Bulan Stok (t-1) Beras (Ton) Produksi Gabah (Ton) Susut,bibit pakan 1) (Ton gabah) Suplai Setara beras 2) (Ton) Konsumsi per kapita 3) (Kg/kap/thn) Total Konsumsi 4) (Ton) Konsumsi non Rumah Tangga 5) (Ton beras) Stok Akhir Setara Beras (Ton) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)=(5)-(7)-(8) 1. September 25339,41 25046 941,73 40573 133,44 5158,65 397,62 35017,04 2. Oktober 35017,04 20911 786,25 47736 133,44 5158,65 467,81 42109,43 3. Nopember 42109,43 12697 477,41 49832 133,44 5158,65 488,36 44185,21 4. Desember 44185,21 17171 645,63 54629 133,44 5158,65 535,37 48935,23
1) Pengurangan produksi gabah karena : susut 1.58% , bibit 0.98%, pakan 1.20% (BPS) 2) Suplai setara beras= Stok t-1+((Produksi-susut benih pakan)*0,632)
3) Hasil Survei menunjukkan rata-rata konsumsi per kapita rumah tangga petani 133,44 kg/kap/thn 4) Jumlah penduduk Kab. Solok tahun 2006 sebesar 463 907 jiwa (laju pertumbuhan penduduk 0,71%) 5) Konsumsi beras non rumah tangga : pakan ternak/unggas 0.86%, industri 0.12% (BPS)
Berdasarkan hasil perhitungan seperti terlihat pada Tabel 9, total stok setara beras di Kabupaten Tapin pada akhir Agustus adalah sebesar 29.963 ton. Suplai setara beras bulan September adalah stok
Informatika Pertanian Volume 16 No. 2, 2007 1015 akhir Agustus ditambah produksi padi bulan September dikurangi penggunaan pakan, bibit dan susut, dan besarnya adalah 41.884 ton. Penggunaan beras untuk konsumsi selama bulan September adalah konsumsi per kapita setahun yaitu 122,06 kg/kap/tahun dikalikan jumlah penduduk dibagi 12 bulan. Jumlah penduduk Kabupaten Tapin pada tahun 2006 sebesar 155.427 jiwa, sehingga total konsumsi beras bulan September sebesar 1.581 ton. Penggunaan lainnya adalah untuk keperluan industri dan pakan ternak sebesar 410 ton. Setelah dilakukan perhitungan maka sisa stok pada akhir September adalah sebesar 39.893 ton setara beras.
Dengan cara yang sama, maka stok setara beras pada bulan Oktober diramalkan sebesar 54.004 ton atau meningkat dibandingkan stok akhir September. Hal ini dikarenakan produksi yang jauh lebih tinggi dari konsumsi, dimana produksi GKG mencapai 26.705 ton. Stok setara beras pada bulan Nopember dan Desember diramalkan sebesar 54.169 ton dan 52.057 ton. Besaran stok tersebut akan mendekati nilai sebenarnya jika asumsi yang digunakan berlaku, yaitu tidak ada beras yang masuk ke Tapin maupun yang dijual ke luar Kab Tapin.
Tabel 9. Peramalan Stok Setara Beras di Rumah Tangga Petani Kabupaten Tapin No. Bulan Stok (t-1) Beras (Ton) Produksi Gabah (Ton) Susut,bibit pakan 1) (Ton gabah) Suplai Setara beras 2) (Ton) Konsumsi per kapita 3) (Kg/kap/thn) Total Konsumsi 4) (Ton) Konsumsi non Rumah Tangga 5) (Ton beras) Stok Akhir Setara Beras (Ton) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)=(5)-(7)-(8) 1. September 29963,75 19598 736,88 41884 122,06 1580,95 410,46 39892,56 2. Oktober 39892,56 26705 1004,11 56136 122,06 1580,95 550,13 54004,45 3. Nopember 54004,45 3777 142,02 56302 122,06 1580,95 551,76 54169,05 4. Desember *) 54169,05 0 0,00 54169 122,06 1580,95 530,86 52057,24 1) Pengurangan produksi gabah karena : susut 1.58% , bibit 0.98%, pakan 1.20% (BPS)
2) Suplai setara beras= Stok t-1+((Produksi-susut benih pakan)*0,632)
3) Hasil Survei menunjukkan rata-rata konsumsi per kapita rumah tangga petani 133,44 kg/kap/thn 4) Jumlah penduduk Kab. Tapin tahun 2006 sebesar 155 427 jiwa (laju pertumbuhan penduduk 0,71%) 5) Konsumsi beras non rumah tangga : pakan ternak/unggas 0.86%, industri 0.12% (BPS) *) Data produksi bulan Desember belum masuk
Berdasarkan hasil perhitungan total stok setara beras di Kabupaten Demak pada akhir Agustus adalah sebesar 39.272 ton (Tabel 10). Seperti perhitungan pada kabupaten lainnya, maka suplai setera beras bulan September adalah perhitungan stok akhir Agustus ditambah produksi padi bulan September sebesar 990 ton GKG dikurangi penggunaan pakan, bibit dan susut, sehingga besarnya suplai adalah 39.874 ton. Penggunaan beras untuk konsumsi selama bulan September adalah konsumsi penduduk per kapita setahun, yaitu 120,12 kg/kap/tahun dikalikan jumlah penduduk dibagi 12 bulan. Jumlah
penduduk Kabupaten Demak pada tahun 2006 sebesar 1.041.007 jiwa, sehingga total konsumsi beras bulan September sebesar 10.420 ton. Penggunaan lain adalah beras untuk keperluan industri dan pakan ternak, yaitu sebesar 391 ton. Dengan demikian sisa stok pada akhir September adalah sebesar 29.062 ton setara beras.
Hasil peramalan stok setara beras pada bulan Oktober adalah sebesar 19.527 ton atau terjadi penurunan menurun dibandingkan stok akhir September. Penurunan tersebut dikarenakan produksi bulan September lebih rendah dari konsumsi, produksi GKG September hanya sebesar 1.942 ton. Stok setara beras pada bulan Nopember diramalkan hanya sebesar 9.001 ton, bahkan pada bulan Desember diramalkan terjadi defisit sebesar 1.176 ton. Artinya, pada bulan Desember para petani diperkirakan harus membeli, karena produksi bulan Desember diperkirakan sangat kecil (pada studi ini diasumsikan produksi nol, karena tidak diperoleh data).
Tabel 10. Peramalan Stok Setara Beras di Rumah Tangga Petani Kabupaten Demak
No. Bulan Stok (t-1) Beras (Ton) Produksi Gabah (Ton) Susut,bibit pakan 1) (Ton gabah) Suplai Setara beras 2) (Ton) Konsumsi per kapita 3) (Kg/kap/thn) Total Konsumsi 4) (Ton) Konsumsi non Rumah Tangga 5) (Ton beras) Stok Akhir Setara Beras (Ton) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)=(5)-(7)-(8) 1. September 39271,85 990 37,22 39874 120,12 10420,48 390,77 29062,75 2. Oktober 29062,75 1942 73,02 30244 120,12 10420,48 296,39 19527,08 3. Nopember 19527,08 143 5,38 19614 120,12 10420,48 192,22 9001,35 4. Desember 9001,35 550 20,68 9336 120,12 10420,48 91,49 -1176,09 1) Pengurangan produksi gabah karena : susut 1.58% , bibit 0.98%, pakan 1.20% (BPS)
2) Suplai setara beras= Stok t-1+((Produksi-susut benih pakan)*0,632)
3) Hasil Survei menunjukkan rata-rata konsumsi per kapita rumah tangga petani 133,44 kg/kap/thn 4) Jumlah penduduk Kab. Demak tahun 2006 sebesar 1 041 007 jiwa (laju pertumbuhan penduduk 0,71%) 5) Konsumsi beras non rumah tangga : pakan ternak/unggas 0.86%, industri 0.12% (BPS)
Dari gambaran di atas, menunjukkan bahwa pada tiga kabupaten sampel terjadi pola yang sangat berbeda, khususnya dilihat dari pola stok setara beras baik melalui perhitungan model rasio stok maupun model regresi berganda. Bahkan khusus untuk kabupaten Demak, dengan menggunakan model regresi berganda diperkirakan akan terjadi defisit stok, artinya para petani harus bersiap-siap membeli beras, karena diperkirakan stok beras hasil panennya sudah tidak tersedia. Hasil ramalan tersebut juga dapat digunakan oleh para pengambil kebijakan dalam bidang ketahanan pangan, artinya hasil peramalan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengambil kebijakan perlunya mendatangkan beras dari wilayah lain atau melakukan operasi pasar dengan memanfaatkan stok pemerintah yang tersimpan di Sub Dolog setempat.
Informatika Pertanian Volume 16 No. 2, 2007 1017
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Ada dua cara pendekatan dalam menduga stok di suatu wilayah, yaitu model rasio stok dan model regresi berganda. Model rasio stok cocok digunakan untuk menduga total stok di wilayah yang lebih kecil, seperti kecamatan. Model rasio stok kurang cocok untuk menduga total stok wilayah kabupaten, karena variasi rasio stok terhadap produksi antar kecamatan cukup besar, jika digunakan maka hasil pendugaan menjadi bias. Model rasio stok cocok digunakan untuk menduga total stok kabupaten jika masing-masing kecamatan menggunakan model rasio stok tersendiri, sehingga stok kabupaten merupakan total penjumlahan seluruh stok kecamatan. Hal ini karena variasi rasio stok antar kecamatan cukup besar. Model umum (satu model rasio stok kabupaten untuk menduga seluruh kecamatan) tidak cocok digunakan, karena hasil pendugaan akan bias.
2. Salah satu alternatif untuk menduga total stok kabupaten adalah dengan model regresi berganda. Model regresi merupakan model umum, artinya satu model dapat menduga stok di seluruh kecamatan. Jika satu atau beberapa kecamatan tidak disurvei sehingga tidak diketahui model rasio stoknya, maka dapat digunakan pendugaan stok dengan model regresi, sehingga total stok kabupaten dapat diduga besarnya.
3. Besarnya rasio stok terdahap produksi masing-masing kecamatan/kabupaten contoh berbeda, tergantung pola penggunaan gabah/beras, pola penjualan, sistem panen yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Bimas Ketahanan Pangan dan BPS. 2003. Metodologi Perhitungan Cadangan Pangan Beras Masyarakat. Deptan – BPS. Jakarta.
Cryer, JD. 1991. Time Series Analysis. PWS – KENT Publishing Company. Boston.
Montgomery, D.C, L.A. Johnson and J.S. Gardiner. 1990. Forecasting
and Time Series Analysis. Mc-Graw Hill, Singapore.
Myers, Raymond. 1994. Classical And Modern Regression with
Applications. PWS – KENT Publishing Company. Boston.
Netter, John, William Wasserman, and Michael Kutner. 1990. Applied
Ryan,T.P. 1997. Modern Regression Methods. John Wiley & Sons, INC. New York,USA.
Scheaffer, Richard L. Elementary Survey Sampling. PWS – KENT Publishing Company. Boston.
Sugianto, Tjahjadi, Pantjar Simatupang, dan Moeljarno Djojomartono. 1989. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Sistem Pengendalian Stok Beras di Masyarakat. BPS. Jakarta.