• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENAMPILAN PRODUKSI KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN SIAP SAJI (PSS) BERBASIS SILASE TANAMAN JAGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENAMPILAN PRODUKSI KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN SIAP SAJI (PSS) BERBASIS SILASE TANAMAN JAGUNG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMPILAN PRODUKSI KAMBING KACANG JANTAN

YANG DIBERI PAKAN SIAP SAJI (PSS) BERBASIS

SILASE TANAMAN JAGUNG

(Productivity of Male Kacang Goats Fed Fast Feed (PSS)

Based on Corn Straw Silage)

Teguh Wahyono1, Kusumaningrum CE1, Widiawati Y2, Suharyono1

1Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional

Jl Lebak Bulus Raya no. 49 Cilandak Jakarta Selatan

2Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Ciawi, Bogor 16002

why.tguh@gmail.com

ABSTRACT

The study was conducted to determine the potential of Fast Feed (PSS) as a forage supplement to increase intake, digestibility and productivity of male Kacang goat. The study was done in randomized block design using twenty (20) male Kacang goats. They were allocated into four treatment with five replications. The treatment were the percentage of PSS levels in the ration: control (70% elephant grass +30% concentrate); treatment A (control +6% PSS), B (control + 8% PSS), C (control +10% PSS). Results showed that PSS had no effect on Dry Matter (DM) feed intake, Average Daily weight Gain (ADG) and Feed Conversion Ratio (FCR). PSS 8% supplementation in diet resulted in highly significant different (P<0.01) in the DM digestibility. It is concluded that the provision of 6-8% as a forages supplement did not improve the performance but could improve feed digestibility of male Kacang goat.

Key Words: PSS, Kacang goat, ADG, DM Consumption, DM Digestibility

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi pakan siap saji (PSS) sebagai substitusi hijauan pakan untuk meningkatkan konsumsi, kecernaan pakan dan produktivitas kambing Kacang jantan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan jumlah ternak percobaan sebanyak 20 ekor kambing Kacang jantan yang diacak dan dibagi menjadi empat perlakuan ransum dan lima ulangan. Pakan perlakuan dalam penelitian dibedakan berdasarkan tingkat persentase penggunaan PSS pada ransum, yaitu: kontrol (rumput gajah 70% + konsentrat 30%); perlakuan A (kontrol + PSS 6%); B (kontrol +PSS 8%); C (kontrol +PSS 10%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian PSS tidak memberikan pengaruh pada konsumsi bahan kering (BK) pakan, namun pemberian PSS mampu meningkatkan pertambahan bobot badan harian (PBBH) kambing dan menurunkan Feed Convertion Ratio (FCR). Secara statistik, pemberian PSS tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi BK, PBBH dan FCR. Pemberian PSS 8% untuk substitusi rumput baru terlihat sangat nyata (P<0,01) pada peubah kecernaan BK. Dapat disimpulkan bahwa pemberian PSS sebesar 6-8% sebagai substitusi rumput dapat meningkatkan performan dan kecernaan pakan kambing Kacang.

Kata Kunci: PSS, Kambing Kacang, Silase, Tanaman Jagung

PENDAHULUAN

Secara umum jenis kambing yang ada di Indonesia didominasi oleh jenis kambing lokal (kambing Kacang) dengan ukuran tubuh yang relatif kecil, namun memiliki prolifikasi yang tinggi. (Sakul et al. 1994; Romjali et al. 2002).

Menurut Pattiselanno dan Syarifudin (2000), sumbangan ternak kambing terhadap pendapatan peternak sangat berarti karena perkembangannya cukup cepat, mudah dipelihara, mudah beradaptasi dengan lingkungan dan kebutuhan modal serta resiko

(2)

usaha lebih kecil dibandingkan dengan ternak ruminansia besar.

Pemeliharaan yang dilakukan oleh petani-peternak di Indonesia umumnya masih bersifat tradisional. Salah satunya adalah dalam hal manajemen pakan di musim kemarau. Penyediaan pakan di musim kemarau oleh petani-peternak dilakukan secara konvensional yaitu terkesan “seadanya” sehingga tidak mencukupi kebutuhan nutrien ternak tersebut. Tetapi di musim penghujan ketersediaan hijauan melimpah tidak dimanfaatkan maksimal oleh para petani-peternak. Sebagai contoh adalah pembuatan silase di musim penghujan untuk cadangan pakan di musim kemarau. Permasalahan yang lain adalah masih adanya kepercayaan petani-peternak bahwa kambing lebih menyukai rumput segar dibandingkan dengan silase. Hal ini dapat diatasi dengan kombinasi kedua jenis pakan tersebut untuk diberikan di musim kemarau.

Silase merupakan cara pengawetan hijauan yang dibuat dengan jalan fermentasi pada kelembahan tinggi dengan menambahkan bahan-bahan aditif yang mengandung karbohidrat yang siap untuk diabsorbsi oleh mikroba. Hijauan pakan yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai silase adalah tanaman jagung. Tanaman ini memiliki ketersediaan yang cukup melimpah karena banyak dibudidayakan oleh petani-peternak. Limbah biomas jagung tersebut dapat dijadikan pakan sapi dengan jalan mengolah menjadi silase. Silase jagung sangat palatabel dan dapat menggantikan rumput sebesar 70% sebagai pakan basal sapi Bali (Sariubang et al. 2010).

Dalam pengembangan selanjutnya, dilakukan penelitian pembuatan Pakan Siap Saji (PSS) yang merupakan kombinasi dari silase tanaman jagung dengan biosuplemen. Biosuplemen merupakan suplemen pakan hasil litbang Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dengan menggunakan teknik nuklir diantaranya perunutan dengan radioisotop P32 untuk menentukan sintesis protein mikroba, serta Analisis Aktivasi Neutron (AAN) untuk pengukuran kandungan mineral. Biosuplemen adalah suplemen pakan yang berasal dari isolat khamir R2 yang berasal dari rumen kerbau. Isolat ini di imobilisasi dalam medium dedak agar mudah dalam penggunaannya sebagai pakan ruminansia (Sugoro 2009). Penambahan

biosuplemen dalam proses silase dimaksudkan untuk mempercepat proses inkubasi silase serta memperbaiki kecernaan pakan di dalam rumen. Proses pembuatan silase yang biasanya memakan waktu 2-3 minggu dapat dipersingkat menjadi 3 hari dengan teknologi PSS.

Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas maka perlu dikaji potensi PSS sebagai substitusi hijauan pakan untuk meningkatkan konsumsi, kecernaan pakan dan produktivitas kambing Kacang jantan. Selain itu, dengan pemberian PSS diharapkan dapat mengurangi ketergantungan peternak terhadap rumput segar.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di kandang percobaan Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi Bogor, menggunakan 20 ekor kambing Kacang jantan lepas sapih dengan bobot badan berkisar 15-20 kg. Ternak ditempatkan pada kandang individu yang diacak dengan empat perlakuan pakan. Tiap perlakuan terdiri dari lima ulangan kambing.

Pembuatan PSS dilakukan dengan menggunakan silo berupa drum plastik berkapasitas 50 kg. Bahan silase terdiri dari tanaman jagung +2,5% silase tanaman jagung +2,5% biosuplemen. Campuran bahan pakan kemudian diinkubasi di dalam silo/drum plastik selama 3 hari.

Pakan konsentrat yang diberikan dalam penelitian adalah konsentrat hasil litbang BATAN berupa konsentrat plus. Konsentrat ini memiliki kandungan suplemen Urea Molases Multinutrien Blok (UMMB) yang berfungsi sebagai suplemen pakan untuk meningkatkan nafsu makan ternak dan meningkatkan kinerja rumen. Menurut Suharyono (2009), UMMB merupakan hasil litbang BATAN menggunakan teknik nuklir untuk perunutan dengan radioisotop P32 dalam menentukan sintesis protein mikroba, serta AAN untuk pengukuran kandungan mineral.

Pakan perlakuan dalam penelitian dibedakan berdasarkan tingkat persentase penggunaan PSS pada ransum, yaitu: kontrol (rumput gajah 70% + konsentrat 30%); perlakuan A (kontrol + PSS 6%); B (kontrol + PSS 8%); C (kontrol + PSS 10%). Kandungan

(3)

protein dan energi pakan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Ransum diberikan dengan standar pemberian 3,8% dari bobot hidup ternak. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari dengan konsentrat diberikan terlebih dahulu. Air minum diberikan secara ad libitum. Sebelum pelaksanaan penelitian juga dilakukan pencegahan penyakit yang meliputi vaksinasi, pemberian obat cacing dan vitamin B-komplek.

Rancangan percobaan yang dipakai adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan ternak percobaan sebanyak 20 ekor yang diacak dan dibagi menjadi empat perlakuan ransum dan lima ulangan. Data yang diperoleh diuji statistik dengan analisis variansi dengan menggunakan program SPSS versi 14. Peubah yang diamati adalah konsumsi Bahan Kering (BK), Pertambahan Bobot Badan harian (PBBh), Feed Convertion Ratio (FCR) dan kecernakan BK.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian PSS tidak memberikan pengaruh pada konsumsi BK pakan, namun secara numerik mampu meningkatkan PBBH kambing dan menurunkan FCR Tabel 2. Secara statistik, pemberian PSS tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi BK, PBBH

dan FCR. Pemberian PSS 8% untuk suplemen rumput gajah baru terlihat sangat nyata (P<0,01) pada peubah kecernaan BK.

Konsumsi BK

Pemberian PSS tidak memberikan pengaruh nyata terhadap konsumsi BK dapat disebabkan oleh tidak adanya pengaruh peningkatan palatabilitas dari PSS sebagai substitusi rumput. Menurut Faverdin et al. (1995) palatabilitas merupakan faktor utama yang menjelaskan perbedaan konsumsi bahan kering antara pakan dan ternak–ternak yang berproduksi rendah.

Tingkat konsumsi BK dari keempat perlakuan juga dinilai sudah mencukupi kebutuhan bahan kering kambing karena konsumsi BK lebih dari 3% bobot kambing (Batubara et al. 2003). Hal ini juga sesuai dengan NRC (1981) yang menyatakan bahwa bobot kambing antara 10-20 kg (rataan 15 kg) untuk hidup pokok memerlukan bahan kering antara 240-400 gr/ekor/hari (rataan 320 gr). Pada keempat perlakuan pakan, konsumsi pakan terlihat tinggi sehingga memungkinkanuntuk memenuhi kebutuhan nutrien untuk pertumbuhan. Banyaknya konsumsi BK akan berpengaruh terhadap jumlah protein dan energi yang dikonsumsi (Martawidjaja et al. 1999).

Tabel 1. Kandungan bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan gross energi (GE) pakan berdasarkan bahan

kering

Jenis pakan Kandungan nutrisi

BK (%) PK (%) E (kkal/kg)

Rumput gajah 18,18 10,41 3976,32

Konsentrat 85,32 13,70 2747,78

PSS 39,57 10,97 4229,51

Tabel 2. Performan dan kecernaan pakan kambing kacang

Peubah Perlakuan Pakan

Kontrol A B C Konsumsi BK (gr/ekor/hari) 863,4±15,63 860,4±21,09 837,8±35,02 837,4±13,8 PBBH (gr/ekor/hari) 127±19,35 193±27,29 135,7±21,58 153±19,75 FCR 7,62±1,39 4,80±0,64 6,69±0,87 5,84±0,74 Kecernaan BK (%) 67,01±0,60a 68,07±0,97a 71,45±0,86b 68,36±0,82a ab

(4)

Pertambahan bobot badan

Pertambahan bobot badan pada ketiga perlakuan pemberian PSS tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan kontrol, namun secara numerik perlakuan A (PSS 6%) memiliki PBBH yang cenderung tinggi, diikuti perlakuan C, B dan kontrol (Tabel 2). Hal ini menunjukkan tingkat optimal supplement rumput oleh PSS untuk meningkatkan PBBH berada pada angka 6%. Peningkatan ini dapat terjadi karena di dalam pakan perlakuan khususnya PSS sudah terkandung biosuplemen yang berfungsi untuk memperbaiki kinerja rumen. Hal ini ditambah lagi dengan fungsi suplemen pakan UMMB yang terdapat didalam konsentrat perlakuan. Menurut Suharyono (2009), UMMB yang ada di dalam ransum akan mudah digunakan untuk pembentukan protein mikroba rumen yang dimanfaatkan untuk pertambahan bobot badan ternak.

UMMB yang terkandung dalam konsentrat dan biosuplemen di dalam PSS mampu memenuhi kebutuhan gizi sehingga dapat memacu pertumbuhan kambing. Pertambahan bobot badan kambing yang berada pada kisaran 127-193 g/ekor/hari termasuk kategori yang sangat baik dibandingkan dengan PBBH hasil pemberian pakan hijauan saja yang berada pada kisaran 30 g/ekor/hari (Batubara et al. 2003).

Konversi pakan

Pemberian PSS mampu menurunkan nilai FCR (Tabel 2). Hal ini karena pemberian PSS tidak mempengaruhi konsumsi pakan namun dapat meningkatkan PBBH. Pemberian PSS untuk substitusi rumput mampu memberikan kandungan nutrien yang lebih lengkap sehingga kambing pada perlakuan A, B dan C akan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat meskipun mengkonsumsi jumlah pakan yang sama dengan kambing kontrol. Konversi pakan, khususnya ternak ruminansia kecil, dipengaruhi oleh kualitas pakan, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, akan diikuti dengan PBB yang lebih tinggi dan makin efisien

penggunaan pakannya (Juarini et al. 1995; Martawidjaja et al. 1998).

Kecernaan BK

Kecernaan BK perlakuan B menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian PSS 8% untuk suplemen rumput secara statistik dapat optimal meningkatkan kecernaan BK. Tilman et al. (1984) menjelaskan bahwa kandungan serat kasar dan protein kasar pakan, perlakuan terhadap bahan pakan, faktor spesies ternak serta jumlah pakan akan mempengaruhi kecernaan.

Nilai kecernaan dari keempat perlakuan pakan juga memiliki nilai yang lebih tinggi dari minimal kecernaan untuk hidup pokok ternak ruminansia yang berkisar 50-55% (Djajanegara, 1986; Pattiselanno dan Syarifudin 2000). nilai kecernaan pakan yang rendah, menyebabkan konversi pakan tidak efisien (Haryanto et al. 1992; Martawidjaja et al. 1998).

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan A, B dan C menghasilkan PBBH dan FCR yang berbeda nyata dengan pakan kontrol Penggunaan PSS 8% sebagai substitusi rumput berpengaruh terhadap kecernaan pakan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian PSS 6-8% sebagai substitusi rumput gajah belum memperbaiki performan namun meningkatkan kecernaan pakan kambing kacang. Dalam penelitian selanjutnya perlu dilakukan studi analisis ekonomi manajemen pakan yang berbasis PSS.

DAFTAR PUSTAKA

Batubara LP, Ginting SP, Simanihuruk K, Sianipar J, Tarigan A. 2003. Pemanfaatan limbah sawit dan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit sebagai ransum kambing potong. Dalam: Mathius IW, Setiadi B, Sinurat AP, Ashari, Darmono, Wiyono A, Tresnawati MB, Murdiati TB, penyunting. Teknolgi Peternakan dan Veteriner Iptek untuk

(5)

Meningkatkan Kesejahteraan Petani Melalui Agribisnis Peternakan yang Berdaya Saing Prosiding Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29-30 Semptember 2003. hlm. 106-109.

Djajanegara A. 1986. Intake and digestion of cereal straws by sheep. Thesis University of Melbourne.

Faverdin P, Baumont R, Ingvartsen KL. 1995. Control and prediction of feed intake in ruminants. In: Journet M, Grenet E, Farce MH, Theriez M, Demarquilly C (eds), Proceedings of the 4th International Symposium on The Nutrition of Herbivores. Recent Development in the Nutrition of Herbivores. INRA. Paris. pp. 95-120.

Haryanto B, Palamonia M, Kuswandi, Martawidjaja M. 1992. Pengaruh suplementasi energi dan protein terhadap nilai kecernaan dan pemanfaatan pakan pada domba. Prosiding Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Ternak Ruminansia Kecil. Bogor (Indonesia): Balai Penelitian Ternak. Cisarua, Bogor, 19 - 20 September 1992. hlm. 44-48. Juarini E, Hasan I, Prabowo B, Thahar A. 1995.

Penggunaan konsentrat komersial dalam ransum domba di pedesaan dengan agroekosistem campuran di Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Bogor, 25-25 Januari 1995. Bogor (Indonesia): Balai Penelitian Ternak. hlm. 182-187.

Martawidjaja M, Setiadi B, Sitorus SS. 1998. Pengaruh penambahan tetes dalam ransum terhadap produktivitas kambing kacang. JITV. 3:149-153.

Martawidjaja M., Setiadi B, Sorta, Sitorus S. 1999. Pengaruh tingkat protein-energi ransum terhadap kinerja produksi kambing kacang muda. JITV. 4:167-173.

NRC. 1981. Nutrient requirements of goats : angora, dairy, and meat goats in temperate and tropical countries. Nutrient Requirements of Domestic Animals. No. 15. National Academy Sci., Washington. D.C.

Pattiselanno F. Syarifudin H. 2000. Pemanfaatan daun mahang (Macaranga mappa) sebagai pakan substitusi ternak kambing. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. 10:21-24.

Romjali E, Leo P, Batubara K, Simanihuruk, Elieser S. 2002. Keragaan anak hasil persilangan kambing kacang dengan boer dan peranakan etawah. Dalam: Haryanto B, Setiadi B, Adjid RMA, Situmorang T, Prawiradiputra BR, Tarigan S, Wiyono A, Tresnawati MB, Murdiati TB, Abubakar, Ashari, penyunting. Inovasi teknologi peternakan dan veteriner dalam menunjang keterpaduan usaha peternakan yang berdaya saing Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 30 September - 1 Oktober 2002. hlm. 113-115.

Sakul H, Bradford GE, Subandriyo. 1994. Prospects for genetic improvement of small ruminants in Asia. Prociding Symposium: Strategic Development for Small Ruminant Production in Asia and Pasific. SRCRSP Univ. Calif Davis.

Sariubang M, Qomariyah N, Nurhayu A. 2010. Sistem usahatani terpadu jagung dan sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Prosiding Pekan Serealia Nasional. Balitsereal Maros, 27-28 Juli 2010. hlm. 508-512. Sugoro I. 2009. Pemanfaatan probiotik khamir untuk

peningkatan produktivitas ternak ruminansia. Bahan Orasi Presentasi Ilmiah Peneliti Madya. Patir-Batan.

Suharyono. 2009. Pengembangan suplemen pakan untuk ternak ruminansia dan pengenalannya kepada peternak. Bahan Orasi Presentasi Ilmiah Peneliti Utama 16 Februari 2009. Patir-Batan.

Tilman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1984. Ilmu makanan ternak dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

anisopliae yang diaplikasikan secara disemprot menunjukkan efektifitas yang rendah terhadap nimfa wereng coklat, sedangkan yang diaplikasikan di sekitar perakaran

Simpulan dari pengembangan ini adalah: (1) dihasilkan sebuah produk berupa konverter energi panas menjadi energi listrik dan disertai petunjuk pengunaan (user

motorik, berjalan, dan bernafas.Kegiatan pembelajaran practical life memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi dengan sumber belajar dan media pembelajaran

Setelah melakukan identifikasi bentuk pola persebaran permukiman penduduk di Kampung Tua Tanjung Riau, penelitian dilanjutkan dengan menganalisis secara deskriptif pengaruh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan yang dilakukan di kantor pertanahan dalam pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) di Kabupaten Enrekang

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kepadatan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yang menggunakan rGH dengan

Kurumsal Kaynak Planlaması işletmenin stratejik amaç ve hedefleri doğrultusunda müşteri taleplerini en uygun şekilde karşılayabilmek için farklı coğrafi bölgelerde

&lt; 80 Lapisan 7 Pasir kerakalan berwarna abu-abu gelap masif, terdiri atas fragmen andesit berwarna kehitam-hitaman dan berstruktur skoria, berbentuk agak