• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK PENDIDIKAN GIZI DAN SUPLEMENTASI KOMBINASI BESI DAN VITAMIN C TERHADAP PERUBAHAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANAK SEKOLAH DASAR YANG ANEMIA DI WILAYAH SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK PENDIDIKAN GIZI DAN SUPLEMENTASI KOMBINASI BESI DAN VITAMIN C TERHADAP PERUBAHAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANAK SEKOLAH DASAR YANG ANEMIA DI WILAYAH SUKOHARJO"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang banyak terjadi disamping tiga masalah gizi lainnya yaitu kurang energi protein, kekurangan vitamin A dan kekurangan yodium. Anemia gizi bukan hanya banyak dijumpai di Indonesia tetapi juga paling banyak dijumpai di dunia terutama di negara berkembang (Arisman,2004). Anemia gizi yang paling banyak dijumpai adalah anemia gizi besi (AGB). World Health Organization (WHO) memperkirakan 800-900 juta penduduk dunia menderita anemia gizi besi (De Maeyer, 1993). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, prevalensi anemia gizi besi (AGB) di Indonesia masih tinggi, pada anak sekolah sebesar 47,2 % (Depkes RI, 1999).

Secara garis besar, anemia gizi besi disebabkan oleh perdarahan kronik karena infeksi cacing, menstruasi atau penyakit darah bawaan (seperti thalasemia, hemofilia), asupan besi yang rendah dan penyerapan yang tidak adekuat serta meningkatnya kebutuhan seperti masa kehamilan dan masa pertumbuhan yang cepat pada anak-anak (Arisman, 2004). Namun demikian di negara-negara berkembang penyebab utama anemia pada umumnya adalah kekurangan asupan zat besi (Gillespie, 1998; Beaton dan McCabe, 1999). Kurangnya asupan dari produk hewani dan tingginya kandungan phitat dalam makanan orang Indonesia menyebabkan kurang tersedianya zat besi sehingga cenderung terjadi defisiensi besi.

Anemia gizi besi merupakan masalah serius karena dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan serta peningkatan angka kesakitan anak-anak (De Silva, 2003). Disamping itu anemia gizi besi pada bayi dan anak-anak dapat menyebabkan gangguan perkembangan motorik dan koordinasi, gangguan perkembangan bahasa dan kemajuan belajar serta penurunan aktivitas fisik (De Maeyer, 1993).

(2)

2

metabolisme besi adalah vitamin C. Sifat yang dimiliki vitamin C adalah sebagai promotor terhadap absorpsi besi dengan cara mereduksi besi ferri menjadi ferro dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Absorpsi besi dalam bentuk nonhem meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Vitamin C berperan dalam memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke ferritin hati (Almatsier, 2001). Hasil penelitian Davidson et al (1998) tentang peran vitamin C terhadap absorpsi besi menunjukkan bahwa pada susu coklat yang difortifikasi oleh vitamin C sebanyak 25 mg dan 50 mg mampu meningkatkan penyerapan besi pada anak-anak di Jamaica.18 Peningkatan dosis penambahan vitamin C mampu menigkatkan persentase penyerapan besi. Penelitian yang dilakukan Mao dan Yao (1992) tentang suplementasi tablet besi 7.5 mg ditambah vitamin C 50 mg selama enam minggu memberikan pengaruh yang efektif terhadap peningkatan kadar ferritin (Allen, 1998).

Di Kabupaten Sukoharjo belum ada data dan survei tentang anemia dan studi mengenai seng pada anak sekolah. Survei anemia pada remaja putri menunjukkan prevalensi anemia sebesar 50 %. Berdasarkan skreening yang dilakukan oleh Listyani dkk (2006) di sebelas SD dengan karakteristik geografis yang sama di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo menunjukkan persentase anemia pada anak SD kelas 2, 3 dan 4 mencapai 82 %. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan anemia yaitu dengan pemberian suplementasi besi dan seng secara rutin dalam jangka waktu 3 bulan (12 minggu) diharapkan dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Dosis seng diberikan sama dengan dosis besi yaitu rasio besi:seng 1:1 karena dikhawatirkan jika rasio pemberian lebih dari 2:1 akan terjadi gangguan absorpsi (Allen, 1998). Disamping itu perlu ditingkatkan pula konsumsi vitamin A dan vitamin C dan diikuti oleh upaya lainnya seperti pengobatan kecacingan karena kecacingan

(3)

3

(4)

32

DAFTAR PUSTAKA

Arisman, MB.. Buku Ajar Ilmu Gizi : Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta, 2004. P 144-154

Ahmed et al. Efficacy of twice-weekly multiple micronutrient supplementation for improving the hemoglobin and micronutrient status of anemic adolescent schoolgirls in Bangladesh. Am J Clin Nutr, 2005:82:829-35

Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. 2001Jakarta

Allen, Lindsay H. Iron-Ascorbic Acid and Iron-Calcium Interactions and Their Relevance in Complementary Feeding. International Life Science Institue, USA. 1998.

Beard, JL.. Iron biology in immune function, muscle metabolism and neuronal funtioning. J Nutr. 2001,131(2S-2); 568S-579S; discussion 580S.

Berdanier, C. Advanced Nutrition Micronutrients. CRC Press, 1998.

De Maeyer, EM. Pencegahan dan pengawasan Anemia Defisiensi Besi, WHO. Jenewa. Diterjemahkan oleh Ronardy D.H Jakarta Widya Medika. 1993. P 11-18

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pemberian Besi-Folat dan Sirup Bagi Petugas Jakarta. 1999

De Silva A, Atukorala S, Weerasinghe I & Ahluwalia N. Iron supplementation status and reduces morbidity in children with or withour upper respiratory tract infections: a randomized controlled study in Colombo, Srinlanka. Am J Clin Nut. 2003. 77(1): 234-41.

Davidson et al. Influence of ascorbic acid on iron absorption from an iron-fortified, chocolate-flavored milk drink in Jamican Children. Am J Clin Nutr, 1998;67:873-7

Fidanza, F,MD. Nutritional Status Assasment : A manual for population studies. Chapman and Hall, 1991.

Florentino, RF., Tanchoco, CC., Rodriguez, MP., Cruz, AJ. 1996. Interactions among micronutrients deficiencies and undernutritions in the Philippines.

Asia Pacific Journal Clin. Nutr., 5(3): 175-180.

(5)

33

Gibson, R. Principles of Nutritional Assasment. Second Edition.Oxford University Press, 2005.

Harper. Biokimia Edisi 25.EGC penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 2003.

Linder, Maria C. (diterjemahkan oleh Aminudin Prakkasi) Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (Nutritional Biochemistry and Metabolism) Universitas Indonesia, Jakarta, 1992.

Miller, J. Vitamin A, Iron and Anemia:from Observation to hyphoteses. Nutrition Bytes. Volume 4, Issue 2. , 1998.Article 5

Muhilal, Sulaeman A. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan, Makalah Widya Karya Pangan dan giai VIII, Jakarta , 2004.p 394-399

Meija, LA, Chew,F. Hematological Effect of Suplementing Anemic Children with Vitamin A Alone and Combination with Iron. Am J Clin Nutr,1988:48 p 595-600

Moore, H., Greenwood, D., Gill, T., Waine, C., Soutter, J., Adamson, A. 2003. A cluster randomised trial to evaluate a nutrition training programme. Br. J. Gen, Pract.;53(489):271-7.

Munoz, EC., Rosado, JL., Lopez, P., Furr, HC., Allen, LH. 2000. Iron and zinc supplementation improves indicators of vitamin A status of Mexican preschoolers. Am J Clin Nut. 71(3): 789-94.

Oppenheimer. Iron and its relation to immunity and infectious disease. J Nutr, 2001 131(2S-2):616S-633S; discussion 633S-635S

Rahfiludin, MZ. Pengaruh suplementasi besi dan seng melalui makanan jajanan terhadap perubahan status tembaga pada anak sekolah dasar yang pendek. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang, 2002.

Roodenburg, AJC, West CE, yu S, Beynen AC. Comparison between time-dependent changes in iron metabolism of rats as induced by marginal deficiency of either vitamin A or iron. Br J Nutr 71,1994; p 687-699

Saidin, S.. Pengaruh Pemberian Pil Besi dengan penambahan Vitamin terhadap perubahan kadar Hb dan Ferritin Serum pada Wanita Remaja, penelitian Gizi dan makanan volume 20, Bogor, 1997, p 91-101

Suharno et al. Supplementation with vitamin A and Iron for Nutritional anaemia in pregnant women in West Java, Indonesia. The Lancet , 1993; 342 : 1325-8

(6)

34

Suharjo. 1989. Berbagai cara pendidikan gizi. Petunjuk Laboratorium Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. PAU-IPB. Bogor

World Health Organization. Iron Deficiency Anemia : Assasment, Prevention and Control. A guide for programme managers,2001.

World Health Organization. Global Database on Child Growth and malnutrition. Geneva, 2000

Whittaker, P. 1998. Iron and Seng Interactions in Humans. Am J Clin Nutr. 68 (Suppl) : 495S-8S.

Zimmermann, MB et al. Vitamin A supplementaton in Children with Poor Vitamin A and Iron Status Increases erythropoeitin and Hemoglobin Concentration without changing total body iron, 2006.

Zivkovic, M., Bjegovic, V., Vukovic, D., Marinkovic, J. 1998. Evaluation of the effect of the health education intervention project “Healthy School”. Srp. Arh. Celok Lek.; 126(5-6):164-70.

(7)

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

EFEK PENDIDIKAN GIZI DAN SUPLEMENTASI

KOMBINASI BESI DAN VITAMIN C TERHADAP

PERUBAHAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANAK

SEKOLAH DASAR YANG ANEMIA DI WILAYAH

SUKOHARJO

Oleh :

Endang Nur Widiyaningsih, SST, MSi Suprapto, SSi Apt

DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI, DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL SESUAI DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN HIBAH PENELITIAN 188/SP2H/PP/DP2M/III/2008, TERTANGGAL 6 MARET 2008

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(8)
(9)

RINGKASAN PENELITIAN

Penelitian tentang efek pendidikan gizi dan suplementasi kombinasi besi dan

vitamin C ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan suplementasi kombinasi besi

dan vitamin C dengan pendidikan gizi dan suplementasi kombinasi besi dan vitamin C

terhadap perubahan kadar hemoglobin pada anak sekolah dasar yang anemia.

Penelitian ini termasukpenelitian kuasi eksperimental. Tempat pelaksanaan penelitian

ini di sebelas SD Negeri di Kecamatan Kartasura yaitu SD Gumpang 1, SD Gunpang

2, SD Gumpang 3, SD Ngadirejo 1, SD Ngadirejo 2, SD Ngadirejo 3, SD Ngadirejo 4,

SD Kartasura 1, SD Kartasura 4, SD Kartasura 6 dan SD Pucangan 1. Penelitian ini

dilakukan di beberapa SD Negeri di wilayah kecamatan Kartasura karena hasil

skrining menunjukkan bahwa kejadian anemia pada anak sekolah dasar kelas 4 dan 5

masih cukup tinggi yaitu 80 % dan tingkat pengetahuan gizi yang kurang sebesar 68

%.

Subjek penelitian adalah anak sekolah dasar kelas empat dan lima sejumlah 75

anak yang dinagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama mendapatkan

suplementasi kombinasi besi dan vitamin C sedangkan kelompok kedua mendapatkan

pendidikan gizi dan suplementasi kombinasi. Kelompok pertama terdiri dari 35 anak

yang mendapatkan suplemen dua kali dalam seminggu. Kelompok kedua terdiri dari

40 anak yang mendapatkan suplemen dua kali seminggu dan pendidikan gizi

seminggu sekali. Disamping itu orang tua pada subjek penelitian pada kelompok

kedua juga mendapatkan pendidikan gizi satu bulan sekali. Pada kelompok kedua

untuk subjek penelitian media pendidikan gizi berupa flyer sedangkan untuk orang tua

diberikan dalam bentuk booklet. Suplemen yang diberikan pada kedua kelompok

diberikan 5 ml sekali minum dengan rasa yang sama dan kadar besi serta vitamin C

yang sama. Tiap 5 ml suplemen yang diberikan mengandung 60 mg besi dan 60 mg

vitamin C. Pemberian suplemen diberikan oleh enumerator dan peneliti di sekolah

setiap hari rabu dan sabtu anatra jam 07.00-09.00 WIB. Namun pada dua minggu

terakhir subjek diminta untuk membawa pulang sirup karena bersamaan dengan bulan

Ramadhan sehingga tidak bisa dilaksanakan pada pagi hari. Pemeriksaan kadar Hb

dilakukan pada awal dan akhir penelitian dengan menggunakan metode

(10)

Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Karakteristik keluarga dapat dilihat dari tingkat pendidikan orang tua, tingkat

pendapatan perkapita keluarga dan pekerjaan orang tua. Secara umum tingkat

pendidikan orangtua adalah pendidikan menengah (SLTP dan SLTA), sebagian besar

pendidikan ayah adalah SLTA (44,0%) dan pendidikan ibu adalah SLTA (34,7%).

Pendidikan ayah lebih tinggi dibandingkan pendidikan ibu.Lama pendidikan ayah,

pendidikan ibu dan pendapatan perkapita berdistribusi tidak normal, sehingga diuji

dengan uji Mann-Whitney U, hasilnya tidak ada perbedaan bermakna pendidikan

ayah, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga pada kedua kelompok (p>0,05). Secara

umum memperlihatkan bahwa pendidikan orang tua dan pendapatan perkapita

keluarga pada kedua kelompok mempunyai karakteristik relatif sama.

Jumlah sampel penelitian adalah 75 anak dengan kondisi anemia. Umur

sampel penelitian antara 9-11 tahun. Pada penelitian ini sampel yang berjenis kelamin

laki-laki lebih besar dari pada sampel yang berjenis kelamin perempuan dengan

proporsi subjek laki-laki 57,3 % dan subjek permepuan 42,7 %.

Hasil recall asupan makanan menunjukkan bahwa rata-rata asupan protein

kelompok suplementasi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok suplementasi

dan pendidikan gizi. Sedangkan asupan vitamin A, vitamin C dan besi pada kelompok

suplementasi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok suplementasi dan

pendidikan gizi. Hasil uji Mann Whitney U menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

signifikan asupan protein, vitamin A, vitamin C dan besi antara kedua kelompok.

Penelitian ini memperlihatkan bahwa intervensi pendidikan gizi pada anak satu

minggu sekali, serta orang tua/wali dan guru kelas satu bulan sekali dalam waktu 3

bulan belum bisa mengubah asupan zat gizi dari makanan terutama zat besi pada

anak. Ibu mempunyai peran penting dalam mengatur dan mengendalikan arus

makanan dalam keluarga, sehingga pengetahuan ibu khususnya tentang gizi sangat

menentukan terhadap pola konsumsi makan dalam keluarga, khususnya kebiasaan

makan anak.

Pada kelompok besi dan vitamin C terlihat bahwa terjadi peningkatan kadar

hemoglobin dengan peningkatan rata-rata adalah 2,99 g/dL ± 0,96 Hal ini

menunjukkan bahwa suplementasi besi 60 mg dan vitamin C 60 mg dua kali

(11)

Pada kelompok besi, vitamin C dan pendidikan gizi terjadi peningkatan kadar

hemoglobin dengan peningkatan rata-rata adalah 2,89 g/dL ± 0,94. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa intervensi pada kelompok besi, vitamin C dan pendidikan gizi

juga memberikan peningkatan kadar Hb walaupun hasilnya relatif lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok gizi tanpa pendidikan gizi. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa, meskipun perubahan kadar hemoglobin pada kelompok

suplementasi besi dan vitamin C saja lebih tinggi dibandingkan dengan suplementasi

besi, vitamin C dan pendidikan gizi, akan tetapi hasil uji one sample test

menunjukkan bahwa ada perbedaan perubahan kadar hemoglobin antar kelompok

perlakuan (p =0,000)

Setelah dilakukan intervensi kedua kelompok mengalami penurunan proporsi

anemia dengan penurunan status anemia secara keseluruhan adalah dari 100 %

anemia menjadi 24 % anemia. Sehingga secara umum 76 % subjek penelitian menjadi

tidak anemia.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada perbedaan perubahan kadar

hemoglobin pada kedua kelompok perlakuan meskipun baik suplementasi kombinasi

maupun suplementasi kombinasi dan pendidikan gizi keduanya mampu meningkatkan

kadar hemoglobin subjek penelitian. Peningkatan kadar hemoglobin lebih tinggi pada

kelompok yang mendapatkan suplementasi kombinasi dibanding yang mendapatkan

pendidikan gizi dan suplementasi kombinasi. Oleh karena itu untuk penelitian

selanjutnya perlu dilakukan pemantauan kepatuhan dalam mengkonsumsi sirup dan

pendidikan gizi yang diberikan sebaiknya rutin diberikan (tidak hanya selama 3 bulan

saja). Pendidikan gizi yang berkesinambungan tersebut diharapkan akan lebih

(12)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan tuntunan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian berjudul “ Efek

Pendidikan Gizi dan Suplementasi Kombinasi Besi dan Vitamin C terhadap

Perubahan Kadar Hemoglobin pada Anak Sekolah Dasar yang Anemia di Wilayah

Sukoharjo” dengan baik dan lancar.

Pada kesempatan ini kami haturkan baynyak terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UMS, Arif Widodo, A.Kep, M.Kes yang telah

memberikan ijin waktu untuk melaksanakan penelitian.

2. Pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengabdaian UMS, Prof. Dr. Markhamah,

M.Hum atas ijin dan arahan selama melaksanakan penelitian.

3. Pimpinanan Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan

Nasional atas perkenannaya dalam pembiayaan penelitian.

4. Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo beserta staf atas kerja

samanya selama proses penelitian.

5. Bapak/Ibu Kepala Sekolah di wilayah Kecamatan Kartasura yang telah

memberikan ijij dan bantuan dalam pengambilan data selama proses

penelitian.

6. Seluruh pihak yang teleh membeantu penyelesaian penelitian ini.

Kami menyadari nahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan

penelitian ini, sehingga saran dan kritik kami harapkan demi perbaikan penulisan di

masa mendatang. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Surakarta, Sepetember 2007

(13)

DAFTAR ISI

F. Pendidikan dan Pengetahuan Gizi pada Anak Sekolah Dasar... 9

G. Pendidikan Gizi dan Perubahan Perilaku ... 11

H. Kerangka Teori ... 13

I. Kerangka Konsep ... 14

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Deskripsi Pendidikan dan Pendapatan Perkapita Keluarga 23

2. Rata-rata Asupan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dari 25

Makanan Sampel Selama Penelitian pada Tiap Kelompok

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Teori 13

(16)
(17)

RINGKASAN PENELITIAN

Penelitian tentang efek pendidikan gizi dan suplementasi kombinasi besi dan

vitamin C ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan suplementasi kombinasi besi

dan vitamin C dengan pendidikan gizi dan suplementasi kombinasi besi dan vitamin C

terhadap perubahan kadar hemoglobin pada anak sekolah dasar yang anemia.

Penelitian ini termasukpenelitian kuasi eksperimental. Tempat pelaksanaan penelitian

ini di sebelas SD Negeri di Kecamatan Kartasura yaitu SD Gumpang 1, SD Gunpang

2, SD Gumpang 3, SD Ngadirejo 1, SD Ngadirejo 2, SD Ngadirejo 3, SD Ngadirejo 4,

SD Kartasura 1, SD Kartasura 4, SD Kartasura 6 dan SD Pucangan 1. Penelitian ini

dilakukan di beberapa SD Negeri di wilayah kecamatan Kartasura karena hasil

skrining menunjukkan bahwa kejadian anemia pada anak sekolah dasar kelas 4 dan 5

masih cukup tinggi yaitu 80 % dan tingkat pengetahuan gizi yang kurang sebesar 68

%.

Subjek penelitian adalah anak sekolah dasar kelas empat dan lima sejumlah 75

anak yang dinagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama mendapatkan

suplementasi kombinasi besi dan vitamin C sedangkan kelompok kedua mendapatkan

pendidikan gizi dan suplementasi kombinasi. Kelompok pertama terdiri dari 35 anak

yang mendapatkan suplemen dua kali dalam seminggu. Kelompok kedua terdiri dari

40 anak yang mendapatkan suplemen dua kali seminggu dan pendidikan gizi

seminggu sekali. Disamping itu orang tua pada subjek penelitian pada kelompok

kedua juga mendapatkan pendidikan gizi satu bulan sekali. Pada kelompok kedua

untuk subjek penelitian media pendidikan gizi berupa flyer sedangkan untuk orang tua

diberikan dalam bentuk booklet. Suplemen yang diberikan pada kedua kelompok

diberikan 5 ml sekali minum dengan rasa yang sama dan kadar besi serta vitamin C

yang sama. Tiap 5 ml suplemen yang diberikan mengandung 60 mg besi dan 60 mg

vitamin C. Pemberian suplemen diberikan oleh enumerator dan peneliti di sekolah

setiap hari rabu dan sabtu anatra jam 07.00-09.00 WIB. Namun pada dua minggu

terakhir subjek diminta untuk membawa pulang sirup karena bersamaan dengan bulan

Ramadhan sehingga tidak bisa dilaksanakan pada pagi hari. Pemeriksaan kadar Hb

dilakukan pada awal dan akhir penelitian dengan menggunakan metode

(18)

Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Karakteristik keluarga dapat dilihat dari tingkat pendidikan orang tua, tingkat

pendapatan perkapita keluarga dan pekerjaan orang tua. Secara umum tingkat

pendidikan orangtua adalah pendidikan menengah (SLTP dan SLTA), sebagian besar

pendidikan ayah adalah SLTA (44,0%) dan pendidikan ibu adalah SLTA (34,7%).

Pendidikan ayah lebih tinggi dibandingkan pendidikan ibu.Lama pendidikan ayah,

pendidikan ibu dan pendapatan perkapita berdistribusi tidak normal, sehingga diuji

dengan uji Mann-Whitney U, hasilnya tidak ada perbedaan bermakna pendidikan

ayah, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga pada kedua kelompok (p>0,05). Secara

umum memperlihatkan bahwa pendidikan orang tua dan pendapatan perkapita

keluarga pada kedua kelompok mempunyai karakteristik relatif sama.

Jumlah sampel penelitian adalah 75 anak dengan kondisi anemia. Umur

sampel penelitian antara 9-11 tahun. Pada penelitian ini sampel yang berjenis kelamin

laki-laki lebih besar dari pada sampel yang berjenis kelamin perempuan dengan

proporsi subjek laki-laki 57,3 % dan subjek permepuan 42,7 %.

Hasil recall asupan makanan menunjukkan bahwa rata-rata asupan protein

kelompok suplementasi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok suplementasi

dan pendidikan gizi. Sedangkan asupan vitamin A, vitamin C dan besi pada kelompok

suplementasi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok suplementasi dan

pendidikan gizi. Hasil uji Mann Whitney U menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

signifikan asupan protein, vitamin A, vitamin C dan besi antara kedua kelompok.

Penelitian ini memperlihatkan bahwa intervensi pendidikan gizi pada anak satu

minggu sekali, serta orang tua/wali dan guru kelas satu bulan sekali dalam waktu 3

bulan belum bisa mengubah asupan zat gizi dari makanan terutama zat besi pada

anak. Ibu mempunyai peran penting dalam mengatur dan mengendalikan arus

makanan dalam keluarga, sehingga pengetahuan ibu khususnya tentang gizi sangat

menentukan terhadap pola konsumsi makan dalam keluarga, khususnya kebiasaan

makan anak.

Pada kelompok besi dan vitamin C terlihat bahwa terjadi peningkatan kadar

hemoglobin dengan peningkatan rata-rata adalah 2,99 g/dL ± 0,96 Hal ini

menunjukkan bahwa suplementasi besi 60 mg dan vitamin C 60 mg dua kali

(19)

Pada kelompok besi, vitamin C dan pendidikan gizi terjadi peningkatan kadar

hemoglobin dengan peningkatan rata-rata adalah 2,89 g/dL ± 0,94. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa intervensi pada kelompok besi, vitamin C dan pendidikan gizi

juga memberikan peningkatan kadar Hb walaupun hasilnya relatif lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok gizi tanpa pendidikan gizi. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa, meskipun perubahan kadar hemoglobin pada kelompok

suplementasi besi dan vitamin C saja lebih tinggi dibandingkan dengan suplementasi

besi, vitamin C dan pendidikan gizi, akan tetapi hasil uji one sample test

menunjukkan bahwa ada perbedaan perubahan kadar hemoglobin antar kelompok

perlakuan (p =0,000)

Setelah dilakukan intervensi kedua kelompok mengalami penurunan proporsi

anemia dengan penurunan status anemia secara keseluruhan adalah dari 100 %

anemia menjadi 24 % anemia. Sehingga secara umum 76 % subjek penelitian menjadi

tidak anemia.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada perbedaan perubahan kadar

hemoglobin pada kedua kelompok perlakuan meskipun baik suplementasi kombinasi

maupun suplementasi kombinasi dan pendidikan gizi keduanya mampu meningkatkan

kadar hemoglobin subjek penelitian. Peningkatan kadar hemoglobin lebih tinggi pada

kelompok yang mendapatkan suplementasi kombinasi dibanding yang mendapatkan

pendidikan gizi dan suplementasi kombinasi. Oleh karena itu untuk penelitian

selanjutnya perlu dilakukan pemantauan kepatuhan dalam mengkonsumsi sirup dan

pendidikan gizi yang diberikan sebaiknya rutin diberikan (tidak hanya selama 3 bulan

saja). Pendidikan gizi yang berkesinambungan tersebut diharapkan akan lebih

Referensi

Dokumen terkait

Kantor Arsip dan Perpustakaan sebagai unit kerja yang mengelola, menyimpan arsip-arsip SKPD dengan baik dan benar serta unit kerja yang mengelola perpustakaan

Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Kadar Air pada Varietas Grobogan dapat dilihat pada Tabel 8.Tabel 8 menunjukkan bahwa faktor lama guncangan dan kondisi suhu/RH

pendekatan regional, baik itu ilmu keruangan maupun struktularisme Marxis yang berkaitan dengan persepsi ahli geografi tentang dunia empiris yang mengandung banyak sekali

Selanjutnya dikarenakan adanya efisiensi anggaran, skema dan materi yang disampaikan hampir sama dengan tahun 2017, maka peserta yang pernah mengikuti sosialisasi pada

menggunakan SPS (Seri Program.. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII MTsN Ngemplak Boyolali. Nur

[r]

Dengan ini kami menyampaikan penyedia barang/jasa sebagai pemenang Penunjukan Langsung paket pekerjaan tersebut di atas adalah sebagai berikut :.. Nama Perusahaan/Perseorangan :

Model Spot Capturing akan memberikan kebebasan dalam mengaktualisasi gelombang otak global mulai dari imajinasi, kreasi dan logika. Semua siswa dapat menjalani proses