• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI BUDIDAYA AYAM KAMPUNG SECARA INTENSIF DAN RAMAH LINGKUNGAN DI PROVINSI JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI BUDIDAYA AYAM KAMPUNG SECARA INTENSIF DAN RAMAH LINGKUNGAN DI PROVINSI JAMBI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI BUDIDAYA AYAM KAMPUNG SECARA INTENSIF

DAN RAMAH LINGKUNGAN DI PROVINSI JAMBI

(Potential of Intensive and Environmental Friendly Native Chicken Farming

in Jambi Province)

SARI YANTI HAYANTI1danM.PURBA2

1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

Jl. Samarinda Paal Lima, Kotak Pos 118, Kota Baru 3600 Jambi drh.sari.bptpjambi@gmail.com

2

Balai Penelituiian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

ABSTRACT

An intensive raising native chicken has been a long time ago introduced to society, including farmers in the rural areas. The potential of each location has differed among others. Native chicken meat and egg consumption of per capita people in the Province of Jambi has become a major business opportunity to support development of the native chicken production. Other potential aspects included availability of selected native chicken breeding stock in access to larger house yard, women’s farmers participation and availability of food crops and agro industry by product as feed sources. To support an intensive native chicken development there is a need to have good farming practice that environmentally friendly. This will result good performance of native chicken, resistant to diseases and good quality of carcass that preferred by consumers.

Key Words: Native Chicken, Potential, Intensive, Environmentally Friendly, Jambi Province

ABSTRAK

Pemeliharaaan ayam kampung dengan intensif sudah lama diperkenalkan kepada masyarakat. Potensi yang dimiliki setiap wilayah dalam budidaya ayam kampung tidak sama. Konsumsi masyarakat Provinsi Jambi merupakan peluang usaha untuk budidaya ayam kampung. Potensi lain berkembangnya usaha budidaya ini adalah tersedianya bibit ayam kampung yang terseleksi, pekarangan yang cukup luas untuk kandang, peran serta wanita dalam rumah tangga peternak, dan ketersediaan hasil samping usaha tanaman dan agro industri sebagai sumber pakan. Guna mendukung usaha ayam kampung dengan intensif maka diperlukan pemeliharaan yang ramah lingkungan sehingga menghasilkan ayam dengan kinerja baik, daya tahan tubuh terhadap penyakit, serta menghasilkan dan warna karkas yang disukai konsumen.

Kata Kunci: Ayam Kampung, Potensi, Intensif, Ramah Lingkungan, Provinsi Jambi

PENDAHULUAN

Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas yang populasi penyebarannya hampir merata di seluruh Indonesia. Salah satu penyumbang daging ayam dan telur yang mengandung protein hewani cukup tinggi adalah ayam kampung. Umumnya cara pemeliharaan ayam kampung masih dilakukan secara tradisional atau umbaran yang menyebabkan populasi dan laju produktivitas stagnan, bahkan cenderung menurun. Hal ini mengakibatkan produk ini belum dapat

memenuhi permintaan pasar. Ayam kampung bila dipelihara secara semi intensif dan intensif akan menghasilkan produk yang lebih baik. Usaha ini memiliki prospek yang cukup cerah dengan kelebihan seperti pemeliharaan mudah karena tahan pada kondisi lingkungan dan pengelolaan yang kurang mendukung, tidak memerlukan lahan yang luas, tidak mudah stres dan daya tahan tubuh lebih kuat, harga jual relatif stabil dan lebih tinggi dibandingkan dengan ayam lainnya. Pemeliharaan secara intensif akan menunjukkan hasil yang berbeda dibandingkan dengan pemeliharaan secara

(2)

ekstensif atau tradisional (RESNAWATI dan BINTANG, 2005).

Pola budididaya ayam kampung yang intensif dan ramah lingkungan perlu diarahkan karena memiliki efek yang positif terhadap peningkatan pendapatan peternak, memperbaiki penampilan ternak ayam dan memberikan efek positif bagi kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya. Umumnya masyarakat saat ini mengkonsumsi produk hasil ternak yang telah diberi feed additive komersial antara lain antibiotik, hormon dan sebagainya. Hal ini menyebabkan sering dijumpainya kasus-kasus residu, sehingga produk hasil ternak kurang terjamin aspek keamanan pangannya. Pemeliharaan ternak ayam kampung secara intensif akan memudahkan peternak melakukan manajemen pemeliharaan yang ramah lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui perbaikan manajemen kandang, pemberian pakan, pemberian suplemen dan pengobatan ayam sakit.

Pola pemeliharaan ayam kampung yang ramah lingkungan dapat dilakukan karena telah didukung oleh berbagai hasil penelitian, tersedianya sumber daya manusia yang cukup, sumber daya tanaman obat yang mudah dibudidayakan dan mudah diolah serta bibit yang telah diseleksi induknya.

Tulisan ini menyampaikan beberapa informasi dari hasil penelitian dan pengalaman peternak ayam kampung yang potensi yang dimiliki Provinsi Jambi dalam pengembangan budidaya ayam kampung. Informasi-informasi yang ada diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam membangun model pengembangan ayam lokal sekaligus sebagai peluang agribisnis di Provinsi Jambi.

POTENSI PENGEMBANGAN PETERNAKAN AYAM KAMPUNG

Konsumsi daging ayam kampung di Provinsi Jambi pada tahun 2010 menempati urutan keempat setelah ayam ras, daging sapi dan kerbau. Perkembangan konsumsi daging dan telur ayam kampung oleh masyarakat di Provinsi Jambi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 disajikan pada Tabel 1.

Tingkat konsumsi daging dan telur ayam kampung yang cukup tinggi di Provinsi Jambi setiap tahunnya dapat menjadi peluang bagi

masyarakat untuk mengembangkan ternak ayam kampung secara intensif. ZUBIR (2003) menyatakan bahwa pemeliharaan ayam kampung di Provinsi Jambi secara semi intensif menempatkan usaha ternak ayam kampung sebagai usaha sampingan (60%), namun ada juga yang menempatkan usaha ternak ayam kampung menjadi cabang usaha (40%).

Masyarakat yang memiliki ayam kampung sering menghadapi berbagai kendala dalam usahanya. Hal ini meliputi bahan pakan yang murah dan mudah didapat, pengetahuan dan penyediaan obat-obatan serta penggunaan vaksin yang masih kurang, sulit mendapatkan bibit ayam yang terseleksi serta kurangnya pengetahuan tentang pemeliharan ternak ayam yang baik (ENDANG, 2003). Manajemen pemeliharaan ayam kampung yang dilakukan pada umumnya masih sederhana.

Tabel 1. Perkembangan konsumsi daging dan telur

ayam oleh masyarakat di Provinsi Jambi, tahun 2006 – 2010 Tahun Konsumsi daging ayam kampung (kg) Produksi telur ayam kampung (kg) 2006 3.561.551 1.460.698 2007 3.325.854 1.531.461 2008 3.267.485 1.656.509 2009 3.366.249 1.843.188 2010 2.500.441 2.356.889

Sumber: BPSPROVINSI JAMBI (2010)

Pemeliharaan ternak ayam kampung yang optimal dapat dimulai dengan menggunakan bibit yang terseleksi genetik induknya. Menurut BUSTAMI (2007) bibit yang dapat dijadikan bakalan induk dapat dilihat dari sifat-sifat luarnya, seperti ayam jenis kaki hitam mempunyai kelebihan daya tahan terhadap penyakit serta sifat dari mengasuh anak yang tinggi. Jenis ayam kaki kuning memiliki keunggulan daya tahan terhadap penyakit tinggi, mempunyai pertumbuhan relatif dan masa sapih yang cepat. Jenis ayam “burik” mempunyai kelebihan daya tahan terhadap penyakit cukup tinggi, sapih anak yang cepat dan produksi telur yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kaki hitam dan kaki kuning. Berdasarkan hasil-hasil penelitian

(3)

tersebut, maka peternak ayam kampung di Provinsi Jambi dapat memilih indukan sesuai dengan tujuan akhir beternak ayam.

Pada umumnya masyarakat petani yang memiliki ternak tinggal dan di wilayah yang tidak padat bangunan dan memiliki lahan rata-rata 0,64 ha. Lahan tersebut sebagian didirikan bangunan (rumah) dan sebagian ditanami komoditas pertanian (ZUBIR, 2003). Petani umumnya memiliki pekarangan yang cukup dan memanfaatkan lahan yang di miliki untuk bercocok tanam dan beternak. Peternak masih memiliki ruang untuk membuat kandang yang sesuai untuk pemeliharaan ayam kampung secara intensif. Pemeliharaan secara semi intensif memiliki kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan pemeliharaan ekstensif terhadap penerimaan keluarga. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata kontribusinya sebesar 5%, dan cenderung meningkat seiring dengan peningkatan intensitas pemeliharaan serta jumlah ternak yang dipelihara bila dilakukan secara intensif. Pemeliharaan secara intensif dapat dimulai dengan memelihara induk diatas 25 ekor yang diharapkan dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga peternak.

ZUBIR (2003) menunjukkan bahwa pemeliharaan ayam buras secara ekstensif rata-rata membutuhkan waktu 0,48 jam/hari, sedangkan dengan pemeliharaan semi intensif sekitar 1,85 jam/hari. Alokasi waktu kerja belum menjadi masalah yang berarti karena di beberapa daerah di Provinsi Jambi wanita lebih berperan dalam pemeliharaan ternak. Wanita lebih dominan terhadap kegiatan pascapanen, pemasaran dan penyimpanan uang hasil penjualan. Selanjutnya dilaporkan bahwa sebanyak 52,5% kegiatan usahatani ayam buras diperankan oleh wanita, sedangkan sekitar 41,88% oleh pria, dan sejumlah 5,63% oleh anak-anak (ZUBIR, 2003).

PEMELIHARAN AYAM KAMPUNG SECARA INTENSIF DAN RAMAH

LINGKUNGAN

Pemeliharaan ternak ayam kampung secara intensif dan ramah lingkungan diharapkan dapat memberikan keuntungan usaha lebih nyata. Pemeliharaan ini lebih memperhatikan keseimbangan antara intensitas teknis yang

diterapkan dengan skala usaha pemeliharaan. Tabel 2 menjelaskan bahwa pemeliharaan ayam kampung secara intensif memiliki kelebihan daripada pemelihaaran tradisional. Peranan wanita yang lebih banyak memiliki waktu di rumah dapat memanfaatkan waktu luang untuk meningkatkan intensitas teknis dalam proses pemeliharaan ayam kampung secara intensif. Peranan wanita sangat diperlukan dalam mendukung pemeliharaan ayam kampung secara intensif dan ramah lingkungan.

Peternak memberikan pakan pada ternak ayam kampung dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang mudah didapat di sekitar lahan pertanian. Bahan baku pakan yang digunakan oleh peternak di Provinsi Jambi antara lain jagung, limbah pertanian seperti dedak padi, ampas tahu, bungkil kelapa, bungkil kedelai dan lainnya (ENDANG et al., 2004). Bahan baku pakan yang tersedia di sekitar tempat tinggal peternak lebih mempermudah melakukan pemeliharaan ayam kampung secara intensif.

Tabel 2. Pola pemeliharaan secara tradisional dan

intensif

Jenis ayam Pola pemeliharaan Tradisonal Intensif Ayam Kampung Produksi telur (butir/tahun) 30 – 60 105 – 151 Bobot telur (gram/butir) 37,50 45,27 Umur masak kelamin 157 – 119 166,76 Bobot ayam umur

12 minggu

425,19 708,0 Ayam ras petelur

Produksi telur (butir/tahun) - 200 – 250 Bobot telur (g/butir) - 55,6 Umur masak kelamin - 164,08

Sumber: HARDJOSUBROTO dan ATMOJO (1977); WIHANDOYO dan MULYADI (1986);

PRASETYO et al. (1985); CRESWELL dan GUNAWAN (1982)

Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa tanaman tradisional memiliki

(4)

nilai lebih dalam mendukung pemeliharaan ternak ayam yang ramah lingkungan. Konsep ini merupakan rantai panjang perwujudan pangan ramah lingkungan (RAHAYU dan BUDIMAN, 2005). Pemeliharaan yang ramah lingkungan merupakan upaya pemeliharaan ayam kampung yang lebih memanfaatkan pakan alami (organik) serta pemberian tanaman obat tradisional sebagai cara untuk mengurangi penggunaan obat-obatan berbahan anorganik. BAKRIE et al. (2003) melakukan penelitian pemberian jamu dengan bahan obat tradisional yang terdiri 1,0 kg kencur, 1,0 kg bawang putih, 0,5 kg jahe, 0,5 kg lengkuas, 0,5 kunyit, 0,5 temulawak 0,025 daun sirih dan 0,25 kg kayu manis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jamu pada air minum dapat meningkatkan karkas ayam buras dari 64,0 menjadi 68,1%. Ayam yang dipelihara secara intensif diberi pakan dengan jumlah cukup, dengan mutu pakan yang lebih baik dan memiliki pergerakan yang cukup karena selalu berada di dalam kandang. Menurut RESNAWATI et al. (2001), tepung kencur dapat dicampurkan pada pakan ayam untuk memperbaiki performa ayam dan mampu menekan angka mortalitas hingga 2,67%. Penggunaan kunyit dalam pakan ayam dapat menurunkan tingkat populasi bakteri dalam saluran pencernaan ayam serta pencemaran produk ayam. Pada pemberian 0,04% tepung kunyit dapat meningkatkan pertambahan bobot hidup ayam (BINTANG dan NATAAMIJAYA, 2005). Efek positif yang ditimbulkan karena penambahan hasil olahan tanaman tradisional pada pakan maupun air minum akan menurunkan tingkat kerentanan ayam terhadap penyakit. Hal ini mengakibatkan rendahnya biaya obat yang akan dikeluarkan karena kesehatan ternak ayam akan tetap terjaga. Ayam yang dipelihara secara intensif akan selalu di dalam kandang sehingga mengurangi interaksi dengan ayam lain di luar kandang, sehingga kemungkinan terserang penyakit dari ayam lainnya menjadi rendah.

BAKRIE et al. (2003) menunjukkan bahwa dengan uji organoleptik pada ayam yang diberi jamu pada air minum akan meningkatkan kesukaan konsumen terutama dalam hal penampakan/bentuk dan warna karkas yang dihasilkan. Perbaikan kualitas karkas akan

menguntungkan bagi peternak, karena konsumen akan lebih memilih daging ayam yang memiliki kualitas lebih baik. Konsumen jugaa kan lebih diuntungkan karena mengkonsumsi daging yang bebas dari bahaya residu yang membahayakan bagi kesehatan konsumen.

Lahan milik peternak yang masih ada selain dimanfaatkan untuk lokasi mendirikan kandang ayam juga dapat difungsikan untuk bercocok tanam tanaman tradisional. Budidaya tanaman tradisional umumnya mudah didapat dan tidak memerlukan biaya yang tinggi. Menanam tanaman tradisional juga tidak memerlukan lahan yang luas. Tanaman tradisional pada umumnya dapat tumbuh dimana saja di Indonesia dan dilakukan pemeliharaan yang sederhana, sehingga dalam pemeliharaanya tidak ada kendala yang berarti. Tanaman-tanaman yang telah digunakan dalam beberapa penelitian dapat diberikan pada ayam kampung dengan cara mencampurkan pada pakan dan air minum maupun diberikan secara langsung. Pengolahan tanaman tradisional yang dicampurkan pada air minum cukup mudah untuk dilakukan.

KESIMPULAN

Konsumsi daging dan telur ayam kampung yang tinggi di Provinsi Jambi dapat menjadi peluang usaha yang menguntungkan menjadikan ayam kampung guna mendukung usaha ayam kampung secara intensif diperlukan pemeliharan ternak yang ramah lingkungan. Hal ini dapat memperbaiki performa ayam kampung, daya tahan tubuh terhadap penyakit dan menghasilkan kualitas karkas yang disukai konsumen. Meningkatnya minat konsumen terhadap hasil produk ayam kampung yang ramah lingkungan dapat menambah penerimaan bagi peternak, dan dapat menjadi usahatani yang berdaya saing.

DAFTAR PUSTAKA

BPS PROVINSI JAMBI. 2010. Jambi dalam Angka Tahun 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi.

(5)

BAKRIE, B., D. ANDAYANI, M. YANIS dan D. ZAINUDDIN. 2003. Pengaruh penambahan jamu ke dalam air minum terhadap preferensi konsumen dan mutu karkas ayam buras. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29 – 30 September 2003. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 490 – 495. BINTANG, I.A.K. dan A.G. NATAAMIJAYA. 2005. Pengaruh Penambahan tepung kunyit (Curcuma domestica Val) dalam ransum broiler. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 – 13 september 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 733 – 736.

BUSTAMI. 2007. Identifikasi Fenotik dan Sistem

Pemeliharaan Ayam Buras di Desa Titian Teras Kabupaten Merang (unpublished). CRESWELL, D.C. dan B. GUNAWAN. 1982.

Pertumbuhan badan dan produksi telur dari 5 strain ayam sayur pada sistem peternakan intensif. Pros. Seminar Penelitian Peternakan. Bogor – Cisarua, 8 – 11 Februari 1982. Puslitbang Peternakan, Bogor. 236 – 240. ENDANG, S. 2003. Analisa sosial ekonomi petani

terhadap formulasi pakan ayam buras. Pros. Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Spesifik Lokasi, Jambi. hlm. 361 – 364.

ENDANG,S. 2004. Penelitian adaptif formulasi pakan ayam buras. Pros. Seminar Nasional PLTT dan Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Jambi. hlm. 275 – 280.

HARDJOSUBROTO, W. dan S.P. ATMOJO. 1977.

Performans dari ayam Kampung dan ayam Kedu. Makalah pada Seminar Pertama tentang Ilmu dan Industri Perunggasan. Puslitbang Peternakan, Bogor.

PRASETYO, T., SUBIHARTA, D. WILOETO dan M. SABRANI. 1985. Pengaruh memisahkan anak ayam dari induknya terhadap kapasitas telur. Seminar Peternakan dan Forum Peternakan Unggas dan Aneka Ternak. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.

RAHAYU,I.H.S.danC.BUDIMAN. 2005. Pemanfaatan Tanaman Tradisional sebagai Feed Additive dalam Upaya Menciptakan Budidaya Ayam Lokal Ramah Lingkungan. Pros. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. Semarang, 26 Agustus 2005. Puslitbang Peternakan dan Fakultas Peternakan, Universitas Diponogoro, Semarang. hlm. 126 – 131.

RESNAWATI, H. dan I.A.K. BINTANG. 2005. Produktivitas Ayam Lokal yang Dipelihara Secara Intensif. Pros. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. Semarang, 26 Agustus 2005. Puslitbang Peternakan dan Fakultas Peternakan, Universitas Diponogoro, Semarang. hlm. 121 – 125.

WIHANDOYO dan H.MULYADI. 1986. Ayam buras pada kondisi pedesaan (tradisional) dan pemeliharaan yang memadai. Pengembangan ayam buras di Jawa Tengah. Temu Tugas Sub-Sektor Peternakan di Sub-Balai Penelitian Ternak, Klepu.

ZUBIR. 2003. Perspektif peranan wanita dalam

peningkatan penerimaan keluarga melalui usahatani ayam buras (Studi kasus Kota Jambi). Pros. Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Spesifik Lokasi, Jambi. hlm. 344 – 349.

Referensi

Dokumen terkait

Saluran III (Peternak Petani, Blantik Desa, Pedagang Pengumpul, Pedagang Pemotong RPH, dan Konsumen). Berdasarkan hasil penelitian ini Disarankan peternak mengunakan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dipahami bahwa orang tua yang memiliki perilaku cukup dalam pemilihan makanan bergizi pada anak usia pra sekolah seperti

Bahasa gaul yang unik di kalangan remaja adalah pembalikan fonem. Aturan umum dalam tipe ini adalah kata-kata dibaca dengan terbalik. Pembalikan struktur fonem

Pemberitaan yang ada di media NU online juga tidak lepas dari framing untuk membingkai berita yang akan di muat,dimana fakta adalah hasil kontruksi kaerena

paling tengah dalam masalah hukum shalat berjamaah adalah sunnah muakkadah. Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa hukumnya fardhu 'ain, fardhu kifayah atau syarat

Hasil penelitian diatas yang menyebutkan bahwa pendapatan asli daerah (PAD) tidak berpengaruh terhadap penyusunan anggaran belanja modal pada kabupaten dan kota se-Provinsi

Videografi memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi banyak pelajaran dikurikulum melalui proses aktif membuat video. Sebagai tambahan dalam keterampilan

Pemantauan proses dilakukan dengan membandingkan pelaksanaan proses kegiatan dengan rencana kegiatan termasuk penerapan ketentuan yang telah ditetapkan dalam RMK