• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA

Dhani Priatmoko 4207 100 002

(2)

Pendahuluan

 KM Kumala diinformasikan mengalami getaran yang

berlebih dan peningkatan temperatur gas buang serta tekanan minyak pelumas pada reduction gear.

Peningkatan getaran dirasakan utamanya pada bearing-bearing dan reduction gear.

 Peningkatan getaran ini menyebabkan penurunan

kecepatan dinas menjadi 7-8 knots dari kecepatan dinas normal 10 knots, setelah beberapa trip

diputuskan bahwa kapal harus menjalani emergency docking.

(3)

Permasalahan

 Berdasarkan pengukuran getaran, apakah emergency

docking dalam rangka perbaikan terhadap propeller, reduction gear dan sistem perporosan sudah dapat dapat diterima?

 Apakah terdapat residual damage (kerusakan sisa)

yang perlu ditindak lanjuti berdasarkan pengukuran getaran?

(4)

Tujuan

 Melakukan analisa getaran pada reduction gear KM.

KUMALA dan menentukan tingkat getaran yang terjadi berdasarkan data pengukuran berdasarkan aturan yang berlaku.

 Menentukan performance engine dari KM Kumala

(5)

Metode

penelitian

(6)
(7)

Repair pada docking 2009

 Poros baling-baling (2 unit)

Pengukuran clearance poros baling-baling, bush thordon, shaft steel, sleeve bronze

Bongkar skerm poros baling-baling

Poros dicabut digeser kebelakang 12 meter untuk pemeriksaan dan dipasang kembali

Buka mur baut flange poros baling-baling dirawat dan dipasang kembali Buka rumah EVK seal, dirawat, 1 unit diganti

Buka mating EVK seal, permukaan bidang geser dibubut 0,6 mm

 2. Baling – baling

 a. Baling - baling kanan

 Daun baling - baling dicabut, diletakkan dalam graving dock dibawa ke

darat untuk diganti baru (spare kapal).

 b. Baling - baling kiri.

 Daun baling – baling dicabut, diletakkan dalam graving dock dibawa ke

(8)

Repair pada docking 2009

 3. Rudder, Rudder Stock & Pintle.

 Dilaksanakan pengukuran clearance poros kemudi pintle dan dibuatkan record.

 4. Gear Box

 General overhaul gear box M/E no 3,4 kiri

 Metal duduk dilepas dan diganti baru 8 set General overhaul Gear box shaft ME No. 4 kiri

(9)

Sea trial 2 Juli 2009

 Sea trial dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2009 dengan

muatan kosong, tangki bahan bakar 9000 L, tanki

harian 2000 L, tanki air tawar 97 ton, tangki harial air tawar 95 ton dan tangki air ballast 163 ton pada

perairan pelabuhan Semarang, endurance putaran 400 rpm selama 2 jam dengan kecepatan rata-rata 10,5

knots.

 Pada sea acceptance test yang pertama, kapal mampu

berlayar dengan putaran mesin 600 rpm dan kecepatan trial 20,3 knots.

(10)

Emergency Docking 2011

 Pembongkaran propeller dan poros

 Perbaikan propeller dengan pengeboran untuk

menghentikan retak, pengelasan untuk menambah massa dan mereparasi ujung propeller yang terkikis oleh kavitasi serta perlakuan panas (heat treatment) untuk

mengembalikan bentuk daun propeller yang bengkok.

 Balancing propeller

 Perbaikan sleeve poros dengan benzona dan pembubutan  Pembubutan bantalan poros

 Pembongkaran reduction gear

 Pengukuran dan penggantian bantalan yang sudah

menipis, mengganti packing reduction gear.

(11)

Emergency Docking 2011

Propeller kiri retak dan penyok (kiri) setelah mengalami perbaikan (kanan)

Kondisi propeller kanan bengkok keluar

Proses pengelasan

(12)

Emergency Docking 2011

Proses balancing propeller kiri dan kanan

Kondisi sleeve yang akan di belzona (kiri) dan sleeve dan poros yang sudah dibelzona dan di bubut

(13)

Emergency Docking 2011

Pengecekan kondisi gear box

Kondisi bantalan pada gear box

(14)

Pengukuran

getaran

titik property

Pengukuran ke

no. 1 no. 2 no. 3 no. 4

1 a - peak (m/s2) 1,52 1,21 0,94 3,17 a - rms (m/s2) 1,07 0,85 0,66 2,24 v (cm/s) 0,029 0,031 0,022 0,057 d (mm) 0,0002 0,0349 0,0034 0,0005 2 a - peak (m/s2) 2,39 1,38 1,75 3,6 a - rms (m/s2) 1,69 0,98 1,24 2,54 v (cm/s) 0,067 0,031 0,06 0,064 d (mm) 0,0047 0,0023 0,0064 0,0005 3 a - peak (m/s2) 0,56 0 0,68 29,84 a - rms (m/s2) 0,39 0,38 0,48 21,1 v (cm/s) 0,071 0,032 0,058 0,622 d (mm) 0,0318 0,0425 0,0494 0,0049 4 a - peak (m/s2) 1,84 1,36 1,71 3,92 a - rms (m/s2) 1,3 0,96 1,21 2,77 v (cm/s) 0,139 0,033 0,087 0,069 d (mm) 0,0444 0,0075 0,0474 0,0009 5 a - peak (m/s2) 1,98 6,49 2,33 30,25 a - rms (m/s2) 1,4 4,58 1,64 21,38 v (cm/s) 0,069 0,188 0,069 0,632 d (mm) 0,007 0,0061 0,0051 0,005

(15)

Pengukuran

getaran

titik property

Pengukuran ke

no. 1 no. 2 no. 3 no. 4

6 a - peak (m/s2) 3,03 3,99 3,65 30,07 a - rms (m/s2) 2,14 2,82 2,58 21,25 v (cm/s) 0,068 0,1 0,102 0,635 d (mm) 0,0038 0,0029 0,0016 0,0051 7 a - peak (m/s2) 1,93 1,38 1,35 31,27 a - rms (m/s2) 1,36 0,98 0,95 22,11 v (cm/s) 0,04 0,046 0,058 0,646 d (mm) 0,0023 0,0036 0,0058 0,0049 8 a - peak (m/s2) 1,77 1,92 2,04 32,24 a - rms (m/s2) 1,25 1,35 1,44 22,79 v (cm/s) 0,044 0,055 0,05 0,66 d (mm) 0,0057 0,0044 0,0021 0,0058 9 a - peak (m/s2) 9,18 9,77 8,92 31,56 a - rms (m/s2) 6,49 6,9 6,31 22,31 v (cm/s) 0,203 0,238 0,196 0,654 d (mm) 0,0039 0,0039 0,0033 0,0048 10 a - peak (m/s2) 11,59 12,9 7,82 32,71 a - rms (m/s2) 8,19 9,12 5,53 23,13 v (cm/s) 0,211 0,225 0,16 0,685 d (mm) 0,0033 0,0031 0,0035 0,005

(16)

Pengukuran

getaran

titik property Pengukuran ke

no. 1 no. 2 no. 3 no. 4

11 a - peak (m/s2) 4 3,44 3,34 31,35 a - rms (m/s2) 2,82 2,43 2,36 22,16 v (cm/s) 0,136 0,114 0,087 0,655 d (mm) 0,0078 0,0057 0,0074 0,005 12 a - peak (m/s2) 4,11 6,73 7,31 33,51 a - rms (m/s2) 2,9 4,76 5,16 23,69 v (cm/s) 0,068 0,067 0,07 0,704 d (mm) 0,0043 0,0031 0,0037 0,0053 13 a - peak (m/s2) 18,32 19,21 11,75 32,33 a - rms (m/s2) 12,95 13,58 8,31 22,85 v (cm/s) 0,346 0,38 0,235 0,672 d (mm) 0,0048 0,006 0,0044 0,005 14 a - peak (m/s2) 13,96 25,39 17 34,79 a - rms (m/s2) 9,87 17,95 12,02 24,6 v (cm/s) 0,278 0,486 0,244 0,725 d (mm) 0,0051 0,0043 0,0042 0,0056

(17)

Kondisi pengukuran

pengukuran rpm mesin 330 rpm no 1 rpm propeller 135 rpm

Tanggal 16 Juli 2011 jam 04:00 pengukuran rpm mesin 370; 375; 400; 330 no 2 rpm propeller 140, 135

Tanggal 16 Juli 2011 jam 09.15 pengukuran rpm mesin 370,375,400,330 no 3 rpm propeller 140,135

Tanggal 16 Juli 2011 jam 12;00 pengukuran rpm mesin 380,395,410,345 no 4 rpm propeller 150,145

Tanggal 16 Juli 2011 jam 17.00 12 knot

(18)

Kriteria Getaran menurut ABS

vibration limits for the main propulsion machinery

Propulsion Machinery Limits (rms)

Thrust Bearing and Bull Gear Hub 5 mm/s Other Propulsion Machinery

Components 13 mm/s

Stern Tube and Line Shaft Bearing 7 mm/s Diesel Engine at Bearing 13 mm/s Slow & Medium Speed Diesel Engine on

Engine Top (over 1000 HP) 18 mm/s High Speed Diesel Engine on Engine Top

(19)

Analisa sesuai ABS

titik Pengukuran vibration velocity (mm/s) ke

1 2 3 4 1 0,29 0,31 0,22 0,57 2 0,67 0,31 0,6 0,64 3 0,71 0,32 0,58 6,22 4 1,39 0,33 0,87 0,69 5 0,69 1,88 0,69 6,32 6 0,68 1 1,02 6,35 7 0,4 0,46 0,58 6,46 8 0,44 0,55 0,5 6,6 9 2,03 2,38 1,96 6,54 10 2,11 2,25 1,6 6,85 11 1,36 1,14 0,87 6,55 12 0,68 0,67 0,7 7,04 13 3,46 3,8 2,35 6,72 14 2,78 4,86 2,44 7,25

tingkat velocity getaran yang melebihi 7 mm/s adalah pada titik

pengukuran no 12 dan 14 pada pengukuran ke 3. Namun pengukuran pada titik tersebut

adalah pada gear box sehingga mengikuti kriteria dibawah 13 mm/s, masih

memenuhi peraturan ABS.

(20)
(21)

Kriteria Getaran menurut DNV

titik

Pengukuran vibration velocity (mm/s) ke 1 2 3 4 1 0,29 0,31 0,22 0,57 2 0,67 0,31 0,6 0,64 3 0,71 0,32 0,58 6,22 4 1,39 0,33 0,87 0,69 5 0,69 1,88 0,69 6,32 6 0,68 1 1,02 6,35 7 0,4 0,46 0,58 6,46 8 0,44 0,55 0,5 6,6 9 2,03 2,38 1,96 6,54 10 2,11 2,25 1,6 6,85 11 1,36 1,14 0,87 6,55 12 0,68 0,67 0,7 7,04 13 3,46 3,8 2,35 6,72 14 2,78 4,86 2,44 7,25

Berdasarkan standar DNV titik 3,5,6,7,11,12 dan 14 pada

pengukuran ke 4 tidak memenuhi kriteria, dan disebutkan merupakan

indikator bagi performance yang tidak baik.

(22)

Kriteria Getaran menurut ISO

18016:1995

(23)

Kriteria Getaran menurut ISO

18016:1995

velocity Pengukuran ke mm/s (rms) 1 2 3 4 0,28 A A A A 0,45 1,2,3,4,5,6, 1,2,3,4,5,6,7, 3,4,5,6,7,8,9 1,2,3,4,5, 0,71 10,11,12,13, 11,12,13,14 10,11,12, 12,13,14 1,12 7,8,9, 14 8,9,10 13,14 6,7,8,9, 1,8 10,11 2,8 B 9,10,13 B B 4,5 9,10,7,13 B 7,1 C 14 C 5,6,7,8,9,,14 11,2 C C 10,11,12,13 18 D D D D 28 45

(24)

Menurut ISO 18016:1995

 Berdasarkan pada tabel . pada pengukuran ke 2 titik

nomor 14 perlu mendapat perhatian.

 Sedangkan pada pengukuran ke 4 hampir separoh titik

pengukuran berada dizona C .

 Artinya adalah Permesinan dengan getaran pada zona

ini, termasuk pada kondisi yang tidak memuaskan

untuk dioperasikan secara terus menerus pada jangka panjang.

 Umumnya, permesinan dapat dioperasikan untuk

waktu yang terbatas sampai mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kondisi.

(25)

Analisa Kondisi Kerja

 Kondisi pada pengukuran ke 4 terjadi peningkatan

RPM propeller mencapai 150 rpm, kondisi kapal

overload draft tercatat 5,1 m (depan) 5,4 m (belakang), menurut BKI sarat penuh pada 4 meter.

 Pada titik ke 14 adalah gear box dr engine 3 dan 4 yang

mempunyai rpm timpang (410 rpm&345 rpm) arah resultan gaya menyebabkan getaran berlebih

 Berdasarkan historis perbaikan, bantalan shaft bearing

(pada titik pengukuran) tidak mengalami perbaikan di 2009 maupun 2011, begitu pula dengan defleksi dari poros sendiri yang tidak di periksa

(26)

Analisa Kondisi Kerja

 Sehingga dengan kondisi sekarang, untuk

memperpanjang usia sistem propulsi, akan lebih baik apabila untuk kondisi full load (overload), motor

diesel dijaga pada putaran engine 400 rpm.

 Apabila ada kesempatan perawatan berikutnya

dilakukan overhaul terhadap engine nomor 4 dan pengukuran defleksi pada tiap bantalan maupun defleksi dari poros itu sendiri.

(27)

Kesimpulan

 Berdasarkan hasil perbandingan antara hasil pengukuran

dengan standar DNV dan ISO 18016:1995 tingkat getaran dari sistem perporosan KM Kumala bermacam-macam dan

terdapat beberapa titik diluar nilai yang dipersyaratkan

 Dibandingkan dengan pada saat terjadinya kerusakan,

performance KM Kumala meningkat. Pada saat terjadi

kerusakan propeller, kecepatan kapal berada pada nilai 7-8 knots pada saat pengujian adalah 12 knots. Juga lebih bagus dibandingkan pada kondisi sea trial docking tahun 2009 yang hanya mampu mencapai 10,5 knots pada putaran mesin 300 rpm.

 Berdasarkan ISO 18016:1995 sistem perporosan tidak dalam

kondisi baik apabila dijalankan dengan putaran mesin lebih dari 400 rpm secara terus menerus dengan kondisi kapal penuh (overload).

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sistem Informasi Administrasi Pembayaran SPP dan DSP yang sedang berjalan di SMA Negeri 2 Subang belum terkomputerisasi,

Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah penulis lakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa Metode Simple Additive Weighting (SAW) diterapkan dalam sistem

Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem segregasi

Penguasa pasar mempunyai beberapa strategi dalam menghadapi pesaing yang memasang harga lebih rendah, antara lain dengan: tetap pada harga semula, menaikkan harga

Tesis ini berusaha menjelaskan tentang kebijakan pengalihan pajak pusat kepada daerah secara khusus dalam bidang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, yang mana

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umur, jam kerja dan jumlah tanggungan dalam keluarga terhadap pendapatan pengemudi becak wisata

Segala puji bagi Allah SWT, atas segala limpahan berkah dan anugerah sehingg Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Shared Value, Komunikasi, dan Opportunistic

Mahasiswa Teknologi Informasi dan Komputer (AKEMATIK), Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi dan Komputer (P.TIK) IKIP PGRI Pontianak dapat memudahkan dosen dalam