Oleh
Rangga Adhi Pradipta 2506100088 Dosen Pembimbing
H. Hari Supriyanto Ir., MSIE.
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Ruang Lingkup Penelitian
TUGAS AKHIR
Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian
LATAR BELAKANG
PUPUK
PRODUK NON-PUPUK
CONT….
=
GYPSUM GRANULATED
SEMEN
. Bahan baku utama - Batu kapur - Silika
- Aliminium - Besi
Bahan koreksi
- pasir putih / pasir silika - bijih besi
Bahan baku tambahan
- Gypsum (memperlambat waktu pengerasan semen)
GYPSUM GRANULATED = LAMA PENGERASAN
CONT….
THAILAND, AUSTRALIA
DAN JEPANG (IMPOR)
PT . PETROKIMIA
GRESIK
. Pabrik Asam Sulfat . Pabrik Cement Retarder
Sumber : Departemen Penjualan Non Pupuk PT
Petrokimia Gresik
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana menurunkan tingkat kegagalan dan memperbaiki kualitas proses produksi cement retarder serta nantinya akan dilakukan improvement dengan pendekatan Six Sigma
menggunakan metode DMAI dan FMEA (Failure Mode And Effect
Analysis).
TUJUAN PENELITIAN
• Mengidentifikasi kegagalan yang paling sering terjadi dan berpengaruh terhadap kualitas produk;
• Mengidentifikasi penyebab terjadinya kegagalan dan memberikan solusi terhadap kegagalan yang paling berpengaruh terhadap kualitas produk;
• Memberikan rekomendasi perbaikan yang bertujuan untuk
mengurangi kegagalan pada produk cement retarder pada PT. Petrokimia Gresik.
RUANG LINGKUP PENELITIAN
BATASAN
1. Studi kasus yang dilakukan dalam penelitian ini adalah hal-hal yang terjadi di internal Pabrik Cement Retarder
2. Penelitian ini dibatasi pada pabrik unit III bagian perencanaan dan pengendalian produksi semen retarder
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini data produksi cement
retarder dan data kadar kandungan (April 2011 – Juni 2011)
MANFAAT PENELITIAN
1.Perusahaan dapat mengetahui kegagalan yang sebenarnya terjadi pada proses produksi.
2.Perusahaan dapat mengetahui kegagalan yang paling berpengaruh terhadap kualitas produk, sehingga dapat mengidentifikasi penyebab dan menentukan langkah untuk mengeliminasi kegagalan tersebut.
3.Perusahaan memperoleh rekomendasi untuk perbaikan terhadap kegagalan yang paling berpengaruh
ASUMSI
1.Proses produksi tidak mengalami perubahan secara signifikan. 2.Kebijakan perusahaan selama dilakukan penelitian tidak
Konsep Kualitas
Big Picture Mapping
PENELITIAN TUGAS AKHIR
RCA
Konsep
Six Sigma FMEA Critical
Review
Statistical Process Control
KONSEP KUALITAS
•
Salah satu aktifitas manajemen untuk mengukur ciri-ciri kualitas
produk.
•
Membandingkan dengan spesifikasi yang ada sehingga dapat
diambil tindakan perbaikan.
•
Karakteristik dengan standar yang telah ditetapkan (Montgomery,
1990).
“Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses
yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances) sekaligus mengurangi cacat (produk/jasa yang diluar spesifikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif (Gaspersz, 2007)”
4 KONSEP INTI MANAJEMEN SIX SIGMA (Sung H. Park, 2003)
1. Proses
2. Variasi
3. Cycle Time, Yield, dan Produktivitas
4. Customer Satisfaction
DMAIC
Faktor yang paling menentukan untuk memperbaiki kualitas proses dan menghasilkan laba terdiri dari 5 tahap yang disebut DMAIC, (Gasperz,2002) yaitu : • Define (pendefinisian) • Measure (pengukuran) • Analyze (analisis) • Improve (perbaikan) • Control (kontrol)
Big Picture Mapping
Supplier I
20 jam
1,5 jam 0.75 jam 0,5 jam Honing & Wash
4-5 jam Weekly Schedule 3 jam Q Bin Size = 400 Target Rate=120/jam Variabel Batch Up-time 85% 3 Shifts 24 trays of 10 Rework Loops Supplier or Customer Information Box Timing
Box Rework Box
Inventory Point Quality Check Point Work Station with Timing Information Flow Physical Flow
Work Station Process Box
Inter-Company Physical Flow Total Production Lead Time = 22,75 jam
Value Adding Time (Lower Line) = 2,25 jam
Simbol-simbol Big Picture
Mapping
(Sumber: Hines dan Taylor, 2000)
• Big Picture Mapping digunakan untuk menggambarkan sistem secara keseluruhan beserta value stream yang terdapat pada perusahaan.
• Memberikan pemahaman mengenai sistem pemenuhan order secara keseluruhan beserta aliran nilai (aliran informasi dan fisik).
• Waktu standar untuk tiap proses produksi komponen produk diperlukan sebagai dasar untuk melakukan Identifikasi awal kapasitas produksi dilihat dari penyimpangan lead time yang berlebih.
• RCA merupakan suatu metodologi untuk mengidentifikasi dan mengoreksi sebab-sebab yang penting dalam permasalahan operasional dan
• FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (Gasperz, 2002)
• Tiga faktor yang dinilai terkait dengan nilai resiko yang secara, standar ditetapkan sebagai faktor yang setara dengan perkalian likelihood dan consequence, yaitu:
- Severity (S), merupakan tingkat dampak yang disebabkan oleh mode kegagalan atau kejadian resiko.
- Occurance (O), merupakan tingkat probabilitas atau frekuensi kegagalan dapat terjadi. - Detectability/Detection (D), merupakan tingkat kemampuan mendeteksi kegagalan
Statistical Process Control
• Pengendalian proses statistik adalah alat utama yang
digunakan dalam membuat produk dengan benar sejak
awal.
• Tujuan
pengendalian
proses
statistik
adalah
menyelidiki
dengan
cepat
terjadinya
sebab-sebab
terduga atau pergeseran proses sedemikian rupa
sehingga penyelidikan terhadap suatu proses dan
tindakan pembenaran dapat dilakukan sebelum terlalu
banyak produk yang tidak sesuai spesifikasi diproduksi.
(Montgomery, 1993).
Grafik Pengendali (Control chart)
• Dalam SPC salah satu alat untuk mendeteksi penyebab
keragaman adalah dengan grafik pengendali (control
chart). Salah satu tujuan dari pengendalian proses
dengan control chart adalah untuk mengurangi sampai
seminimal mungkin variasi yang timbul dalam proses
dan meningkatkan ketelitian dari suatu proses sesuai
target yang ditetapkan.
• Dengan kata lain control chart adalah peralatan berupa
grafik
untuk
memonitor
aktivitas
proses
yang
PENELITIAN TERDAHULU
Six Sigma
1.(Akhmad Hidayatno dan Bahrun ,2004) Peningkatan Kualitas Potong Mesin Eye Tracer di PT. United
Tractors Pandu Engineering dengan Metode Six Sigma
2. (Desy Emilasari ,2007)
APLIKASI SIX SIGMA PADA PRODUK CLEAR FILE DI
PERUSAHAAN STATIONARY
3. (Joko Susetyo, Winami dan Catur ,2011) APLIKASI SIX SIGMA DMAIC DAN KAIZEN SEBAGAI METODE PENGENDALIAN DAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK
JUDUL PENELITIAN
Penerapan Metode DMAI dan FMEA untuk Peningkatan Kualitas Cement Retarder (Gypsum Granulated) di Unit III Pabrik Cement
Tahap Pengolahan Data
B A
Define
•
Penjelasan Pabrik Cement Retarder
•
Identifikasi produk yang menjadi amatan
•
Aliran informasi proses produksi cement retarder Unit 3
•
Aliran fisik proses produksi cement retarder Unit 3
Measure
•
Menentukan CTQ
•
Pengidentifikasian kualitas produk terdiri dari :
1.
Fitting Distribusi
2.
Pembuatan control chart dan proses capability
3.
Pengukuran Kapabilitas Proses Produksi Cement Retarder
4.
Mengukur Baseline Kinerja Tingkat Proses, Output, atau
Pabrik Cement Retarder
•
Pabrik Cement Retarder merupakan salah satu pabrik yang berada
di lingkungan Departemen Produksi III PT. Petrokimia Gresik,
dimana pembangunannya selesai pada bulan Juni 1984 dan mulai
beroperasi pada tanggal 10 Oktober 1984 oleh kontraktor Hitachi
Zossen dari Jepang.
•
Pabrik ini dioperasikan untuk memanfaatkan fosfo gypsum yang
merupakan hasil samping Pabrik Asam Fosfat sebagai bahan baku
proses pembuatan Cement Retarder. Pabrik ini mempunyai
kapasitas produksi sebanyak 500.000 ton/tahun dalam bentuk
granul (butiran-butiran). Butiran warna putih dengan ukuran 20-38
mm, tidak larut dalam air dan mempunyai kemurnian 96%.
CEMENT RETARDER Unit 3 PT. Petrokimia Gresik
Hal yang berpengaruh pada kualitas produk adalah :
Kandungan Cement Retareder
• P
2O
5total
: 1% max
• P
2O
5larut air
: 0,008% max
• Total Fluorine
: 0,8% max
• SO
3: 42% min – 48% max
• CaO
: 29% min – 38% max
• Free H
2O
: 9% max
Kandungan yang paling banyak off spec
Hari H 2O k ri st al 90 81 72 63 54 45 36 27 18 9 1 30 25 2015 batas spesifikasi bawahbatas spesifikasi bawah batas spesifikasi atas
SO
3, CaO , Free H
2O, Total Fluorine
Hari SO 3 90 81 72 63 54 45 36 27 18 9 1 48.0 46.5 45.0 43.5 42.0batas spesifikasi atas batas spesifikasi atas
batas spesifikasi bawah
Kandungan SO3 Hari ca o 90 81 72 63 54 45 36 27 18 9 1 38 36 34 32 30
Batas spesifikasi bawah Batas spesifikasi bawah Batas spesifikasi atas
Kandungan cao Hari H 2O b eb as 90 81 72 63 54 45 36 27 18 9 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 99
BIG PICTURE MAPPING
(BPM)
KONDISI EXISTING
Indentifikasi Kualitas Produk dengan Control
Chart
1. Fitting distribusi
•P2O5 Jumlah : berdistribusi non normal •SO3 : berdistribusi non normal •H2O kristal : berdistribusi non normal
Karena p-value bernilai
< 0,05 Tujuannya:
•Melihat distribusi data •Melihat katrakteristik data
Minitab Promodel
•P2O5 Larut air : berdistribusi normal •Fluorine : berdistribusi normal •CaO : berdistribusi normal •H2O bebas : berdistribusi normal
Karena p-value bernilai
Syarat dalam Capability Process
• Sebuah proses yang akan diukur kapabilitasnya harus
terlebih dahulu dipastikan bahwa proses tersebut
menghasilkan output yang konsisten dari waktu ke
waktu. Apabila proses masih belum konsisten nilai
indeks kapabilitas yang didapatkan tidak akan dapat
mewakili
keadaan
proses
yang
sebenarnya.
Konsistensi ini dapat dibuktikan dengan menggunakan
control chart apabila proses in-control maka proses
tersebut dapat dikatakan dan dapat digunakan datanya
untuk menghitung kapabilitas proses.
Indeks dalam Capability Process
• Indeks Capability Process ada dua macam yaitu Cp
dan Cpk. Cp menggambarkan kemampuan proses
secara keseluruhan dalam memenuhi batas spesifikasi
yang ditentukan. Cp membandingkan variasi proses
(σ)
dengan
spesifikasi.
Akan
tetapi
Cp
tidak
dapat
mendeteksi pemusatan data yang berbeda dengan
pusat bentangan spesifikasi, oleh karena itu digunakan
Cpk untuk mendeteksi apakah proses sudah memiliki
kapabilitas untuk memenuhi spesifikasi bagian atas dan
bawah dari bentangan spesifikasi. Cp dapat dihitung
dengan rumus :
• Cp = USL – LSL
6σ
Sementara Cpk dapat dihitung dengan rumus :
• Cpk = µ - LSL
(Untuk batas bawah)
3σ
• Cpk = UCL - µ
(Untuk batas atas)
3σ
Cp : indeks kapabilitas proses
Cpk : indeks kapabilitas proses dengan koreksi pemusatan data
USL : batas spesifikasi atas LSL : batas spesifikasi bawah σ : persebaran data
Lanjutan…
• Nilai Cp tidak berubah bila pusat proses berubah
• Cp = Cpk bila proses terpusat
• Cpk selalu berkurang atau sama dengan Cp
• Cpk bernilai lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa
proses memenuhi spesifikasi
• Cpk bernilai kurang dari 1 menunjukkan bahwa proses
tidak memenuhi spesifikasi
• Nilai Cp kurang dari 1 menunjukkan ketidakmampuan
proses
• Nilai Cp = 0 menunjukkan rata – rata proses setara
salah satu batas spesifikasi
Lanjutan
Pembuatan control chart dan kurva kapabilitas pada
masing-masing karekteristik kualitas
Control chart dan kapabilitas pada pengukuran P2O5 Jumlah Iterasi 1 Iterasi 3 Observation I n d iv id u a l V a lu e 91 82 73 64 55 46 37 28 19 10 1 1.5 1.0 0.5 0.0 _ X=0.505 UC L=0.898 LC L=0.113 1 1 1
I-MR Chart of P2O5 Jumlah
Observation I n d iv id u a l V a lu e 82 73 64 55 46 37 28 19 10 1 0.8 0.6 0.4 0.2 _ X=0.4756 UC L=0.7775 LC L=0.1736
P2O5 Jumlah
•berdasarkan kurva kapabilitas diketahui
nilai Pp= 1,13 dan nilai Ppk= 0,87
sehingga dapat dikatakan kemampuan proses tidak cukup tetapi mendekati spesifikasi
Kapabilitas proses P2O5 Jumlah 0.90 0.75 0.60 0.45 0.30 0.15 0.00 LSL USL Process Data Sample N 86 Location -0.781111 Scale 0.286488 LSL 0 Target * USL 1 Sample Mean 0.475581 O v erall C apability Pp 1.13 PPL 1.73 PPU 0.87 Ppk 0.87 O bserv ed Performance PPM < LSL 0 PPM > USL 0 PPM Total 0
Exp. O v erall Performance PPM < LSL 0.00 PPM > USL 3200.43 PPM Total 3200.43
Process Capability of P2O5 Jumlah
Lanjutan
Control chart dan kapabilitas pada pengukuran P2O5 Larut air
Iterasi 1 Iterasi 2 Observation I n d iv id u a l V a lu e 91 82 73 64 55 46 37 28 19 10 1 0.016 0.012 0.008 0.004 0.000 _ X=0.00532 UC L=0.01082 LC L=-0.00019 1 1 1
I-MR Chart of P2O5 Larut air
Observation I n d iv id u a l V a lu e 82 73 64 55 46 37 28 19 10 1 0.0100 0.0075 0.0050 0.0025 0.0000 _ X=0.00506 UC L=0.01003 LC L=0.00009
P2O5 Larut air
•berdasarkan kurva kapabilitas diketahui
nilai Pp= 0,60 dan nilai Ppk= 0,44
sehingga dapat dikatakan mesin tidak mampu menghasilkan P2O5 Larut air sesuai spesifikasi
Kapabilitas proses P2O5 Larut air 0.010 0.008 0.006 0.004 0.002 0.000 LSL USL Process Data Sample N 88 StDev (Within) 0.00165688 StDev (O v erall) 0.00223167 LSL 0 Target * USL 0.008 Sample Mean 0.00506136
Potential (Within) C apability
C C pk 0.80 O v erall C apability Pp 0.60 PPL 0.76 PPU 0.44 Ppk C p 0.44 C pm * 0.80 C PL 1.02 C PU 0.59 C pk 0.59 O bserv ed Performance PPM < LSL 0.00 PPM > USL 113636.36 PPM Total 113636.36
Exp. Within Performance PPM < LSL 1126.25 PPM > USL 38065.35 PPM Total 39191.60
Exp. O v erall Performance PPM < LSL 11665.56 PPM > USL 93955.12 PPM Total 105620.68
Within Overall
Lanjutan
Control chart dan kapabilitas pada pengukuran Fluorine Iterasi 1 Iterasi 3 Observation I n d iv id u a l V a lu e 91 82 73 64 55 46 37 28 19 10 1 0.8 0.6 0.4 0.2 _ X=0.3805 UCL=0.5939 LCL=0.1672 1 1
I-MR Chart of Flour jumlah
Observation I n d iv id u a l V a lu e 82 73 64 55 46 37 28 19 10 1 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 _ X=0.3718 UC L=0.5522 LC L=0.1915
Fluorine
•berdasarkan kurva kapabilitas diketahui
nilai Pp= 1,82 dan nilai Ppk= 1,69
sehingga dapat dikatakan mesin mampu menghasilkan Fluorine sesuai spesifikasi
Kapabilitas proses Fluorine 0.72 0.60 0.48 0.36 0.24 0.12 -0.00 LSL USL Process Data Sample N 88 StDev (Within) 0.0601206 StDev (O v erall) 0.0733588 LSL 0 Target * USL 0.8 Sample Mean 0.371818
Potential (Within) C apability
C C pk 2.22 O v erall C apability Pp 1.82 PPL 1.69 PPU 1.95 Ppk C p 1.69 C pm * 2.22 C PL 2.06 C PU 2.37 C pk 2.06 O bserv ed Performance PPM < LSL 0.00 PPM > USL 0.00 PPM Total 0.00
Exp. Within Performance PPM < LSL 0.00 PPM > USL 0.00 PPM Total 0.00
Exp. O v erall Performance PPM < LSL 0.20 PPM > USL 0.00 PPM Total 0.20
Within Overall
Lanjutan
Control chart dan kapabilitas pada pengukuran SO3 Iterasi 1 Iterasi 4 Observation I n d iv id u a l V a lu e 91 82 73 64 55 46 37 28 19 10 1 47 46 45 _ X=45.415 UC L=46.260 LC L=44.570 1 1 1 1 1 1
I-MR Chart of SO3
Observation I n d iv id u a l V a lu e 81 73 65 57 49 41 33 25 17 9 1 46.0 45.5 45.0 44.5 _ X=45.357 UC L=46.063 LC L=44.652
SO3
•berdasarkan kurva kapabilitas diketahui
nilai Pp= 3,72 dan nilai Ppk= 3,25
sehingga dapat dikatakan mesin mampu menghasilkan SO3sesuai spesifikasi
Kapabilitas proses SO3 48.0 47.2 46.4 45.6 44.8 44.0 43.2 42.4 LSL USL Process Data Sample N 81 Location 3.81456 Scale 0.00592058 LSL 42 Target * USL 48 Sample Mean 45.3574 O v erall C apability Pp 3.72 PPL 4.20 PPU 3.25 Ppk 3.25 O bserv ed Performance PPM < LSL 0 PPM > USL 0 PPM Total 0
Exp. O v erall Performance PPM < LSL 0.0000000 PPM > USL 0.0000000 PPM Total 0.0000000
Process Capability of SO3
Lanjutan
Control chart dan kapabilitas pada pengukuran CaO Iterasi 1 Iterasi 3 Observation I n d iv id u a l V a lu e 91 82 73 64 55 46 37 28 19 10 1 33 32 31 30 _ X=31.725 UC L=32.865 LC L=30.585 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
I-MR Chart of CaO
Observation I n d iv id u a l V a lu e 71 64 57 50 43 36 29 22 15 8 1 33.0 32.5 32.0 31.5 31.0 _ X=31.789 UC L=32.736 LC L=30.841
CaO
•berdasarkan kurva kapabilitas diketahui
nilai Pp= 2,91 dan nilai Ppk= 1,80
sehingga dapat dikatakan mesin mampu menghasilkan CaO sesuai spesifikasi
Kapabilitas proses CaO
37.2 36.0 34.8 33.6 32.4 31.2 30.0 LSL USL Process Data Sample N 75 StDev (Within) 0.315914 StDev (O v erall) 0.515014 LSL 29 Target * USL 38 Sample Mean 31.7885
Potential (Within) C apability
C C pk 4.75 O v erall C apability Pp 2.91 PPL 1.80 PPU 4.02 Ppk C p 1.80 C pm * 4.75 C PL 2.94 C PU 6.55 C pk 2.94 O bserv ed Performance PPM < LSL 0.00 PPM > USL 0.00 PPM Total 0.00
Exp. Within Performance PPM < LSL 0.00 PPM > USL 0.00 PPM Total 0.00
Exp. O v erall Performance PPM < LSL 0.03 PPM > USL 0.00 PPM Total 0.03
Within Overall
Lanjutan
Control chart dan kapabilitas pada pengukuran H2O bebas Iterasi 1 Observation In di vi du al V al ue 91 82 73 64 55 46 37 28 19 10 1 7 6 5 4 3 2 1 0 _ X=3.746 UCL=6.836 LCL=0.655 I Chart of H2O bebas
H2O bebas
•berdasarkan kurva kapabilitas diketahui
nilai Pp= 1,09 dan nilai Ppk= 0,90
sehingga dapat dikatakan kemampuan proses tidak cukup tetapi mendekati spesifikasi
Kapabilitas proses H2O bebas 9.0 7.5 6.0 4.5 3.0 1.5 0.0 LSL USL Process Data Sample N 91 StDev (Within) 1.03014 StDev (O v erall) 1.38091 LSL 0 Target * USL 9 Sample Mean 3.7456
Potential (Within) C apability
C C pk 1.46 O v erall C apability Pp 1.09 PPL 0.90 PPU 1.27 Ppk C p 0.90 C pm * 1.46 C PL 1.21 C PU 1.70 C pk 1.21 O bserv ed Performance PPM < LSL 0.00 PPM > USL 0.00 PPM Total 0.00
Exp. Within Performance PPM < LSL 138.45 PPM > USL 0.17 PPM Total 138.62
Exp. O v erall Performance PPM < LSL 3339.76 PPM > USL 70.90 PPM Total 3410.66
Within Overall
Lanjutan
Control chart dan kapabilitas pada pengukuran H2O kristal Iterasi 1 Iterasi 5 Observation I n d iv id u a l V a lu e 91 82 73 64 55 46 37 28 19 10 1 20 18 16 14 12 _ X=16.730 UC L=19.634 LC L=13.827 1 1 1 1 1
I-MR Chart of H2O kristal
Observation I n d iv id u a l V a lu e 81 73 65 57 49 41 33 25 17 9 1 19 18 17 16 15 _ X=16.993 UC L=19.107 LC L=14.878
H2O Kristal
•berdasarkan kurva kapabilitas diketahui
nilai Pp= 1,86 dan nilai Ppk= 0,39
sehingga dapat dikatakan kemampuan proses tidak cukup tetapi mendekati spesifikasi
Kapabilitas proses H2O Kristal 25.5 24.0 22.5 21.0 19.5 18.0 16.5 15.0 LSL USL Process Data Sample N 82 Location 2.83143 Scale 0.0525156 LSL 16 Target * USL 26 Sample Mean 16.9928 O v erall C apability Pp 1.86 PPL 0.39 PPU 3.12 Ppk 0.39 O bserv ed Performance PPM < LSL 121951 PPM > USL 0 PPM Total 121951
Exp. O v erall Performance PPM < LSL 131257 PPM > USL 0 PPM Total 131257
Process Capability of H2O kristal
• Penentuan CTQ (Critical to Quality) yang potensial
selain berdasarkan nilai Pp dan nilai Ppk dari proses
kapabilitas, juga dilakukan brainstorming kepada
kepala bagian cement retarder untuk kandungan mana
yang sering tidak mencapai spesifikasi. Maka dari tabel
diatas yang menjadi CTQ potensial adalah kandungan
Mengukur Baseline Kinerja Tingkat Proses,
Output, atau Outcome Saat ini ( Level
Sigma)
Pengukuran Nilai Sigma pada bulan mei
2011
Pengukuran Nilai Sigma pada bulan juni
2011
Grafik Sigma Level proses produksi cement
• Analisa
yang
dilakukan
meliputi
analisa
penyebab terjadinya off spec pada kandungan
P
2O
5larut air, P
2O
5total dan H
2O kristal yang
paling berpengaruh terhadap proses produksi
RCA (Root cause Analysis)
RCA (Root cause Analysis)
Penilaian SOD (severity, occurrence dan
detection) pada FMEA
Penilaian SOD (severity, occurrence dan
detection) pada FMEA
Penilaian SOD (severity, occurrence dan
detection) pada FMEA
•
Pelaksanaan shutdown cleanning yang ada menggunakan tenaga
kerja offsource, dimana kebutuhan tenaga offsource saat ini untuk
shift pagi 4, sore 3, malam 3 dengan dilaksanakan 3 bulan sekali
dan waktu pengerjaannya 1 hari. Sebagai improvement agar hasil
pembersihan line dapat lebih baik dan waktu yang diperlukan lebih
cepat maka dilakukan penambahan tenaga offsource untuk tiap –
tiap shift menjadi pagi 8 , sore 5, malam 5.
• Dengan hasil pembersihan yang baik dan waktu
pembersihan yang pendek maka akan menaikkan
waktu operasi (streamdays) sehingga hasil filtrasi fosfo
gypsum akan menjadi besar. Sedangkan bila kinerja
filter cloth baik maka hasil pemurnian P
2O
5larut air
•
Improve yang dapat dilakukan dengan penggantian sistem
pengukuran PH manual dengan PH meter (online). Dimana alat
PH meter (online) kualitasnya lebih kuat dan tahan lama. Sehingga
operator dapat lebih mudah dalam melakukan kontrol PH dan
nantinya dalam proses penambahan kapur dapat memenuhi syarat
sehingga PH dari purified gypsum dapat terkontrol atau kandungan
P
2O
5total dapat sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan.
• Improve yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut
adalah
dengan
melakukan
pelatihan
–
Pelatihan
kepekaan
dan
skill
kepada
operator.
Sehingga fluktuasi kenaikan temperatur pada calsiner
dapat dikendalikan dengan mengoperasikan alat flash
calciner dengan standar temperatur ada disekitar
800°C
Kriteria performansi
1. Pada kriteria pertama diberikan bobot 60 %.
Pertimbangan manajemen adalah karena kandungan P2O5baik yang larut air maupun total menjadi parameter kualitas utama pada produk cement retarder. Dan menjadi penawaran utama perusahaan kepada customer (Pabrik Semen).
2. Kandungan H2O kristal diberikan bobot sebesar 40 %, pertimbangan diberikannya bobot tersebut oleh
manajemen perusahaan dikarenakan parameter
kandungan H2O Kristal menjadi prioritas kedua setelah kandungan P2O5 dimana kriteria tersebut dipenuhi perusahaan dengan mengandalkan standarisasi yang ada .
Kusioner untuk pilihan kombinasi
Perhitungan Value
Pemilihan alternatif menurut nilai performance,
cost, dan value yang terbesar
Analisa pemilihan alternatif mengacu terhadap
nilai performance
• Analisa pemilihan alternatif mengacu terhadap nilai
Cost
• Analisa pemilihan alternatif mengacu terhadap nilai
value.
Perbaikan
Kelebihan dan kelemahan usulan perbaikan
terbaik.
Setelah diperoleh rekomendasi kombinasi
alternatif terbaik yang mengacu pada nilai
performance, cost, dan value. Tidak menutup
kemungkinan usulan tersebut mempunyai
kelebihan dan bahkan kekurangan.
Alternatif penambahan tenaga kerja
outsourcing (filter cloth dan line sistem
vaccum pressure) dan pelatihan kepekaan dan
skill pada opertor bagian kalsinasi
Adapun alternatif tersebut memiliki kelebihan antara lain :
•
Mempercepat proses produksi di bagian purifikasi dengan bagian
kalsinasi
•
Mengurangi gangguan pada kandungan P
2O
5larut air dengan H
2O
kristal pada produk cement retarder
•
Dapat menepati order pelanggan
•
Meningkatkan kepuasan pelanggan yang akan membuat
peningkatan demand perusahaan.
Tetapi alternatif ini juga memiliki kelemahan yaitu:
•
Alternatif ini tidak dapat mengatasi kurangnya pengontrolan PH
dengan menambahkan kapur
Alternatif penggantian sistem PH meter manual
dengan PH meter yang online dan pelatihan
kepekaan dan skil kepada operator bagian
kalsinasi.
Alternatif ini merupakan usulan perbaikan untuk
• Mengurangi jenis kegagalan pada P
2O
5total dan H
2O
kristal.
• Meningkatkan kepuasan pelanggan yang akan
membuat peningkatan demand perusahaan.
Tetapi alternatif ini juga memiliki kelemahan yaitu:
• Tidak dapat meningkatkan kecepatan produksi di
Alternatif penambahan tenaga kerja
outsourcing (filter cloth dan line sistem
vaccum pressure), penggantian sistem PH
meter manual dengan PH meter yang online
dan pelatihan kepekaan dan skil kepada
Adapun alternatif tersebut memiliki kelebihan antara lain :
• Mengurangi semua jenis kegagalan pada kandungan P2O5 larut air, P2O5 total dan H2O kristal.
• Meningkatkan kepuasan pelanggan yang akan membuat peningkatan
demand perusahaan.
• Mengurangi kesalahan operator pada bagian kalsinasi yang menyebabkan terjadinya gangguan pada kandungan H2O kristal
• Mempercepat proses produksi pada bagian purifikasi dan bagian pengontrolan kadar PH dengan kapur.
Tetapi alternatif ini juga memiliki kelemahan yaitu:
• Alternatif ini mempunyai biaya yang tinggi untuk membeli alat PH meter (online)
• Perusahaan belum ada arah kebijakan untuk penggantian sistem PH meter manual dengan PH meter yang online karena banyak pertimbangan lain selain cost yang cukup tinggi.
Kesimpulan dan Saran
1. Berdasarkan nilai ppk dan pp dari hasil proses kapabilitas maka
kandungan yang paling sering mengalami off spec pada unit 3 pabrik
cement retarder adalah kandungan P2O5 larut air, P2O5 total dan H2O kristal.
2. Berdasarkan RCA (root cause analyze) penyebab terjadinya masing-masing jenis gangguan kandungan adalah :
• P2O5 larut air :
a. vaccum pressure di peralatan unit purifikasi kurang maksimal b. Filter cloth di peralatan filter purifikasi buntu
c. Line sistem vaccum pressure pump di unit purifikasi buntu d. Filter cloth di peralatan filter pabrik PA buntu
• P2O5 total :
a. Kontrol PH pada pemurnian P2O5 total dengan kapur kurang optimal
b. water cleaning tiap seminggu sekali c. Supply power terganggu
d. Terjadi kerusakan pada equipment utama e. Produksi cut rate karena gangguan peralatan
f. Penggunaan bahan baku phospat rock mesir terjadi permasalahan proses
• H2O kristal :
3. Berdasarkan hasil perhitungan baik pada pengukuran performansi
alternatif dan pengukuran biaya serta value didapatkan bahwa kombinasi alternatif perbaikan dari satu dan tiga merupakan rekomendasi yang terbaik.
• Berdasarkan perhitungan didapatkan usulan perbaikan untuk mereduksi kegagalan yang menjadi fokus utama adalah:
a. penambahan tenaga kerja outsourcing (filter cloth dan line sistem vaccum pressure) sebagai alternatif pengganti.
b. pelatihan kepekaan dan skill pada opertor bagian kalsinasi sehingga dapat mengurangi terjadinya overheating flash calciner yang
Saran
Beberapa saran dan masukan yang diberikan pada penelitian ini adalah:
• Perlu adanya informasi balik dalam bentuk Training / Diklat atau seminar kepada karyawan yang terkait dengan produk cement retarder yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
cement retarder dan fungsi aplikasinya di pabrik semen.
• Setiap langkah perbaikkan baik berupa shutdown cleaning maupun perbaikan peralatan harus terukur hasil perbaikkannya sehingga setelah dilakukan perbaikan akan didapatkan hasil performance sesuai yang diharapkan.
• Untuk penelitian selanjutnya dapat dibuat penelitian hingga control sehingga hasil dari usulan perbaikan dapat dibuktikan tingkat keberhasilannya.
DAFTAR PUSTAKA
Evans, J. R. dan Lindsay, W. M. 2007. Pengantar Six Sigma; An Introduction to Six Sigma and Process Improvement. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Gaspersz, Vincent. (2007), Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Gaspersz, Vincent. (2002), Pedoman Implementasi Program Six Sigma
Terintegrasi Dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Hines, Peter and Taylor, David (2000). “Going Lean”. Proceeding of Lean Enterprise Research Centre, Cardiff Business School, UK.
Ibrahim, Budy. 1997. TQM Panduan Untuk Menghadapi Persaingan
DAFTAR PUSTAKA
Montgomery, Douglas C. 1996. Pengantar Pengendalian Kualitas
Statistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pande, Peter S, Neuman Robert P, and Roland R.Cavanagh. 2002. The Six Sigma Way :TeamFieldbook, an Implementation Guide for Process Improvement. McGraw-Hill.
Park, Sung H. (2003). Six Sigma for Quality and Productivity Promotion. Asian Productivity Organization, Tokyo.
Saaty,Thomas L., 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Seri Manajemen No.134, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Saaty, Thomas L., 2000. Fundamental of Decision Making and Priority Theory with The Analytic Hierarchy Process. Pittsburgh: RWS Publication. Yohanita.2011.Industri Semen Indonesia,
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember - Surabaya