• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan di era globalisasi mengharuskan manusia mampu lebih mapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan di era globalisasi mengharuskan manusia mampu lebih mapan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Globalisasi tengah merajai berbagai aspek kehidupan saat ini. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut manusia berperan sentral dalam menciptakan perubahan menuju arah yang lebih baik. Meningkatnya iklim persaingan di era globalisasi mengharuskan manusia mampu lebih mapan mengeksplor kemampuan diri supaya unggul dan dapat terus bertahan. Globalisasi seakan mewajibkan manusia memiliki kemampuan spesifik yang dapat “dijual” ke dunia luar. Ini mengindikasikan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu kunci utama bagaimana menghadapi “kejamnya” tuntutan globalisasi.

Tuntutan globalisasi menyiratkan berbagai persoalan. Setiap orang harus bersaing untuk menjadi yang terdepan. Ini tentunya dapat dicapai dengan berbagai cara, salah satunya dengan pendidikan. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi modal dasar suatu negara dalam menghasilkan tunas-tunas yang dapat mengharumkan nama bangsa di kancah Internasional. Berbagai prestasi dan inovasi yang diciptakan oleh para peserta didik berkontribusi secara positif dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi orang banyak. Dalam hal ini, peranan penuh pemerintah sebagai wakil aspirasi rakyat merupakan faktor penunjang terbentuknya insan yang kompetitif, berkredibel, dan mapan.

(2)

Perguruan Tinggi (PT) merupakan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi, jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah. Institusi pendidikan ini menaungi berbagai spesialisasi ilmu. Peserta didik PT disebut mahasiswa dan tenaga pendidik PT disebut dosen. Program pendidikan PT terdiri dari diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis. Di Indonesia sendiri, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, institut, politeknik, sekolah tinggi, dan universitas. Lulusan PT diharapkan mampu memiliki kontribusi nyata dalam mengembangkan kemampuan dirinya menciptakan berbagai kemajuan di bidang ilmu pengetahuan.

Perguruan Tinggi (PT) harus memiliki citra positif untuk menghasilkan generasi penerus yang berkualitas. Adanya reputasi yang baik ini dapat mendorong calon mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi di PT pilihan. Perguruan Tinggi (PT) terdiri dari dua jenis yakni Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Perbedaan PTN dan PTS ini terletak pada pengelolaan dan regulasi. Pengelolaan dan regulasi PTN dilakukan oleh pemerintah sedangkan PTS oleh swasta. Mahasiswa, sebagai peserta didik, memiliki kriteria tertentu dalam memilih PT. Pada umumnya, PTN merupakan pilihan utama calon mahasiswa melanjutkan jenjang pendidikan tingginya meskipun tidak semua calon mahasiswa tersebut memiliki kesempatan. Terbatasnya kursi dan adanya seleksi ketat untuk memasuki PTN menjadikan PTS sebagai solusi bagi calon mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan di PT. Dalam hal ini, image PTS berperan penting dalam menetapkan PTS sebagai PT pilihan.

(3)

Sebagai “konsumen”, calon mahasiswa tentu mempertimbangkan secara matang “jasa” dari PTS mana yang akan “dikonsumsi”, yang dapat memenuhi “kebutuhan” dan “keinginan”-nya. Proses pemikiran yang cukup panjang yang dilalui calon mahasiswa tersebut merupakan pertimbangan atas konsekuensi yang akan “diterima” dari apa yang “diberikan” PTS pilihan karena pemilihan “jasa” yang tepat berimplikasi pada masa depan mereka.

Brand atau merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari keseluruhannya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari penjual atau sekelompok penjual, agar dapat dibedakan dari kompetitornya. Brand memiliki jiwa tersendiri, dimana ini yang menjadi pertimbangan konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli. Seperti yang dikemukakan Kotler dan Keller (2009:332), bahwa dalam perananannya, brand dapat menandakan satu tingkat mutu tertentu sehingga pembeli yang puas dapat lebih mudah memilih produk. Dalam memilih salah satu dari berbagai brand yang ada, konsumen tentunya memiliki persepsi tersendiri mengenai merek tertentu. Persepsi ini dibentuk dari proses informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dan tercermin dalam suatu citra (image). Menurut Kotler (2000:599) “Image is the set beliefs, ideas, and impressions that a person hold of on object.” Citra ini kemudian menjelma dalam sebuah merek dan melahirkan citra merek (brand image).

Brand image merupakan satu set kepercayaan konsumen tentang merek tertentu. Brand image menyampaikan nilai emosional, bukan hanya citra mental. Menurut Keller (1993), brand image adalah persepsi tentang merek seperti

(4)

digambarkan oleh brand associations yang tersimpan dalam ingatan konsumen. Ini ditambahkan oleh Shimp (2003:12) dimana menurutnya brand image dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada sebuah merek. Citra merek sebenarnya konten merek karena ketika konsumen membeli produk, mereka juga membeli citra itu. Citra merek yang positif meningkatkan goodwill dan nilai merek dari suatu organisasi.

Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) merupakan salah satu PTS yang cukup terkemuka di Kota Bandung. Universitas swasta yang beralamat di Jl. Dipati Ukur 112-114-116 ini sedang membangun reputasi positif yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan bagi mahasiswanya. Reputasi UNIKOM yang positif tentu akan berimplikasi pada peningkatan brand-nya sebagai salah satu PTS favorit calon mahasiswa. Dengan memasukkan kata “komputer” pada brand universitasnya, UNIKOM menunjukkan jati diri sebagai perguruan tinggi yang memiliki spesifikasi di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi pada semua program studi.

UNIKOM secara resmi berdiri pada 8 Agustus 2000 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 126/D/0/2000. UNIKOM merupakan cikal bakal dari Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia Jerman (LPKIG) yang berdiri pada tahun 1994 dengan jumlah peserta didik 233 orang. Seiring berkembangnya animo peserta didik, pada tahun selanjutnya LPKIG membuka jenjang pendidikan tiga tahun, perluasan beberapa program studi baru,

(5)

dan penambahan fasilitas. Pada 28 Desember 1998, LPKIG melebur menjadi STMIK IGI dan STIE IGI yang bernaung di bawah Yayasan Science dan Teknologi dan disahkan oleh Mendiknas pada Juli (STIE IGI) dan Agustus (STMIK IGI) tahun 1999 dengan masing-masing mendalami lima program studi. Pada tahun 2000, kedua Sekolah Tinggi tersebut melakukan merger dan berganti nama menjadi UNIKOM. Cakupan ilmu pun semakin diperluas dengan membuka 11 program studi baru.

Grafik 1.1

Posisi UNIKOM pada Ranking Universitas Dunia

Tabel 1.1

Jumlah Peminat UNIKOM Tahun Jumlah Peminat

2008 4269 2009 4350 2010 4734 2011 4083 6405 5741 1382 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

(6)

Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, jumlah peminat UNIKOM menempati angka kepala empat. Jika dibandingkan dengan kapasitas mahasiswa yang diterima yakni sekitar 3000 orang, jumlah ini dinilai cukup signifikan. Apakah dengan tingginya jumlah peminat membuktikan bahwa brand image UNIKOM semakin positif atau mungkin sebaliknya. Apakah dengan brand image yang kuat dapat menggerakkan calon mahasiswa untuk memilih UNIKOM.

Untuk mengukur brand image, pengukuran dikelompokkan dalam enam kategori yang mewakili persepsi konsumen tentang merek. Dimensi-dimensi tersebut diantaranya asosiasi atribut merek, asosiasi manfaat merek, asosiasi sikap merek, dukungan asosiasi merek, keunggulan asosiasi merek, dan keunikan asosiasi merek. Semakin kuat suatu merek mengindikasikan semakin kuat pula interaksi yang terjalin dengan konsumen dan akan semakin banyak asosiasi merek yang terbentuk.

Brand image yang terbentuk dengan baik akan membawa dampak positif bagi perusahaan, yaitu semakin meyakinkan konsumen untuk memperoleh kualitas yang konsisten ketika membeli suatu produk dan akan meningkatkan motivasi konsumen untuk melakukan pembelian (Rangkuti, 2004:5). Brand image mahasiswa terhadap UNIKOM dimulai dengan terpaan pesan yang diterima mahasiswa yang dikomunikasikan melalui media. Terpaan pesan ini kemudian mengalami proses interpretasi yang melibatkan sistem kognitif dan afektif sehingga menggerakkan perilaku mahasiswa untuk memilih UNIKOM sebagai

(7)

universitas tempat melanjutkan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, Hierarchy of Effects Model dianggap relevan dalam memayungi fenomena di atas.

Fenomena ini penting untuk diungkap kebenarannya, selain karena landasan teorinya jelas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan UNIKOM dalam terus mengembangkan brand image-nya sebagai universitas swasta pilihan calon mahasiswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Sejauhmana hubungan brand image dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia?”

1.3 Identifikasi Masalah

1. Sejauhmana hubungan asosiasi atribut merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia?

2. Sejauhmana hubungan asosiasi manfaat merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia?

3. Sejauhmana hubungan asosiasi sikap merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia?

4. Sejauhmana hubungan dukungan asosiasi merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia?

(8)

5. Sejauhmana hubungan keunggulan asosiasi merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia?

6. Sejauhmana hubungan keunikan asosiasi merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan asosiasi atribut merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia.

2. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan asosiasi manfaat merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia.

3. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan asosiasi sikap merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia.

4. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan dukungan asosiasi merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia.

5. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan keunggulan asosiasi merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia.

6. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan keunikan asosiasi merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia.

(9)

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Teoretis

Dapat memperkaya khasanah kajian ilmiah di bidang komunikasi pemasaran, khususnya yang berkaitan dengan brand image dalam memengaruhi keputusan memilih perguruan tinggi.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan perguruan tinggi dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kinerja Universitas Komputer Indonesia guna lebih meningkatkan brand image-nya, terutama dalam pengembangan asosiasi positif universitas di mata calon mahasiswa.

1.6 Kerangka Pemikiran 1.6.1 Kerangka Teoretis

Hierarchy of Effects Model diciptakan untuk memperlihatkan proses atau langkah yang membuat pengiklan berasumsi bahwa konsumen melalui proses pembelian secara lebih jelas. Menurut Hierarchy of Effects Model, dari melihat iklan sampai dengan melakukan pembelian, konsumen selalu mengikuti alur proses yang sangat teratur. Pengambilan keputusan konsumen diawali oleh awareness atau pengenalan terhadap produk tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan pemahaman yang ditindak lanjuti dengan tingkat kesukaan dan penilaian

(10)

lebih baik dibandingkan dengan produk lain, dan akhirnya konsumen memutuskan untuk mencoba merek tersebut. Tahapan yang harus dipenuhi dalam Hierarchy of Effects Model diantaranya: (Belch and Belch, 2001:149)

(Belch and Belch, 2001:149)

Gambar 1.1

Hierarchy of Effects Model

Tahapan-tahapan pada Hierarchy of Effects Model di atas diturunkan menjadi variabel X dan variabel Y. Variabel X, yaitu brand image, merupakan penurunan dari cognitive effects dan affective effects, sedangkan variabel Y, yaitu keputusan memilih, merupakan penurunan dari behavioral effects.

Brand image merupakan satu set kepercayaan konsumen tentang merek tertentu. Kepercayaan tersebut muncul pertama kali dari adanya kesadaran terhadap merek (tahap awareness) yang bersumber dari terpaan informasi. Informasi didapatkan dari adanya pesan komunikasi pemasaran yang dilakukan

(11)

perusahaan, seperti dalam bentuk iklan, open house, dsb. Tahap ini kemudian meningkat menjadi pengetahuan terhadap merek (tahap knowledge), yang mencakup pengetahuan tentang produk, manfaat produk, keuntungan, dsb. Dengan pengetahuan ini, konsumen dapat memberikan penilaian tertentu terhadap merek, apakah ia suka atau tidak suka dengan merek tersebut (tahap liking). Penilaian suka atau tidak suka selanjutnya menghantarkan konsumen untuk merangking merek (tahap preference). Merek yang terdapat di rangking teratas kemungkinan besar merupakan merek yang sangat disukai dan dipercaya konsumen tersebut (tahap conviction).

Keputusan memilih merupakan langkah nyata yang dilakukan pengambil keputusan dalam menetapkan satu pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Dalam menetapkan pilihan, para pengambil keputusan melalui beberapa tahap, dimulai dengan identifikasi masalah, penentuan sejumlah alternatif solusi, hingga pemilihan solusi dan pengimplementasian. Identifikasi masalah merupakan langkah awal yang dilakukan pengambil keputusan dalam menganalisis permasalahan yang dihadapi. Permasalahan ini erat kaitannya dengan tujuan atau sasaran tertentu yang ingin dicapai pengambil keputusan. Tujuan inilah yang menghantarkan pengambil keputusan untuk menentukan berbagai alternatif solusi dan akhirnya memilih satu yang terbaik dari berbagai solusi yang ada. Tiga tahap pengambilan keputusan ini merupakan aspek tingkah laku karena melibatkan berbagai tindakan nyata pengambil keputusan dalam menetapkan dan mengimplementasikan pilihannya.

(12)

1.6.2 Kerangka Konseptual 1.6.2.1 Brand

Brand atau merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari keseluruhannya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari penjual atau sekelompok penjual, agar dapat dibedakan dari kompetitornya. Brand adalah sebuah janji kepada konsumen bahwa hanya dengan menyebut namanya, timbul harapan bahwa brand tersebut akan memberikan kualitas yang terbaik, kenyamanan, status, dan lain-lain yang menjadi pertimbangan konsumen ketika melakukan pembelian (Shimp, 2003:8). Brand dapat diidentifikasi dari dua karakteristik, yaitu fisik dan psikologis. Secara fisik, brand dapat ditampilkan dalam bentuk atribut, komposisi, dan desain (baik itu logo ataupun kemasan). Secara psikologis, brand dapat diidentifikasi dalam bentuk emosi, keyakinan, nilai, dan kepribadian pengguna produk.

1.6.2.2 Brand Image

Brand image merupakan satu set kepercayaan konsumen tentang merek tertentu. Brand image adalah umpan balik yang obyektif dan mental konsumen ketika mereka membeli suatu produk. Citra merek yang positif adalah yang melebihi harapan pelanggan dan meningkatkan goodwill dan nilai merek dari suatu organisasi. Menurut Shimp (2003:12), brand image dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada sebuah merek. Asosiasi dengan merek

(13)

dapat dikonseptualisasikan berdasarkan jenis-jenis asosiasi merek diantaranya atribut, manfaat, dan evaluasi keseluruhan (sikap); dan dukungan, kekuatan, serta keunikan asosiasi merek merek (Shimp, 2003:12).

Jenis-jenis asosiasi merek terdiri dari: 1. Asosiasi Atribut Merek

Atribut merupakan fitur-fitur mengenai karakteristik dari produk atau jasa yang ada pada saat proses pembelian dan konsumsi. Atribut dapat digolongkan menjadi atribut produk dan non-produk.

2. Asosiasi Manfaat Merek

Manfaat merupakan konsekuensi yang diinginkan atau hasil yang ingin didapatkan konsumen ketika membeli serta menggunakan produk dan jasa. Manfaat dapat digolongkan menjadi manfaat fungsional, manfaat simbolik, dan manfaat pengalaman. Asosiasi manfaat merek dapat diciptakan ketika konsumen dapat memeroleh manfaat saat menggunakan merek.

3. Asosiasi Evaluasi Keseluruhan (Sikap) Merek

Evaluasi keseluruhan dapat diartikan sebagai sikap, dimana suatu evaluasi menyeluruh dibentuk ketika konsumen mengintegrasikan pengetahuan, arti, atau kepercayaan tentang konsep sikap untuk menganalisis relevansi pribadi dari konsep tersebut dan menentukan apakah itu menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Faktor-faktor pendukung terbentuknya brand image dalam keterkaitannya dengan asosiasi merek: (Russell and Lane, 1995)

(14)

1. Dukungan Asosiasi Merek (Favorability of Brand Association)

Dukungan asosiasi merek adalah asosiasi-asosiasi yang dapat diharapkan oleh khalayak sasaran (desireable) dan disampaikan (delivered) secara sukses oleh sebuah produk melalui program komunikasi pemasaran yang mendukung merek produk tersebut (Keller, 2004:72).

2. Kekuatan Asosiasi Merek (Strength of Brand Association)

Kekuatan asosiasi merek merupakan kewajiban mendasar bagi pemilik merek untuk dapat mengungkapkan, mensosialisasikan jiwa atau kepribadian tersebut dalam satu bentuk iklan, ataupun bentuk kegiatan promosi dan pemasaran lainnya. Faktor yang berhubungan dengan kekuatan asosiasi merek merek diantaranya personal relevance dan consistency (Keller, 2003:71).

3. Keunikan Asosiasi Merek (Uniquesness of Brand Association)

Keunikan asosiasi merek adalah tingkat keunikan merek yang memiliki manfaat bersifat kompetitif dan terus menerus sehingga dapat menyebabkan khalayak sasaran tertarik untuk menggunakannya (Russell dan Lane, 1995:30). Faktor yang dapat berhubungan dengan keunikan asosiasi merek merek diantaranya point of parity dan point of difference.

1.6.2.3 Pengambilan Keputusan

Fred Luthans dalam bukunya Perilaku Organisasi menyebutkan bahwa pengambilan keputusan didefinisikan secara universal sebagai pemilihan alternatif. Pengambilan keputusan merupakan daya pendorong kegiatan operasional organisasi (Darmawan, 2004:97). Inti suatu sistem organisasi selalu

(15)

memiliki aturan khas tentang proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara rutin, terstruktur, terprogram, tidak terkecuali dengan adanya keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia yang terdapat regulasi tertentu dalam mengatur prosedural kegiatan tersebut. Proses pengambilan keputusan yang dimaksud menjelaskan bahwa UNIKOM menjadi salah satu dari berbagai alternatif solusi bagi calon mahasiswa dalam mereka memilih perguruan tinggi. Adapun langkah-langkah pengambilan keputusan yang dilakukan para pengambil keputusan menurut H.A. Simon (Darmawan, 2006:100).

1. Identifikasi masalah (Identify and define the problem)

2. Penentuan sejumlah alternatif solusi (Generate alternative solutions to the problem)

3. Pemilihan solusi dan pengimplementasian (Select solution and implement it)

1.6.3 Kerangka Operasional

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan dioperasionalisasikan, yaitu brand image (variabel X) dan keputusan memilih (variabel Y).

Variabel X: Brand Image

1. Subvariabel X1: Asosiasi atribut merek

Sebelum menjadi mahasiswa, mahasiswa mengasosiasikan UNIKOM dari fitur-fitur karakteristiknya, meliputi atribut produk dan non-produk.

(16)

Indikator:

a. Asosiasi atribut produk : Asosiasi atribut fisik UNIKOM b. Asosiasi atribut non-produk : Asosiasi atribut non-fisik UNIKOM

2. Subvariabel X2: Asosiasi manfaat merek

Sebelum menjadi mahasiswa, mahasiswa mengasosiasikan UNIKOM dapat memenuhi hasil yang diinginkan, baik secara fungsional, simbolis, maupun pengalaman.

Indikator:

a. Asosiasi manfaat fungsional : Asosiasi manfaat berdasarkan kinerja UNIKOM

b. Asosiasi manfaat simbolis : Asosiasi manfaat berdasarkan atribut non-fisik UNIKOM

c. Asosiasi manfaat pengalaman : Asosiasi perasaan mahasiswa jika terlibat langsung dengan atribut fisik dan non-fisik UNIKOM

3. Subvariabel X3: Asosiasi sikap merek

Ketertarikan dan kepercayaan mahasiswa sebelum menjadi mahasiswa terhadap UNIKOM setelah memproses berbagai informasi tentang PT.

Indikator:

a. Ketertarikan : Minat mahasiswa memilih UNIKOM

b. Kepercayaan : Proposisi mahasiswa terkait ciri atau konsekuensi fungsional UNIKOM

(17)

4. Subvariabel X4: Dukungan asosiasi merek

Sebelum menjadi mahasiswa, mahasiswa sudah memiliki keyakinan bahwa UNIKOM memiliki manfaat yang relevan yang disampaikan secara baik melalui media promosi.

Indikator:

a. Desireability : Tingkat kecocokan, tingkat kekhususan, dan tingkat kepercayaan yang dimiliki mahasiswa, pada saat sebelum menjadi mahasiswa, terhadap merek UNIKOM

b. Deliverability : Kemampuan program komunikasi pemasaran yang dilakukan UNIKOM dalam menunjukkan manfaat merek atas pengaplikasian komputer di seluruh program studi

5. Subvariabel X5: Kekuatan asosiasi merek

Sebelum menjadi mahasiswa, mahasiswa memiliki penilaian bahwa cara yang digunakan UNIKOM dalam mempromosikan universitasnya baru dan segar serta pesan yang disampaikan konsisten dari waktu ke waktu.

Indikator:

a. Personal relevance : Cara baru yang dilakukan UNIKOM dalam mempromosikan universitasnya

b. Consistency : Konsistensi pesan tentang universitas yang diinformasikan melalui media

(18)

6. Subvariabel X6: Keunikan asosiasi merek

Sebelum menjadi mahasiswa, mahasiswa mengasosiasikan UNIKOM sebagai universitas yang memberikan mata kuliah yang berbeda yang belum tentu dapat diberikan oleh PT lain.

Indikator:

a. Point of difference : Mata kuliah wajib software, hardware, dan entrepreneurship, disamping mata kuliah keahlian dari program studi selama tujuh semester

Variabel Y: Keputusan Memilih

Proses pemilihan alternatif tindakan untuk mencapai tujuan tertentu yang dilakukan oleh calon mahasiswa UNIKOM melalui pendekatan sistematis, mulai dari identifikasi masalah, penentuan sejumlah alternatif solusi, hingga pemilihan solusi dan mengimplementasikan, dengan faktor pertimbangan brand image PT. Indikator:

a. Identifikasi masalah : Mahasiswa melakukan proses pengenalan perguruan tinggi yang mereka minati

b. Penentuan sejumlah alternatif solusi : Mahasiswa melakukan pencarian informasi dan menetapkan beberapa alternatif perguruan tinggi

c. Pemilihan solusi dan pengimplementasian : Mahasiswa melakukan evaluasi terhadap beberapa pilihan perguruan tinggi untuk memilih satu perguruan tinggi yang diminati

(19)

1.6.4 Matriks Penelitian

Variabel X Definisi Operasional

Brand image Persepsi yang tertanam dalam benak mahasiswa sebelum menjadi mahasiswa mengenai asosiasi-asosiasi UNIKOM yang terdiri dari asosiasi atribut merek, asosiasi manfaat merek, asosiasi sikap merek, dukungan asosiasi merek, kekuatan asosiasi merek, dan keunikan asosiasi merek.

Subvariabel Indikator Alat Ukur Instrumen Skala

Asosiasi atribut merek

Atribut produk Program studi 1. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan program studinya yang mengikuti perkembangan jaman

Ordinal Keberagaman program

studi

2. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan beragamnya program studi yang ada

Ordinal Nama universitas 3. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan

pengaplikasian komputer di seluruh program studi

Ordinal Fasilitas 4. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan

kelengkapan fasilitas yang yang menunjang kegiatan belajar mengajar (ruangan kelas, labolatorium, dsb.)

Ordinal

Motto 5. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan

motto-nya „Quality is Our Tradition”

Ordinal Logo 6. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan logonya Ordinal Kualitas program studi 7. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan beberapa

program studinya yang terakreditasi baik Atribut

non-produk

Kerjasama 8. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan banyaknya jalinan kerjasama yang terbentuk dengan institusi penting

(20)

(seperti Multimedia University Malaysia, Universiti Utara Malaysia, University Kebangsaan Malaysia, Kollege University Islam Selangor, Microsoft, Telkom, dsb.)

Kegiatan yang disponsori universitas

9. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan seringnya mensponsori kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ordinal

Asosiasi profil mahasiswa

10. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan mahasiswanya yang tidak gagap teknologi

Ordinal Asosiasi

manfaat merek

Manfaat fungsional

Kompetensi lulusan 11. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan lulusannya yang berkompeten di bidang yang dipelajari

Ordinal Penyerapan lulusan

dengan background nama universitas

12. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan lulusan yang mudah terserap karena alumni universitas

Ordinal

Manfaat simbolik

Akses pekerjaan 13. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan lebarnya akses pekerjaan bagi para lulusan

Ordinal Citra diri mahasiswa 14. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan

mahasiswanya yang memiliki citra diri positif

Ordinal Manfaat

pengalaman

Perasaan senang 15. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan kemampuannya memenuhi memenuhi kebutuhan mahasiswa, baik dalam aspek akademik maupun non-akademik

Ordinal

Pengalaman baru 16. Sebelum menjadi mahasiswa, saya mengaitkan UNIKOM dengan kemampuannya memberikan pengalaman baru bagi para mahasiswanya untuk lebih mendalami pengaplikasian komputer

(21)

Asosiasi sikap merek

Ketertarikan Minat memilih 17. Saya berminat memilih UNIKOM karena daya tarik UNIKOM (prestasi internasional, lomba robot, dsb.)

18. Saya berminat memilih UNIKOM karena dosen-dosennya merupakan lulusan dari berbagai PTN terkemuka

19. Saya berminat memilihs UNIKOM karena lengkapnya fasilitas bagi mahasiswa

20. Saya berminat memilih UNIKOM karena lokasi kampusnya strategis 21. Saya berminat memilih UNIKOM karena banyaknya jumlah peminat

Ordinal

Kepercayaan Recall kognitif konsep

penting

22. UNIKOM memantapkan pilihan saya dalam memilih PTS terbaik Ordinal Penanaman konsep 23. UNIKOM menanamkan konsep yang membuat saya percaya akan kualitas

PT tersebut

Ordinal Dukungan

asosiasi merek

Desireability Tingkat kecocokan 24. Meningkatnya peminat UNIKOM menggambarkan favoritisme UNIKOM berdasarkan kualitas dan ini memengaruhi keputusan saya memilih PT tersebut

Ordinal

Tingkat kekhususan 25. Beberapa mahasiswa UNIKOM memiliki prestasi akademik dan non-akademik yang mengharumkan nama universitas dan ini memengaruhi keputusan saya memilih PT tersebut

26. Beberapa dosen UNIKOM memiliki prestasi yang mengharumkan nama universitas dan ini memengaruhi keputusan saya memilih PT tersebut

Ordinal

Tingkat kepercayaan 27. Keberadaan UNIKOM di lingkungan eksternal diperhitungkan dan ini memengaruhi keputusan saya memilih PT tersebut

28. Pengakuan UNIKOM di lingkungan eskternal baik, dengan adanya akreditasi positif di beberapa program studi dan ini memengaruhi keputusan saya memilih PT tersebut

(22)

Deliverability Kemampuan program pemasaran dalam menunjukkan manfaat merek

29. Media promosi UNIKOM sudah cukup mampu menyampaikan manfaat yang ditawarkan universitas atas pangaplikasian komputer di seluruh program studi Ordinal Kekuatan asosiasi merek Personal relevance Program komunikasi pemasaran yang baru

30. UNIKOM menyampaikan informasi universitasnya kepada calon mahasiswa melalui cara yang baru yakni open house

31. Pemilihan cara penyampaian informasi universitas melalui open house merupakan sesuatu yang menarik bagi saya

Ordinal

Consistency Isi pesan pemasaran 32. Melalui media promosinya, UNIKOM menyampaikan informasi tentang universitas secara konsisten

Keunikan asosiasi merek

Point of difference

Mata kuliah software,

hardware, dan

entrepreneurship selama

tujuh semester

33. UNIKOM dianggap unik dengan adanya mata kuliah wajib software,

hardware, dan entrepreneurship, disamping mata kuliah keahlian dari

program studi selama tujuh semester dan ini memengaruhi keputusan saya memilih PT tersebut

Ordinal

Variabel Y Definisi Operasional

Keputusan memilih

Proses pemilihan alternatif tindakan untuk mencapai tujuan tertentu yang dilakukan oleh mahasiswa UNIKOM 2010 dan 2011 melalui pendekatan sistematis, mulai dari identifikasi masalah, penentuan sejumlah alternatif solusi, hingga pemilihan solusi dan pengimplementasian, dengan faktor pertimbangan brand image UNIKOM.

(23)

Identifikasi masalah

Mahasiswa menyadari kebutuhan akan rasa nyaman berada di kampus

1. Saya memilih UNIKOM karena saya menyadari kebutuhan akan rasa nyaman berada di kampus

Ordinal

Mahasiswa ingin mengembangkan minat dan bakat

2. Saya memilih UNIKOM karena saya ingin mengembangkan minat dan bakat Ordinal

Mahasiswa memiliki cita-cita yang hendak dicapai

3. Saya memilih UNIKOM karena saya memiliki cita-cita yang hendak dicapai Ordinal

Penentuan alternatif solusi

Mahasiswa mencari tahu informasi alternatif perguruan tinggi

4. Sebelum memilih UNIKOM, saya mencari tahu informasi mengenai PT lain Ordinal

Mahasiswa menetapkan beberapa alternatif perguruan tinggi

5. Setelah mendapatkan berbagai informasi mengenai PT, saya menetapkan beberapa PT alternatif yang akan dipilih

Ordinal

Mahasiswa melakukan pertimbangan terhadap beberapa alternatif perguruan tinggi

6. Setelah menetapkan beberapa alternatif PT, saya mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi yang akan diperoleh

Ordinal

Pemilihan solusi dan

pengimplementas ian

Mahasiswa memilih berdasarkan evaluasi yang paling positif

7. Saya memilih UNIKOM karena evaluasi saya terhadap PT tersebut paling positif

Ordinal

Mahasiswa memilih dengan kesadaran dan keyakinan penuh

(24)

1.7 Kerangka Penelitian

RUMUSAN MASALAH

Sejauhmana Hubungan antara Brand Image dengan Keputusan Memilih Universitas Komputer Indonesia

Hierarchy of Effects Model

Awareness Knowledge Liking Preference Conviction Purchase

Cognitive Stage Affective Stage Behavioral Stage

VARIABEL X: BRAND IMAGE

X1: Asosiasi atribut merek X2: Asosiasi manfaat merek X3: Asosiasi sikap merek X4: Dukungan asosiasi merek X5: Kekuatan asosiasi merek X6: Keunikan asosiasi merek

VARIABEL Y: KEPUTUSAN MEMILIH

- Identifikasi masalah - Penentuan sejumlah alternatif solusi

- Pemilihan solusi dan dan pengimplementasian

Sumber: Belch and Belch (2001:149), Shimp (2003:12), dan Darmawan (2006:100) dengan modifikasi peneliti

(25)

1.8 Hipotesis Penelitian 1.8.1 Hipotesis Umum

Hi: Ada hubungan yang signifikan antara brand image dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara brand image dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

1.8.2 Hipotesis Subvariabel

1. Hi: Ada hubungan yang signifikan antara asosiasi atribut merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara asosiasi atribut merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

2. Hi: Ada hubungan yang signifikan antara asosiasi manfaat merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara asosiasi manfaat merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

3. Hi: Ada hubungan yang signifikan antara asosiasi sikap merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara asosiasi sikap merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

(26)

4. Hi: Ada hubungan yang signifikan antara dukungan asosiasi merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan asosiasi merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

5. Hi: Ada hubungan yang signifikan antara keunggulan asosiasi merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara keunggulan asosiasi merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

6. Hi: Ada hubungan yang signifikan antara keunikan asosiasi merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara keunikan asosiasi merek dengan keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia

1.9 Metodologi Penelitian

1.9.1 Rancangan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan teknik korelasional, yaitu metode yang meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Metode ini bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi faktor lain (Rakhmat, 2005: 27). Dalam penelitian ini, metode penelitian yang diguanakan adalah untuk menjelaskan hubungan antara variabel X (variabel bebas) yaitu brand image dengan variabel Y (variabel terikat) yaitu keputusan memilih Universitas Komputer Indonesia.

(27)

1.9.2 Populasi dan Teknik Sampling

Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Komputer Indonesia angkatan 2010 dan 2011. Ini dikarenakan pada tahun tersebut jumlah peningkatan peminat UNIKOM cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Oleh karena itu, ukuran populasi penelitian (N) ini adalah 6355 orang.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah disproportionate stratified sampling. Disproportionate stratified sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetap sebagian ada yang kurang proposional pembagiannya, anggota populasi heterogen. Dalam penelitian ini, kriteria yang menjadi stratifikasi populasi adalah fakultas yang ada di UNIKOM. Ukuran sampel penelitian yakni 98 orang dengan dengan tingkat presisi 10% (namun akhirnya dibulatkan menjadi 102 orang untuk memenuhi pembagian yang merata pada ukuran sampel tiap strata). Ukuran ini ditentukan melalui rumus Yamane karena ukuran populasinya > 500.

Keterangan: n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi d = Faktor kesalahan

(28)

Tabel 1.3

Jumlah Mahasiswa UNIKOM Angkatan 2010 dan 2011 per Fakultas

Tabel 1.4

Disproportionate Stratified Sampling untuk Penelitian Brand Image di Kalangan Mahasiswa UNIKOM

Angkatan 2010 dan 2011

1.9.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Tahun Fakultas Fak. TIK Fak. Ekonomi Fak. ISIP Fak. Desain Fak. Sastra Fak. Hukum 2010 2076 540 316 402 32 26 2011 1964 411 196 350 29 13 Jumlah 4040 951 512 752 61 39 Fakultas Ukuran Populasi % dalam Populasi Pecahan Sampling N Sampel Bobot Bobot Disesu aikan Fak. TIK 4040 63,57% 0,004 17 250 109 Fak. Ekonomi 951 14,97% 0,018 17 56 24 Fak. ISIP 512 8,06% 0,033 17 30 13 Fak. Desain 752 11,83% 0,023 17 43 19 Fak. Sastra 61 0,96% 0,279 17 3,58 2 Fak. Hukum 39 0,61% 0,436 17 2,29 1 6355 100% 102

(29)

1.9.3.1 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun dan Effendi, 2008:122). Validitas dalam penelitin ini menggunakan validitas konstruk. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan penyusunan validitas konstruk diantaranya:

 Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur

 Melakukan uji coba skala pengukur pada sejumlah responden

 Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

 Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment dengan rumus:

Keterangan:

rxy = Korelasi product moment

n = Cacah subjek uji coba ∑x = Jumlah skor butir (x)

∑y = Jumlah skor variabel (y)

∑x2= Jumlah skor butir kuadrat (x)

∑y2= Jumlah skor variabel (y)

(30)





2 2

1

1

Sx

Sj

k

k

Tolak Ho pada taraf α jika rxy > rkritis (pada tabel product moment), artinya

item dalam kuesioner valid. Syarat minimum untuk dianggap valid adalah r=0,300. Jadi, kalau korelasi antara butir dengan akar total kurang dari 0,300, maka butir dengan instrumen tersebut dinyatakan tidak valid (Marsum dalam Sugiono, 2001:106).

1.9.3.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 2008:140). Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliable jika koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,700. Teknik pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien Alpha Cronbach. Rumusan formula umum koeisien alpha adalah:

Keterangan:

k = Banyaknya belahan tes Sj2= Varians belahan j Sx2= Varians skor tes

Tabel 1.5

(31)

No. Variabel Nilai Validitas Titik Kritis Simpulan Nilai Relia bilitas Titik Kritis Simpulan P5 Variabel X 0,587 0,300 Valid 0,913 0,700 Reliabel P6 -0,147 0,300 Tidak valid P7 0,424 0,300 Valid P8 0,527 0,300 Valid P9 0,320 0,300 Valid P10 0,575 0,300 Valid P11 0,545 0,300 Valid P12 0,412 0,300 Valid P13 0,675 0,300 Valid P14 0,581 0,300 Valid P15 0,156 0,300 Tidak valid P16 0,493 0,300 Valid P17 0,365 0,300 Valid P18 0,763 0,300 Valid P19 0,596 0,300 Valid P20 0,462 0,300 Valid P21 0,755 0,300 Valid P22 0,332 0,300 Valid P23 0,190 0,300 Tidak valid P24 0,644 0,300 Valid P25 0,553 0,300 Valid

(32)

P26 0,894 0,300 Valid P27 0,583 0,300 Valid P28 0,534 0,300 Valid P29 0,510 0,300 Valid P30 0,525 0,300 Valid P31 0,534 0,300 Valid P32 0,628 0,300 Valid P33 0,658 0,300 Valid P34 0,717 0,300 Valid P35 0,200 0,300 Tidak valid P36 0,595 0,300 Valid P37 0,655 0,300 Valid P38 Variabel Y 0,468 0,300 Valid 0,866 0,700 Reliabel P39 0,843 0,300 Valid P40 0,866 0,300 Valid P41 0,475 0,300 Valid P42 0,662 0,300 Valid P43 0,828 0,300 Valid P44 0,849 0,300 Valid P45 0,784 0,300 Valid

(33)

1.9.4 Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang telah disusun secara tertulis sesuai dengan operasionalisasi variabel, dan merupakanalat untuk mendapatkan data primer dari penelitian. Peneliti menggunakan kuesioner. Pertanyaan dalam kuesioner ini dengan pertanyaan alternatif jawaban (tertutup).

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah mencari informasi-informasi dengan membaca literatur yang berkaitan dengan penelitian yang terjadi, khususnya komunikasi pemasaran mengenai brand image, keputusan pembelian konsumen serta faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian tersebut.

3. Wawancara

Wawancara, yaitu teknik komunikasi yang dilakukan secara langsung untuk memperoleh keterangan secara lisan dengan pihak yang terkait dan mendukung dalam penelitian. Wawancara yang dilakukan dengan tanya jawab langsung dengan sumber terkait yaitu perwakilan dosen Universitas Komputer Indonesia dan mahasiswa Universitas Komputer Indonesia angkatan 2010 dan 2011.

1.9.5 Skala dan Teknik Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

(34)

sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2006: 86). Dengan skala likert, variabel yang akan diukur pada penelitian ini dijabarkan menjadi indkator variabel, akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berpa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab responden (Riduwan dan Kuncoro, 2008:20).

Bentuk pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner yaitu bentuk pertanyaan yang merupakan kombinasi pilihan ganda yang berpedoman pada skala likert. Bentuk penilaian jawaban kuesioner menggunakan pembobotan dengan lima buah skala. Bobot dan kategori pengukuran atas tanggapan responden diuraikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 1.6 Bobot Penilaian

Nilai dan batas

penelitian dapat dilihat

dengan menghitungkan:

- Nilai terendah = 1, yaitu apabila jawaban responden ”Sangat Tidak Setuju” - Nilai tertinggi = 5, yaitu apabila jawaban responden ”Sangat Setuju”

Keterangan Penilaian

Sangat setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2

(35)

Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, data ordinal yang dikumpulkan melalui instrumen kuesioner ditransformasikan menjadi data interval. Tujuan transformasi ini adalah agar dapat mengoperasikan variabel secara sistematik sehingga data dari hasil pengukuran variabel dianalisis dengan metode statistik parametrik. Teknik transformasi yang paling sederhana adalah dengan menggunakan MSI (Method of Succesive Interval). Berikut langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval (Riduwan dan Kuncoro, 2008:30).

1. Pertama, perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan, setelah diisi dan ditabulasi kemudian diproses dengan mengelompokkan sesuai dengan alternatif jawaban dipadu dengan item pertanyaan.

2. Menentukan frekuensi, pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4, dan 5 yang disebut sebagai frekuensi.

3. Menentukan proporsi kumulatif, setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi.

4. Menentukan proporsi kumulatif, tentukan nilai proporsi kumulatif dengan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor.

5. Menentukan nilai z, dengan menggunakan tabel distribusi normal hitung nilai z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

6. Menentukan densitas, tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai zi

yang diperoleh dengan menggunakan koordinat kurve normal baku.

7. Menentukan skala value (skala nilai), tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus:

(36)

(Density at Lower Limit) - (Density at Upper Limit) (Area at Below Upper Limit) - (Area at Below Lower Limit) 8. Menentukan transformasi (skala akhir), tentukan nilai transformasi dengan

rumus:

Y = NS + [1+NsminI] 1.9.6 Teknik Analisis Data 1.9.6.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan memberikan deskripsi mengenai objek penelitian berdasarkan data dan variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti, dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 1997:126). Teknik ini memaparkan data yang merupakan jawaban responden atas sejumlah pertanyaan atau pernyataaan yang diajukan dalam persentasi dengan cara mentabulasikan lalu diinterpretasikan dengan kuesioner untuk mengetahui makna hasil penelitian.

Untuk mempermudah dalam menginterpretasikan data penelitian, peneliti membuat klasifikasi data penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi dalam interval yang sama. Data penelitian diklasifikasikan kedalam tiga kategori (tinggi, sedang, dan rendah). Pengkategorian responden ini menggunakan skor ideal sehingga nilai terbesar diperoleh dari: skor ideal terbesar (5) x jumlah pertanyaan. Sedangkan nilai terkecil diperoleh dari: skor terkecil (1) x jumlah pertanyaan. Kemudian dilanjutkan dengan penghitungan persentase menggunakan rumus: (Sudjana, 2001:47)

P = NS =

f

(37)

Keterangan: P = Persentase n = Jumlah f = Frekuensi

1.9.6.2 Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial dimaksudkan untuk mengambil kesimpulan dengan pengujian hipotesis (Azwar, 1998:132). Data dari kuesioner yang berupa data dengan skala ordinal terlebih dahulu ditransformasi menjadi data dengan skala interval. Untuk menghitung derajat hubungan antar variabel-variabel digunakan analisis korelasional. Melalui analisis statistik inferensial, hubungan antar variabel akan dicari koefisien korelasinya dan diujihipotesiskan kerjanya. Cara penghitungan dengan menggunakan:

a. Korelasi Pearson

Teknik analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah koefisien korelasi pearson (product moment coefficient of correlations). Ini adalah ukuran asosiasi yang menuntut kedua variabel diukur sekurang-kurangnya data skala interval. Apabila antara dua buah variabel x dan y yang masing-masing mempunyai skala pengukuran sekurang-kurangnya interval dan hubungannya merupakan hubungan linier,maka keeratan hubungan antara kedua variabel itu disebut korelasi pearson yang diberi symbol rxy untuk

(38)

Koefisen korelasi terletak antara -1 dan 1 atau -1 ≤ r ≤ 1, dimana:

 rxy ≤ 1, menunjukkan hubungan linier positif sempurna antara x dan y,

dalam arti makin besar harga x makin besar pula harga y, atau makin kecil harga x makin kecil pula harga y.

 rxy ≤ -1, menunjukkan hubungan linier negatif sempurna antara x dan y,

dalam arti makin besar harga x makin kecil harga y, atau makin kecil harga x makin besar harga y.

 rxy < 0, menunjukkan tidak ada hubungan linier antara x dan y.

Kemudian untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, maka tingkat keeratan korelasinya dapat diukur dengan menggunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi berdasarkan Guilford’s Empirical rule, yang merupakan ukuran penentuan keeratan hubungan untuk korelasi r pearson.

Tabel 1.7 Guilford’s Empirical rule

Besarnya nilai r Kategori Hubungan < 0,20 Rendah sekali, lemah

(39)

(Rakhmat, 1999:29)

b. Pengujian Koefisien Korelasi Korelasi Pearson

Kriteria uji: terima Ho jika –ttab < thit < ttab

c. Koefisien Determinasi

Besarnya kontribusi variabel x dan variabel y diperoleh dengan menghitung koefisien determinasi yang merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (r2). Setelah diperoleh nilai koefisien korelasi, langkah selanjutnya mencari koefisien determinasi (KD), yaitu dengan rumus:

Pengujian signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna generalisasi dari hubungan variabel X terhadap variabel Y, maka hasil korelasi PPM tersebut diuji dengan uji signifikansi sebagai berikut.

>0,40-0,70 Sedang, cukup berarti >0,70-0,90 Tinggi, kuat

>0,90 Sangat tinggi, sangat kuat, dapat diandalkan

(40)

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y Hi: Ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabe Y

2. Dasar pengambilan keputusan

 Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau 0,05 ≤ sig, maka Ho diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.

 Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar sama dengan nilai probabilitas sig atau 0,05 ≥ sig, maka Hi diterima dan Ho ditolak. Artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.

1.9.7 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.9.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati Ukur No. 112-114-116 Bandung 40132, Jawa Barat.

1.9.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama empat bulan, yakni dari Maret hingga Juni 2012. Penelitian dimulai dengan melakukan pra riset pada bulan Maret-April 2012 untuk mengumpulkan data-data awal yang diperlukan.

Gambar

Tabel 1.6  Bobot Penilaian

Referensi

Dokumen terkait

The LS can motivate to increase professionalism of he biology teachers, The LS can obtain the evaluation of students above kkm school, so suitable to be a model to

Pada hemat saya teori Charles Taylor tentang politik pengakuan dan multikulturalisme bisa mendorong Indonesia menjadi komunitas yang bermakna. Di dalam komunitas yang bermakna

factor-I IGF-I that collectively restrain estrogen production by dominant follicles. Up-regulation of LH pulses and peripheral IGF-I in association with the NEBAL nadir

Untuk indikator informasi bermanfaat untuk pengguna setelah dilakukan tahap perhitungan statistik deskriptif secara aspek performence didapatkan hasil bahwa

Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi melaksanakan diet pada pasien diabetes mellitus rawat jalan di RSUD Dr.. Bagi RSUD

Menang ]K, Ludfi serang club, seandainya Tommy tidak ruff dengan [K kontrak akan gugur karena Imam akan ruff dengan [J kemudian beralih ke diamond dimana Ludfi

Berdasarkan ha- sil penelitian, hanya sebagian kecil informan (yaitu pada kelompok pemirsa iklan televisi status ekonomi atas) yang memahami maksud pesan iklan dan

Keskityin siksi tutkimaan sitä, millaisena instituutiona homo- ja bi-miehet kokivat Puolustusvoimat, millaisia seksuaalisen suuntautumisen ilmaisun ja salaamisen kokemuksia homo-