PROFIL HUBUNGAN INTERPERSONAL REMAJA
DALAM MENGIKUTI LAYANAN KONSELING KELOMPOK
DI PANTI ASUHAN AL-IHSAN PADANG
JURNAL
ANGGI FADILAH
NPM: 12060218
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
2016
Profil Hubungan Interpersonal Remaja dalam Mengikuti Layanan Konseling Kelompok di Panti Asuhan Al-Ihsan Padang
Oleh: Anggi Fadilah*
Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons.** Rici Kardo, M.Pd.**
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT
This research is motivated by interpersonal relationships adolescent orphanage that has the problem, therefore, be given counseling group to see:1)Interpersonal relationships profile of adolescent parlor in following counseling services group, 2)Interpersonal relationship negative profile of teenager parlor in following counseling services group.This research was conducted using qualitative approach refer to the PenelitianTindakanBimbingandanKonseling(PTBK). Subjects in this study were all teenagers at Al-Ihsan Orphanage Padang totaling 10 people. The instrument used in this research is interview guidance. The data were analyzed by three stages which is data reduction, data presentation and conclusion.The results of the study revealed that:1)Interpersonal relationships positive profile of adolescents parlors in following counseling service groups, members of the group demonstrated a positive attitude, such as being honest, and respectful when othergroup members were expressing their opinions, 2)Interpersonal relationships negativeprofile of adolescents parlors in following service counseling group that is group members tend to be indifferent to the issues discussed and thought of himself more than a common interest, but it may decrease as service activity end. This research recommend to the board of Al-Ihsan Orphanage for more attention to adolescent interpersonal relationships and support their social activities.
Keywords: Interpersonal Relationship, Group Counseling, Adult.
Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Dalam proses yang dilakukan antar individu, akan tercipta kelompok atau komunitas tertentu. Ada kebiasaan bahwa orang berkumpul dalam suatu kelompok karena mempunyai kepentingan yang sama. Menurut Clure (Kurnanto, 2013:1) “Melalui kelompok, individu mencapai tujuannya dan berhubungan dengan yang lainnya dengan cara yang inovatif dan produktif”. Terkait dengan hal tersebut, maka dibutuhkan hubungan interpersonal yang baik agar mereka dapat diterima di lingkungan mereka berada. Menurut Dian & Sri (2012:2) hubungan interpersonal adalah bagaimana individu berinteraksi dan berkomunikasi antara dua orang atau lebih dan dalam kegiatan itu terjadi suatu proses psikologis yang bisa merubah sikap, pendapat, atau
perilaku orang yang sedang melakukan interaksi tersebut.
Selanjutnya, menurut Deddy (2005:31) “Hubungan interpersonal bisa terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang jelas, dan hubungan interpersonal yang baik dapat tercipta apabila ada komunikasi yang baik”.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan individu untuk melakukan hubungan interpersonal ditentukan oleh kemampuan individu untuk bisa mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin disampaikannya, menciptakan kesan yang diinginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai kehendaknya. Hubungan interpersonal yang baik bisa tercipta apabila ada komunikasi yang baik, maka dari itu diperlukan sikap terbuka dan menggantikan sikap dogmatis. sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya sikap
saling memahami, menghargai dan saling mengembangkan kualitas.
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk membantu menumbuhkembangkan hubungan interpersonal yang baik pada remaja panti, dapat dilakukan melalui layanan konseling kelompok. Menurut Mamat (2011:105) “Konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya”. Selanjutnya, menurut Prayitno (2012:149) konseling kelompok adalah kegiatan membahas masalah pribadi yang dibahas dalam suasana dinamika kelompok.
Sementara itu, menurut Gazda (Kurnanto, 2013:8) konseling kelompok merupakan suatu proses interpersonal yang dinamis yang memusatkan pada usaha dalam berfikir dan tingkah laku-tingkah laku, serta melibatkan pada fungsi-fungsi terapi yang dimungkinkan, serta berorientasi pada kenyataan-kenyataan, membersihkan jiwa, saling percaya mempercayai, pemeliharaan, pengertian, penerimaan dan bantuan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok adalah suatu proses interpersonal untuk mengentaskan permasalahan yang dialami individu yang dibahas dalam suasana dinamika kelompok.
Layanan konseling kelompok dipandang tepat untuk memahami hubungan interpersonal. Selain untuk mengentaskan permasalahan yang dialami, layanan konseling kelompok juga berfungsi sebagai media dalam upaya membimbing individu yang memerlukan dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dengan adanya layanan konseling kelompok, remaja panti dapat saling berinteraksi antar anggota kelompok dengan berbagai pengalaman, pengetahuan, gagasan atau ide-ide dan diharapkan dapat memberikan pemahaman siswa mengenai hubungan interpersonal. Selain untuk membantu memecahkan permasalahan secara bersama, dalam kegiatan konseling kelompok ini mereka juga bisa berlatih mengenai cara meningkatkan hubungan interpersonal positif dengan orang lain. Mereka juga dapat melatih mengungkapkan maksud dan keinginan mereka, serta
memodifikasi tingkah laku sampai orang lain mempersepsikannya sebagaimana yang mereka maksud. Selain itu,melalui kegiatan layanan konseling kelompok, akan terjadi interaksi antar anggota kelompok dan akan timbul rasa saling percaya untuk mengungkapkan masalah. Dari hasil pembahasan kelompok itu maka anggota kelompok (remaja panti) dapat belajar dari pengalaman baru yang berupa penilaian ingatan dan pemahaman yang dialami. Saat kegiatan layanan
konseling kelompok ini dilaksanakan, akan terjadi suatu hubungan interpersonal antara pemimpin kelompok dan antara anggota kelompok melalui komunikasi sehingga akan tercipta suatu pemahaman malalui diskusi dan tanya jawab antara anggota kelompok mengenai masalah yang sedang dibahas.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pengurus panti asuhan, diperoleh informasi bahwa remaja yang tinggal di Panti Asuhan Al-Ihsan Padang adalah remaja yang sudah tidak mempunyai orang tua, baik ayah, ibu ataupun keduanya, serta remaja yang berlatar belakang ekonomi lemah. Remaja tersebut berjumlah 11 orang. Ada sebanyak 4 remaja yang duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP), 6 remaja yang duduk di Sekolah Menengah (SMA), dan 1 lagi di Perguruan Tinggi.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada bulan Januari 2015 sampai bulan Desember 2015 dipanti tersebut, terlihat bahwa hubungan interpersonal remaja panti kurang baik, kurang akrab antara satu dengan yang lain, kurang bersikap terbuka, cenderung bersifat individu, memikirkan diri sendiri, kurang mempunyai rasa empati, memiliki rasa minder terhadap latar kehidupan mereka dan bahkan terisolir, kebanyakan hanya memiliki beberapa teman dekat saja, dan selisihpaham yang berujung pada perlawanan. Hasil observasi tersebut serupa dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan pengasuh panti pada bulan Desember 2015, bahwa banyaknya remaja panti yang mengalami masalah, salah satunya tentang kondisi remaja panti yang sering mengalami selisih paham dan terkadang berakhir pada perlawanan, namun remaja panti kurang terbuka untuk menceritakan masalahnya kepada pihak panti.
Melihat dari kenyataan yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk mengungkap permasalahan yang ada, melalui suatu penelitian yang berjudul “Profil Hubungan Interpersonal Remaja Panti dalam Mengikuti Layanan Konseling Kelompok di Panti Asuhan Al Ihsan Padang”.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Adanya remaja panti asuhan yang kurang akrab antara satu dengan yang lain.
2. Adanya remaja panti asuhan yang kurang bersikap terbuka dan jarang menceritakan masalahnya dengan teman di panti ataupun pihak panti.
3. Adanya remaja panti asuhan yang bersifat individual dalam pergaulan sehari-hari
4. Adanya remaja panti asuhan yang cenderung memikirkan diri sendiri. 5. Adanya remaja panti asuhan yang kurang
mempunyai rasa empati terhadap apa yang dialami oleh teman-temannya di panti.
6. Adanya remaja panti asuhan yang merasa minder dengan latar kehidupan mereka. 7. Adanya remaja panti yang terisolir. 8. Adanya remaja panti asuhan yang hanya
memiliki beberapa teman dekat saja dan kurang bisa berhubungan baik dengan teman-teman di panti.
9. Adanya perlawanan yang sering terjadi akibat kesalahpaman antar remaja panti asuhan.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka fokusmasalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Profil hubungan interpersonal positif remaja panti asuhan dalam mengikuti layanan konseling kelompok.
2. Profil hubungan interpersonal negatif remaja panti asuhan dalam mengikuti layanan konseling kelompok.
Berdasarkan rumusan masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana profil hubungan interpersonal remaja panti dalam mengikuti layanan konseling kelompok di Panti Asuhan Al-Ihsan Padang?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Profil hubungan interpersonal positif remaja panti asuhan dalam mengikuti layanan konseling kelompok.
2. Profil hubungan interpersonal negatif remaja panti asuhan dalam mengikuti layanan konseling kelompok.
Metode Penelitian
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang mengacu pada PTBK (Penelitian Tindakan Bimbingan dab Konseling). Menurut Arikunto (2010:16) penelitian ini ini dilakukan dalam beberapa siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Apabila indikator keberhasilan pada siklus 1 belum mencapai sasaran dan tujuan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II, fokus tindakannya adalah memperhatikan permasalahan yang muncul pada siklus I. Apabila kriteria keberhasilan pada siklus I mencapai sasaran, penelitian tetap dilanjutkan pada siklus II dengan permasalahan yang muncul dari anggota kelompok untuk melihat apakah kriteria keberhasilan yang dicapai lebih baik pada siklus II.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Tempat atau lokasi penelitian ini adalah di Panti Asuhan Al-Ihsan Padang. Peneliti memilih tempat ini sebagai lokasi penelitian karena hubungan interpersonal di panti ini kurang baik. Hal ini terlihat dari hubungan antar remaja panti yang kurang akrab, kurang bersikap terbuka, bersifat individual, memikirkan diri sendiri, kurang mempunyai rasa empati, minder dengan latar belakang kehidupan mereka, terisolir, hingga berujung pada perlawanan.
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja panti asuhan dengan usia antara 14-20 tahun yang berjumlah 10 orang. Peneliti menetapkan usia tersebut dalam memilih subjek penelitian karena anak pada usia tersebut sudah memiliki tingkat pemahaman yang cukup baik sehingga akan mendukung keberhasilan kegiatan layanan konseling kelompok.
Alat pengumpul data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini wawancara. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan subjek penelitian yang terbatas. Adapun teknik wawancara yang dapat digunakan dalam penelitian ini, yaitu wawancara tidak terstruktur. Menurut Iskandar (2009:132)
wawancara tidak terstruktur merupakan seorang peneliti bebas menentukan fokus masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir seperti dalam percakapan biasa, yaitu mengikut dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi responden.
Adapun langkah-langkah penyusun wawancara sebagai berikut:
1. Peneliti membaca berbagai sumber sebagai penguat kajian teori sehingga memudahkan peneliti dalam mengembangkan instrumen penelitian. 2. Penyusunan kisi-kisi wawancara, terlebih
dahulu ditetapkan fokus penelitian, kemudian menjadi sub fokus, setelah itu menjadi beberapa indikator. Kisi-kisi wawancara tersebut diturunkan menjadi butir-butir pernyataan untuk mengetahui bagaimana hubungan interpersonal remaja panti dalam mengikuti layanan konseling kelompok.
3. Untuk menguji validitas alat pengumpulan data atau instrumen, maka dilakukan judge oleh 3 orang Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat, yaitu: Bapak Suryadi, M.Pd, Bapak Ahmad Zaini, S.Ag, M.Pd, dan Ibu Septya Suarja, M/Pd. Berdasarkan hasil judge yang dilakukan oleh tiga orang dosen di atas, dapat diketahui bahwa dari 29 item pernyataan, semua pernyataan wawancara diterima, jadi jumlah item pernyataan yang digunakan pada wawancara sebanyak 29 item pernyataan. 4. Setelah dijudge, peneliti melakukan rekapitulasi untuk memastikan item yang terbuang dan item yang dipakai dalam penelitian. Kemudian hasil rekapitulasi tersebut, dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
Setelah melakukan pengumpulan data, seluruh data yang terkumpul kemudian diolah oleh peneliti. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan secara menyeluruh data yang didapat selama proses penelitian. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:246) mengungkapkan bahwa dalam mengolah data kualitatif dilakukan melalui: 1. Reduksi
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan penting kemudian dicari tema dan polanya. Pada
tahap ini peneliti memilah informasi mana yang relevan dan mana yang tidak relevan dengan penelitian.
2. Penyajian data
Setelah dilalukan direduksi data, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Data disajikan dalam bentuk tabel dan uraian penjelasan yang bersifat deskriptif.
3. Penarikan kesimpulan
Tahap akhir pengolahan data adalah penarikan kesimpulan. Setelah semua data tersaji permasalahan yang menjadi objek penelitian dapat dipahami dan kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian ini. Hasil dan Pembahasan
1. Profil Hubungan Interpersonal Positif a. Komunikasi yang baik antar anggota
kelompok dalam mengikuti layanan konseling kelompok
Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa komunikasi antar anggota kelompok dapat berjalan dengan baik apabila adanya sikap saling terbuka dan memahami antara satu dengan lainnya. Sikap tersebut dapat berupa saling memahami dan memiliki rasa empati terhadap permasalahan orang lain.
b. Anggota kelompok bersikap jujur dan saling menghargai dalam mengikuti layanan konseling kelompok
Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa anggota kelompok mampu bersikap dan berkata jujur dalam mengikuti kegiatan yang dilakukan. Anggota kelompok pada akhirnya dapat merasakan pentingnya sikap saling menghargai dalam mengikuti kegiatan ini melalui mendengar dengan penuh perhatian terhadap apa yang disampaikan oleh anggota kelompok yang dapat menimbulkan rasa empati terhadap permasalahan yang dibahas.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan pada tanggal 21 Mei sampai dengan tanggal 29 Mei 2016 di Panti
Al-Ihsan Padang dengan remaja panti yang dijadikan sebagai subjek penelitian tentang hubungan interpersonal remaja dalam mengikuti layanan konseling kelompok di Panti Asuhan Al-Ihsan Padang, dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan interpersonal remaja panti dalam mrngikuti layanan konseling kelompok sebagai berikut:
1. Profil Hubungan Interpersonal Positif a. Komunikasi yang baik antar anggota
dalam mengikuti layanan konseling kelompok, bahwa dalam mengikuti layanan ini anggota kelompok mampu memahami permasalahan yang dibahas dalam kelompok, dan meresponnya secara positif. Pendapat yang diberikan disampaikan dengan tutur kata yang baik dan sopan. b. Anggota kelompok bersikap jujur dan
saling menghargai dalam mengikuti layanan konseling kelompok. Hal-hal yang dibicarakan dalam layanan ini diungkapkan secara jujur. Anggota kelompok bersungguh-sungguh dalam mengentaskan permasalahan yang dibahas, dan ketika anggota lain sedang mengungkapkan pendapat terkait dengan masalah tersebut, maka anggota kelompok lain mampu mendengar dengan baik.
2. Hubungan Interpesonal Negatif
a. Anggota kelompok bersikap acuh tak acuh dalam mengikuti layanan konseling kelompok. Kurangnya perhatian anggota terhadap permasalahan yang dibahas. Meski demikian, hal tersebut dapat berkurang pada saat kegiatan layanan memasuki siklus 2.
b. Anggota kelompok lebih memikirkan dirinya sendiri dibandingkan kepentingan anggota kelompok. Selama mengikuti kegiatan layanan, anggota kelompok cenderung mempertahankan pendapatnya dan memotong pembicaraan anggota kelompok lain ketika sedang mengemukakan pendapat. Meski demikian, hal tersebut dapat dapat berkurang seiring kegiatan layanan berakhir.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut:
1. Anggota kelompok, diharapkan dapat lebih meningkatkan hubungan interpersonal positif yang sudah terjalin, dan mempertahankannya. Anggota kelompok juga diharapkan dapat lebih mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi. 2. Pengurus panti, diharapkan dapat lebih
memberikan stimulus-stimulus yang dapat meningkatkan hubungan interpersonal positif remaja panti. Pengurus perlu membekali remaja dengan kualitas-kualitas pribadi memungkinkan mereka menjadi pribadi yang lebih memahami dirinya dan orang lain, sehingga mereka dapat diterma di lingkungan sosial dimanapun mereka berada.
3. Tokoh masyarakat, diharapkan dapat membantu remaja dalam meningkatkan hubungan interpersonalnya, memberikan contoh interpersonal yang baik pada remaja dan mendukung kegiatan positifnya dalam lingkungan sosial. 4. Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat
melakukan penelitian lanjutan tentang profil hubungan interpersonal remaja dalam mengikuti layanan konseling kelompok
Kepustakaan
Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Iskandar. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan dan Sosial
(Kuantitatif dan Kualitatif).
Jakarta: Gaung Persada Press. Kurnanto, Edi. 2013. Konseling Kelompok.
Bandung: Alfabeta.
Mulyana, Deddy. 2005. Human Communication (Prinsip-Primsip
Dasar). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: UNP Press.
Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar Pengembangan
Profesi Konselor. Jakarta:
Rajawali Pers.
Wisnuwardhani, Dian & Mashoedi, Sri Fatmawati. 2012. Hubungan
Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika.