• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi telah mendorong adanya perubahan segala aspek kehidupan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi telah mendorong adanya perubahan segala aspek kehidupan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi telah mendorong adanya perubahan segala aspek kehidupan masyarakat. Salah satu perubahan yang terjadi adalah kecenderungan adanya tuntutan hampir semua jenis pekerjaan untuk bisa mengoptimalkan output yang dicapai. Dalam setiap lini organisasi maupun perusahaan swasta diharapkan bisa memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pelayanan yang dibutuhkan. Untuk menciptakan produktivitas kerja yang tinggi maka diharapkan para karyawan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia salah satu cara yang dilakukan oleh organisasi atau perusahaan adalah dengan memberikan penghargaan pada karyawan atau sejenisnya, yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi karyawan untuk bisa meningkatkan produktivitas kerjanya. Penghargaan tidak hanya berupa materiil saja tapi juga non materiil, seperti lingkungan kerja yang mendukung dan seorang pimpinan yang dapat memotivasi karyawan tersebut untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan yang diharapkan (Winarno, 2012).

Kinerja karyawan yayasan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dalam implementasinya di lapangan. Kinerja merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang ditetapkan (Dessler dalam Dewanggi, 2014). Setiap organisasi akan berusaha meningkatkan kinerja karyawan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Di yayasan panti asuhan katolik berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan, di antaranya melalui kepemimpinan dan lingkungan kerja yang sesuai dengan harapan karyawan.

(2)

Keberhasilan organisasi atau perusahaan tidak lepas dari seorang pemimpin yang mempunyai kecakapan dan kemampuan untuk mempengaruhi, mengajak, mengumpulkan dan mengarahkan orang lain untuk menangani masalah yang ada. Menurut Fleishman kepemimpinan diartikan suatu usaha mempengaruhi orang antar perseorangan (interpersonal) lewat proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan (Gibson, Ivancevich & Donnely, 1987). Kompetensi komunikasi yang baik menjadi modal bagi pemimpin untuk dapat mengatasi berbagai persoalan dan permasalahan yang muncul dalam organisasi.

Pemimpin adalah orang yang mampu membina orang lain untuk membentuk suatu kesatuan kerja dan bersama-sama mereka untuk bekerja, bahkan kadang-kadang mereka rela berkorban demi suksesnya pekerjaan tersebut. Mereka inilah yang disebut sebagai “pemimpin”, seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak hanya memberikan perintah saja, namun juga dapat memberikan contoh bagaimana melakukan pekerjaan tersebut (Winarno, 2012).

Gaya kepemimpinan yang demikian secara otomatis akan menimbulkan motivasi kerja bagi anak buahnya. Pemimpin yang mempunyai jiwa yang bijaksana dan tidak hanya memberikan perintah saja, tetapi juga memperhatikan usulan dari karyawan bawahannya, dapat menumbuhkan motivasi, budaya kerja, sikap disiplin pada karyawan dalam melaksanakan tugas hariannya. Pemimpin yang bisa menjadi teladan terhadap karyawan, sebenarnya akan memotivasi untuk bekerja dengan baik dan bersedia belajar secara terus menerus, serta pemimpin yang mampu bergaul akrab dengan bawahan tanpa membeda-bedakan sesungguhnya dapat menimbulkan motivasi kerja yang tinggi juga bagi anak buahnya (Winarno, 2012).

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu

(3)

perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang memberikan perhatian bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja karyawan (Winarno, 2012).

Yayasan Panti Asuhan Katolik berdiri pada tahun 1809 di Gedangan Semarang, dengan tujuan menyelenggarakan Panti Asuhan untuk anak Indonesia. Pada tanggal 21 Juni 1911, Kongregasi Bruder Aloysius mengambil alih dari suster-suster Fransiskanes bagian putra dan kemudian pada tahun berikutnya pengurus yayasan mengambil keputusan untuk membangun rumah khusus putra. Tanah yang dibeli saat itu boleh dikatakan terletak diluar kota, yaitu di daerah candi dan akhirnya pada tahun 1915 pembangunan dapat diselesaikan. Pada masa Perang Dunia ke II, para penghuni diungsikan dari kompleks ini karena dipergunakan sebagai kamp untuk tahanan oleh tentara Jepang, namun setelah negara Indonesia merdeka, makin lama jumlah penghuni semakin berkurang, sedangkan jumlah penduduk di sekitar wilayah Candi, Semarang semakin berkembang, akhirnya sekolah ini dibuka untuk masyarakat umum, tidak hanya diperuntukkan bagi para penghuni saja.

Semakin berkembangnya wilayah kota Semarang dan kebutuhan akan pendidikan semakin banyak, maka karya Yayasan PAK semakin diperluas hingga saat ini, yaitu: TK Miryam, SD St. Aloysius. SMP Yoannes XXII, SMA Sint Louis, STM IPT Karang Panas, Poliklinik Sugiyopranoto, Rumah Retret „PANTI SAMADI NASARET‟. Melihat semakin luas pelayanan pendidikan, kesehatan maupun pelayanan rohani yang diberikan, maka sangat dibutuhkan karyawan yang memiliki semangat kerja yang tinggi dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya.

Semangat kerja menurut Hasley dalam Nurhayati & Hastjarjo (2011) dapat diukur melalui presensi pegawai di tempat kerja, tanggung jawabnya terhadap pekerjaan, disiplin

(4)

kerja, kerja sama dengan pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta tingkat produktivitas kerja. Indikator yang menunjukkan kurangnya semangat kerja karyawan antara lain tingkat kedisiplinan karyawan, belum optimalnya kedisiplinan karyawan yayasan yang ditunjukkan dengan tingginya kemangkiran selama 6 (enam) bulan. Menurut Kossen (1993) semangat kerja yang rendah adalah adanya kemangkiran, keterlambatan, pergantian yang tinggi, mogok dan sabotase serta ketiadaan kebanggaan dalam bekerja.

Angka kemangkiran atau ijin selama 6 (enam) bulan di Yayasan Panti Asuhan Katolik adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 : Angka Kemangkiran Kerja Karyawan Yayasan Panti Asuhan Katolik Semarang Bulan % Ijin/Kemangkiran Agust-15 72,3 Sep-15 61,7 Okt-15 76,0 Nov-15 76,4 Des-15 74,2 Jan-16 76,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Pada Tabel 1.1 menunjukkan ketidakefisienan dalam melaksanakan pekerjaan yang terlihat pada tingginya angka kemangkiran atau ijin selama 6 (enam) bulan, karena dari pihak manajemen memaksimalkan waktu untuk mangkir sebesar 0,01%. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan dari data absensi karyawan, adanya waktu menganggur dan mangkir selama jam kerja dilakukan oleh hampir semua karyawan yayasan Panti Asuhan Katolik. Data dalam Tabel 1.1 telah menunjukkan kurangnya semangat kerja karyawan karena kurangnya perhatian pemimpin yang akhirnya berdampak pada penurunan kinerja karyawan.

Untuk lingkungan kerja di yayasan masih kurang kondusif, masih terlihat banyak karyawan yang belum maksimal dalam melakukan pekerjaannya. Hal tersebut dapat

(5)

mempengaruhi karyawan lainnya menjadi tidak bersemangat untuk bekerja dan menjadi bermalas-malasan. Ini juga dipengaruhi dari faktor lingkungan fisik, terlihat bahwa penerangan di dalam ruang kerja masih kurang sehingga suasana terlihat suram. Karyawan yang malas mengerjakan tugasnya, akan cenderung menunda pekerjaan dan akhirnya tidak mendapatkan hasil kerja yang memuaskan. Kinerja akan menurun dan akhirnya tujuan organisasi tidak akan tercapai secara maksimal.

Semangat kerja pada karyawan yayasan menjadi lebih baik, apabila seorang pemimpin lebih tegas dalam memimpin dan memperhatikan bagaimana seorang karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya setiap hari. Lingkungan kerja juga menjadi faktor mengapa karyawan menjadi sering mangkir tidak bersemangat untuk rajin masuk, karena lingkungan pekerjaan di yayasan tidak mendukung karyawan yayasan untuk segera menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepada mereka. Gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja mendorong timbulnya semangat untuk dapat berkinerja lebih baik seperti yang diharapkan oleh yayasan panti asuhan katolik. Semangat kerja merupakan faktor penting untuk dapat meningkatkan kinerja, dan untuk dapat memunculkan semangat karyawan yayasan dalam bekerja, bagaimana seorang pemimpin dan sarana prasana apa yang disediakan oleh yayasan menjadi pendorong untuk dapat memunculkan semangat bekerja karyawan yayasan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk lebih mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan lingkungan kerja terhadap kinerja dengan mediasi semangat kerja, maka diadakan penelitian dengan judul : “PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN LINGKUNGAN KERJA PADA KINERJA KARYAWAN DENGAN SEMANGAT KERJA SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (Studi Pada Karyawan Yayasan Panti Asuhan Katolik Semarang).

Penelitian ini merupakan penelitian berdasarkan fenomena yang terjadi di Yayasan Panti Asuhan Katolik, dengan mengambil sumber dari berbagai penelitian. Seperti penelitian

(6)

yang dilakukan oleh Winarno (2012) menunjukkan adanya hubungan antara lingkungan kerja dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, variabel motivasi kerja secara linier sederhana berpengaruh terhadap kinerja karyawan di Perguruan Tinggi STIMART-AMNI Semarang. Penelitian dari Hayu et al. (2015) menunjukkan bahwa variabel kompensasi, motivasi, dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan secara langsung terhadap kinerja karyawan dan variabel kompensasi, motivasi, dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap kinerja dengan mediasi semangat kerja karyawan produksi non manajerial SKT di Perusahaan Rokok Gagak Hitam, penelitian dari Suastika et al. (2012) menunjukkan adanya hubungan antara kompensasi, gaya kepemimpinan transformasional dan komunikasi terhadap kepuasan kerja dan semangat kerja PT. JAMSOSTEK (persero) Cabang Bali I.

Penelitian yang dilakukan oleh Triyana et al. (2014) yang menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional terhadap semangat kerja karyawan The Stones Legian Bali Hotel, kemudian penelitian Ananta (2008) yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara lingkungan kerja dengan semangat kerja pegawai di kantor Badan Pusat Statistik kota Surabaya. Penelitian dari Endiana et al. (2015) menunjukkan hasil kepemimpinan transformasional dan kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan Departemen Collection pada Perusahaan Finance di Bali, penelitian selanjutnya adalah dari Nurhendar (2008) yang menunjukkan hasil bahwa stres kerja tidak berpengaruh pada kinerja dan semangat kerja berpengaruh positif dan signfikan terhadap kinerja karyawan Bagian Produksi (studi kasus pada CV Aneka Ilmu Semarang).

(7)

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan, maka dalam hal ini penulis mencoba merumuskan permasalahan yang akan diteliti secara mendalam. Perumusan masalah ini adalah :

1. Apakah gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh pada semangat kerja karyawan?

2. Apakah lingkungan kerja berpengaruh pada semangat kerja karyawan?

3. Apakah gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh pada kinerja karyawan? 4. Apakah lingkungan kerja berpengaruh pada kinerja karyawan?

5. Apakah semangat kerja berpengaruh pada kinerja karyawan?

6. Apakah semangat kerja berperan sebagai mediasi pengaruh gaya kepemimpinan transformasional pada kinerja karyawan?

7. Apakah semangat kerja berperan sebagai mediasi pengaruh lingkungan kerja pada kinerja karyawan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan gaya kepemimpinan transformasional dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan Yayasan Panti Asuhan Katolik dengan semangat kerja sebagai variabel mediasi, sedangkan pada khususnya tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hal-hal sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh pada semangat kerja karyawan.

2. Untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris lingkungan kerja berpengaruh pada semangat kerja karyawan.

3. Untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh pada kinerja karyawan.

(8)

4. Untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris lingkungan kerja berpengaruh pada kinerja karyawan.

5. Untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris semangat kerja berpengaruh pada kinerja karyawan.

6. Untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris semangat kerja berperan sebagai mediasi gaya kepemimpinan transformasional pada kinerja karyawan.

7. Untuk mengetahui dan memberikan bukti empiris semangat kerja berperan sebagai mediasi lingkungan kerja pada kinerja karyawan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan dengan harapan bermanfaat sebagai berikut :

1. Dapat memperkaya studi mengenai manajemen, khususnya yang terkait dengan gaya kepemimpinan transformasional, lingkungan kerja, kinerja dan semangat kerja.

2. Dapat memberikan kontribusi pemikiran yang berarti terhadap Yayasan Panti Asuhan Khatolik, dalam pengambilan kebijakan baik sekarang maupun yang akan datang dalam rangka peningkatan kinerja karyawan.

E. Orisinalitas Penelitian

Penelitian tentang Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja terhadap Semangat Kerja Karyawan telah penulis lakukan pada saat Strata-1 (S1) dengan obyek penelitian Sekretariat DPRD Surakarta Solo.

Jurnal yang menjadi dasar penulisan tesis adalah jurnal dari Hayu et al. (2015) yang mengambil judul “Pengaruh Kompensasi, Motivasi, dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Melalui Semangat Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Karyawan Produksi Non Manajerial Sigaret Kretek Tangan di Perusahaan Rokok Gagak Hitam Bondowoso)”, jurnal penelitian dari Winarno (2012) dengan judul “Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Dan Implikasinya Terhadap

(9)

Kinerja Karyawan Di Perguruan Tinggi Swasta STIMART-AMNI Semarang”, jurnal penelitian dari Suastika et al. (2012) dengan judul “Pengaruh Kompensasi, Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Komunikasi Terhadap Kepuasan Kerja Dan Semangat Kerja”, jurnal penelitian dari Triyana et al. (2014) dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional, Insentif Finansial dan Komitmen Organisasional Terhadap Semangat Kerja Karyawan The Stones Legian Bali Hotel”, jurnal penelitian dari Ananta (2008) dengan judul ”Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Semangat Kerja Pegawai Di Kantor Badan Pusat Statistik Kota Surabaya”, jurnal penelitian dari Endiana (2015) dengan judul ”Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Departemen Collection pada Perusahaan Finance di Bali”, dan jurnal penelitian dari Nurhendar (2007) dengan judul “Pengaruh Stres Kerja dan Semangat Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi Studi Kasus Pada CV Aneka Ilmu Semarang”.

Peneliti menambahkan variabel kinerja sebagai variabel dependen dan semangat kerja sebagai variabel mediasi karena ingin mengamati lebih lanjut apakah gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan swasta dengan semangat kerja karyawan sebagai variabel mediasi.

Gambar

Tabel 1.1 : Angka Kemangkiran Kerja Karyawan Yayasan Panti Asuhan Katolik  Semarang  Bulan  % Ijin/Kemangkiran  Agust-15  72,3  Sep-15  61,7  Okt-15  76,0  Nov-15  76,4  Des-15  74,2  Jan-16  76,0

Referensi

Dokumen terkait

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik

Dengan tanaman pokok yang terdiri dari jenis pohon buah-buahan, pohon kayu-kayuan, berbagai hasil komersil lainnya (getah, rotan, rempah-rempah), atau juga jenis pohon eksotik

Dalam penelitian ini dilakukan uji variable yang meliputi umur, jenis kelamin, profesi, tingkat Pendidikan, domisili, rata-penggunaan gadget dan atau media sosial (jam/hari), lama

Pada penjelasan di atas mengenai orang asing pertama yang berhasil menjadi juara divisi paling atas pada awal tahun 1970-an, diikuti oleh akebono yaitu orang

b) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien berisiko bunuh diri. 2) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri..

keseimbangan moneter di Indonesia, bank Islam juga dapat ikut berperan dengan melakukan investasi dalam pasar uang syariah dengan menggunakan instrumen pasar uang

Dari peristiwa pergantian status Provinsi Aceh sebagai Daerah Istimewa yang kemudian ditambah lagi dengan status Otonomi Khusus dan kemudian diganti lagi bahkan dicabut status

Lebih lanjut kajian ini juga memperhatikan sebaran situs arkeologi sebagai satu kesatuan dalam sebuah ruang (kawasan) yang memiliki hubungan satu sama lain yakni sebagai sebuah