BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses manajemen strategik sebuah perusahaan, berupa mata rantai yang diawali dari visi misi perusahaan, penyusunan strategi, implementasi, evaluasi maupun mereview perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitar dan membuat penyeusaian yang dianggap perlu adalah sebuah proses yang tidak pernah berakhir yang harus dijalani setiap perusahaan.
Itu pula yang juga seharusnya dilakukan oleh PT. Multi Bintang Indonesia (MBI) sekalipun posisinya sebagai industry leader bir di Indonesia. Keunggulan saat ini tidak boleh memabukkan perusahaan untuk berhenti dari proses manajemen strategik yang telah diuraikan di atas tadi. Apalagi industri yang MBI jalani adalah bir, industri dengan jumlah pemain yang sedikit dan permintaan pasar yang tidak berubah banyak dari waktu ke waktu, mendorong terciptanya persaingan yang keras dan lebih frontal
face to face. Kenaikan penjualan di perusahaan A, berarti ada porsi yang hilang bagi
perusahaan B. Ditambah kondisi eksternal perusahaan yang absurd di industri ini, seperti: larangan beriklan di televisi serta regulasi yang kerap menyulitkan perusahaan. Kemampuan untuk menyusun strategi secara tepat dengan menyadari keunggulan dan kelemahan perusahaan secara menyeluruh, peka akan peluang sekecil apapun, dan waspada terhadap ancaman yang ada adalah kunci perusahaan untuk memenangkan persaingan.
Thompson (2001, p4) mengungkapkan: “Excellent execution of an excellent
strategy is the most reliable recipe of organizational success”. Mayoritas dari penjualan
MBI yang dikontribusi oleh produk kemasan botol, menyebabkan aktivitas operasional perusahaan (khususnya produksi) lebih terfokus pada lini bottling. Hal ini seharusnya lekas disadari oleh perusahaan, karena cepat atau lambat canning juga akan menjadi bagian yang penting seperti halnya bottling sering perubahan di masyarakat. Peramalan permintaan produk serta perencanaan agregat yang memegang peran vital dari aktivitas produksi perlu segera mendapat perhatian, terlebih untuk mendukung rencana perusahaan nantinya untuk meluncurkan produk baru berupa kemasan kaleng dalam rangka memantapkan posisi mereka seturut dengan visi misi dari perusahaan.
1.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berada di industri dengan persaingan ketat seperti yang telah diuraikan di bagian atas tadi, menuntut perusahaan untuk mampu menyusun suatu strategi yang baik dan tepat. Strategi yang bersumber dari metode yang tepat. Metode yang tepat memerlukan
input yang baik serta menyeluruh, input yang berasal dari seluruh pihak atau divisi yang
terkait di dalamnya. Sehingga seluruh faktor yang berpengaruh terhadap strategi yang akan dijalankan perusahaan, sudah diketahui dan dapat diantisipasi lebih dahulu pada saat perumusannya. Hal inilah yang menjadi permasalahan di perusahaan, ketika keputusan untuk meluncurkan salah satu produk barunya, ternyata tidak diimbangi kesiapan faktor teknis dan operasional produksinya. Pada akhirnya menimbulkan banyak kendala dan hambatan, yang sebenarnya tidak perlu terjadi jika ketika perumusan strategi ini, bagian produksi lebih banyak dilibatkan dan memberi masukkan seputar
operasional produksi sebagai salah satu faktor yang berpengaruh dalam perumusan strategi perusahaan untuk meluncurkan produk baru.
Masih seputar produksi, fokus operasional perusahaan yang selama ini lebih fokus pada lini bottling ketimbang canning harus segera diperbaiki. Ke depannya, pola permintaan yang akan meningkat di lini canning sesuai perubahan selera konsumen yang diikuti oleh rencana perusahaan meluncurkan produk baru kemasan kaleng di business
level strategy membutuhkan perencanaan agregat yang baik sebagai elemen
pendukungnya di functional level strategy yang seturut dengan visi, misi serta objective perusahaan.
Dengan demikian perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menyusun dan menentukan business level strategy bagi MBI sesuai kondisi yang dihadapi saat ini sesuai dengan visi, misi, serta objective perusahaan?
2. Bagaimana pula menentukan perencanaan agregat yang terbaik di lini canning untuk mendukung business level strategy meluncurkan produk baru?
1.2 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup atau batasan masalahnya sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di Brewery Tangerang September 2007- November 2007 2. Metode yang dipakai dalam penyusunan dan penentuan strategi adalah
berdasarkan Strategy Development and Evaluation Matrix
3. Penentuan bobot untuk masing-masing faktor menggunakan AHP, melalui kuesioner yang terdiri dari dua responden expert. Masing-masing expert di bagian internal dan external dari perusahaan.
4. Metode peramalan yang digunakan adalah metode kuantitatif, yakni time series
analysis.
5. Parameter yang digunakan sebagai perbandingan antar metode peramalan adalah MAPE dan MAD.
6. Perencanaan agregat yang digunakan adalah berdasarkan pendekatan manajemen, dengan menggunakan alternatif strategi: Level strategy, Chase
strategy, Stable workforce-variable work hours.
7. Peramalan dan perencanaan agregat yang dilakukan berlangsung antara periode: September 2007 – Februari 2008.
1.4 Tujuan dan Manfaat
Adapun beberapa manfaat dan tujuan secara khusus dari penelitian dan pembuatan tugas akhir ini , yaitu :
1. Mengetahui internal factor (kekuatan dan kelemahan) serta external factor ( peluang dan ancaman) dari PT MBI di industri bir Indonesia.
2. Menentukan bobot pengaruh dari masing-masing faktor tersebut bagi perusahaan. 3. Menentukan businness level strategy yang harus dilakukan MBI sesuai dengan
kondisinya sebagai industry leader.
4. Menentukan metode peramalan yang tepat sesuai pola permintaan, untuk masing-masing produk.
5. Menentukan perencanaan agregat yang harus dilakukan oleh lini canning, sebagai bagian dari functional strategies untuk mendukung business strategy dari perusahaan secara menyeluruh.
Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini secara umum adalah : 1. Bagi perusahaan
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi PT. MBI, sebagai :
Masukan metode penyusunan strategi yang lebih melibatkan seluruh pihak yang terkait agar memperoleh input yang tepat.
Usulan metode peramalan permintaan untuk tiap jenis produk sesuai pola permintaannya
Usulan perencanaan agregat dalam rangka persiapan mendukung strategi perusahaan (business strategy) meluncurkan produk baru.
2. Bagi universitas
Penelitian ini dapat menambah daftar pustaka bagi Universitas Bina Nusantara, khususnya studi kasus seputar industri bir yang selama ini belum banyak tersedia.
3. Bagi penulis
Penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman dan pengetahuan serta wawasan berpikir penulis serta mencoba untuk mengaktualisasikan teori dan ilmu yang didapat selama perkuliahan dengan lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya.
1.5 Definisi Operasional 1.5.1 Sejarah Perusahaan
PT Multi Bintang Indonesia Tbk pertama kali berdiri di Medan pada tahun 1929 dengan nama NV Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen. Di tanggal 21 November
1931 brewery atau pabrik tempat pembuatan bir selesai didirikan di Surabaya dan mulai berproduksi. NV Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen kemudian berganti nama menjadi Heineken Nederlandsch Indische pada tahun 1936, dan berubah lagi menjadi PT Bir Bintang Indonesia pada tahun 1972.
Setahun kemudian atau pada tahun 1973 brewery Tangerang selesai didirikan dan mulai berproduksi.. Di tahun 1981 PT Bir Bintang Indonesia mengambil alih PT Brasserries de L’Indonesie yang ada di Medan. Dan pada tahun itu juga PT Bir Bintang Indonesia mengubah namanya menjadi PT Multi Bintang Tbk yang dikenal oleh masyarakat sampai sekarang ini. Tahun 1992 brewery yang ada di Medan ditutup. Dan tahun 1997 brewery yang ada di Surabaya juga ditutup seiring dengan telah rampungnya pembangunan brewery Sampang Agung, Mojokerto.
Saat ini MBI dengan dua fasilitas produksi yakni: brewery Tangerang dan
brewery Sampangagung, serta kantor penjualan dan pemasaran yang tersebar di seluruh
kota besar di Indonesia, dari Medan di Sumatera Utara hingga Jayapura di Papua dengan kantor pusat yang berlokasi di Jakarta merupkan market leader untuk bir di Indonesia dengan penguasaan pasar di atas 50%.
1.5.2 Visi,Misi, dan Objective Perusahaan
Adapun visi dari PT. Multi Bintang Indonesia adalah: ”Menjadi produsen minuman berkualitas kelas dunia yang berorientasi pada keunggulan mutu, efisiensi dan kepuasan pelanggan, intensif mengembangkan organisasinya dan kinerjanya untuk menjadi yang terbaik di katagori industri sejenis,”
Sedangkan misinya adalah sebagai berikut : 1. Kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction)
Secara konsisten dapat memenuhi kebutuhan pelanggan sehingga tidak terdapat complaint dari pelanggan.
2. Hemat biaya produksi (Cost Leadership)
Memproduksi bir (/hl) pada biaya terendah dengan produktifitas tertinggi. 3. Jaminan mutu (Quality Leadership)
Memproduksi bir berkualitas tinggi dengan metode yang paling efisien. 4. Kinerja dan kemauan bekerja yang tinggi (High Performance Learning
Organization).
Membuat lingkungan kerja yang fleksibel dan bermotivasi dimana karyawan mempunyai tingkat kemandirian dan mempunyai kemauan untuk berkembang melalui pelatihan-pelatihan.
5. Warganegara yang baik dan bertanggungjawab (Good Corporate Citizen) Sebagai perusahaan yang baik dengan mematuhi undang-undang yang berlaku serta terus-menerus mengembangkan kerjasama yang baik, secara internal dan eksternal. Mempunyai hubungan dan komunikasi yang jelas dan terbuka dengan para pemegang saham.
Objective perusahaan adalah sebagai berikut:
”Berkembang menjadi Beverage Company dengan posisi sebagai market leader di pasar bir, dan posisi leading di niche segment bagi pasar minuman non-alkohol”
1.5.3 Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah sesuatu yang sangat penting sebagai identitas suatu organisasi dalam menjalanan kegiatannya. Hal ini juga dimiliki PT. MBI khususnya di
fasilitas produksi (brewery) Tangerang tempat penulis melakukan penelitian. Budaya
Total Productive Management (TPM) terasa sangat kental di sana. TPM dengan
semangat utamanya zero losses spirit ini mulai diterapkan di brewery Tangerang sejak pertengahan 2005, meski pada awal penerapannya terdapat banyak kendala namun akhirnya TPM diakui oleh hampir seluruh karyawan sebagai suatu hal yang amat positif
A. Sejarah TPM
Pada tahun 1971 di Jepang untuk pertama kalinya TPM diperkenalkan. Konsep ini berdasarkan konsep PM (Preventive Maintenance) yang telah ada di Amerika Serikat sejak tahun 50-an. Saat itu kepanjangannya adalah Total Productive Maintenance atau bahasa Jepangnya adalah “Hozen” Namun secara tata bahasa “Hozen” atau maintenance dalam bahasa Jepang ini memiliki pengertian yang sebenarnya lebih luas ketimbang pengartian kata maintenance secara bahasa Inggris. Jika orang Eropa dan Amerika mengartikannya sebagai aktivitas yang berkaitan dalam hal memperbaiki atau membetulkan mesin dan alat-alat produks, berbeda halnya dengan orang Jepang yang mengartikannya sebagai filosofi untuk terus melakukan proses perbaikan secara sistematis dengan tujuan menghilangkan segala bentuk dari inefisiensi, kehilangan dan kerugian.
Sebelum menjadi istilah seperti yang dikenal sekarang ini, TPM memiliki fase sejarah yang cukup panjang. Berikut adalah fase perkembangan TPM :
- 1951 Preventive Maintenance (PM)
(Inspect, replace or repair on service intervals)
- 1957 Corrective Maintenance (CM)
- 1960 Maintenance Prevention (MP)
(Design of “maintenance free” equipment)
- 1980 Condition Based Maintenance (CBM)
(Monitoring and diagnostic based maintenance)
- Sekitar akhir 80-an. Total Productve Manufacturing
- Tahun 90-an hingga sekarang . Total Productive Management
Namun tidak sedikit pula literatur dan juga artikel ilmiah yang sampai sekarang masih menjabarkan TPM dengan aneka kepanjangan mulai dari Total Productive
Maintenance, Total Productive Manufacturing, Total Productive Management. Tetapi
terlepas dari hal tersebut, umumnya literatur tadi sudah memiliki kesamaan konsep pemahaman TPM yang sama, yakni berusaha meminimalkan pemborosan dan kerugian.
B. Karakteristik dan Parameter Penilaian TPM
TPM memiliki beberapa ciri khas atau karakteristik yang dapat dijabarkan menjadi beberapa poin sebagai berikut:
Membentuk kultur perusahaan sehingga dapat memaksimumkan efisiensi dari keseluruhan sistem produksi
Memantapkan sistem dari lantai produksi sehingga dapat mencegah kerugian dan mencapai target zero defect, zero accidents dan zero failures
Melibatkan seluruh departemen yang ada dalam perusahaan seperti : Sales,
Marketing, Design, Development Administration and Management.
Mencapai target Zero Loss melalui serangkaian aktivitas lintas departemen dan pembentukan tim.
Parameter penilaian kinerja TPM adalah KPI atau Key Performance Indicator. KPI bisa dianalogikan dengan buku rapor murid sekolah, di dalamnya terdapat variabel-variabel nilai yang menunjukkan kinerja dari Brewery Tangerang ini. Semakin rendah tingkat losses atau kerugian, maka indeks KPI nya akan semakin tinggi. Indeks KPI semakin tinggi, berarti kinerja perusahaan juga semakin baik.
C. Penerapan TPM
Penerapan TPM di PT Multi Bintang Indonesia, khususnya di Brewery Tangerang didasarkan pada kebijakan manjemen pusat Heineken di Belanda yang bekerja sama dengan EFESO suatu perusahaan konsultan manajemen ternama di Eropa. Konsep dasar Pillar
Dalam TPM dikenal istilah Pillar yang sangat sering digunakan. Seperti halnya pilar sebuah bangunan, Pillar di sini juga berfungsi untuk menyangga kinerja dari perusahaan. Masing-masing dipimpin oleh Pillar Leader, yang anggotanya bisa lintas departemen. Fungsi Pillar
Mendukung dan memantau penerapan konsep TPM dalam tiap departemen untuk mencapai kinerja terbaik
Cara Kerja Pillar
Membentuk tim-tim kerja kecil yang dipimpin oleh team leader (ditunjuk oleh Pillar
leader), baru setelah itu team leader memilih anggota tim yang anggotanya juga bisa
laporan tersebut biasanya dipasang di teamboard yang ada di lantai produksi. Sehingga setiap individu yang memerlukan informasi berkaitan dengan hasik kerja tim tersebut dapat mengaksesnya dengan cepat.
Hasil kerja dari tim-tim ini kemudian diperiksa lebih lanjut oleh Pillar dan hasil akhir dari keseluruhan laporan tim akan menjadi laporan kerja Pillar yang akan dipasan pada papan berukuran besar yang dinamakan TPM Board, sehingga segala data dan informasi lintas departemen maupun lintas Pillar akan dengan mudah diakses.
Cara Kerja Tim
Fungsi tim adalah perpanjangan tangan dari Pillar di lapangan, Setelah tim terbentuk kemudian mereka memperoleh pelatihan terlebih dahulu, yang modul dan jadwalnya disusun oleh ET Pillar. Kegunaan pelatihan ini adalah membekali tim dan anggotanya sesuai dengan tujuan dari pembentukan tim tersebut, Sehingga tim ini memiliki ketrampilan yang memadai ketika menjalankan misinya di lapangan.
Jenis-Jenis Pillar
Pada konsep TPM terdapat 8 Pillar namun pada penerapannya di MBI-TA hanya dijalankan 5 saja, dikarenakan proses implementasinya yang sulit, dan juga karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki.
Seperti halnya pilar sebuah bangunan, Pillar di TPM juga berfungsi untuk menyangga kinerja perusahaan. Adapun kelima Pillar tersebut adalah :
1. AM (Autonomous Management)
Dalam bahasa Jepang dikenal dengan (“Jishu-Hozen”) dipimpin oleh manajer departemen packaging. Tugas utama Pillar ini adalah menyusun program untuk
operator dalam melakukan perawatan secara mandiri dan berkala. Contoh: CILT
(cleaning, inspection, lubrication and tightening) Standards, identification of failures (tagging), restoration of basic conditions, elimination of sources of dirtiness, improvement of difficult access areas, etc.
2. ET(Education & Training)
Sangat identik dengan human resources department, dimana fokus utamanya adalah mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada, seperti: menyusun modul pelatihan, menyusun dan menjadwalkan pelatihan-pelatihan kepada seluruh staff untuk meningkatkan skill mereka, memberikan modul pelatihan, melakukan penilaian sebelum dan sesudah pelatihan untuk keperluan laporan perkembangan dan kenaikan grade tiap individu.
3. FI(Focus Improvement)
Dalam bahasa Jepang dikenal dengan (“Kobetsu-Kaizen”), memiliki semboyan “pemburu pemborosan” ini dipimpin langsung oleh brewery manager pemimpin tertinggi di brewery. Sesuai dengan namanya focus improvement, tim ini memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan sistem efisiensi yang ada, sehingga dapat meminimalkan input, dan memaksimalkan output yang dihasilkan dengan cara membentuk tim-tim kecil untuk mengeksekusi target-target yang diberikan. Kebetulan sewaktu kerja praktek pada Maret 2007, penulis ikut bergabung untuk persiapan audit
pillar inidi Pillar ini.
4. PM (Planned Maintenance)
Dipimpin oleh manajer departemen Engineering. Sesuai dengan namanya, maka fungsi dari Pillar ini adalah menjadwalkan periode perawatan mesin yang paling
optimal, merawat mesin dengan baik, agar jangan sampai kerusakan mesin terjadi, sehingga proses produksi pun terhamabat.
Contoh : Root Cause Failure Analysis (RCFA), spare parts management predictive
maintenance, etc.
5. QM(Quality Maintenance)
Dalam bahasa Jepang dikenal dengan (“Hinshitsu-Hozen”), Pillar ini dipimpin oleh Brewery Technology Controller fokus pada kegiatan mengontrol proses untuk mencapai target Zero Defect. Mulai dari kualitas bahan baku, botol dan kemasan kaleng, hingga pengontrolan dari tiap-tiap proses yang dilalui sebelum menjadi produk akhair yang jadi. Contoh aktivitasnya : pembuatan QA (Quality Assurance) Matrix, QM (Quality Maintenance) Matrix, SPC (Statistical Process Control).
(Sumber : Data Internal Modul TPM – PT. MBI)
Gambar 1.1 Ilustrasi Peran Pilar Dalam Konsep TPM
1.5.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Disusunnya Struktur Organisasi yang terdapat didalam PT. Multi Bintang Indonesia bertujuan agar terjalin suatu koordinasi yang baik dalam pelaksanaan tugas pada setiap bagian fungsional, sehingga setiap anggota organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Planned Maintenance (roots) Planned Maintenance (roots) Autonomous Maintenance (ground)
Initial Phase Control
(leaves) Quality Maintenance (insecticide) Quality Maintenance (insecticide) Focused Improvements (pruning) Focused Improvements (pruning)
Education & Training
(water)
Education & Training
(water) Profit Profit (fruits) (fruits) Profit Profit (fruits) (fruits) Profit Profit (fruits) (fruits) Do not step on the grass
Safety & Environment
(protection)
Do not step on the gDo not srasstep on the grass
Safety & Environment
Bagan Struktur Organisasi PT. MBI yang terlampir pada halaman lampiran menunjukan bahwa perusahaan ini memiliki struktur organisasi yang termasuk struktur organisasi fungsional, hal ini dikarenakan pengelompokkan pekerjaan berdasarkan fungsi yang dilakukannya. Tugas masing-masing jabatan pada struktur organisasi (job
description) dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. President Director.
Menentukan jalannya produksi, pemasaran dan manajemen perusahaan secara keseluruhan. Dalam menjalankan tugasnya, Presiden Direktur dibantu oleh Sekretaris, Direktur Keuangan, Direktur Teknikal, Direktur Penjualan, Direktur Pemasaran dan Direktur Personalia.
b Finance Director.
Membawahi langsung Finance & Accounting Manager, Tax Manager, Treasury Manager, Production Cost Controller, Commercial Cost Controller dan Information Comm.& Tech. Manager. Divisi Finance bertanggung jawab
terhadap urusan purchasing, accounting, pajak, cost produksi dan finance.
c. Technical Director
Bertanggung jawab terhadap urusan teknis dan produksi dalam pencapaian standart mutu produk akhir yang dikehendaki dan kualitas barang yang dikehendaki dalam proses dan produksi. Secara langsung membawahi langsung manager QA (Quality Assurance) dan Supply Chain Manager, Technical
Project Manager, Brewery Manager. Tugas masing-masing manager :
Manajer QA (Quality Assurance) bertanggung jawab terhadap jaminan mutu produk dan jasa melalui implementasi sistem mutu, penanganan
keluhan pelanggan dan evaluasinya, sanitasi dan penanganan hama dan pengerat.
Manajer Supply Chain bertanggung jawab terhadap jalur rantai distribusi dari pemasok sampai pada produksi. Pemilihan dan evaluasi sub kontraktor dan negosiasi harga.
Manajer Brewery yang bertugas mengawasi dan memimpin semua kegiatan di unit pabrik dan bertanggung jawab terhadap realisasi rencana pengolahan produk bir sampai kepada rencana pengemasan bir yang berkualitas dan memenuhi syarat mutu produk. Orang inilah yang menjadi pemimpin tertinggi dalam suatu fasilitas produksi atau
brewery.
d. Human Resources Director.
Membawahi langsung Compensation & Benefit Manager, Employee Relations Manager dan Learning & Development Manager. Bertanggung jawab terhadap
pengaturan dan pelaksanaan pelatihan (Training), kompensasi kepegawaian serta proses penerimaan karyawan.
e. Sales Director.
Membawahi langsung Sales Development Manager, Regional Sales Manager, Export & Sales Project Manager. Bertanggung jawab atas urusan penjualan
maupun ekspor & impor produk.
Membawahi langsung Group Band Manager, Commercial Excellence Manager dan Jr. Consumer Insight Officer. Bertanggung jawab terhadap perencanaan
pemasaran produk.
1.5.5 Bauran Produk
Ada begitu banyak jenis produk yang diproduksi khususnya di brewery Tangerang baik itu bir ataupun jenis minuman lainnya. Beberapa memang merupakan produk MBI sendiri, namun ada juga beberapa di antaranya yang merupakan lisensi merek perusahaan lain yang mengalihkan kegiatan produksinya ke MBI.
Berikut adalah jenis produk yang pernah diproduksi oleh namun sekarang sudah tidak lagi:
1. Tiger (license Asia Pasific Breweries(s))
Lisensi dari Heineken pusat yang diberikan kepada brewery tertentu yang berada di bawah naungannya
2. Bintang Gold (50th RI)
Kemasan khusus untuk menyambut ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-50.
3. Bintang Mild (light, unique taste, friendly)
Meniru konsep mild pada produk rokok namun konsep ini gagal. 4. Bintang Millennium (welcome millennium year)
Kemasan khusus untuk menyambut tahun 2000 5. Fit n’ Fun
Minuman malt berkabornasi,namun umur produk ini tidak lama di pasaran hanya sekitar 1,5 tahun karena dianggap tidak laku oleh manajemen.
6. Iceberg
Bir dengan spesifikasi hampir mirip dengan Bintang. Produk ini diekspor ke Thailand.
7. Ambassador
Merk ini juga hampir mirip karakteristik rasanya dengan Bintang, dibuat untuk keperluan ekspor ke Vietnam.
Sedangkan berikut adalah produk yang sampai saat ini masih diproduksi di
brewery Tangerang:
1. Bintang
Produk andalan MBI untuk kelas pilsner lokal. Tersedia dalam kemasan: Botol Bremer (620ml), Botol Pint (330ml), Kaleng (330 ml) dan Barel 30 L
2. Heineken
Produk premium untuk kelas pilsner. Merupakan produk andalan dari Heineken Group yang tersebar hampir di seluruh negara. Dibutuhkan standarisasi, peralatan dan persayaratan khusus untuk brewery agar dapat memproduksinya. Produk ini dikemas dalam Botol Quart(600 ml), Botol
Pint(330 ml) dan Kaleng (330 ml). 3. Guinness
Produk yang diproduksi atas lisesnsi dari GOL, merupakan produk untuk segmen stout atau bir hitam.
4. Bintang Zero
Produk dengan konsep minuman malt tanpa alkohol, ditujukan untuk orang yang suka akan cita rasa bir tetapi tidak menghendaki kandungan alcohol di dalamnya. Dikemas dalam kemasan botol(200ml) dan kaleng(330 ml)
5. Green Sand
Produk minuman ringan berkarbonasi dengan rasa ekstrak apel, nanas dan persik. Dikemas dalam: Botol (330ml),Kaleng (330 ml) dan yang terakhir adalah slim can (250 ml)
1.5.6 Fasilitas Produksi
PT MBI mempunyai dua fasilitas produksi atau brewery, yakni : 1. Brewery Sampang Agung
Terletak di daerah Mojokerto, Jawa Timur. Fasilitas produksi ini umurnya relatif lebih muda dibanding brewery Tangerang. Fokus utama produksinya adalah memenuhi permintaan pasar akan Bir Bintang dalam kemasan botol 2. Brewery Tangerang
Berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 19, Tangerang. Bagian utara lokasi ini berbatasan dengan PT. Tatung Budi Indonesia, PT. Surya Budi Group, bagian selatan berbatasan dengan PT. PLI, dan pada bagian timurnya berbatasan dengan PT. Surya Budi Group sedangkan pada bagian Barat berbatasan dengan jalan raya Daan Mogot dan Kali Deres. Brewery – Tangerang mempunyai luas area ± 11 hektar dengan kapasitas ± 700.000 hl/year.
Kedua brewery ini memiliki struktur organisasi tersendiri, yang dipimpin oleh seorang Brewery Manager. Untuk struktur organisasi selengkapnya dapat dilihat di bagian Lampiran.
A. Tata Letak Pabrik
Berdasarkan layoutnya, brewery Tangerang dapat digolongkan sebagai tipe
product layout. Di mana pengaturan mesin, peralatan dan fasilitas produksi disusun
menurutan aliran proses yang akan dilakukan terhadap produk. B. Sistem Produksi
Menurut aliran operasi dan variasi produk seperti menurut(Arman Hakim, 2006, p233) maka brewery Tangerang dapat digolongkan sebagai continuous untuk kegiatan pemasakan bir (brewing) dan termasuk golongan flow shop terputus untuk kegiatan pengemasan (packaging)
1.5.7 Proses Produksi
Secara garis besar urutan proses produksi dapat dibagi menjadi 3 bagian utama, yakni: Brewhouse, Cellar dan Bottling Hall.
A. Brewhouse
Di tempat ini berlangsung yang namanya brewing, yakni proses pemasakan atau pembuatan adonan (wort) dari bahan baku berupa malt. Berikut adalah urutan tiap proses di Brewhouse:
1. Malt Silo
Tempat penyimpanan Malt, bahan baku utama pembuatan bir. Bentuknya berupa tabung, dengan bentuk kerucut di dasarnya. Dari Malt Silo, malt diangkut ke Mill melalui conveyor.
2. Mill
Di tempat ini Malt direndam dan digiling selama kurang lebih 1/2 jam. Kemudian dari sini dipindahkan ke Mash Tun.
3. Mash Tun
Di tempat ini, adonan dicampur dengan air panas dan diberi bahan tambahan CaCl2 membentuk bubur(mash). Proses ini berlangsung kira-kira 1 jam dan hasil prosesnya disebut wort. Dari tempat ini kemudian akan berlanjut ke Lauter Tun
4. Lauter Tun
Di Lauter Tun, wort yang masih bercampur dengan sekam dan padatan lain akan disaring atau dipisahkan antara ekstraknya dengan sekamnya. Proses yang memakan waktu kurang lebih 3 jam ini, akan memisahkan sekam (spent grain) yang kemudian diangkut ke tangki spent grain, untuk kemudian bisa dijual kembali sebagai makanan ternak. Sedangkan ekstrak utamanya (wort) akan dibawa ke Wort Copper.
5. Wort Copper
Di tempat ini Wort tadi akan dididihkan dengan tujuan menstabilkan bir sehingga dapat dipertahankan lebih lama (mengundurkan kadaluwarsa), serta menghilangkan aroma-aroma yang kurang menyenangkan yang terbentuk pada waktu proses pemasakan. Pada proses ini juga ditambahkan bunga hop, untuk memberikan rasa pahit yang khas bagi bir dan juga gula.
6. Whirlpool
Setelah semua proses di Wort Copper tadi yang kia-kira memakan waktu 1.5 jam itu selesai, wort kemudian dibawa ke whirlpool atau separation untuk didiamkan sebentar, dan dengan prinsip gaya sentripetal akan mampu mengendapkan beberapa komponen yang tidak dikehendaki (sering disebut sludge atau Lumpur) yakni protein yang menggumpal, selama kurang lebih 1 jam. Protein tadi akan dibuang ke tangki Spent
Grain untuk dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Di sinilah proses terakhir dari
B. Cellar
Di Cellar inilah, wort atau adonan yang telah jadi akan melalui serangkaian proses pendinginan dan fermentasi. Berikut adalah urutan tiap proses di Cellar:
1. Cooler
Disini wort akan didinginkan menjadi 7-10 C. Ini proses yang penting sebelum peragian, dimana sangat diperlukan suhu yang tepat(tidak boleh terlalu tinggi dan rendah ) agar peragian yang nantinya akan menghasilkan bir ini berjalan dengan kecepatan yang optimal. Proses pendinginan menggunakan pelat penukar panas (Plate Heat Exchanger). Setelah dingin wort akan diaerasi dengan udara untuk melarutkan O2 ke dalam wort agar ragi dapat berkembang biak.
2. Fermenter
Setelah wort didinginkan dan mencapai suhu yang ideal untuk dimulai proses peragian, maka work dibawa ke tangki fermentasi (fermenter), di tempat ini wort yang telah dingin tadi, diberi udara bersih(aerasi), baru kemudian ditambahkan yeast(ragi) untuk menjalankan proses fermentasi. Proses ini bisa berlangsung antara 2-3 minggu, tergantung dari jenis bir yang diproduksi.
Hasil dari tahap ini dinamakan young beer. Sudah menjadi bir, hanya warnanya masih keruh dan perlu disaring serta melalui proses stabilisasi. Umumnya pada proses ini young beer tetap didiamkan di tangki selama 1-2 hari
3. Gieselguhr, & Filtration (Beer Filter)
Seperti yang telah dipaparkan di poin 8 tadi, young beer belum sepenuhnya selesai dan perlu menjalani serangkaian proses yang intinya berupa penyaringan memisahkan bir dari padatan (ragi, protein dsb) untuk menghasilkan bir yang jernih.
4. Stabilization
Pada proses ini terjadi proses kimia dimana zat tannin yang terkandung dalam bir akan diikat oleh PVPP (Polyvinyl polypirolidone) agar bir menjadi stabil dan tidak mudah keruh.
5. Dilution & Carbonation
Dilution adalah proses pengenceran bir dengan air bebas udara untuk
memperoleh bir denan berat jenis dan kandungan ekstrak sesuai dengan persyaratan. Sedangkan karbonasi adalah proses melarutkan gas CO2 ke dalam bir untuk memberi efek rasa segar pada bird an sebagai pendorong pembentukan busa. Untuk produksi Bintang, dan Heineken proses pembentukan bir telah selesai sampai tahap ini, sedangkan untuk Guinness diberi tambahan GFE (Guinness Flavour Extract) untuk memberi warna dan cita rasa khas
6. Bright Beer Tank
Di tempat inilah bir yang telah jadi disimpan, sebelum nantinya dikemas oleh bagian packaging. Di brewery Tangerang dikenal istilah narik yakni bagian Packaging akan melakukan proses penarikan material atau bir yang telah jadi dan siap dikemas. Proses secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 1.2
C. Bottlling Hall
Setelah proses pembuatan bir selesai, maka proses selanjutnya adalah pengemasan yang dilakukan di Bottling Hall. Proses pengemasan atau packaging terdiri dari 3 lini yakni : Canning (pengemasan dalam kaleng), Bottling(pengemasan dalam botol) dan Racking (pengemasan dalam barel). Namun berkaitan dengan permasalahan
utama yang dibahas adalah di seputar canning, maka proses pengemasan yang dibatasi di bagian ini hanya di canning saja.
(Sumber : Data Internal Brewing House – PT. MBI)
Gambar 1.2 Proses Pengolahan Bir (Brewing Process)
1. Depalletiser
Pada bagian ini terjadi proses pemindahan empty can dari tempat penyimpanan untuk permulaan proses produksi. Susunan kaleng-kaleng kosong dalam palet ditransfer melalui conveyor can untuk diteruskan kedalam mesin pencucian.
2. Can Rinser
Pembersihan dilakukan terhadap kaleng-kaleng kosong tadi dengan penyemprotan air dengan suhu kira-kira 25 – 300 C..
3. Filler
Kaleng-kaleng yang telah dibersihkan akan masuk ke infeed Filler Machine yang memiliki 24 filling point untuk pengisian dengan inlet pressure ± 4-6 bar, dan filling
speed 24000 can/jam. Bir kemudian diisi ke kaleng dengan filler. Malt from Silo
CRUSHING MILL Grist GRIST BIN Water Hops or extracts Wort Spent grains for cattle feed
Yeast (Cattle feed and Marmite) Bright beer Yeast Brew BREWING COPPER MASH TUN WORT COPPER LAUTER OR FILTER TUN SEPARATION COOLING FERMENT-ATION STORAGE FILTRATION Carbon dioxide (soft drinks)
4. Seamer
Setelah diisi, kaleng akan masuk ke Seamer Machine (mesin penutup kaleng) yang mempunyai 6 seaming point untuk ditutup dengan lids-lids yang telah tersedia.
5. Pasteurizer
Kaleng yang telah diberi tutup tadi, kemudian dimasukan ke dalam mesin seperti oven dan dibasahi dengan air panas untuk membunuh kuman-kuman di sekitar kemasan kaleng. Proses ini kira-kira 45 menit lamanya.
6. Can Drier
Kaleng yang basah tadi kemudian dikeringkan dengan menggunakan blower . 7. Filtec
Proses berikutnya adalah kaleng-kaleng akan melewati sensor yang berfungsi untuk mengecek volume isi kaleng dan akan mereject kaleng bir yang underfilled (kurang dari kapasitas/ content volume yang telah ditentukan).
8. Inkjet Coding
Kaleng yang lolos kemudian akan diberi kode produksi dan kadaluwarsa dengan
Inkjet Coding
9. Wrap Around
Kaleng-kaleng akan melalui Counter Machine yang berfungsi untuk menghitung jumlah kaleng yang telah lulus produksi dan kemudian dikemas dalam bentuk dus yang berisi 24 kaleng tiap dusnya. Setelah dipacking, karton akan dikirim ke bagian sealing untuk dilem sisi bagian atas dan bawah dari karton dengan hot melt glue .
10. Weighing
Dus yang telah berisi kaleng-kaleng bir dan telah dikemas dengan baik tadi akan ditimbang. Hal ini dilakukan untuk memastikan memastikan bahwa berat bersih dari
kaleng dalam karton tidak kurang/lebih dari standar berat yang telah ditetapkan. Apabila ada karton yang direject, maka akan dilakukan inspeksi manual terhadap isi karton untuk kemudian dikemas ulang. Selanjutnya carton box siap untuk ditransfer menuju Full
Store.
(Sumber : Data Internal Bottling Hall – PT. MBI)
A company’s vision, objective, strategy and approach to implementation are never final; evaluating performance, reviewing change in the surrounding environment, and making adjustments are normal and necessary parts of the strategic management process.
1.3 The essence of good strategy making is to build a market position strong enough and organization capable enough to produce successful performance.
Excellent execution of an excellent strategy is the most reliable recipe of organizational success
Implementing and executing the strategy
Tugas dari manajemen adalah bagaimana mengembangkan apa yang dibutuhkan selanjutnya oleh organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. -Establishing strategy-supportive policies and operating procedures
Yang penting lainnya adalah mencocokkan antara strategi dan internal support system.
Strategy execution is fundamentally an action-oriented, make it happen procces. The key task are: policy making.