• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

i

STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN

MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH

SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam (KI)

Oleh:

AZIMATUL ULYA NIM 63311037

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv ABSTRAK

Azimatul Ulya (NIM: 63311037). Strategi Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik di SDI Hidayatullah Semarang. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam IAIN Walisongo Semarang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: rumusan masalah: 1) Bagaimana kondisi mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang?, 2) Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang?. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan dengan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini berupa teknik analisis deskriptif. Temuan penelitian ini yaitu meliputi: (1) kondisi mutu tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang berdasarkan dari kualifikasi akademik menunjukkan bahwa tahun 2009 terdapat 23 tenaga pedidik yang berstrata 1 dari jumlah keseluruhan yaitu 55 tenaga pendidik, sedangkan tahun 2010 menunjukkan peningkatan yaitu terdapat 35 tenaga pendidik yang berstrata 1 dari jumlah keseluruhan tenaga pendidik yaitu 61. Sedangkan dalam segi pembelajaran, tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang melaksanakan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya yaitu kompetensi pedagogik: menerapkan yang metode mengajar secara efektif, menata setting kelas sebelum pembelajaran dimulai, mengenali minat dan kemampuan siswa, dan mengevaluasi pembelajaran. Kompetensi profesional: mampu memahami materi pembelajaran secara luas sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Kompetensi kepribadian: mempunyai kepribadian yang arif, berwibawa, disiplin, dewasa dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial: bersosialisasi secara efektif terhadap peserta didik, sesama pendidik, orang tua wali maupun masyarakat sekitar. (2) Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang yaitu dengan pembinaan rutin dari kepala sekolah maupun yayasan, kerjasama dengan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) diantaranya: Sinergy Building, Quantum Learning, Quantum Teaching, Student Active Learning (SAL), Sertifikasi Ummi, Class Room Management, kerjasama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), pengalokasian anggaran, pemberian beasiswa, dan studi banding.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi para tenaga pendidik (guru) sebagai tenaga pengajar dan para mahasiswa, sekaligus semua pihak terutama dalam memberi dorongan akan pentingnya sebuah kesuksesan yang dilakukan oleh tenaga pendidik (guru) terhadap proses belajar mengajar sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

(5)

v

PERNYATAAN

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 8 Desember 2010

Deklarator,

Azimatul Ulya NIM. 063311037

(6)
(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan tidak mengurangi rasa syukurku kepada Allah SWT, Tuhan sumber segala esensi. Kupersembahkan totalitas usaha, karya dan buah pikiran skripsi ini untuk:

• Ayahanda dan Ibundaku tercinta, Bp. Abdul Zubair dan ibu Sulasih. Terima kasih atas segala pengorbanan dan kasih sayangnya serta untaian do’a yang tiada henti untuk keberhasilanku.

• Keluarga besarku, terima kasih atas do’a dan dukungannya.

• Gus Jali, terima kasih atas doa, dukungan dan fasilitasnya.

• Kawan-kawan kos D1, Ana, Fatmah, Nafis, Hidayah, Lisa, Fita, Farida, Dina, Ika, Ida, Ismi, Uun, Ayu, Leli, Rofah. Kenangan bersama kalian begitu indah dan takkan ku lupakan.

• Kawan-kawan seperjuangan dalam perjalanan panjang di Fakultas Tarbiyah KI 2006 dan kawan-kawan HMI, terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya dalam menempuh badai intelektualitas yang cukup menantang. Perjuangan kita tak pernah usai kawan...

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan yang mengajari kita ilmu dengan pena dan mengajari manusia atas apa-apa yang tidak diketahui. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita, manusia yang paling mulia, Nabi besar Muhammad SAW, berikut keluarga dan sahabat-sahabat beliau.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Sudja’i, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

2. Ismail SM, M. Ag selaku Ketua Jurusan dan Dr. Mustofa, M. Ag selaku Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam atas masukan dan semangatnya. 3. Fahrurrozi, M. Ag, selaku pembimbing 1 dan Drs. Wahyudi, M. Pd. selaku

pembimbing 2 yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Para Dosen dan Staf Pengajar serta pegawai di lingkungan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali penulis berbagai pengetahuan.

5. Kepala Sekolah SDI Hidayatullah Semarang, beserta semua Staf Pengajar dan Pegawai, terima kasih atas bantuan dan dukungan datanya selama penelitian. 6. Ayahanda Abdul Zubair dan Ibundaku tercinta Sulasih, terimakasih atas

segala pengorbanan dan kasih sayangnya serta untaian do’a yang tiada henti, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

7. Kawan-kawan KI 2006 terima kasih atas semangat dan kebersamaan yang sangat bermakna.

8. Semua pihak yang telah memberi dukungan baik moril maupun materiil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(9)

ix

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberi apa-apa yang berarti, hanya do’a semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik balasan serta selalu dalam lindungan-Nya.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam penyusunan kata, landasan teori, dan beberapa aspek inti didalamnya. Oleh karena itu, kritik saran yang konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya. Amin.

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Penegasan Istilah ... 7

C. Fokus Permasalahan... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Kajian Pustaka ... 9

F. Metode Penelitian ... 10

BAB II : LANDASAN TEORI A. Mutu Pendidikan... 18

B. Tenaga Pendidik ... 21

1. Mutu Tenaga Pendidik ………... ... 21

2. Standar Mutu Tenaga Pendidik………... .... 22

C. Manajemen Strategis ... 31

BAB III : STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG A. Gambaran Umum SDI Hidayatullah Semarang………….. . 40

(11)

xi

B. Kondisi mutu tenaga pendidik SDI Hidayatullah

Semarang ... 43 C. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga

pendidik di SDI Hidayatullah Semarang... 47

BAB IV : ANALISIS STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG

A. Analisis kondisi mutu tenaga pendidik di SDI

Hidayatullah Semarang. ... 55 B. Analisis strategi kepala sekolah dalam meningkatan mutu

tenaga pendidik di SDI Hidayatullah

Semarang………... 59 BAB V : PENUTUP A. Simpulan... 63 B. Saran... 65 C. Penutup... 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

xii DAFTAR LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara 2. Hasil Wawancara 3. Struktur Organisasi 4. Foto Kegiatan 5. Lain-lain

(13)

xiii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.1

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar dan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 mengamanatkan bahwa salah satu arah kebijakan pembangunan pendidikan adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia. GBHN 1999-2004 juga mengamanatkan agar pembangunan pendidikan diarahkan pula untuk mengembangkan kualitas sumberdaya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh.

1

Martinis Yamin, Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), Cet. 1, hlm. 26

(14)

xiv

Arah kebijakan peningkatan perluasan dan pemerataan pendidikan dilaksanakan melalui antara lain penyediaan fasilitas layanan pendidikan berupa pembangunan unit sekolah baru, penambahan ruang kelas dan penyediaan fasilitas pendukungnya, penyediaan berbagai pendidikan alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan perhatian khusus, serta penyediaan berbagai beasiswa dan bantuan dana operasional sekolah yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan melibatkan peran aktif masyarakat.

Upaya memperbaiki tingkat pendidikan penduduk telah dilakukan melalui Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun, selain itu, upaya peningkatan mutu tenaga pendidik (guru) juga diperhatikan. Karena pada dewasa ini masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan mutu tenaga pendidik. Ternyata mutu tenaga pendidik juga menjadi salah satu unsur yang menentukan munculnya generasi muda yang berprestasi. Dapat dikatakan tinggi rendahnya mutu sekolah juga dilihat dari tinggi rendahnya mutu tenaga pendidik (guru).2

Berdasarkan laporan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2006 menunjukkan bahwa guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV baru mencapai target 35,6 % saja. Jadi sebanyak 64,4 % guru belum memenuhi kualifikasi S1/D-IV. Pada tahun 2007, Depdiknas baru berhasil meningkatkan kualitas guru hingga S1/D-IV sebanyak 48,6% guru. Sedangkan tahun 2009 kualitas guru meningkat lagi sebanyak 62,1% guru.3

2

Muliani, “Pembangunan Pendidikan”,

http://www.scribd.com/doc/10857091/pembangunan-pendidikan (Download tanggal 23 Agustus

2010)

3

Baedhowi, “Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Peningkatan Profesionalisme Guru” http://Jurnal.Ump.Ac.Id/_Berkas/Jurnal/16.Pdf (Download tanggal 28 September 2010)

(15)

xv

Kualifikasi atau kualitas tenaga pendidik (guru) perlu ditingkatkan lagi, mengingat tenaga pendidik adalah salah satu komponen yang sangat penting yang ikut berperan dalam pembentukan sumber daya manusia dibidang pembangunan. Oleh karena itu, pendidik harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang. Artinya, bahwa setiap pendidik mempunyai tanggung jawab terhadap peserta didiknya pada suatu kedewasaan. Dalam rangka ini pendidik tidak hanya sebagai “transfer of knowledge” tetapi juga melakukan “transfer of values” dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan arahan dan menuntun siswa dalam belajar.4 Oleh sebab itu, tenaga pendidik yang kualifikasinya belum memenuhi standar harus ditingkatkan lagi atau harus berstrata 1 (S1).

Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan pendidik dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat pesat. Hal ini terbukti bahwa dalam proses pembelajaran yang diperankan oleh pendidik tidak dapat digantikan oleh teknologi. Fungsi mereka tidak akan bisa seluruhnya dihilangkan sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya.5

4

Baedhowi, Ibid., “Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Peningkatan Profesionalisme Guru”, http://Jurnal.Ump.Ac.Id/_Berkas/Jurnal/16.Pdf (Download tanggal 28 September 2010)

5

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen

(16)

xvi

Personalia pendidikan atau para pelaksana pendidikan merupakan personal yang perlu diperhatikan. Disamping ia merupakan salah satu sub sistem manajemen yang perlu mendapat perhatian yang sama dengan sub sistem manajemen yang lain, ia merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Orang-orang dalam organisasi pendidikan merupakan penentu keberhasilan atau kegagalan pendidikan. Sebab walau sumber yang lain lengkap, misalnya dana mencukupi, media lengkap, bahan pelajaran tersedia, sarana dan prasarana baik, lingkungan belajar kaya, tetapi pelaksana-pelaksana pendidikan tidak berkompetensi dan tidak berdedikasi belum tentu tujuan pendidikan akan tercapai. Tidak banyak siswa atau mahasiswa mampu belajar tanpa guru atau dosen.6

Sebaliknya bila personalia pendidikan terutama guru memiliki kompetensi dan dedikasi yang baik walaupun sumber-sumber pendidikan yang laen kurang lengkap atau beberapa dari padanya tidak tersedia, para pelaksana pendidikan akan tetap melaksanakan tugasnya. Dengan inisiatif dan kreatifitas mereka akan dapat membawa para siswa atau mahasiswa kedalam proses belajar yang relatif baik.7

Tenaga pendidik (guru) mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya dibidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermanfaat dan professional. Katanya, guru mempunyai titik tolak sentral dari peningkatan kualitas proses belajar mengajar. Tetapi, mengapa peningkatan guru tidak dilakukan secara sungguh-sungguh? Padahal, guru professional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang berkualitas dalam rangka mewujudkan manusia

6

Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hlm. 109

7

(17)

xvii

Indonesia yang cerdas dan kompetitif, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS). Dalam perwujudannya, tanggung jawab perlu ditekankan dan dikedepankan, karena pada saat ini banyak lulusan pendidikan yang cerdas dan trampil, tetapi tidak memiliki tanggung jawab dalam mengamalkan ilmu dan ketrampilan yang dimilikinya sehingga seringkali menimbulkan masalah bagi masarakat, menjadi beban masyarakat dan bangsa bahkan pesatuan dan kesatuan bangsa. Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya standar kompetensi dan sertifikasi tenaga pendidik (guru), agar nantinya memiliki tenaga pendidik (guru) professional yang memiliki standar dan lisensi yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan tenaga pendidik (guru) yang demikianlah, kita berharap dapat membangun kembali masyarakat dan bangsa yang sudah hampir porak-poranda.8

Kompetensi dan profesionalisme seorang tenaga pendidik (guru) sangat dituntut, karena perkembangan ilmu semakin pesat. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 42 ayat 1 yang berbunyi: “pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Pasal tersebut menggambarkan persyaratan kemampuan guru sebagai pendidik, sedangkan pasal 43 ayat 1 yang menjelaskan bahwa: “Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan”.9 Pasal

8

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 3, hlm. 5-6

9

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan Penjelasannya, (Yogjakarta: Media Wacana Press, 2003), Cet. 1, hlm. 30

(18)

xviii

inipun menggambarkan bahwa promosi seorang guru juga didasarkan pada kemampuannya atau kompetensinya.

Dengan melihat pentingnya guru bagi dunia pendidikan, maka kepala sekolah mempunyai peran sentral dalam mengelola personalia khususnya tenaga pendidik (guru) disekolah, sehingga sangat penting kepala sekolah untuk memahami dan menerapkan pengelolaan personalia dengan baik.

Beberapa prinsip dasar yang harus dipegang oleh kepala sekolah dalam menerapkan manajemen personalia yaitu:

1. Dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia (tenaga pendidik atau guru) adalah komponen paling berharga.

2. Sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tercapainya tujuan institusional.

3. Kultur dan suasana organisasi disekolah, serta perilaku manajerial kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah.

4. Manajemen personalia disekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga (guru, staf administrasi, siswa, orang tua siswa, dan yang terkait) dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.10

Dari beberapa prinsip diatas kepala sekolah dapat meningkatkan manajemen mutu bagi tenaga pendidik (guru) sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis membutuhkan suatu contoh lembaga yang dapat diamati, yakni SDI Hidayatullah Semarang.

SDI Hidayatullah adalah sebuah lembaga yang berada dibawah yayasan Abul Yatama yang berada dikota Semarang tepatnya di daerah

10

Mukhlas Samani, dkk., Panduan Manajemen Sekolah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2000), hlm. 77

(19)

xix

Banyumanik. Yayasan ini terdiri dari KBTK-IH, SD-IH, SMP-IH, dan SMA-IH yang mengembangkan pendidikannya dengan memadukan dzikir, fikir dan ikhtiar dengan tujuan akhir menyemai benih insan khoiru ummah. Selain itu, pendidikan yang diterapkan disini juga mengenalkan penerapan syariat Islam sejak dini, pengenalan teknologi dan pengetahuan praktis aplikatid dikehidupan sehari-hari.

Melalui konsep tersebut, kepala sekolah sangat memprioritaskan kompetensi tenaga pendidik (guru). Oleh karena itu, penulis akan fokus terhadap strategi peningkatan mutu tenaga pendidik yang dilakukan oleh kepala sekolah.

Alasan penulis memilih manajemen peningkatan mutu di SDI Hidayatullah Semarang karena siswa-siswi yang berada di SD tersebut sangat berprestasi. Terbukti dengan banyak diraihnya prestasi siswa dari berbagai bidang. Ini tidak lepas dari peran guru profesional yang berada di SDI Hidayatullah Semarang serta peran kepala sekolah yang selalu meningkatkan kompetensi para guru dalam mengembangkan potensi anak didiknya. Kaitannya dengan ini, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Strategi Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik di SDI Hidayatullah Semarang”.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran dan meluasnya permasalahan maka perlu kiranya penulis memberikan definisi yang lebih jelas.

1) Strategi

Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Secara umum srtategi adalah proses penentuan cara pemimpin

(20)

xx

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana tujuan tersebut dapat tercapai.11

2) Mutu

Konsep mutu baik menurut konsumen ataupun produsen adalah kepuasan. Barang atau jasa yang dikatakan bermutu adalah yang dapat memberikan kepuasan baik bagi pelanggan maupun produsennya.12 Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia mutu adalah baik buruk suatu kualitas.13

Secara luas mutu dapat diartikan sebagai agregat karakteristik dari produk atau jasa yang memuaskan kebutuhan konsumen atau pelanggan.14

3) Tenaga Pendidik

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 6 yang dimaksud tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikai sebagai guru, dosen, konselor, pamong pelajar, widayaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam dunia pendidikan.15

4) SDI Hidayatullah Semarang

11Ina,” Konsep Strategi”,

http://jurnal-sdm.bolgspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html,(Dowload tanggal 28 Desember 2010)

12

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op.Cit., hlm. 293

13

Suharso, Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2009), hlm. 331

14

Ridwan, “Kompetensi Guru”http://www.uns.ac.id/data/0023.pdf (Download tanggal 29 Maret 2010)

15

(21)

xxi

Yaitu salah satu sekolah yang bernaung dibawah yayasan Abul Yatama yang menjadi tempat atau lokasi penelitian.

C. Fokus Permasalahan

Berangkat dari latar belakang diatas, maka penulis dapat memberi batasan dan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang?

2. Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang.

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang.

E. Kajian Pustaka

Dalam telaah pustaka ini peneliti akan mendeskipsikan beberapa karya ilmiah yang mendukung penelitian ini.

Pertama, skripsi yang ditulis oleh saudari Jauhar Insiyya, alumnus Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Menulis

(22)

xxii

skripsinya dengan judul “Studi Tentang Peningkatan Mutu Profesi Guru PAI di MGMP PAI SMP Kabupaten Kendal Tahun 2004-2005”. Dalam skripsi ini menyimpulkan bahwa guru PAI yang tergabung dalam MGMP PAI setelah mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh MGMP PAI SMP Rayon Kendal para guru menjadi lebih maju, tambah wawasan, dan tambah kreatifitasnya.16

Kedua, skripsi saudari Nihayatus Sholikhah yang berjudul “Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pengaruhnya Terhadap Upaya Peningkatan Mutu Kompetensi Pedagogik Mts Darussalam Bulus kecamatan Petahanan kabupaten Kebumen”. Membahas tentang tanggapan seorang guru tentang kepala sekolah yang mempunyai peran pemimpin yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik di Mts Darussalam Bulus kecamatan Petahanan kabupaten Kebumen.17

Ketiga, skripsi saudara Dadang Utomo yang berjudul “Upaya Sekolah Dalam Membina Profesionalisme Guru PAI SD Al-Azhar 14 Semarang”. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa sekolah memberi kesempatan kepada semua guru PAI untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan profesionalisme baik yang bersifat intern maupun ekstern dam melakukan evaluasi atau penilaian yang dilakukan secara periodik.18

16

Jauhar Insiyya, Studi Tentang Peningkatan Mutu Profesi Guru PAI di MGMP PAI

SMP Kabupaten Kendal Tahun 2004-2005, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,

(Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005)

17

Nihayatus Sholikhah, Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Pengaruhnya Terhadap Upaya Peningkatan Mutu Kompetensi Pedagogik Mts Darussalam Bulus kecamatan Petahanan kabupaten Kebumen, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,

(Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007)

18

Dadang Utomo, Upaya Sekolah Dalam Membina Profesionalisme Guru PAI SD

Al-Azhar 14 Semarang, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang:

(23)

xxiii

Dari tulisan-tulisan tersebut, penulis menemukan suatu pembahasan mengenai peningkatan profesi, kompetensi pedagogik maupun profesionalisme guru. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk membahas dari beberapa permasalahan tersebut yang lebih kompleks dengan judul manajemen peningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang.

F. Metode penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian yang penulis lakukan tergolong sebagai penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang langsung dilakukan pada responden.19. Oleh karena itu, obyek penelitiannya adalah berupa obyek di lapangan yang sekiranya mampu memberikan informasi tentang kajian penelitian. Dalam hal ini peneliti menjadikan SDI Hidayatullah Semarang sebagai obyek penelitian dengan di fokuskan pada strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam peningkatan mutu tenaga pendidik sehingga dapat diketahui langkah-langkah apa saja yang ditempuh oleh kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang dalam meningkatkan mutu gurunya. Selain itu, penulis juga melakukan observasi untuk mengetahui kondisi mutu guru tersebut.

Jenis penelitian dalam penyusunan karya ilmiah ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan posedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku

19

M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 11.

(24)

xxiv

yang diamati.20 Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan manajemen peningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang.

Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena social dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran dan persepsinya.21

2. Fokus penelitian

Penelitian ini difokuskan terhadap bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang.

3. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data diperoleh. Sumber data penelitian dikelompokkan menjadi:

a) Data Primer

Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari subyek penelitan dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai informasi yang dicari.22 Data primer untuk penelitian ini yakni tentang strategi peningkatan mutu tenaga pendidik yang dilakukan oleh

20

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, hlm. 4

21

Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 2, hlm. 94

22

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. 12, hlm. 107

(25)

xxv

kepala sekolah di SDI Hidayatullah Semarang yang diperoleh melalui wawancara selain itu penulis juga melakukan observasi beserta wawancara kepada para guru SDI Hidayatullah untuk mengetahui kondisi mutu gurunya.

b) Data Sekunder

Data sekunder yakni data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitian.23 Data sekunder berupa data dokumentasi atau data lain, data sekunder untuk penelitian ini adalah arsip-arsip atau dokumentasi yang berkaitan dengan tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang maupun profil SDI Hidayatullah Semarang.

4. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data yakni pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian.

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik, diantaranya:

1. Wawancara (interview)

Wawancara juga disebut teknik komunikasi, adalah cara pengumpulan data melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data dengan

23

(26)

xxvi

mengajukan pertanyaan-pertanyaan.24 Metode ini di gunakan untuk mencari data dengan pihak-pihak yang terkait, guna mengetahui bagaimana peningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang.

Yang menjadi sumber data yaitu kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang terkait dengan sejarah sekolah, kondisi sekolah dan juga data-data yang mendukung penelitian, dewan guru (tenaga pendidik) SDI Hidayatullah Semarang mengenai kondisi mutu guru dan sumber-sumber lainnya yang terkait untuk memperoleh data mengenai peningkatan mutu tenaga pendidik.

2. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.25

Metode ini digunakan untuk memperoleh serta memantapkan data yang diperoleh melalui wawancara terhadap kepala sekolah SDI Hidayatullah Semarang dan mengamati guru pada saat mengajar dan menyampaikan materi didalam kelas, sehingga dalam observasi akan diketahui proses yang sebenarnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukkan pada subyek penelitian, namun melalui

24

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. 2, hlm. 165

25

(27)

xxvii

dokumen.26 Atau dikatakan juga dokumentasi merupakan metode yang digunakan dengan mencari data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.27

Dalam hal ini penulis menggunakan metode dokumentasi untuk mencari data-data otentik sebagai pelengkap, diantaranya untuk mendapatkan data tentang struktur organisasi, sarana dan prasarana, jumlah guru, karyawan dan siswa, dan sebagian umum data-data yang ada di SDI Hidayatullah Semarang.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menata data dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (interpretasi).28

Dalam melakukan analisis data penulis menggunakan metode triangulasi data, yakni metode dengan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

26

M. Iqbal Hasan, Op. Cit., hlm. 87

27

S. Margono,Op. Cit., hlm. 280.

28

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), hlm. 104

(28)

xxviii

lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.29

Triangulasi pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam pelaksanannya peneliti melakukan pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara dengan kepala sekolah beserta dewan guru.

Lebih jauh lagi, hasil wawancara tersebut kemudian peneliti telaah lagi dengan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama masa penelitian untuk mengetahui bagaimana kondisi mutu tenaga pendidik (guru) yang ada di SDI Hidayatullah Semarang dan strategi apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidiknya.

Setelah semua data terkumpul, maka penulis akan berusaha untuk dapat menjelaskan objek permasalahan secara sistematis serta memberikan analisis secara cermat dan tepat terhadap objek kajian tersebut.

Dalam memberikan penjelasan mengenai data yang diperoleh, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang bersifat sekarang.30 Jadi penulis menggunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan peningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang.

Kemudian agar data yang diperoleh nanti sesuai dengan kerangka kerja maupun fokus masalah, akan ditempuh tiga

29

Lexy J. Moleong, Op.Cit., hlm. 330.

30

Nana Sudjana & Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 64.

(29)

xxix

langkah utama dalam penulisan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman, bahwa aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.31 Tiga langkah tersebut meliputi:

a. Data reduction (Reduksi data)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya. Reduksi data dimaksudkan untuk menentukan data ulang sesuai dengan permasalahan yang akan penulis teliti, dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Disini data mengenai strategi peningkatan mutu di SDI Hidayatullah Semarang yang diperoleh dan terkumpul, baik dari hasil penelitian lapangan/kepustakaan kemudian dibuat rangkuman.

b. Data display (Penyajian data)

Penyajian data adalah suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi yang memudahkan untuk membuat kesimpulan atau tindakan yang diusulkan.32 Sajian data dimaksudkan untuk memilih data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian tentang strategi peningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang. Artinya data

31

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2006),hlm. 91.

32

Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), cet. 1, hlm. 167.

(30)

xxx

yang telah dirangkum tadi kemudian dipilih. Sekiranya data mana yang diperlukan untuk penulisan laporan penelitian.

c. Conclusion drawing/verification

Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini akan diikuti dengan bukti-bukti yang di peroleh ketika penelitian di lapangan. Verifikasi data dimaksudkan untuk penentuan data akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis, sehingga keseluruhan permasalahan mengenai strategi peningkatan mutu tenaga pendidik di SDI Hidayatullah Semarang dapat dijawab sesuai dengan kategori data dan permasalahannya.

(31)

xxxi BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tenaga Pendidik

1. Mutu Tenaga Pendidik

Pada format pengelolaan pendidikan yang sentralistik, sekolah menjadi unit birokrasi dan tenaga pendidik (guru) sering diposisikan sebagai karyawan birokrasi pemerintah. Sebaliknya pada format pengelolaan pendidikan yang desentralisasikan, sekolah dikonsepkan sebagai unit akademik dan tenaga pendidik (guru) merupakan tenaga profesional. Supaya mempunyai lulusan peserta didik yang diharapkan maka sekolah harus meningkatkan mutu guru.

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan, proses, keluaran dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari berbagai sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia seperti kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku kurikulum, prasarana dan sarana sekolah. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa alat lunak, seperti peraturan struktur organisasi, deskripsi kerja, dan struktur organisasi. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan seperti visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita.33

Tenaga pendidik (guru) berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 10 (1) bahwa tenaga pendidik mempunyai empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi

33

Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendididan, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2003), Cet. 1, hlm. 53

(32)

xxxii

kepribadian dan kompetensi social yang diperoleh melalui pendidikan profesi.34

Empat kompetensi di atas hanya bisa dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, tenaga pendidik (guru) mempunyai peran, fungsi, dan kedudukan yang sangat strategis. Hal ini berorientasi bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan berbasis kompetensi, tenaga pendidik (guru) mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karenanya tenaga pendidik (guru) juga sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama tenaga pendidik (guru) adalah merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.

Dengan demikian mutu tenaga pendidik (guru) mempunyai peranan dan kunci dalam keseluruhan proses pendidikan. Dalam hal ini kekuatan dan mutu pendidikan suatu negara dapat dinilai dengan mempergunakan faktor mutu tenaga pendidik (guru) sebagai salah satu induk utama. Itulah sebabnya antara lain mengapa mutu tenaga pendidik (guru) merupakan faktor yang mutlak didalam pembelajaran. Makin sungguh-sungguh sebuah pemerintahan untuk membangun negerinya, makin menjadi penting kedudukan mutu tenaga pendidik (guru).

2. Standar Mutu Tenaga Pendidik

Dalam PP No 19 Tahun 2005 pasal 2 (1) bahwa: “Standar Nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,

34

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Guru dan Dosen, (Bandung: Nuansa Aulia, 2006), Cet. 3, hlm. 5

(33)

xxxiii

pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala”.35

Standar pendidik dan tenaga kependidikan dalam SNP pasal 28 (1) bahwa: “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Sedangkan ayat (2) menjelaskan bahwa: “kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku”. Adapun pada ayat (3) menjelaskan bahwa: “kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial”.36

Standar yang dimaksud adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan berdasarkan atas sumber, prosedur, dan manajemen yang efektif. Sedangkan kriteria adalah sesuatu yang menggambarkan ukuran dan keadaan yang dikehendaki.

Secara konseptual, standar juga dapat berfungsi sebagai alat untuk menjamin bahwa program-program pendidikan suatu profesi dapat memberikan kualifikasi kemampuan yang harus dipenuhi oleh calon sebelum masuk kedalam profesi yang bersangkutan.

35

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, hlm. 5

36

(34)

xxxiv

Profesionalisme dan kompetensi merupakan dua hal yang menentukan parameter seseorang yang berkualitas atau tidak bermutu. Keduanya merupakan kedua hal yang tidak terpisah satu sama lainnya.

a. Profesionalisme Guru

Kata profesional adalah kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus disiapkan untuk itu bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.37

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, profesionalisme berarti paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional, yaitu orang yang memiliki profesi.38

Dengan bertitik tolak dari pengertian diatas, maka pengertian guru profesional adalah orang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuannya yang maksimal. Dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dengan baik, serta memiliki kemampuan yang kaya dibidangnya. Sebagaimana dengan sabda Nabi Muhammad SAW:

37

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 14-15

38

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 107

(35)

xxxv

:

:

)

(

39

“Dari abu Hurairah r.a. ia berkata : Rasulullah saw telah bersabda : Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya” (HR. Bukhari).

Makna hadits tersebut dapat dipahami bahwa betapa pentingnya keahlian yang harus dimiliki seorang tenaga pendidik untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah diamanatkannya, karena tugas mengajar harus dilakukan oleh seorang tenaga pendidik yang benar-benar mempunyai ilmu dibidang kependidikan.

Menurut Dedi Supriadi dan Trianto, untuk menjadi guru profesional, guru dituntut memiliki lima kemampuan (skill) yaitu: (1) mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya, (2) menguasai secara mendalam materi pelajaran yang akan diajarkan serta cara mengajarnya (menggunakan metode yang sesuai dengan mata pelajaran), (3) bertanggung jawab dan memantau hasil belajar peserta didik, (4) mampu berfikir sistematis, kritis, taktis dan strategis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya, dan (5) mereka merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.40

Secara singkat dapat dikatakan bahwa kemampuan profesional guru pada hakekatnya adalah bermuara pada ketrampilan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang anak sebagai peserta didik,

39

Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1992), Juz I, hlm. 21.

40

(36)

xxxvi

obyek belajar dan situasi kondusif berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Jadi seorang guru dalam arti yang seharusnya adalah pekerjaan yang profesional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat melakukan pekerjaan itu atau bukan ahlinya.

Dengan demikian seorang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai tentang tuntutan profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme dan bukan secara amatir.

Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 1 (4), pengertian profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memperlukan pendidikan profesi.41

Sementara juga disebutkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 8, menyebutkan bahwa seorang guru profesional wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.42

Dengan demikian makna profesionalisme mengandung makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis, profesionalisme memiliki makna ahli, tanggung jawab, baik tanggung

41

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Guru dan Dosen,

Op. Cit., hlm. 2

42

(37)

xxxvii

jawab intelektual maupun tanggung jawab moral dan memiliki kesejawatan.

b. Kompetensi Tenaga Pendidik

Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Brokke and Stone (1995) yang dikutip oleh E. Mulyasa mengemukakan bahwa kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara Charles (1994) yang dikutip oleh E. Mulyasa mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Sedangkan dalam undang-undang republik indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijelaskan bahwa: “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.43

Menurut Oemar Hamalik memberikan isyarat agar guru dalam bekerja dapat melaksanakan fungsinya dan tujuan sekolah, guru harus memiliki kompetensi-kompetensi yaitu sebagai berikut:

a) Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil.

b) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (instruksional) sekolah.

c) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas.44

43

E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 25

44

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. 3, hlm. 38

(38)

xxxviii

Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan; kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu didalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena memiliki arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi mencangkup sesuatu yang tidak kasat mata.

Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencangkup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi profesionalisme.45

Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 10 (1), kompetensi guru ada 4, meliputi:

1) Kompetensi Pedagogik

Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah

45

(39)

xxxix

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.46

Menurut Slamet PH yang dikutip oleh Syaiful Sagala mengatakan kompetensi pedagogik terdiri dari sub-kompetensi (1) berkontribusi dalam pengembangan KTSP yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan; (2) mengembangkan silabus mata pelajaran berdasarkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD); (3) melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang telah dikembangkan; (4) merancang manajemen pembelajaran dan manajemen kelas; (5) melaksanakan pembelajaran pro-perubahan (aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif dan menyenangkan); (6) menilai hasil belajar peserta didik secara otentik; (7) membimbing peserta didik dalam berbagai aspek, misalnya: pelajaran, kepribadian, bakat, minat dan karir; dan (8) mengembangkan profesionalisme sebagai guru.47

Kaitannya dengan kompetensi pedagogik seorang guru, Islam memberikan posisi yang mulia. Sehingga posisi ini menyebabkan mengapa Islam menempatkan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding dengan lainnya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al- Mujadalah ayat 11:

46

Ibid., hlm. 75

47

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. 1, hlm. 31-32

(40)

xl

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat". (Al-Mujaadilah: 11)48

2) Kompetensi Profesional

Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.49

Kompetensi profesional seorang guru sekurang-kurangnya harus memiliki penguasaan diantaranya:

a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan

b. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.50

3) Kompetensi Kepribadian

Istilah kepribadian digunakan dalam disiplin ilmu psikologi yang mempunyai pengertian sebagai sifat hakiki yang

48

Departemen Agama RI, Al- Qur an dan Terjemahnya, (Bandung: Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hlm. 543

49

E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 135

50

Siti Masruroh, “Kompetensi Guru”,

http://sitimasruroh.blogspot.com/2009/11/kompetensi-guru.html (downloadtanggal 29 Maret 2010)

(41)

xli

tercermin pada sikap seseorang . Kata kepribadian diambil dari terjemahan kata yang berasal dari bahasa inggris, yaitu kata personality, yang mempunyai pengertian sebagai sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain (Kartini Kartono dan Dali Gulo: 1987).51

Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.52

Menurut Ahmad Tafsir sebagaimana dikutip oleh Khoiron Rosyadi, sifat-sifat guru muslim sebagai berikut:

a) Kasih sayang.

b) Senang memberi nasehat. c) Senang memberi peringatan.

d) Senang melarang muridnya melakukan hal yang tidak baik. e) Bijak dalam memilih bahan atau materi pelajaran yang sesuai

dengan lingkungan murid.

51

Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif Memberdayakan dan Mengubah Jalan

Hidup Siswa, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. 2, hlm. 36

52

(42)

xlii

f) Hormat terhadap pelajaran lain yang bukan pegangannya. g) Bijak dalam memilih pelajaran yang sesuai dengan taraf

kecerdasan murid.

h) Mementingkan berfikir dan berijtihad. i) Jujur dalam keilmuan.

j) Adil dalam segala hal.53 4) Kompetensi Sosial

Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.54

Kompetensi sosial juga bisa diartikan sebagai kemampuan guru dalam membina dan mengembangkan interaksi sosial baik sebagai tenaga profesional maupun sebagai anggota masyarakat.

Dengan demikian, seharusnya seorang tenaga pendidik (guru) tidak hanya tanggung jawab didalam kelas saja, tetapi harus mewarnai perkembangan anak didik diluar kelas. Dengan kata lain, tenaga pendidik (guru) tidak sekedar orang yang hadir didepan kelas unntuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, tetapi juga anggota masyarakat yang harus ikut aktif dalam mengarahkan perkembangan anak didik menjadi anggota masyarakat.

53

Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 191

54

(43)

xliii

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa standar kompetensi tenaga pendidik (guru) adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan supaya mutu guru dapat diketahui.

Standar kompetensi tenaga pendidik (guru) bertujuan untuk memperoleh acuan baku dalam pengukuran kinerja guru untuk mendapatkan jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap tenaga pendidik (guru) akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pandai tetapi juga pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik.

B. Mutu Pendidikan

Pengertian mutu memiliki variasi sebagaimana didefinisikan oleh masing-masing orang atau pihak. Produsen atau konsumen akan memiliki definisi yang berbeda mengenai mutu barang atau jasa. Perbedaan ini akan mengacu pada orientasi masing-masing pihak mengenai barang atau jasa yang menjadi obyeknya.

Mutu adalah gambaran karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan. Sallis (1993) yang dikutip oleh Deni Koswara dan Cepi Triana mendefinisikan mutu dalam dua perspektif, yaitu mutu absolut dan mutu relatif. Mutu absolut merupakan mutu dalam

(44)

xliv

arti yang tidak bisa ditawar-tawar lagi atau bersifat mutlak. Dalam pandangan absolut, mutu diartikan sebagai ukuran yang terbaik menurut pertimbangan produsen dalam memproduksi suatu barang atau jasa. Sedangkan mutu relatif diartikan sebagai mutu yang ditetapkan oleh selera konsumen. Dengan demikian, suatu barang atau jasa dapat disebut bermutu oleh seorang konsumen, tetapi belum tentu dikatakan bermutu oleh konsumen lainnya.

Pandangan mengenai mutu di atas mengimplikasikan bahwa barang atau jasa yang diproduksi harus selalu mengutamakan kesesuaian antara kebermutuan dalam perspektif absolut dan relatif. Artinya, setiap barang atau jasa yang diproduksi harus memuaskan pelanggan dan memenuhi spesifikasi yang dimiliki produsen.55

Dalam bidang pendidikan, misi utama peningkatan mutu adalah memenuhi kepuasan pelanggan. Menurut Peter dan Waterman (1982) yang dikutip oleh Husaini Usman bahwa semua organisasi yang ingin mempertahankan keberadaannya harus berobsesi pada mutu. Mutu harus sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pelanggan. Mutu adalah keinginan pelanggan bukan keinginan sekolah. Tanpa mutu yang sesuai dengan keinginan pelanggan, sekolah akan kehilangan pelanggannya dan akan tutup atau bubar.

Menurut Hensler dan Bruneel (dalam Sceuing dan Christoher, 1993) yang dikutip oleh Husaini Usman ada empat prinsip utama mutu, diantaranya:

1) Kepuasan Pelanggan

55

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Op. Cit., hlm. 293-294

(45)

xlv

Dalam mutu pendidikan, konsep mengenai mutu dan pelanggan diperluas. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pendidikan hanya pelayanan jasa. Sekolah harus memberikan pelayanan jasa sebaik-baiknya kepada pelanggannya. Pelanggan sekolah meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal sekolah. Pelanggan eksternal sekolah adalah orang tua siswa, pemerintah dan masyarakat termasuk komite sekolah. Pelanggan internal sekolah adalah siswa, guru dan staf tata usaha. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, aktifitasnya harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pelanggan, semakin tinggi nilai yang diberikan maka makin besar pula kepuasan pelanggan.

2) Respek Terhadap Setiap Orang

Dalam sekolah yang bermutu kelas dunia, setiap orang disekolah dipandang memiliki potensi. Orang yang ada diorganisasi dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai dan dipandang sebagai aset organisasi. Oleh karena itu, setiap orang diperlakukan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk berprestasi, berkarier, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

3) Manajemen Berdasarkan Fakta

Sekolah kelas dunia berorientasi pada fakta, maksudnya setiap keputusan selalu didasarkan pada fakta, bukan pada perasaan (feeling) atau ingatan semata. Ada dua konsep yang berkaitan dengan hal ini: (1) prioritatisasi, yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Dengan menggunakan data, manajemen dan tim

(46)

xlvi

dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu; (2) variasi atau variabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi.

4) Perbaikan Terus Menerus

Agar dapat sukses setiap sekolah perlu melakukan proses sitematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku adalah langkah perencanaan, melaksanakan rencana, memeriksa hasil pelaksanaan rencana, dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.56

Pendidikan (sekolah) sebagai unit layanan jasa, keberhasilannya dapat diukur dari tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan layanan sama atau melebihi harapan pelanggan. Dilihat dari jenis pelanggannya, maka sekolah dikatakan berhasil jika:

a) Siswa puas dengan layanan sekolah, antara lain puas dengan pelajarannya yang diterima, puas dengan perlakuan oleh guru maupun pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan sekolah dan sebagainya.

b) Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya maupun layanan kepada orang tua. Misalnya puas karena menerima laporan periodik tentang perkembangan siswa maupun program-program sekolah.

c) Pihak pemakai atau penerima lulusan (perguruan tinggi, industri, masyarakat) puas karena menerima lulusan dengan kualitas yang sesuai dengan harapan.

56

Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. 1, hlm. 535-536

(47)

xlvii

d) Guru dan karyawan puas dengan layanan sekolah, misalnya pembagian kerja, hubungan antar guru/karyawan/pimpinan, gaji atau honorarium, dan sebagainya.57

C. Manajemen Strategis

Manajemen strategis merupakan rangkaian dua perkataan terdiri dari kata “manajemen” dan “strategis”, sedangkan pengertian dari manajemen strategis adalah suatu proses yang dirancang secara sistematis oleh manajemen untuk merumuskan strategi, menjalankan strategi dan mengevaluasi strategi dalam rangka menyediakan nilai-nilai yang terbaik bagi seluruh pelanggan untuk mewujudkan visi organisasi.58

Menurut Budiman CHR. (1988:14) yang dikutip oleh Akdon bahwa pengertian manajemen stategis adalah serangkaian keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan yang menuju pada penciptaan sebuah atau beberapa strategi efektif untuk mencapai tujuan organisasi.59

Manajemen strategis adalah suatu cara untuk mengendalikan organisasi secara efektif dan efisien, sampai kepada implementasi garis terdepan, sedemikian rupa sehingga tujuan dan sasarannya tercapai. Sasaran manajemen strategis adalah meningkatkan:

a. Kualitas organisasi b. Efisiensi penganggaran c. Penggunaan sumber daya

57

Muchlas Samani, Op. Cit, hlm. 193

58

Gumati, “Teori Manajemen

Strategis”http://gumatibonteng.blogspot.com/2009/11/18/3-teori-manajemen-strategis.html (Download tanggal 21 Oktober 2010)

59

Akdon, Strategic Management for Educational Management (Manajemen Strategik

(48)

xlviii

d. Kualitas evaluasi program dan pemantauan kinerja, serta e. Kualitas pelaporan

Prinsip manajemen strategis adalah adanya strategy formulation yang mencerminkan keinginan dan tujuan organisasi yang sesungguhnya, adanya strategi implementasi yang menggambarkan cara mencapai tujuan (secara teknis strategi implementasi mencerminkan kemampuan organisasi dan alokasinya termasuk dalam hal ini adalah alokasi keuangan dengan anggaran berbasis kinerja), serta strategi evaluasi yang mampu mengukur, mengevaluasi dan memberikan umpan balik kinerja organisasi.

Prinsip-prinsip manajemen strategis adalah strategy formulation, strategy implementation, dan strategy evaluation. Uraiannya sebagai berikut:

a. Strategy Formulation

Tujuan utama kegiatan formulasi strategi formulasi adalah pembuatan tujuan yang rasional. Rasionalitas ini dalam perkembangannya semakin kompleks karena pesatnya perkembangan lingkungan dimana organisasi tersebut berada. Perkembangan lingkungan ini menuntut organisasi agar selalu melakukan perubahan ke arah perbaikan untuk mempertahankan eksistensinya. Kemampuan internal organisasi dan tuntutan perubahan eksternal merupakan dua komponen utama yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan strategis. Perumusan strategi yang realistis dan up-to-date adalah dua tuntutan yang harus dijawab dalam pembuatannya.

Realistis dalam arti bahwa perencanaan tersebut menunjukkan dengan jelas kemampuan dan tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana organisasi ingin mencapai tujuan tersebut. Up-to-date dalam arti meskipun strategi ini dibuat dalam jangka waktu tertentu (panjang, menengah, pendek) namun selalu efektif dan tepat dengan

(49)

xlix

perkembangan lingkungan (antisipatif terhadap perubahan lingkungan) sehingga mampu memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan keterbatasan.

b. Strategy Implementation

Tujuan utama strategy implementation adalah rasionalitas tujuan dan sumber daya. Pada dasarnya strategy implementation adalah tindakan mengimplementasikan strategi yang telah kita susun ke dalam berbagai alokasi sumber daya secara optimal.

Secara teknis, komponen penting yang harus dijawab dalam strategy implementation adalah bagaimana kita dapat sampai ke tujuan? Dijawab dengan penyusunan “action plan” yang intinya merupakan strategi dan tindakan mengimplementasikan formulasi strategi menuju ke arah alokasi sumber daya secara optimal serta mempersiapkan semua fakor penunjang yang diperlukan dalam mencapai keberhasilan.

c. Strategy Evaluation

Fokus utama dalam strategy evaluation adalah pengukuran kinerja dan penciptaan mekanisme umpan balik yang efektif. Pengukuran kinerja merupakan tahap yang penting untuk melihat dan mengevaluasi capaian tau hasil pekerjaan yang telah dilakukan organisasi untuk mencapai tujuan yang menjadi sasaran pekerjaan tersebut.

Tahap selanjutnya setelah pengukuran kinerja adalah analisis dan evaluasi kinerja yang bertujuan untuk mengetahui progress realisasi kinerja yang dihasilkan, maupun kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mencapai sasaran kinerja. Analisis dan evaluasi ini dapat digunakan untuk melihat efisiensi, efektifitas, ekonomi maupun perbedaan kinerja (gap). Hasil analisis evaluasi lebih lanjut dapat

(50)

l

digunakan sebagai umpan balik untuk mengetahui pencapaian implementasi perencanaan strategisk.60

Salah satu proses dalam manajemen strategis adalah penilaian lingkungan organisasi melalui proses analisis lingkungan organisasi. Yang dimaksudkan di sini meliputi kondisi, situasi, keadaan, peristiwa, dan pengaruh-pengaruh didalam dan disekeliling organisasi yang berdampak pada kehidupam organisasi berupa kekuatan internal, kelemahan internal, peluang eksternal, dan tantangan eksternal.

1. Analisis Eksternal

Lingkungan eksterrnal meliputi:

a) Peluang (opportunity) adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat positif, yang membantu organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi.

b) Tantangan atau ancaman (Threat) adalah faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negatif, yang dapat mengakibatkan organisasi gagal dalam mencapai visi dan misi.

2. Analisis Internal

Lingkungan internal meliputi:

a) Kekuatan (strength) adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif yang memungkinkan organisasi memenuhi keuntungan strategik dalam mencapai visi dan misi.

b) Kelemahan Internal (weakness) adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negatif, yang menghambat organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi.

60

(51)

li

Lingkup analisis lingkungan strategis adalah telaah lingkungan internal dan telaah lingkungan eksternal, yaitu:

1) Telaah Lingkungan Internal

Telaah lingkungan internal ini mecermati kekuatan dan kelemahan dilingkungan internal organisasi sendiri yang dapat dikelola manajemen meliputi antara lain:

a. Struktur organisasi termasuk susunan dan penempatan personelnya. b. Sistem organisasi dalam mencapai efektifitas organisasi terutama

efektifitas komunikasi internal.

c. Sumber daya manusia, sumber daya alam, tenaga terampil (skill) dalam tingkat pemberdayaan sumber daya, termasuk komposisi dan kualitas sumber daya manusianya.

d. Biaya operasional berikut sumber dananya.

e. Faktor-faktor lain yang menggambarkan dukungan terhadap proses kinerja atau misi organisasi yang sudah ada, maupun yang secara potensial dapat muncul dilingkungan internal organisasi seperti teknologi yang telah digunakan sampai saat ini.

2) Telaah Lingkungan Ekternal

Telaah lingkungan eksternal mencermati peluang dan tantangan yang ada dilingkungan eksternal organisasi sendiri (yang tidak dapat dikelola oleh manajemen) yang meliputi berbagai faktor yang dapat dikelompokkan dalam bidang atau aspek.

Dari kedua telaah ini dapat diperoleh gambaran menyeluruh tentang situasi dan kondisi organisasi dari berbagai aspek, internal dan eksternal. Telaah lingkungan harus diteliti karena tantangan (ancaman) terhadap sebagian dari organisasi dapat saja merupakan peluang bagi bagian lain dari organisasi yang sama. Lingkungan eksternal yang dinamis sedapat mungkin direkayasa (dalam arti positif) sedemikian rupa sehingga

(52)

lii

dapat dimanfaatkan oleh organisasi secara positif. Secara eksteren “tantangan” direkayasa dan diubah menjadi “peluang”.

Telaah lingkungan strategis sangat bermanfaat dalam pembuatan rencana strategis karena, pertama, dapat mengetahui peluang-peluang spesifik yang ada dalam lingkungan organisasi. Hal ini perlu bagi manajemen tingkat atas (top management) untuk menetapkan ketrampilan utama sumber daya yang dapat diterapkan pada peluang spesifik yang ada. Kedua, untuk mengingatkan atau memperingatkan organisasi akan adanya faktor atau unsur dilingkungan organisasi yang mungkin akan membahayakan organisasi dimasa depan. Dengan “early-warning system” ini, organisasi dapat lebih pro aktif dan efektif dalam mengambil langkah-langkah untuk mengubah kecenderungan lingkungan, internasional maupun eksternal, atau mengurangi dampak negatif organisasi.61

Pada umumnya satuan pendidikan memiliki tujuan dan untuk mencapainya memerlukan strategi. Strategi merupakan suatu kesatuan rencana yang luas dan terintregasi yang menghubungkan antara kekuatan internal organisasi dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya. Strategi dirancang untuk memastikan tujuan organisasi dapat dicapai melalui implementasi yang tepat. Substansi strategi pada dasarnya adalah rencana.62

Dari beberapa prinsip manajemen strategik yang telah diuraikan diatas, kepala sekolah dapat menerapkan atau menggunakan strategi yang tepat untuk digunakan dalam mengelola personalia khususnya dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik. Apabila dalam menggunakan strategi

61

Ibid, hlm. 111-117

62

Buchari Alma dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran

Jasa Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan Prima, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 1, hlm.

(53)

liii

meningkatkan mutu tenaga pendidik kurang tepat, maka dapat menghambat laju perkembangan kompetensi tenaga pendidik.

Tenaga pendidik yang bermutu merupakan dambaan bagi kostumer atau pelanggan, banyak strategi yang dilakukan oleh perorangan guru dan lembaga untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik (guru), seperti: (1) melalui peningkatan jenjang akademis, (2) workshop, (3) penataran, (4) peningkatan kinerja, (5) studi banding, dan lain sebagainya. Penambahan pengetahuan dan pengalaman dapat mengangkat mutu tenaga pendidik (guru), artinya mereka harus selalu mengembangkan kapasitas dirinya selaku tenaga pendidik (guru) untuk menjadi panutan, menjadi contoh, berdiskusi bagi pelanggannya. Hal yang penting bagi tenaga pendidik (guru) bermutu harus mampu mendesain pembelajaran.63 Selain itu, menurut Stewart (1998) ada enam cara yang digunakan pemimpin dalam mengembangkan pemberdayaan staf/bawahan, yakni: meningkatkan kemampuan staf/bawahan (enabling), memperlancar (facilitating) tugas-tugas mereka, konsultasi (consulting), bekerjasama (collaborating), membimbing (mentoring) bawahan, dan mendukung (supporting).64

Ada empat strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik (guru) di sekolah diantaranya sebagai berikut:

a. Peningkatan melalui pendidikan dan pelatihan (off the job training).

Guru dilatih secara individual maupun dalam kelompok untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terbaik dengan menghentikan kegiatan mengajarnya. Kegiatan pelatihan seperti ini memiliki keunggulan karena guru lebih terkonsentrasi dalam mencapai

63

Martinis Yamin dan Maisah, Op. Cit., hlm. 34-35

64

Suharto, “Peran Kepala Sekolah Dalam Pemberdayaan Guru”,

http://drssuharto.wordpress.com/2008/03/04/peran-kepala-sekolah-dalam-pemberdayaan-guru/ (downloadtanggal 29 Maret 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Varietas Tanah, Status K-Tanah Dan Dosis Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan Hasil Umbi, Dan Serapan Hara K Tanaman Bawang Merah. Jakarta: Pusat Penelitian

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia serta ridho-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi guna memenuhi persyaratan

Perubahan tersebut dapat dilihat dari perubahan budaya sekolah, peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, peningkatan jumlah siswa dan kualitas siswa,

Partisipasi dalam pengambilan manfaat adalah salah satu jenis partisipasi yang lebih pasif. Satu-satunya bahaya serius yang bisa muncul dalam pengamatan pada

Pada hakikatnya, keaktifan belajar terjadi dan terdapat pada semua aktivitas belajar, tetapi kadarnya yang berbeda tergantung pada kegiatannya, materi yang dipelajari

Kalau pipanya tidak bundar, analisis untuk aliran yang telah berkembang penuh sama dengan analisis untuk pipa bundar, tetapi aljabarnya lebih ruwet. Untuk aliran berlapis,

Peserta didik secara berkelompok mengerjakan lembar kerja yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan unsur unsur pembangun karya sastra (unsur intriksik dan ekstrinsik) dari

a) Tenaga pendidik SDI Hidayatullah Semarang dalam mengelola pembelajaran atau mengajar menerapkan metode mengajar yang efektif sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa.