• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PKMKC

JUDUL PROGRAM

“DIGITAL FORMALDEHYDE METER” INOVASI PENDETEKSI KANDUNGAN FORMALIN CEPAT DAN AKURAT DENGAN

TEKNOLOGI BERBASIS INSTRUMEN ELECTRONIC NOSE OLEH :

Halimatus Sa’Diyah 105100200111029 Angkatan 2010 Famelian Regeista 105100907111001 Angkatan 2010 Alifian Juantono S 105100213111003 Angkatan 2010 Agung Heru Yatmo 115100200111035 Angkatan 2011

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

i LAPORAN AKHIR PKMKC

JUDUL PROGRAM

“DIGITAL FORMALDEHYDE METER” INOVASI PENDETEKSI KANDUNGAN FORMALIN CEPAT DAN AKURAT DENGAN

TEKNOLOGI BERBASIS INSTRUMEN ELECTRONIC NOSE OLEH :

Halimatus Sa’Diyah 105100200111029 Angkatan 2010 Famelian Regeista 105100907111001 Angkatan 2010 Alifian Juantono S 105100213111003 Angkatan 2010 Agung Heru Yatmo 115100200111035 Angkatan 2011

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(3)
(4)

iii

ABSTRAK

“Digital Formaldehyde Meter” Inovasi Pendeteksi Kandungan Formalin Cepat dan Akurat dengan Teknologi Berbasis Instrumen Electronic Nose

Disusun Oleh : Halimatus Sa’Diyah, Famelian Regeista, Alifian Juantono, dan Agung Heru Yatmo

Pembimbing : Ir.Ary Musthofa, MP Email : diyah_99_yes@yahoo.co.id

Hasil uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan dari 700 sampel produk makanan yang diambil dari Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung, 56% mengandung formalin. Bahaya penyalahgunaan formalin dapat menyebabkan penyakit, baik efek kronik atau akut. Pemerintah khususnya (BPOM) dan masyarakat luas membutuhkan alat pendeteksi formalin untuk mengetahui kandungan formalin secara tepat, namun saat ini belum tersedia pendeteksi yang cepat dengan harga terjangkau. Rancang bangun piranti pengukur formalin dengan “Digital Formaldehyde Meter” yang pengimplementasian teknologi Electronic nose merupakan alternatif untuk menghasilkan alat pendeteksi yang cepat dan akurat. “Digital

Formaldehyde Meter”dirancang dengan sistem digital, sinyal input dideteksi dari deret

sensor TGS (TGS 2600, dan 2611), kemudian diproses dengan bantuan mikrokontroler yang diperkuat oleh preamplifier dan digitalkan oleh sebuah digital LCD (Liquid Crystal Display) ke digital convertor. Sistem intrumentasi “Digital Formaldehyde Meter” menggunakan sample padat (sample tersebut dipotong 3 cm sebanyak 5 gram) diuji diletakkan di dalam wadah tertutup dengan volume 30 ml dan sample cair dengan volume 30 ml, kemudian dipanaskan selama 1 menit, setelah itu dideteksi oleh deret sensor TGS. Input yang dihasilkan oleh sensor TGS akan diolah secara analog ke digital untuk mempermudah pemprosesan oleh mikrokontroler. Hasil pengolahan mikrokontroler akan ditampilkan oleh LCD sehingga dapat memunculkan nilai kandungan formalin yang aktual. Proses kalibrasi alat “Digital Formaldehyde Meter” di uji sebanyak 3 kali ulangan dengan pembanding alat spektrometer uv dan hasil pengujian didapatkan rata – rata erorr alat 2,93%, sehingga dapat dipastikan alat “Digital Formaldehyde Meter” dapat di implementasikan untuk mengatasi permasalahan kasus penyalahgunaan formalin dengan mengetahui kandungan formalin secara cepat dan akurat.

Kata Kunci : Formaldehyde, Digital Formaldehyde Meter, Electronic nose, dan Deret Sensor

(5)

iv KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan akhir Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta dengan baik. PKMKC yang berjudul

“Digital Formaldehyde Meter” Inovasi Pendeteksi Kandungan Formalin Cepat

dan Akurat dengan Teknologi Berbasis Instrumen Electronic nose ini berisi tentang pendeteksi formalin secara digital dengan menggunakan teknologi yang lebih dari satu sensor yang peka terhadap gas. Alat Digital Formaldehyde Meter ini mendeteksi kandungan formalin secara cepat dan akurat, sehingga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan dari PKM ini yaitu untuk memberikan metode perancangan

“Digital Formaldehyde Meter” yang sesuai dengan standar pasar sehingga

dihasilkan alat deteksi formalin cepat dan akurat dan mengetahui teknologi

electronic nose yang dapat diaplikasikan dalam pembuatan alat deteksi formalin

dengan sensor gas array, serta memberikan metode pembuatan dan pengujian“Digital Formaldehyde Meter” yang efisien untuk pengaplikasian di masyarakat.

Kami sangat berterima kasih kepada Dosen Pembimbing Kami Bapak Ir. Ary Mustofa Ahmad., MP dalam menyelesaikan penelitian ini dan kepada semua anggota kelompok.

(6)

1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kasus penyalahgunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan banyak dilakukan di Indonesia. Hasil uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan dari 700 sampel produk makanan yang diambil dari Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung, 56% mengandung formalin (BPOM, 2005). Bahaya dari penyalahgunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan perlu adanya perhatian khusus, karena penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan dapat menyebabkan beberapa penyakit, diantaranya efek kesehatan manusia langsung terlihat akut seperti (iritasi, alergi, mual, muntah, sakit perut dan pusing), dan efek kronik yaitu efek pada kesehatan manusia terlihat terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang, seperti gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat (Handayani, 2006).

Perlu adanya penanganan khusus dari kasus diatas, dan perlu adanya kewaspadaan masyarakat terhadap penyalahgunaan formalin yang terus meningkat di Indonesia. Hal tersebut dilandasi karena batas konsumsi bahan makanan yang mengandung formalin menurut

International Programme on Chemical Safety (IPCS) untuk orang dewasa adalah 1,5 – 14 mg

perhari atau dalam satu hari asupan yang diperbolehkan adalah 0,2 mg dan dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter. Sedangkan menurut Occupati Safety and Health

Administration (OSHA) ambang batas formalin secara umum adalah 1 – 0,1 mM. Konsumsi

bahan makanan dan minuman yang mengandung formalin dalam jangka panjang atau melebihi ambang batas dapat mengakibatkan kangker, iritasi pada mata dan saluran pernafasan, kerusakan sistim saraf pusat dan kebutaan (WHO, 2002). Oleh karena itu, pemerintah khususnya (BPOM) dan masyarakat luas membutuhkan alat pendeteksi formalin untuk mengetahui kandungan formalin secara tepat (Media Industri No.211, 2006).

Deteksi untuk mengetahui kandungan formalin sudah banyak dilakukan diantaranya dengan cara spektroskopi menggunakan spektrofotometer ultra violet (UV), high performance

liquid chromatography (HPLC) dan Gas Chromatography (GC). Metode ini relatif selektif

dan sensitif akan tetapi memerlukan waktu analisis yang lama, membutuhkan banyak reagen, dan tidak ekonomis karena harganya yang sangat mahal (Indang, 2009). Salah satu alternatif alami yang telah dikembangkan di Indonesia untuk pendeteksi formalin pada bahan makanan dengan menggunakan kertas tumerik dari cairan kunyit, cara deteksi tersebut sangat ekonomis akan tetapi kurang akurat karena pendeteksianya hanya berfungsi sebagai kontrol positif dan negatif (Indang,2009). Sehingga, perlu adanya inovasi deteksi formalin yang cepat dan akurat sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Inovasi kreatif yang yang digunakan untuk pendeteksi formalin yaitu dengan cara pembuatan “Digital Formaldehyde Meter”dengan cara pengimplementasian teknologi

Electronic nose. Teknologi Electronic nose merupakan teknologi data akuisisi dengan

penghubung pengolah data, biasanya dilakukan untuk menyelesaikan masalah dari sistem pembuatan alat yang terdiri dari deret sensor gas (sensor gas array). Electronic nose merupakan sistem portabel yang memiliki kelebihan seperti ukuran yang kecil, dan biaya operasional yang murah. Penelitian sebelumnya telah banyak menggunakan Electronic Nose untuk pendeteksi keamanan udara lingkungan, aplikasi medis, dan keamanan pangan (Zhang et al., 2009). Dengan mempertimbangkan kelebihan instrumen ini maka inovasi karya PKM-KC kami adalah mengaplikasikan Electronic Nose sebagai alat deteksi formalin. “Digital

Formaldehyde Meter”dirancang dengan sistem digital, sinyal input dideteksi dari deret sensor

TSG kemudian diproses dengan bantuan mikrokontroler yang diperkuat oleh amplifier dan digitalkan oleh sebuah digital LCD (Liquid Crystal Display) ke digital convertor. Sehingga, diharapkan “Digital Formaldehyde Meter”dapat membantu masyarakat, pemerintah, dan pihak yang berkait dalam mendeteksi formalin secara cepat dan akurat, dan tidak ada lagi

(7)

2

penyalahgunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan yang semakin meluas di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Penyalahgunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan saat ini banyak dilakukan baik dikalangan industri rumah tangga, bahkan industri besar. Sehingga, banyak pihak baik dari pemerintah dan masyarakat yang dirugikan, khususnya masyarakat yang memiliki penyakit kronik karena banyaknya mengonsumsi formalin diambang batas penentuan.

Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta diusulkan dalam rangka memecahkan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana metode perancangan “Digital Formaldehyde Meter”yang sesuai dengan standar pasar sehingga dihasilkan alat deteksi formalin cepat dan akurat?

2. Apakah teknologi electronic nosedapat diaplikasikan dalam pembuatan alat deteksi formalin dengan sensor gas array?

3. Bagaimana metode pembuatan dan pengujian“Digital Formaldehyde Meter” yang efisien?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan karya tulis ini yaitu :

1. Memberikan metode perancangan “Digital Formaldehyde Meter” yang sesuai dengan standar pasar sehingga dihasilkan alat deteksi formalin cepat dan akurat.

2. Mengetahui teknologi electronic nose yang dapat diaplikasikan dalam pembuatan alat deteksi formalin dengan sensor gas array

3. Memberikan metode pembuatandan pengujian“Digital Formaldehyde Meter” yang efisien untuk pengaplikasian di masyarakat.

1.4 Luaran Yang Diharapkan

Diharapkan dengan karya ini dihasilkan teknologi alat deteksi formalin yang efektif dan efisien, sehingga dapat menjadi solusi permasalahan penyalahgunaan formalin yang telah banyak meluas di Indonesia. Masyarakat diharapkan dapat waspada dan dapat mengetahui makanan yang sehat untuk dikonsumsi. Selain itu, target luaran yang diharapkan dari program ini adalah :

1. Potensi Paten/HKI

2. Potensi Publikasi Artikel Ilmiah

3. Pembuatan dan Pengujian “Digital Formaldehyde Meter” 1.5 Manfaat Program

a. Bagi Akademisi atau Mahasiswa

Menjadikan media aktualisasi dan pengembangan teknologi di bidang teknologi dan rekayasa agar memudahkan deteksi formalin pada makanan sehingga tidak ada lagi penyalahgunaan penggunaan formalin, selain itu sebagai bentuk pengabdian insan akademis dalam pembelajaran pemberdayaan masyarakat sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi.

b. Bagi Masyarakat

Memberikan wacana baru tentang pengembangan teknologi dibidang teknologi dan rekayasa alat untuk pendeteksi formalin, dan memberikan solusi yang efektif pada masalah penyalahgunaan formalin yang telah merajalela baik dikalangan industri atau pada skala industri besar, dengan mengidentifikasi makanan yang bebas formalin sehingga mengurangi kewaspadaan masyarakat.

c. Bagi Pemerintah

Sebagai salah satu solusi altenatif alat deteksi formalin digital yang cepat dan akurat, sehingga dapat membantu memberikan solusi kepada pemerintah untuk

(8)

3

mengetahui makanan yang bebas formalin, dapat atau layak dikonsumsi masyarakat yang cepat, akurat, efektif dan efisien.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahaya Formalin

Formaldehida dengan kadar 37% dan 7 – 15% dalam air dikenal dengan formalin, merupakan produk setengah jadi yang reaktif pada oksidasi hidrokarbon troposfer oleh OH radikal. Konsentrasi H2CO merupakan polutan yang dipancarkan akibat proses

pembakaran tidak sempurna. Efek kronik kesehatan yang sangat fatal yaitu formalin dikaitkan dengan kanker kematian, sedangkan temuan terbaru menunjukkan bahwa mengonsumsi formalin dibatas ambang yang ditentukan dapat menyebabkan resiko leukimia (Frank, 2009).

2.2 Nilai Ambang Batas Penggunaan Formalin

Batas toleransi Formaldehida yang dapat diterima tubuh manusia dengan aman adalah dalam bentuk air minum, menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS) adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang dibolehkan adalah 0,2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari. Berdasarkan standar Eropa, kandungan formalin yang masuk dalam tubuh tidak boleh melebihi 660 ppm (1000 ppm setara 1 mg/liter). Sementara itu, berdasarkan hasil uji klinis, dosis toleransi tubuh manusia pada pemakaian secara terus-menerus (Recommended Dietary Daily Allowances/RDDA) untuk formalin sebesar 0,2 miligram per kilogram berat badan. Misalnya berat badan seseorang 50 kilogram, maka tubuh orang tersebut masih bisa mentoleransi sebesar 50 dikali 0,2 yaitu 10 miligram formalin secara terus-menerus. Sedangkan standar United State Environmental Protection Agency/USEPA untuk batas toleransi formalin di udara, tercatat sebatas 0.016 ppm (Reuss dkk, 2005).

2.3 Teknologi Electronic nose

Electronic nose merupakan data akuisisi dengan penghubung pengolah data,

biasanya dilakukan untuk menyelesaikan masalah dari sistem pembuatan alat yang terdiri dari deret sensor gas (sensor gas array). Electronic nose merupakan sistem portabel yang memiliki kelebihan seperti ukuran yang kecil, dan biaya operasional yang murah (N. El Barbri dkk, 2007).

Electronic nose atau hidung elektronik telah diterapkan dalam berbagai aplikasi

(Ampuero, 2003) terutama dalam pengendalian kualitas industri makanan dan deteksi keamanan makanan (Gardner dkk, 2000). Teknologi electronic nose merupakan salah satu sarana analisis cepat, mudah digunakan dan terbukti berhasil dalam analisis produk makanan (Bhattacharryya, dkk, 2007).

2.4 Deret Sensor

Formalin merupakan bahan kimia yang mudah teroksidasi, mempunyai titik leleh -15oC dan titik didih 98oC sehingga termasuk dalam golongan senyawa volatil yang bisa dideteksi dengan sensor gas (N. El Barbri dkk, 2007). Deret sensor memiliki sensitifitas yang baik dalam menentukan keberadaan formalin pada bahan makanan, karena formalin merupakan bahan kimia yang mudah teroksidasi, sehingga dapat memberikan keuntungan antara lain, lebih murah, waktu analisis lebih cepat, cara operasional lebih mudah dan memungkinkan miniaturisasi instrumen (Chang dkk, 2006).

(9)

4

Gambar 1. Sensor TGS (Sumber : Figaro, 2012)

Sensor TGS 2620 merupakan salah satu macam deret sensor yaitu sensorTGS 2600, TGS 2602, TGS 2610, TGS 2611. TGS 2610 digunakan untuk mendeteksi gas LP. TGS 2611 merupakan sensor gas metana untuk konsentrasi 5000 ppm. (Figaro, 2004).

III. METODE PENDEKATAN Prosedur Kerja

Gambar 2. Diagram Alir Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan proses pembuatan alat ini berawal dari studi literatur, kemudian proses penyelesiaan software, penyelesaian hardware dan proses kalibrasi untuk menunjukkan keakuratan alat dengan masing – masing penanggung jawab sesuai dengan kemampuan masing – masing anggota.

IV.PELAKSANAAN PROGRAM 4.1 Tempat dan Waktu pelaksanaan

Pembuatan alat ini dilaksanakan di Laboratorium Mekatronik Alat dan Mesin Agroindustri Jurusan Keteknikan Pertanian Brawijaya dan LSIH Universitas Brawijaya Malang. Proses pembuatan alat ini dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu bulan Maret – Juni 2013.

4.2 Alat dan Bahan 4.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penyelesaian “Digital Formaldehyde meter” yaitu mistar,

glue gun, gerinda, solder, avometer, dan peralatan penunjang lainnya seperti alat pemotong.

4.2.2 Bahan Kebutuhan program Studi literatur Penyelesaian Software Penyelesaian Hardware Kalibrasi Analisa kondisi program

(10)

5

Bahan-bahan yang digunakan dalam penyelesaian “Digital Formaldehyde Meter” adalah IC mikrokontroler m16 def, Liquid Crystal Display ( LCD ), Op – Amp (Preamplifier

dc-coupled), Resistor, kapasitor, dioda, deret sensor, PCB, kabel, akrilik, heater, adaptor, LED,

saklar, formalin teknis,bakso, ikan, tahu, mie. 4.3 Jadwal Fluktual Pelaksanaan

Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 PIC

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Study Pustaka Heru

Tahap Persiapan Famel Tahap perancangan alat Alif Tahap pengujian alat Dyah

Evaluasi Semua

4.4 Diagram Alir Sistem Instrumentasi Alat

Sistem Instrumentasi alat ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif alat

“Digital Formaldehyde meter”, sample yang digunakan diantaranya sample padat dan cair.

Gambar 5 dan 6 merupakan diagram cara kerja pengujian formalin.

Gambar 4. Diagram sistem instrumentasi “Digital Formaldehyde Meter” (Sample cair) Formalin Cair 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm

Pemanasan Dipanaskan dengan volume = 30 ml, suhu = 700C, waktu

= 1 menit Sensor

Reset Alat

Sensor mendeteksi uap dari formalin di ruang vacum Pencatatan Data

Reset Alat

Sample Padat Ikan laut, Bakso, Mie, Tahu

Perendaman dengan Formalin

Sample di potong-potong 3 cm 5 gram dan direndan dengan formalin 10 ml selama 24 Jam

(5 ppm, 10 ppm, 15 ppm)

(11)

6

Gambar 5. Diagram sistem instrumentasi “Digital Formaldehyde Meter” (Sample Padat) 4.5 Rekapitulasi Penggunaan Biaya

Jenis Jumlah

1. Bahan habis pakai dan Peralatan pembuatan alat 2. Perakitan Alat 3. Pengujian Alat 4. Publikasi 5. Transportasi 6. Pembuatan Laporan Rp 4.000.000,- Rp 1.000.000,- Rp 4.330.000,- Rp 750.000,- Rp 750.000,- Rp 50.000,- Total Rp 10.880.000,-

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 “Digital Formaldehyde Meter”

Gambar 6. Tampak Keseluruhan “Digital Formaldehyde Meter”

“Digital Formaldehyde Meter”didesain sesuai dengan standar desain dan hasil survai study pustaka desain yang sering digunakan di pasar. “Digital Formaldehyde Meter” didesain

Pemanasan Dipanaskan dengan volume = 30 ml, suhu = 700C, waktu = 1 menit

Sensor Sensor mendeteksi uap dari formalin di ruang vacum

Pengambilan data a

(12)

7

seperti pada gambar 6 dengan ukuran panjang horizontal 193,8 mm, kemudian panjang vertikal 120 mm dengan lebar 60 mm dan panjang sisi miring 175,5 mm.

“Digital Formaldehyde Meter” ini didesain dengan tiga sistem deteksi, yaitu lampu

hijau menandakan kadar deteksi formalin aman sekitar (0 – 8 ppm), kemudian lampu akan menandakan lampu kuning jika kadar formalin antara (8,1 - 14 ppm) hal tersebut menandakan akan masuk pada batas kritis, sedangkan batas kritis ditanda dengan lampu merah dengan kandungan formalin minimal 14,1 ppm. “Digital Formaldehyde Meter” didesain juga dapat mendeteksi sample cair dengan indikator tombol kuning (sample cair) dan tombol merah (sample padat), letak dari indikator tombol ada dibawah display sebelah reset alat.

Spesifikasi alat dari Spesifikasi alat dari “Digital Formaldehyde Meter” memiliki daya 220 watt, 5 V, 1 A dengan kapasitas pemakaian 3600 kali dengan suhu penyimpanan 270C.

5.2 Software “Digital Formaldehyde Meter”

Gambar 7. Softaware Pengujian nilai ADC sensor danSoftaware Pengujian LCD

Gambar 8. Pengujian LED dan Program Mikrokontroler dengan Basic Compailer Pembuatan software “Digital Formaldehyde Meter” ini menggunakan program basic compailer (BASCOM) karena program ini merupakan program yang paling mudah untuk diaplikasikan pada proses mikrokontroler.

(13)

8

Proses perakitan hardware ini dilakukan dengan langkah awal, perakitan minisheet, pemasangan sensor pada PCB, perakitan casing, pemasangan heater, pemasangan led, pemasangan adaptor, dll. Gambar 9. Merupakan rangkaian dari “Digital Formaldehyde

Meter”

Gambar 9. Rangkaian “Digital Formaldehyde Meter” 5.4 Pengkalibrasian Alat

Proses kalibrasi alat “Digital Formaldehyde Meter” di uji sebanyak 3 kali ulangan dengan pembanding alat spektrometer uv dan Gambar 10 merupakan hasil kalibrasi :

Gambar 10. Hasil kalibrasi alat 5.5 Hasil Proses Pengujian Alat

(14)

9

Pengujian “Digital Formaldehyde Meter” ini dilakukan dengan 3 kali ulangan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Proses pengujian didapatkan data, seperti tertera pada Gambar 6. Dari data tersebut dapat diketahui kefektifan alat dan erorr pada alat, (sample 5 ppm rata kefektifan = 94,46%, eror = 5,54. Sample 10 ppm keefektifan = 98,82%, eror = 1,17%. Sample 20 ppm keefektifan = 97,9%, eror = 2,1%). Sehingga, didapatkan rata-rata eror dari sample cair dan padat 2,93%.

5.6 Potensi Khusus

“Digital Formaldehyde Meter” memiliki beberapa potensi khusus diantaranya :

1. Telah mendaftarkan paten di HKI 2. Bekerja sama dengan BPOM dan YLKI

3. Mendaftarkan seminar Internasional ISABE 2013 di UGM VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Metode perancangan “Digital Formaldehyde Meter” disesuaikan dengan standar pasar dan keergonomisan dengan ukuran panjang horizontal 193,8 mm, kemudian panjang vertikal 120 mm dengan lebar 60 mm dan panjang sisi miring 175,5 mm. 2. Teknologi electronic nose diaplikasikan dalam pembuatan alat deteksi formalin

dengan sensor gas array yaitu menggunakan sensor TGS 2600 dan TGS 2611. 3. Metode pengujian “Digital Formaldehyde Meter” yang efisien menggunakan sample

padat dan cair dengan proses kalibrasi menggunakan alat spektrovometer uv, didapatkan eror alat 2,93% sehingga alat ini keefektifan alat sekitar 97%.

6.2 Saran

Perlu adanya kerjasama antara pemerintah, industri pangan dan peneliti. Sehingga diharapkan alat “Digital Formaldehyde Meter” dapat diaplikasikan secara luas untuk kesejahteraan masyarakat.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Ampuero, S. dan Bosset, J.O. 2003, “The electronic nose applied to dairy products: a review”,

Sensors and Actuators B Chemical, Vol. 94, No. 1, hal. 1-12.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM). 2005. Informasi Pengamanan BahanBerbahaya

Formalin. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Deputi Bidang

PengawasanKeamanan Pangan dan Bahan Berbahaya : Jakarta.

Bhattacharyya, N., Tudu, B., Jana, A., Ghosh, D., Bandyopadhyay, R., Saha, A. B. (2007), “Illumination heating and physical raking for increasing sensitivity of electronic nose measurements with black tea”, Sensor and Actuators B Chemical, Vol. 131, hal 37–42 Chang, C. C., Chen, C.L., Liu, J. S. dan Chang, C. H., (2006), ”The Electro- Oxidation of

Formaldehide at a Boron-Doped Diamond Electrode”, Analitical Letters, Vol 39, hal. 2581-2589.

El Barbri, N., El Bari, N., Correig, X., Bouchikhi, B., Llobet, E. (2007), “Aplication of a portable electronic nose system to assess the freshness of morroccan sardines”,

Materials Science & Engineering C, Vol. 28, hal. 666-670.

Figaro Engineering Inc. (2004), Product and General Information for TGS Sensors, Japan. Frank, 2009,Toksikologi Dasar. Edisi II : Jakarta.

Gardner, J.W., H.W. Shin, dan E.L. Hines. (2000), “An electronic nose system to diagnose illness”. Sensors and Actuators B Chemical, Vol. 70, No. 1-3, hal. 19-24.

Handayani.2006, "Bahaya Kandungan Formalin Pada Malwnan ", PT. Asta Internasional Tbk-Head Office : Jakarta.

(15)

10

Y., (2009), " A Review: Methodes of Determination of Health-Endangering Formaldehyde in Diet", Medwell Journals, Vol. 2, hal. 31-47.

Media Industri No.211. 2006. Suara Industri dan Pemerintah

Reuss G, W. Disteldorf A.o.Gamer. (2005), Formaldehyde in ulmann's Encyelopedia of Industrial Wiley-VCH. http : //enwikipedia. or g/wiki/Formaldehyde. lDtakses 07 Oktober 2012.

WHO. (2002). Concise International Chemical Assesment, Document 40: Formaldehyde, World Health Organization Genewa

Zhang, S., Xie, C., Hui, M., Li, H., Bai, 2., & Z"og, D. (2008). "Spoiling and

Formaldehyde” ontaining detections in octopus with an E-flose", Food Chemistry,Vol. I 13, hal. 1346-1350.

LAMPIRAN

Gambar 12. Proses pengerjaan “Digital Formaldehyde Meter” dan rangkaian minisheet

Gambar

Gambar 2. Diagram Alir Prosedur Kerja
Gambar 4. Diagram sistem instrumentasi “Digital Formaldehyde Meter” (Sample cair) Formalin Cair 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm
Gambar 5. Diagram sistem instrumentasi “Digital Formaldehyde Meter” (Sample Padat)  4.5 Rekapitulasi Penggunaan Biaya
Gambar 7. Softaware Pengujian nilai ADC sensor danSoftaware Pengujian LCD
+3

Referensi

Dokumen terkait

Smoke Meter harus mengukur dan menampilkan nilai hasil ukur sesuai den gan nilai pada Lensa Master, bila tidak sama dan melebihi toleransi maka h arus dilakukan kalibrasi ulang. 

Pengujian dinamis sebagian besar menunjukkan bahwa hasil rata-rata pengukuran rate meter digital berada pada rentang hitung nilai teoritis, hal ini menunjukkan bahwa alat

Kadar glukosa darah rata-rata tikus sehat, tikus hasil induksi MLD-STZ dan tikus hasil terapi herbal spray Spirulina sp.. Perlakuan Rata-rata Glukosa

Audit internal harus dilaksanakan setidaknya satu kali dalam satu tahun untuk mengukur pencapaian persyaratan Sistem Manajemen Mutu (SMM) pada Manual Mutu (MM) dan Standar

Setelah 32 mekanik alat berat melaku- kan intervensi dengan menggunakan perangkat LOTO, terlihat ada penurunan pada kecelakaan kerja (terpukul) setelah intervensi, pada saat pre-

Dalam analisis kedua, penduga 2.85 sebenarnya adalah rata-rata terbobot dari empat ragam perlakuan 2.678, 3.511, 2.000, 3.211, dan identik dengan Residual MS dari ANOVA untuk

Nilai simulasi rata-rata pendapatan berdasarkan PSAK 72 didapat dari rata-rata pendapatan bersih pada laporan laba rugi perusahaan real estat tahun 2019 dikurangi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model antrian yang diterapkan oleh toserba KPRI Universitas Brawijaya adalah M/M/2:FIFO/~/~ ; performa sistem antrian menunjukkan bahwa