• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Vokasi Dewanta Vol., Issue ( ) 20 (pp. ) p-issn:.; e-issn:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Vokasi Dewanta Vol., Issue ( ) 20 (pp. ) p-issn:.; e-issn:"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Vokasi Dewanta Vol. , Issue ( ) 20… (pp. )

p-ISSN: ………….; e-ISSN:

http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JVD

hal

Ahmad Qodiran1, Slamet Priyanto2,Nurcholish Arifin Handoyono3

ABSTRACT

ABSTRAK

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEKNOLOGI DASAR OTOMOTIF 123Pendidikan Vokasional Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

E-mail: ahmadqodiran@gmail.com; slametpriyantompd@gmail.com; arifin@ustjogja.ac.id

The study aims to determine whether the Cooperative Learning Model Type NHT provides a better effect than the lecture model on learning activities and outcomes. This quasi-experimental research has a research population of class X TKR students of SMK Muhammadiyah Mlati Sleman Yogyakarta, totaling 40 students, with the research sample being class X TKR1 for the experimental class consisting of 20 students, while X TKR2 as a control class consisting of 20 students. Data collection techniques in research using observation and tests. The data analysis technique used the t-test, which was preceded by the prerequisite analysis test, namely the normality test and the homogeneity test. The results showed that there was a better effect of the implementation of the NHT cooperative learning model than the lecture method on learning activities and outcomes.

Keywords: Learning Activities, Learning Outcomes, NHT

Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT memberikan pengaruh yang lebih baik daripada model ceramah terhadap aktivitas dan hasil belajar TDO siswa X TKR SMK Muhammadiyah Mlati Sleman Yogyakarta. Penelitian eksperimen semu (quasi

experiment) ini memliki populasi penelitian siswa kelas X TKR yang berjumlah keseluruhan 40 siswa,

dengan sampel penelitian adalah kelas X TKR1 untuk kelas eksperimen yang terdiri dari 20 siswa, sedangkan X TKR2 sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 20 siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian menggunakan observasi dan tes. Teknik analisis data mengggunakan uji-t, yang didahului uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil menunjukan ada pengaruh yang lebih baik dari penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT dari pada metode ceramah terhadap aktivitas dan hasil belajar TDO.

(2)

PENDAHULUAN

Aspek yang paling utama di Indonesia adalah pendidikan, msekipun demikian kualitas pendidikan Indonesia masih belum maksimal. Hal ini dijelaskan dari laporan PISA bahwasannya skor program penilaian pelajar internasional Indonesia memang masih rendah yaitu Indonesia menghuni peringkat ke-63 dari 72 peserta PISA (http://www.jurnas.com). Rendahnya hasil PISA tersebut merupakan salah satu indikator bahwasannya kualitas pendidikan Indonesia masih cenderung rendah jika dibandingkan dengan negara lain.

Solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi permasalahan mengenai pendidikan saat ini yaitu pada perubahan kurikulum yang lebih menekankan pada dunia industri khususnya pada jenjang SMK. Adapun jenjang pendidikan tingkat menengah di Indonesia yaitu SMK yang merupakan jenjang pendidikan kejuruan yang bertujuan menghasilkan pekerja yang terampil sesuai dengan kompetensi di Du/Di, serta mampu mengembangkan potensi dalam dirinya menyesuiakan dinamika perkembangan IPTEKS (PP No. 34 Th. 2018). SMK merupakan lembaga pendidikan yang lulusannya disiapkan untuk menghadapi dunia kerja. Adapun lulusan dari SMK diharapkan mampu bersaing di dunia industri saat ini sesuai konsep kurikulum yang berlaku bahwasannya pendidikan di SMK disesuaikan dengan keadaan industri yang sesuai dengan kompetensi keahliannya. Adapun upaya untuk menghasilkan kualitas lulusan tersebut di atas yaitu dengan meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran, maka dari itu peran gurulah yang menjadi kunci utama keberhasilan dalam pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan pengamatan ketika observasi pada saat proses pembelajaran di SMK Muhammadiyah Mlati pada mata pelajaran Teknologi Dasar Otomotif (TDO), aktivitas siswa masih tergolong rendah dalam mengikuti pembelajaran dan belum begitu optimal, hal ini karena masih ditemukan berapa siswa yang tidak fokus memperhatikan guru saat menjelaskan materi, siswa sibuk sendiri, dan hanya menjadi pendengar. Pembelajaran pada saat teori lebih cenderung berjalan satu arah karena guru menggunakan metode ceramah dan ketika praktik semua siswa terlibat namun keaktifan dan keseriusan siswa hanya sebagian. Aktivitas siswa dikatakan rendah karena proses pembelajaran masih berjalan satu arah dan siswa lebih cenderung menjadi objeknya sehingga keterlibatan siswa kurang begitu terlibat aktif dalam pembelajaran, kelas menjadi kurang kondusif, ada yang diam dan mengerjakan hal lain yang menurut mereka nyaman. Hasil belajar TDO di SMK Muhammadiyah Mlati dibatasi menggunakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) di angka nilai 72 tetapi hasil belajar siswa rata-rata masih di bawah KKM yaitu 32,16. Nilai tersebut didapatkan dari hasil Penilaian Tengah Semester (PTS) semester gasal tahun 2019.

Dengan melihat aktivitas dan hasil belajar siswa yang masih belum optimal dalam pelajaran TDO, maka dari itu perlu adanya solusi pemecahan persoalan tersebut. Adapun cara yang dilakukan yaitu dengan menerapkan model yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran agar siswa mampu berperan aktif dalam belajar dan dapat memecahkan masalah.

Penyelesaian masalah yang dapat diupayakan yaitu pemilihan model pembelajaran yang aktif (handoyono & Arifin, 2016). Karakteristik model pembelajaran yang dapat memberikan motivasi supaya siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT). Karakterisitik model pembelajaran ini yaitu memercayakan pada

satu siswa untuk mewakili kelompoknya di kelas (Salvin 1995: 13-132). Model pembelajaran ini memposisikan siswa lebih dominan aktif dalam pembelajaran TDO dimana semua siswa harus mampu menguasai materi dan aktif dalam berkelompok belajar.

Aktivitas belajar mata pelajaran TDO merupakan suatu hal yang memberikan arah kepada siswa untuk aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran mampu sepenuhnya diikuti oleh siswa. Tujuannya yaitu supaya pembelajaran tidak hanya berjalan satu arah dalam hal ini dari guru kepada murid saja. Sebagaimana dijelaskan dalam Priyanto & Inderanata (2020: 107) bahwasannya kompetensi kerja atau kesiapan kerja terdiri dari domain konseptual dan domain

(3)

operasional. Secara konseptual, domain mencakup ranah kognitif (pengetahuan), dan secara operasional mencakup domain afektif (sikap) dan domain psikomotor (ketrampilan). Dengan demikian, kesiapan kerja adalah kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiganya akan terwujud dengan baik tergantung pada aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa dan hal tersebut dapat dinilai melalui hasil belajar siswa.

Hasil belajar merupakan capaian penting yang harus dicapai oleh siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar merupakan kegiatan individual untuk dapat memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara melakukan aktivitas belajar. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Sebagaimana dijelaskan oleh Sudjana (2011: 3) bahwasannya hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku ke arah yang positif sebagai hasil dari belajar. Perubahan yang dimaksud disini yaitu perubahan ketika siswa sudah mengikuti proses pembelajaran sehingga akan menjadi kearah yang lebih baik.

Model pembelajaran merupakan aspek yang bisa diganti sesuai dengan situasi belajar siswa sebagaimana pula dalam mata pelajaran TDO dengan tujuan untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Sejalan dengan itu Istarani (2011: 1) mengemukakan bahwasannya model pembelajaran adalah segala fasilitas dan materi yang berkaitan dengan penggunaan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Dengan adanya model pembelajaran sehingga mampu menambah keefektifan dalam belajar siswa dan memberikan suasana yang beda untuk siswa. Salah satu dari berbagai macam model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT yang merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan oleh

Speancer Kagen pada tahun 1993 yang merupakan suatu pembelajaran yang digunakan untuk

melibatkan partisapasi siswa yang lebih banyak dalam memahami materi, dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto dalam Afandi dkk, 2013:65). Sebagai pengganti cara mengajukan pertanyaan kepada siswa, siswa yang lainnya memiliki tanggung jawab tugas untuk menjawabnya, kemudian siswa mempresentasikan tugas yang sudah dijawabnya.

Kesesuaian model kooperatif tipe NHT dengan pembelajaran TDO yaitu model ini membuat siswa untuk berpastisipasi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih efektif. Model ini dapat diterapkan dalam pembelajaran TDO dan harapannya akan lebih baik lagi kompetensi dasar yang dicapai. Hal itu terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah dkk (2017) dengan hasil penelitian tersebut diperoleh rata-rata aktivitas belajar siswa di kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari pada pembelajaran konvensional.

Dengan menggunakan model ini, maka akan terbentuknya proses pembelajaran yang terstruktur sehingga pemahaman materi akan merata. Berbeda dengan jika hanya menggunakan metode ceramah atau konvensional, yang mana hanya berjalan satu arah sehingga tidak ada tuntutan kepada siswa untuk berusaha memahami materi pembelajaran. Penerapan model NHT akan membuat siswa lebih aktif dari sebelumnya dengan adanya tugas pokok yang berbeda yang diberikan kepada setiap masing-masing inividu.

Aktivitas Belajar Siswa

Pembelajaran merupakan suatu tindakan yang saling memengaruhi, dalam hal ini adalah guru dan murid. Proses pembelajaran haruslah melibatkan seluruh aspek siswa, baik itu jasmani maupun rohani siswa, sehingga perilakunya bisa berubah dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik pun itu berkaitan dengan aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilannya (Hanafiah & Suhana, 2010: 23). Sebagaimana dijelaskan oleh Nasution (2000: 89) bahwasannya aktivitas belajar adalah aktivitas yang sifatnya jasmani ataupun rohani.

SMK Muhammadiyah Mlati, menerapkan kurikulum 2013. Dimana mata pelajaran TDO merupakan salah satu mata pelajaran yang diampu di kelas X yang dibagi menjadi 15 kompetensi dasar

(4)

yang ditempuh dalam 2 semester. Aktivitas belajar mata pelajaran TDO merupakan suatu hal yang mengarahkan siswa untuk aktif berpatispasi dalam pembelajaran. Tujuannya yaitu supaya pembelajaran tidak hanya berjalan satu arah dalam hal ini dari guru kepada murid saja supaya dapat tercapainya tiga aspek dalam pendidikan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang sebagaimana dijelaskan oleh Priyanto (2020: 107) bahwasannya kompetensi kerja atau kesiapan kerja terdiri dari domain konseptual dan domain operasional. Secara konseptual, domain mencakup ranah kognitif (pengetahuan), dan secara operasional mencakup domain afektif (sikap) dan domain psikomotor (ketrampilan). Dengan demikian, kesiapan kerja adalah kesiapan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Ketiga aspek tersebut haruslah ada pada setiap diri siswa, dengan tujuan untuk bekal kedepannya, sehingga dari semua aspek siswa akan merasa siap baik itu pengetahuan, sikap maupun keterampilannya sesuai dengan tumbuh kembang siswa tersebut.

Hasil Belajar Teknologi Dasar Otomotif (TDO)

Hasil belajar adalah hal penting dalam suatu pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan suatu indikator individu dalam memperoleh aspek pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Aktivitas-aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Sebagaimana dijelaskan oleh Sudjana (2011: 3) bahwasannya hasil belajar siswa adalah suatu perubahan tingkah laku yang merupakan hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan yang dimaksud disini yaitu perubahan ketika siswa sudah mengikuti proses pembelajaran sehingga akan menjadi ke arah yang lebih baik. Kemudian dijelaskan pula oleh Susanto (2013: 5) yang berpendapat bahwasannya hasil belajar siswa adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dituangkan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil uji atau tes mengenai beberapa materi pelajaran tertentu.

Mata pelajaran TDO yang meliputi ranah pengetahuan sebagai pengenalan awal terhadap peminatan kejuruan di SMK jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif. Dengan demikian hasil belajar yang diharapkan dalam mata pelajaran TDO yaitu lebih cenderung ke penalaran teori pada ranah kognitif. SMK Muhammadiyah Mlati menerapkan kurikulum 2013. Dimana mata pelajaran TDO merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di kelas X. Mata pelajaran TDO dibagi menjadi 15 kompetensi dasar yang ditempuh dalam 2 semester. Mata pelajaran TDO yang meliputi ranah pengetahuan sebagai pengenalan awal terhadap peminatan kejuruan di SMK jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif. Dengan demikian hasil belajar yang diharapkan dalam mata pelajaran TDO yaitu lebih cenderung ke penalaran teori pada ranah kognitif.

Model Kooperatif tipe NHT

Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT yang merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Speancer Kagen pada tahun 1993 yang merupakan suatu pembelajaran yang digunakan untuk melibatkan partisipasi siswa lebih banyak dalam pemahaman materi dalam pemebelajaran (Trianto dalam Afandi dkk, 2013:65). Sebagai pengganti cara untuk mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, dalam hal ini siswa memiliki tangung jawab masing-masing untuk menjawab tugasnya. Kemudian siswa mempresentasikan tugas yang sudah dijawabnya. Sejalan dengan itu, Slavin (1995: 13-132) mendefinisikan bahwa NHT pada dasarnya merupakan salah satu jenis daripada diskusi kelompok, NHT memberikan kepercayaan pada satu siswa untuk menjadi wakil dari kelompoknya di depan kelas.

Kesesuaiannya dengan pembelajaran TDO yaitu model pembelajaran ini membuat siswa untuk aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih efektif. Model pembelajaran NHT dapat diterapkan dalam pembelajaran TDO dan harapannya akan lebih baik lagi

(5)

kompetensi dasar yang dicapai. Sintaks model ini dapat dilihat sebagai berikut (Ibrahim dalam Hamdayana, 2014: 176):

Tabel 1. Langkah NHT

No Langkah Kegiatan

1 Persiapan Guru menyiapkan rencana dengan membuat RPP dan LKS. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga perlu adanya persiapan yang matang sebelum memulai pembelajaran.

2 Membentuk Kelompok Pembentukan kelompok dibuat penyamarataan siswa yang unggul dan yang biasa, dengan tujuan supaya suasana proses pembelajaran dapat hidup.

3 Menyediakan buku paket atau panduan di setiap kelompok

Tersedianya buku penjunjang pembelajaran agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan guru. Selain itu bisa juga mencari materi dari internet. Buku dan seperangkatnya digunakan sebagai sumber referensi untuk belajar siswa sehingga akan lebih memudahkan dalam proses pembelajaran.

4 Diskusi permasalahan Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dengan adanya LKS untuk belajar, maka siswa akan lebih fokus terhadap materi yang sedang dipelajari.

5 Memanggil nomor anggota/ pemberian jawaban

Guru memangil satu nomor di setiap kelompok dan siswa mempersiapkan jawabannya. Dengan cara seperti ini, guru dapat menilai perkembangan pemahaman siswa mengenai materi yang sedang dipelajari

6 Kesimpulan Guru secara bersama-sama dengan siswa mengumpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan terkait dengan materi, kemudian di akhir pembelajaran guru menyampaikan kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari sehingga siswa mudah untuk mencerna materi.

Metode Ceramah

Ceramah adalah metode pengajaran dengan cara menyampaikan informasi dan pengetahuan dengan menggunakan cara lisan kepada sekelompok audience atau peserta untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu sesuai dengan perencanaan (Helmiati, 2012: 60). Metode ceramah merupakan metode yang paling mudah diaplikasikan dalam suatu proses pembelajaran, sehingga metode ini adalah metode paling umum digunakan oleh guru baik itu tingkat dasar hingga tingkat atas

. Dalam hal ini penyampaian dilakukan oleh guru sedangkan siswa hanya menerima materi secara pasif. Pada metode ceramah, tidak menutup kemungkinan siswa merasa bosan karena hanya sekedar pendengar semata sehingga terkadang ada siswa yang sibuk sendiri dengan urusannya masing-masing supaya merasa nyaman.

Menurut Afandi dkk (2013: 21) Secara umum, ceramah merupakan cara yang paling mudah untuk menciptakan suasana yang tidak mengancam dan bebas tekanan bagi siswa. Para siswa tidak merasa dipaksa, mampu berpartisipasi dan tidak dipermalukan bagi mereka yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Metode ceramah ini merupakan salah satu metode yang paling umum dan sering digunakan karena pengaplikasiannya yang mudah. Bahkan semua jenjang pendidikan di Indonesia bisa mengaplikasikan metode ini oleh guru. Pembelajaran TDO yang menggunakan metode ceramah, akan cenderung berjalan satu arah dalam proses pembelajaran sehingga kurang efektif. Menurut Sagala (2010: 202) langkah-langkah metode ceramah dijelaskan sebagai berikut: 1) pendahuluan, 2) penyampaian materi, 3) penutup.

(6)

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan jenis quasi experiment berdesain nonequivalent control group design (Sugiyono, 2019: 116). Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran NHT, sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvesional berupa ceramah. Dari kedua penggunaan model pembelajaran tersebut, diharapkan mampu memperoleh data, sehingga akan terlihat mana model pembelajaran yang lebih baik.

Tabel 2. Desain Penelitian

Kelas Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen T1 X0 T2

Kontrol T1 - T2

Keterangan :

T1 = Tes Awal (diambil dari nilai pre-test pelajaran TDO)

T2 = Tes Akhir (diambil dari nilai post-test belajar TDO setelah perlakuan) X0 = Perlakuan (treatment) menggunakan model pembelajaran NHT

(-) = Tanpa perlakuan (menggunakan metode konvensional berupa ceramah)

Data penelitian yang diperoleh berupa data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa dan tes hasil belajar TDO.

Penelitian dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Mlati Sleman Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 4 minggu yaitu dimulai pada bulan Februari 2020 di semester genap.

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X TKR. Pengambilan sampel menggunakan teknik

cluster random sampling, karena peneliti berdasarkan pertimbangan homogen dan berdasarkan sumber

dari guru di sekolah dalam pengambilan sampelnya yang telah berbentuk kelas-kelas atau kelompok dimana TKR 1 sebagai kelompok eksperimen dan TKR 2 sebagai kelompok kontrol dengan masing-masing terdiri dari 20 siswa.

Teknik pengumpulan data yang observasi, tes, dan dokumentasi. Dengan mennggunakan ketiga teknik tersebut diharpakan akan mampu mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan keadaan di sekolah. Teknik observasi digunakan untuk dapat mengetahui aktivitas siswa sedangkan tes digunakan untuk bisa mengukur hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran NHT dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ceramah. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan observasi dan dilakukan tes tertulis.

Hasil uji validitas aktivitas belajar menunjukan bahwasannya sebanyak 6 dari 10 item dinyatakan valid dan dapat digunakan karena hasil perhitungan menunjukan angka signifikan yang lebih besar setelah dikonsultasikan dengan R Tabel. Sedangkan validitas hasil belajar TDO menunjukan bahwasannya sebanyak 16 dari 20 item instrumen hasil belajar TDO dinyatakan valid dan dapat digunakan karena hasil perhitungan menunjukan angka signifikan yang lebih besar setelah dikonsultasikan dengan R Tabel. Kemudian untuk hasil reliabilitas aktivitas belajar siswa diperoleh bahwasannya koefisien reliabilitas 10 item dengan metode crocbach’s alpha sebesar 0,640. Karena R hitung lebih besar dari R tabel untuk taraf signifikan 5% maupun 1% (0,640>0,561>0,444) sehingga reliabilitas instrumen aktivitas tersebut dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Sedangkan untuk reliabilitas hasil belajar TDO bahwasannya koefisien reliabilitas 30 instrumen dengan metode alpha sebesar 0,887. Karena R hitung lebih besar dari R tabel untuk taraf signifikan 5% maupun 1% (0,887>0,561>0,444), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen hasil belajar mata pelajaran TDO tersebut reliabel. Sesuai dengan ketentuan pemberian interpretasi yang dijelaskan di atas, bahwasannya nilai 0,887 masuk dalam kategori sangat baik.

Selanjutnya data dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan kemudian dianalisis menggunakan teknik statistik. Teknik analisis ini nantinya akan mendeskripsikan karakteristik semua variabel yang

(7)

diperhatikan melalui nilai modus, median, dan rata-rata. Analisis data aktivitas belajar dilihat dari hasil observasi sedangkan analisis data hasil belajar dilihat dari hasil pre-test dan posttest. Data hasil penelitian kemudian dilakukan uji yang diperlukan yaitu uji normalitas, uji homogenitas, uji keseimbangan, dan uji-t (pengujian hipotesis).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil data aktivitas dan hasil belajar TDO dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3. Data Aktivitas Belajar

Kelas N Mo Me Standar Deviasi

Eksperimen 20 17,00 17,0000 16,9000 4,03798

Kontrol 20 14,00 14,0000 14,7000 5,98661

Tabel 4. Data Hasil Belajar TDO

Kelas N Mo Me Standar Deviasi

pretest postest pretest postest pretest postest pretest postest Eksperimen 20 12,00a 22,00 13,35 21,00 13,35 20,9500 2,15883 1,98614 Kontrol 20 11,00 19,00 13,00 19,50 12,85 19,80 2,23077 2,11760

Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka perlu dilakukan uji prasyarat analisis data yang dalam hal ini meliputi data yang bersumber dari sampel yang dipilih dengan cara acak, dalam hal penelitian ini karena kelas sudah ditentukan sebelumnya. Kemudian perlu dilakukannya uji normalitas untuk dapat mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Adapun Uji normalitas dalam penelitian ini mengunakan teknik analisis data Liliefors pada taraf signifikan =0,05.

Selanjutnya perlu dilakukannya Pengujian homogenitas setelah kedua sampel dinyatakan berdistribusi normal yang kemudian ditentukan melalui uji normalitas data. Adapun Tujuan pengujian homogenitas tersebut yaitu untuk mengetahui homogen atau tidaknya kedua sampel.

Uji keseimbangan dilakukan sebelum penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas ini memiliki kemampuan yang homogen atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan uji keseimbangan di atas diperolah thitung = 0,720 dengan taraf signifikan α=0,05 dan nilai ttabel= 1.68385. Karena thitung < ttabel yaitu 0,720 < 1.68385 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan belajar TDO yang sama sebelum dilakukan perlakuan.

Karena skor rata-rata aktivitas belajar pada kelas eksperimen 16,9000 > kelas kontrol 14,7000, maka secara deskriptif terdapat perbedaan rata-rata aktivitas beajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya untuk membuktikan signifikan atau tidaknya perbedaan tersebut, maka perlu uji hipotesis dengan hasil nilai Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,021 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menyimpulkan bahwasannya ada perbedaan rata-rata antara aktivitas belajar kelas eksperimen dengan aktivitas kelas kontrol yang artinya ada pengaruh yang lebih baik dari penerapan model pembelajaran NHT daripada metode ceramah terhadap aktivitas belajar siswa kelas X TKR SMK Muhammadiyah Mlati Sleman Yogyakarta tahun 2020.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diketahui nilai Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,039 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya ada perbedaan rata-rata antara hasil belajar kelas eksperimen dengan hasil belajar kelas kontrol yang artinya ada pengaruh yang lebih baik dari penerapan model pembelajaran NHT daripada metode ceramah, terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukan bahwasannya siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran NHT yang diikuti oleh 20 siswa menghasilkan data aktivitas belajar siswa sebagai berikut diantaranya yaitu: pada data aktivitas siswa diperoleh skor rata-rata sebesar 16,9000 sedangkan untuk standar deviasinya adalah sebesar 4,03798. Skor rata-rata tersebut berada pada kurva normal

(8)

dalam kategori tinggi yaitu dengan interval 16,5 ≤ X < 19,5. Dengan demikian pengaruh NHT terhadap aktivitas belajar siswa memiliki kecenderungan tinggi.

Siswa yang belajar menggunakan metode ceramah yang diikuti oleh 20 siswa memperolah data aktivitas belajar siswa sebagai berikut diantaranya yaitu: pada data aktivitas siswa diperoleh skor rata-rata sebesar 14,7000 sedangkan untuk standar deviasinya adalah sebesar 2,51522. Skor rata-rata-rata-rata tersebut berada pada kurva normal dalam kategori sedang yaitu dengan interval 13,5 ≤ X < 16,5. Dengan demikian pengaruh metode ceramah terhadap aktivitas belajar siswa memiliki kecenderungan sedang.

Berdasarkan pembahasan hasil analisis data di atas, aktifitas belajar siswa lebih baik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dari pada metode ceramah. Hal ini ditinjau dari perbandingan antara hasil skor rata-rata aktivitas dari kedua perlakuan. Pada pembelajaran yang menggunakan model NHT menghasilkan rata-rata sebesar 16,9000 sedangkan pada pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, menghasilkan skor rata-rata yaitu sebesar 14,7000. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat selisih perbedaan skor rata-rata antara keduanya yaitu 16,9000-14,7000=2,2.

Pada data hasil belajar TDO siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran NHT diperoleh skor rata-rata sebesar 20,9500 sedangkan untuk standar deviasinya adalah sebesar 1,98614. Skor rata-rata tersebut berada pada kurva normal dalam kategori Sangat tinggi yaitu dengan interval 19,495 ≤ X ≤ 26. Dengan demikian pengaruh NHT terhadap aktivitas belajar siswa memiliki kecenderungan sangat tinggi.

Kemudian pada data hasil belajar siswa kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah diperoleh skor rata-rata sebesar 19,8000 sedangkan untuk standar deviasinya adalah sebesar 2,11760. Skor rata-rata tersebut berada pada kurva normal dalam kategori Sangat tinggi yaitu dengan interval 19,495 ≤ X ≤ 26. Dengan demikian pengaruh metode ceramah terhadap hasil belajar siswa memiliki kecenderungan sangat tinggi.

Berdasarkan pembahasan hasil analisis data di atas bahwasannya hasil belajar mata pelajaran TDO siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik jika dibandingkan dengan metode ceramah. Hal itu ditinjau dari perbandingan antara hasil skor rata-rata hasil belajar TDO dari kedua kelas yang diberi perlakuan. Pada pembelajaran yang menggunakan model NHT menghasilkan rata-rata sebesar 20,9500 sedangkan pada pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, menghasilkan skor rata-rata hasil belajar TDO siswa yaitu sebesar 19,8000. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat selisih perbedaan skor rata-rata antara keduanya yaitu skor rata-rata kelas eksperimen dikurangi skor rata-rata kelas kontrol maka diperoleh 20,9500 -19,8000= 1,15.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwasannya model pembelajaran NHT mampu memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap aktivitas dan hasil belajar TDO siswa jika dibandingkan dengan metode ceramah. Model pembelajaran NHT merupakan model pembelajaran aktif yang lebih baik digunakan pada pembelajaran jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional (Handoyono dkk: 2020). Hal itu diperkuat juga oleh Slavin (1995: 13- 132) yang mendefinisikan bahwasannya Model pembelajaran NHT memberikan rasa tanggung jawab dan kepercayaan kepada siswa sehingga siswa akan lebih aktif lagi dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini karena dalam pembelajaran menggunakan model NHT setiap siswa memiliki tanggung jawabnya masing-masing dalam kelompoknya sehingga akan menumbuhkan rasa tanggung jawab kepada masing-masing siswa yang terlibat. Dengan model NHT keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran lebih dominan sehingga mampu meningkatkan aktivitas siswa dan mampu meningkatkan hasil belajar TDO siswa kelas X TKR SMK Muhammadiyah Mlati Sleman Yogyakarta

Sebagaimana dijelaskan oleh Slavin (1995: 13- 132) bahwasannya NHT menjamin keterlibatan penuh dari semua siswa”. Dalam hal ini NHT menjamin siswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran sehingga akan meningkatkan aktivitas siswa. Dipertegas pula oleh Komalasari (2010: 62), NHT merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang memberikan tekanan pada struktur khusus

(9)

yang disusun untuk mempengaruhi pola siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasan akademik. Penguasaan akademik yang dimaksud dalam hal ini yaitu penguasaan siswa dalam memahami materi pembelajaran sehingga memberikan hasil yang lebih baik. Model pembeajaran NHT akan melatih rasa tanggung jawab kepada siswa dengan cara siswa mempresentasikan hasil belajaranya yang dipilih secara acak sehingga siswa akan lebih aktif lagi. Kemudian sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Alhaq dkk (2015) yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap Peningkatan Aktivitas Siswa". Berdasarkan hasil penelitian menunjukan setelah diberikan penerapan model pembelajaran NHT menunjukan bahwa adanya pengaruh terhadap aktivitas belajar siswa.

Hasil penelitian menunjuksn bahwasannya model pembelajaran NHT memiliki pengaruh lebih baik jika dibandingkan metode ceramah. Hal ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2018) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Di Kelas VII Mts Cerdas Murni Tembung”. Analisis deskriptif menunjukkan yang dilihat dari tes hasil belajar akhir yang mengasilkan nilai rata-rata hitung hasil belajar TDO di kelas eksperimen yang jauh berbeda dengan kelas kontrol.

Model pembelajaran NHT mampu memberikan efek pengaruh yang lebih baik terhadap aktivitas dan hasil belajar TDO siswa jika dibandingkan dengan metode ceramah. Hal itu diperkuat juga oleh Slavin (1995: 13- 132) yang mendefinisikan bahwasannya Model pembelajaran NHT memberikan rasa tanggung jawab dan kepercayaan kepada siswa sehingga siswa akan lebih aktif lagi dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini karena dalam pembelajaran menggunakan model NHT setiap siswa memiliki tanggung jawabnya masing-masing dalam kelompoknya sehingga akan menumbuhkan rasa tanggung jawab kepada masing-masing siswa yang terlibat. Dengan model NHT keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran lebih dominan sehingga mampu meningkatkan aktivitas siswa dan mampu meningkatkan hasil belajar TDO siswa kelas X TKR SMK Muhammadiyah Mlati Sleman Yogyakarta.

SIMPULAN

Berdasarkan kerangka pikir dan data hasil uji hipotesis aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran TDO di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwasannya ada perbedaan rata-rata antara aktivitas belajar kelas eksperimen dengan aktivitas kelas kontrol yang artinya ada pengaruh yang lebih baik dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dari pada metode ceramah terhadap aktivitas belajar siswa kelas X TKR SMK Muhammadiyah Mlati Sleman Yogyakarta tahun 2020. Kemudian ada perbedaan rata-rata antara hasil belajar kelas eksperimen dengan hasil belajar kelas kontrol yang artinya ada pengaruh yang lebih baik dari penerapan model pembelajaran NHT daripada metode ceramah, terhadap hasil belajar siswa kelas X TKR SMK Muhammadiyah Mlati Sleman Yogyakarta tahun 2020.

Implikasi

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT diaplikasikan dalam proses pembelajaran yang kemudian betujuan untuk dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dan juga menambah rasa percaya diri kepada siswa. Dalam proses pembelajaran menggunakan model ini setiap siswa dikoordinasi dan diberikan masing-masing tanggung jawab kepadanya sehingga siswa lebih aktif lagi dalam mengikuti pembelajaran. Model ini akan merubah keadaan pasif siswa yang sebelumnya hanya mendengarkan materi saja. Dengan menggunakan model ini seluruh siswa terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajran.

(10)

Kepala sekolah hendaknya memberikan dorongan kepada guru mata pelajaran Teknologi Dasar Otomotif dan sejenisnya supaya dapat menerapkan model pembelajaran NHT, sehingga guru bisa berperan lebih aktif lagi dalam mengorganisir siswanya dan proses pembelajaran pun akan semakin terorganisir. Dengan menerapkan model ini siswa akan lebih terkoordinasi, sehingga aktivitas siswa dat terpantau dan materi pembelajaran bisa tersampaikan dengan baik.

Sekolah memberikan bimbingan dan keleluasaan terhadap guru untuk dapat menerapkan dan mengembangkan khususnya dalam menerapkan model pembelajaran NHT sehingga dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Tujuannya supaya guru terfasilitasi oleh sekolah maka dengan begitu akan lebih mudah dalam menjalankan proses pembelajaran. Karena kepala sekolah lah yang memiliki kebijakan dalam terealisasinya suatu kegiatan di sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

A Amirudin, S Setuju (2018). Development of multimedia-based learning media interactive on a subject of cooling systems in Vocational School of Industry Yogyakarta.. Taman Vokasi 6 (2), 176-182

Afandi, Muhammad, dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Semarang: Unissula Press

Alhaq, Arini, Dkk. 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap Peningkatan Aktivitas Siswa". Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Ekonomi Akuntansi, Vol 1, No 1, Hal.89-100

Depdiknas. 2007. Pedoman Pengembangan Fisik/Motorik di Taman Kanak- kanak. Jakarta. Dewantara, Ki Hadjar. 2013. Pendidikan. Yogyakarta : UST-press

Firmansyah, Yopie, Dkk. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht (Numbered Heads

Together ) Berbantuan Media Simulasi Phet Terhadap Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa

Sma Di Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 1, Hal 94-99.

Hamdayana, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Handoyono, Nurcholish Arifin & Arifin, Zainal. 2016. Pengaruh Inquiry Learning dan Problem-Based

Learning Terhadap Hasil Belajar PKKR Ditinjau Dari Motivasi Belajar. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 6, No. 1, Hal. 31-42.

Handoyono, Nurcholish Arifin, dkk. 2020. Eksperimentasi Model Contextual Teaching and Learning untuk Mata Kuliah Pekerjaan Dasar Otomotif. Jurnal Dinamika Vokasional Teknik Mesin, Vol 5,

No. 1, Hal. 76-82.

Hanafiah, Nanang dan Suhana Cucu. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Isjoni. 2013. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Istarani, 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif (Reverensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran) . Medan : Media Persada

Jurnas.com. 2018. Pergerakan Pisa Indonesia Cenderung Meningkat

http://www.jurnas.com/artikel/31315/Pergerakan-Pisa-Indonesia-Cenderung-Meningkat/. (diakses tanggal 12 November 2019)

Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Nasution, Dewi Yunita. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together

(NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Di Kelas Vii MTs Cerdas Murni Tembung. Skripsi. Tidak

Diterbitkan. Sumatera Utara: Uin

Priyanto Slamet & Inderanata, R. Novian. 2020. Internship Students’ Work Readiness: Case Study in Metal Machining Department at Yogyakarta Vocational Training Center. American Journal of

(11)

Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Setuju, dan priyanto, S. (2015). Penerapan Media Pembelajaran Multimedia Dalam Upaya

Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Gambar Teknik Mesin 1 Kelas X di SMK Muhammadiyah Prambanan. Taman Vokasi UST. 1,(1),84-94.

Slavin, R. 1995. Cooperative Learning Theory. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Referensi

Dokumen terkait

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel tanah terganggu yang diambil di lahan perkebunan karet dengan tanaman sela meranti, damar, gaharu dan

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi perhatian orang tua dengan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar sosiologi dengan R 2

langit.Suatu ketika bintang berpapasan dengan Matahari dalam jarak yang dekat.Karena jarak yang dekat, tarikan gravitasi bintang yang lewat sebagian bahan dari Matahari(mirip

Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari sediaan jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis, misal:.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ragam aktivitas yang dilakukan oleh tiga jenis kuntul terhadap keberhasilan makannya di Cagar Alam Pulau Dua Teluk Banten,

Komite bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang independen kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi kepada

Di dalam hubungan mempunyai pengaruh positip dan tidak terlalu signifikan.Temuan tersebut memperlihatkan calon mahasiswa masih dalam kondisi transisi (kultur yang

Karakteristik agen pelaksana yang berupa SOP dan Struktur merupakan hal yang penting agar implementasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam pelaksanaan PKH