• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 dalam penelitian ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 dalam penelitian ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Bab 1 dalam penelitian ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hasil yang diharapkan, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, serta sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa negara wajib melayani setiap warga negara untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka pelayanan umum dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan publik yang memadai akan menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menyebutkan bahwa “pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik ialah lembaga pelayanan publik, baik pemerintah (pusat dan daerah) maupun Badan Usaha Milik Negara/Daerah. Penerima layanan publik ialah perseorangan atau sekelompok orang atau badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik.”

Kualitas pelayanan publik merupakan salah satu tolak ukur kinerja pemerintah dalam melakukan tanggung jawabnya kepada masyarakat. Kualitas pelayanan publik dapat diukur dari empat area, yaitu ekonomi, pendidikan,

(2)

kesehatan dan keamanan publik (Key 2016). Pelayanan publik yang berkualitas merupakan salah satu pilar untuk menunjukkan terjadinya perubahan penyelenggaraan pemerintahan yang berpihak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat (Puspitasari 2015). Hal ini tertuang dalam Nawa Cita Presiden Joko Widodo yang dijabarkan dalam Agenda Pembangunan Nasional-RJMN 2015—2019. Salah satu bagian Nawa Cita tersebut ialah dimensi pembangunan manusia yang dijabarkan dari cita kelima, cita kedelapan dan cita kesembilan. Dimensi pembangunan manusia tersebut, antara lain

1. sektor pendidikan dengan melaksanakan Program Indonesia Pintar; 2. sektor kesehatan dengan melaksanakan Program Indonesia Sehat; 3. perumahan rakyat;

4. melaksanakan revolusi karakter bangsa;

5. memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia; 6. melaksanakan revolusi mental.

Dalam rencana kerja pemerintah tahun 2016, peningkatan kualitas hidup juga tecermin melalui pemenuhan hak-hak dasar warga negara untuk memperoleh layanan publik, termasuk sektor kesehatan. Salah satu program pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut ialah pelaksanaan program jaminan kesehatan nasional (JKN) yang diimplementasikan sejak 1 Januari 2014. Hal ini berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Program ini memungkinkan setiap warga negara untuk mendapatkan akses dan jaminan pelayanan kesehatan. Program yang

(3)

dilaksanakan oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ini memiliki fungsi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui suatu jaminan kesehatan. Fungsi tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial pada Pasal 9, Ayat (1). Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 menjelaskan jumlah peserta BPJS di awal tahun 2017 mencapai 77% dari jumlah penduduk Indonesia. Progres ini cukup baik dan diharapkan mencapai ≥95% dari jumlah penduduk Indonesia yang menjadi sasaran akhir dari RPJMN 2019.

Respons positif dari masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ini menjadi acuan pemerintah untuk terus membenahi sistem pelayanan. Menurut Rismawati (2015) pelaksanaan BPJS memerlukan penyempurnaan di berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kepesertaan, pelayanan, pendanaan, dan pengorganisasian. Menurut KPK (2015) salah satu masalah pendanaan yang dihadapi ialah masih rendahnya efektivitas penggunaan dana kapitasi dalam meningkatkan mutu layanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Dana yang disalurkan dari BPJS ke setiap FKTP terbilang sangat besar, tetapi perubahan kualitas layanan FKTP secara keseluruhan belum terlihat secara nyata. Mas’ud (2015) menyatakan bahwa puskesmas yang merupakan bagian FKTP belum maksimal mengelola anggaran termasuk di antaranya ialah dana kapitasi JKN. Sejumlah FKTP masih belum mampu mengoptimalkan pemanfaatan dana kapitasi sehingga menghambat peningkatan mutu layanan kesehatan.

(4)

Kondisi ini juga terjadi di sejumlah FKTP di Kabupaten Tana Toraja, termasuk Puskesmas Makaleyang merupakan puskesmas terbesar di kabupaten tersebut. Puskesmas ini mendapatkan dana kapitasi yang cukup besar setiap tahun. Laporan realisasi (LR) dana kapitasi menunjukkan bahwa puskesmas ini mendapatkan dana kapitasi sebesar Rp1.668.981.000,00 pada tahun 2016. Dana ini dialokasikan menjadi dua bagian, yaitu biaya jasa pelayanan dan biaya operasional. Laporan Realisasi Dana Kapitasi Puskesmas Makale menunjukkan bahwa pada tahun 2016 realisasi biaya jasa pelayanan 100%. Namun, hal tersebut belum diikuti dengan kualitas pelayanan yang memadai. Puskesmas ini baru mendapatkan akreditasi madya pada Januari 2017 dan masih membutuhkan pembenahan di berbagai aspek. Dalam wawancara awal dengan pasien, pasien menyebutkan memiliki keluhan terkait pelayanan di puskesmas tersebut. Salah satu keluhan yang dimaksud terkait masih minimnya kualitas sumber daya manusia. Menurut Heriawan (2016) keluhan masyarakat lebih banyak mengacu pada rendahnya mutu layanan.

Laporan realisasi dana kapitasi tersebut juga menyatakan realisasi biaya operasional hanya sekitar 54,7%. Penyerapan yang masih rendah ini dibuktikan dengan sejumlah fasilitas kesehatan yang merupakan pos dari biaya operasional masih belum memadai. Data aplikasi laporan sarana prasarana kesehatan (ASPAK) menyatakan baru 30% fasilitas kesehatan yang terpenuhi di puskesmas tersebut. Dana kapitasi memiliki peranan yang besar dalam meningkatkan mutu layanan di Puskesmas Makale. Sumber pendapatan puskesmas berasal dari bantuan operasional puskesmas (BOK) dan yang terbesar sekitar 75% berasal dari dana kapitasi. Oleh

(5)

karena itu, mutu layanan yang belum memadai mengindikasikan dana kapitasi yang belum optimal dimanfaatkan.

Fenomena di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan dana kapitasi yang belum optimal berdampak pada mutu layanan di puskesmas tersebut. Oleh karena itu, Puskesmas Makale harus berbenah mengatasi masalah itu sehingga mutu layanan yang berkualitas bisa tercapai. Peranan puskesmas sangat penting sebagai pemberi layanan yang memiliki kontak pertama dengan masyarakat. Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji pemanfaatan dana kapitasi dalam meningkatkan mutu layanan di Puskesmas Makale.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah yang diajukan peneliti yakni Puskesmas Makale diindikasikan belum mampu mengoptimalkan pemanfaatan dana kapitasinya dalam meningkatkan mutu layanan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, pertanyaan penelitian ini yakni sebagai berikut.

1. Mengapa pemanfaaan dana kapitasi dalam meningkatkan mutu layanan belum optimal pada Puskesmas Makale?

2. Upaya apakah yang diperlukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana kapitasi dalam meningkatkan mutu layanan di Puskesmas Makale?

(6)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yakni sebagai berikut.

1. menganalisis penyebab pemanfaatan dana kapitasi belum optimal dalam meningkatkan mutu layanan di Puskesmas Makale;

2. mengidentifikai upaya-upaya yang diperlukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana kapitasi dalam meningkatkan mutu layanan di Puskesmas Makale.

1.5 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi praktis dan kontribusi kebijakan. (1) Kontribusi Praktis

Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada Puskesmas Makale melalui upaya-upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana kapitasi dalam rangka meningkatkan mutu layanan.

(2) Kontribusi Kebijakan

Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada regulator sebagai pembuat kebijakan dalam pemanfaatan dana kapitasi.

1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Ruang lingkup dan batasan penelitian ini berfokus untuk menganalisis pemanfaatan dana kapitasi dan mengkaji upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana kapitasi dalam meningkatkan mutu layanan di Puskesmas Makale.

(7)

1.7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini secara garis besar dibagi ke dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan kajian pustaka. Kajian pustaka tersebut berisi tinjauan pustaka yang menjadi referensi yang relevan dengan pertanyaan penelitian, yaitu pembayaran kapitasi, dana kapitasi, mutu layanan kesehatan, pusat kesehatan masyarakat, dan penelitian terdahulu.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan rancangan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Rancangan penelitian tersebut mencakup latar belakang kontekstual, jenis penelitian, jenis dan prosedur pengumpulan data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan hasil temuan dalam penelitian. BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi simpulan dan saran hasil penelitian yang relevan terhadap pertanyaan dan tujuan penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

terapi musik instrumental 82% depresi ringan, 18% depresi berat, 2) setelah melakukan terapi musik instrumental 88% tidak depresi dan 12% depresi ringan, 3) hasil

Agar penyeleksian karyawan dapat dilakukan dengan lebih efisien serta menghindari subyektifitas keputusan yang dihasilkan, diperlukan suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK)

Ini terlihat dari hasil pada proses pembelajaran menggunakan metode outbound sebagai berikut: (a) bersabar menunggu giliran total hasil observasi mencapai

1. Adanya perasaan senang terhadap belajar. Adanya keinginan yang tinggi terhadap penguasaan dan keterlibatan dengan kegiatan belajar. Adanya perasaan tertarik yang

[r]

Seperti halnya penerapan ICT berdasarkan sarana dan prasarana (infrastruktur) yang ada di Museum Angkut, dimana penerapan ICT ini bertujuan untuk mempermudah

From Incidental News Exposure to News Engagement: How Perceptions of the News Post and News Usage Patterns Influence Engagement with News Articles Encountered on