• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia, bahkan di dunia saat ini begitu pesat di dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan biofuel mengakibatkan kebutuhan komoditas tersebut melambung tinggi.

Menurut data Ditjen Perkebunan, areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 17 provinsi meliputi wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Tahun 2010 wilayah Sumatera merupakan yang terbesar yaitu sebesar 5.892.707 ha atau 76,46% dari total areal perkebunan kelapa sawit nasional. Di wilayah ini provinsi Riau tercatat memiliki areal terbesar yaitu 1.815.313 ha dan selanjutnya diikuti provinsi Sumatera Utara seluas 1.142.395 ha.

Wilayah lainnya yang juga memiliki areal perkebunan kelapa sawit cukup besar adalah Kalimantan seluas 1.549.275 ha (19,80%). Dengan luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 791.667 ha, Kalimantan Tengah tercatat sebagai yang terbesar di Kalimantan, kemudian disusul oleh Kalimantan Barat seluas 532.034 ha.

Keberhasilan penanaman kelapa sawit dengan produktivitas tinggi berkaitan erat dengan pertumbuhan atau vegetatif tanaman di lapangan. Keragaan vegetatif tanaman tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni lingkungan, perlakuan, serta sumber daya manusia sebagai pengelola.

Perkembangan industri kelapa sawit sudah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan permintaan pasar akan komoditi ini semakin besar. Para pelaku industri ini harus terus melakukan perbaikan serta melakukan inovasi dalam pelaksanaan teknis budidaya.

(2)

Salah satu teknis budidaya tersebut adalah dengan teknis pembuatan lubang tanam secara mekanis menggunakan alat yang disebut Excavator.

B. Perumusan Masalah

Keterbatasan tenaga kerja pada saat penanaman dalam mengembangkan sawit (Elaeis guineensis Jacq) membuat para pengusaha menerapkan mekanisasi pada saat penanaman. Mekanisasi adalah penggunaan mesin dalam kegiatan kultur teknis tanaman. Pada pembuatan lubang tanam alat yang digunakan adalah Excavator.

Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam usaha perkebunan pengusaha juga menerapkan mekanisasi pada kegiatan kultur teknis perkebunan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka para pengusaha perkebunan menerapkan mekanisasi sehingga dapat meningkatkan efektivitas hasil kinerja karyawan pada kegiatan tanaman ulang (replanting) khususnya pada saat pembuatan lubang tanam (holling).

Penggunaan Excavator memiliki beberapa keunggulan daripada secara manual menggunakan tenaga kerja manusia dengan alat cangkul. Beberapa keunggulannya tersebut adalah : kedalaman lubang tanam sesuai dan seragam, kualitas lubang tanam lebih terjamin, tenaga lebih efisien dan lebih cepat serta pengawasannya mudah.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu diadakan penelitian/pengkajian tentang efektifitas dan efisiensi penggunaan mekanisasi dan manual pada pembuatan lubang tanam kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq).

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui biaya yang digunakan dalam pembuatan lubang tanam kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) secara mekanis dan manual.

(3)

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi tentang kajian biaya pembuatan lubang tanam kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) secara mekanis dan manual.

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyiapan Lahan

Sebelum memulai penanaman, lokasi harus di survei terlebih dahulu untuk mengenal kondisi lahan dan titik penting seperti areal rendahan, bukit, dan lain-lain. Sebelum melakukan pembukaan lahan terlebih dahulu dilakukan identifikasi vegetasi yang ada pada lahan tersebut (Hartanto, 2011).

Penilaian kesesuaian lahan ditujukan terhadap setiap Peta Satuan Tanah (SPT) yang ditemukan pada suatu areal. Untuk keperluan evaluasi lahan maka sifat fisik lingkungan suatu areal wilayah dirinci ke dalam suatu kualitas tanah. Karakteristik lahan yang diperlukan penilaian lahan untuk kelapa sawit meliputi curah hujan, jumlah bulan kering, ketinggian di atas permukaan laut, bentuk daerah atau lereng, kandungan batuan atau bahan kasar di dalam dan di permukaan tanah, kedalaman efektif tanah atau kedalaman gambut, tekstur tanah, kelas drainase, dan tingkat pelapukan gambut (Hartanto, 2011).

Dari data yang ada maka dapat ditentukan apakah pembukaan lahan dilakukan secara manual, manual-mekanis, atau secara mekanis saja. Pembukaan areal perkebunan kelapa sawit pada daerah alang-alang dapat dilakukan dengan cara mekanis dan chemis, secara mekanis dilakukan dengan membajak dan menggaru, secara chemis dilakukan dengan menyemprot alang-alang dengan racun (Hartanto, 2011).

Metode pembukaan lahan yang sebaiknya dilakukan adalah pembukaaan lahan tanpa bakar, karena dengan cara membakar hutan dilarang oleh pemerintah dengan dikeluarkannya SK Dirjen Perkebunan No. 38 tahun 1995, tentang pelanggaran membakar hutan (Hartanto, 2011).

(5)

Selain itu alasan menggunakan metode tanpa bakar adalah : 1. Mempertahankan kesuburan tanah

2. Menjamin pengembalian unsur hara 3. Mencegah erosi permukaan tanah 4. Membantu pelestarian lingkungan

Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit memerlukan rencana yang matang. Penentuan lokasi harus dipertimbangkan secara masak-masak. Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit harus mempertimbangkan berbagai aspek , tidak hanya keuntungan ekonomi semata. Akan tetapi, pembukaan lahan juga harus memandang segi ekologis. Perkebunan kelapa sawit harus ramah lingkungan. Cara membuka untuk tanaman kelapa sawit disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia. Menurut Putranto ada beberapa jenis pembukaan lahan yang dapat diterapkan, diantaranya :

1. Pembukaan lahan baru

Pembukaan lahan baru adalah pembukaan lahan/kebun kelapa sawit dengan cara mengubah hutan primer, hutan sekunder, semak belukar, atau areal yang ditumbuhi lalang. Pembukaan lahan, terutama hutan harus hati-hati dan dilaksanakan sesuai aturan dan undang-undang yang berlaku. Pembukaan lahan baru akan lebih bermanfaat bila lahan yang digunakan semula adalah lahan kritis.

2. Konversi

Konversi adalah penanaman kelapa sawit pada areal yang sebelumnya ditanami dengan tanaman perkebunan seperti karet, kelapa, atau komoditas tanaman perkebunan lainnya. Konversi tidak membuka lahan baru, tetapi hanya mengganti jenis tanaman menjadi kelapa

(6)

sawit. Konversi biasa dilakukan jika tanaman sebelumnya kurang menghasilkan keuntungan sehingga berubah ke jenis tanaman lain yang lebih menguntungkan.

3. Replanting

Replanting merupakan pembukaan perkebunan untuk kelapa sawit disebuah areal yang sebelumnya juga ditanami kelapa sawit. Hal ini biasa dilakukan jika kelapa sawit yang sebelumnya kurang produktif atau sudah berumur tua sehingga produktivitas menurun. Oleh karena itu, agar bisa produktif kembali, tanaman kelapa sawit yang lama perlu dibongkar dan diganti dengan tanaman kelapa sawit yang baru.

Persiapan lahan merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus dilaksanakan berdasarkan jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan. Mengingat areal kebun kelapa sawit yang cukup luas, pembukaan lahan dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap. Namun yang terpenting adalah keadaan kebun sudah siap dipanen dan dapat memasok buah yang akan diolah ketika pabrik sudah siap berproduksi.

B. Persiapan Tanam

Jenis-jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah : (a) Pembuatan larikan tanaman atau penempatan pancang, atau ajir tanam, (b) Penanaman tanaman penutup tanah kacangan, dan (c) Penanaman kelapa sawit.

1. Pengajiran

Pengajiran atau memancang adalah menentukan tempat-tempat yang akan ditanam bibit kelapa sawit. Letak ajir (pancang) harus tepat, sehingga terbentuk barisan ajir yang lurus dilihat dari segala arah, dan kelak setiap individu tanaman pun akan lurus teratur serta memperoleh tempat tumbuh yang sama luasnya. Dalam keadaan yang demikian,

(7)

tanaman mempunyai peluang untuk tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang tidak berbeda (Hartanto, 2011)

Pemancangan dimaksudkan untuk memberikan tanda-tanda guna pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yang telah direncanakan. Selain itu, pemancangan juga digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan jalan, parit, teras/tapak kuda, dan penanaman kacang-kacangan penutup tanah.

Bahan dan alat yang diperlukan untuk melakukan pemancangan berupa kompas, kayu pancang (pancang induk dan anak pancang), bendera, parang, meteran, tali rami/sling besi untuk jarak tanam antar pokok dalam barisan utara-selatan 9,20 m (1 buah), serta jarak tanam antarbaris timur-barat 7,96 m (2 buah).

Pada areal pembukaan baru, pekerjaan memancang dilaksanakan setelah seluruh kayu dirumpuk/stacking di gawangan dan blocking dilakukan, tetapi sebelum dilakukan penanaman kacang-kacangan penutup tanah. Pada areal peremajaan, pekerjaan pancang titik tanaman dilaksanakan setelah seluruh pokok tanaman lama (kelapa sawit/karet/kakao) sudah ditumbangkan, dicincang dan dirumpuk ke gawangan yang sudah ditentukan (Pahan, 2008).

Pada tahap pertama dibuat rancangan larikan (barisan) tanaman serta pancang sebagai titik tanam, dimana bibit kelapa sawit akan ditanam. Sistem jarak tanaman yang digunakan umumnya adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 m x 9 m x 9m. Dengan sistem segitiga sama sisi ini, jarak Utara-Selatan tanaman adalah 7,82 m dan jarak antara setiap tanaman adalah 9m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon. Penanaman kelapa sawit dapat juga menggunakan jarak tanam 9,5 m x 9,5 m x 9,5 m dengan jarak tegak lurusnya (U-S) 8,2 m dan populasi 128 pohon per hektar. Untuk

(8)

mencapai ketepatan pengajiran, pekerjaan pengajiran harus dilaksanakan oleh pekerja yang terlatih (BPM, 2010).

a. Pengajiran Lahan Datar

 Pertama kali yang harus diperhatikan adalah amati kondisi lahan yang akan diajir (bentuk dan batas lahan, jalan utama kebun, alur sungai dan lain-lain)  Bila tidak ada jalan utama dalam kebun, buat ajir kepala arah utara – selatan

dengan jarak sesuai yang ditentukan (mulai dari tengah lahan)

 Buat ajir anakan arah timur – barat dengan jarak sesuai yang ditentukan (mulai dari tengah lahan)

 Selanjutnya tarik garis lurus ke arah timur – barat disetiap ajir kepala  Tarik garis lurus utara – selatan disetiap ajir anakan

 Titik pertemuan garis, merupakan titik lubang tanam

 Bila ditengah kebun ada jalan utama, maka agar terlihat estetikanya oleh siapapun yang melewati jalan utama kebun, lakukan pengajiran dengan langkah sebagai berikut :

 Dari tepi kanan kiri jalan utama dari bagian tengah kebun tancapkan ajir kepala berjarak sekitar ½ dari jarak tanam yang ditentukan (yang penting pertumbuhan kanopi tanaman nantinya tidak keluar sampai ke jalan utama)  Tarik garis utara – selatan (searah jalan utama), ajir kepala sesuai dengan

jarak tanam yang ditentukan

 Disetiap titik ajir kepala, taris garis ke arah timur – barat, kemudian tancapkan ajir anakan sesuai denga jarak tanam yang ditentukan

(9)

b. Lahan bergelombang

Pengajiran lahan bergelombang lebih sulit dibandingkan lahan datar. Diperlukan alat khusus seperti Teodolit, Waterpass, segitiga sama sisi ajir (indukan, kepala dan anakan). Karena lahannya miring, maka jarak tanam merupakan rerata air (waterpass). Meskipun sulit, pola tanam yang dilakukan harus tetap memperhatikan aspek estetika (keindahan).

Langkah-langkah pengajiran pada lahan miring :

 Tancapkan ajir indukan ditempat paling tinggi dan dapat dilihat dari berbagai arah dilahan bawah

 Tarik dari ajir indukan lurus ke arah bawah kemudian tancapkan ajir.

 Jarak antar ajir kepala sesuai dengan jarak tanam yang ditentukan, tetapi jaraknya tetap menggunakan rerata air (waterpass) dan bukan jarak pada permukaan lahan yang miring

 Bila jarak tanam tidak terlalu panjang dapat menggunakan segitiga sama sisi yang terbuat dari bilah bambu. Panjang sisi sesuai dengan jarak tanam.  Terus salah satu sudut segitiga tepat pada ajir indukan, kemudian atur segitiga

sehingga pemberat tepat di tengah-tengah sisi bawah segitiga. Demikian seterusnya sehingga seluruh ajir kepala terisi

 Tempatkan sudut tepat di titik ajir kepala. Kemudian atur segitiga sedemikian rupa segitiga sehingga pemberat tepat di tengah-tengah sisi bawah segitiga. Kemudian tancapkan ajir anakan pada proyeksi ke bawah di sudut segitiga. Demikian seterusnya sehingga ajir anakan terisi

(10)

 Ajir kepala dan ajir anakan merupakan tempat penanaman tanaman yang akan dibudidayakan

 Dengan cara ini, maka pola tanam akan terlihat teratur 2. Jenis-jenis Lubang Tanam

a. Big hole

Big Hole secara definisi dapat diartikan sebagai lubang besar. Maksudnya adalah proses pembuatan lubang tanam yang sesuai dengan ketentuan standart pada umumnya, kemudian mengalami modifikasi ukuran yang lebih besar dengan maksud dan tujuan tertentu yaitu pencegahan penyakit busuk pangkal batang.

Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma boninense Par. Merupakan penyakit paling merusak di perkebunan kelapa sawit khususnya di Indonesia dan Malaysia. Berbagai teknk pengendalian yang ada untuk mengendalikan penyakit BPB seperti kultur teknis, perlakuan mekanis dan kimiawi tidak membuahkan hasil yang maksimal. Alternatif tindakan pengendalian untuk menanggulangi masalah G. boninense adalah dengan metode penghindaran dari infeksi sumber inokulum penyakit yakni penerapan sistem lubang tanam besar dengan memuat agen pengendali biologi dan bahan organik tandan kosong kelapa sawit. Pertumbuhan tanaman pada sistem lubang tanam besar lebih baik dibandingkan dengan lubang tanam standar. Sistem lubang tanam besar memberikan peluang sebagai metode penghindaran penyakit BPB di perkebunan kelapa sawit (Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, 2008).

(11)

Gambar 1. Pembuatan lubang tanam Big Hole b. Hole In Hole

Hole in Hole pada umumnya banyak diaplikasikan pada lahan gambut. Pembuatan lubang tanam yang didalamnya terdapat lubang (Hole in Hole) ini bertujuan untuk menjaga bibit agar tidak tumbang ataupun tumbuh miring (doyong). Pembuatan lubang tanam dengan teknik Hole in Hole ini dianggap cocok untuk mengatasi keadaan pasang surutnya lahan gambut.

Pada tahap awal, terlebih dahulu lubang bagian atas atau lubang pertama, dibuat dengan ukuran 100 cm x 100 cm x 3 cm (persegi empat), kemudian tepat ditengah-tengah lubang pertama digali lagi lubnag tanaman yang kedua dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Lapisan tanah top soil dan sub soil diletakkan seperti halnya yang telah dilakukan pada tanah mineral (Fauzi dkk, 2008).

(12)

Gambar 2. Pembuatan lubang tanam Hole in Hole 3. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat minimal 2 minggu sebelum tanam agar mudah diperiksa jumlah maupun ukurannya, tanah cukup matang, dan tidak terburu-buru waktu tanam. Pada titik pancang dibuta lubang tanam 60 x 60 x 60 cm³. Tanah atas (top soil) hasil galian diletakkan di sebelah kanan dan sub soil di kiri. Pancang diletakkan disamping lubang. Dalam prakteknya tidak jarang terlihat lubang 1-2 hari sebelum tanam atau bersamaan waktu tanam. Hal tidak dianjurkan mengingat kesempatan untuk memeriksa kebenaran ukuran lubang sangat singkat.

Bibit yang baik untuk dipindah tanam berumur 10 – 12 bulan dan telah dilakukan seleksi terakhirnya. Dua minggu sebelum tanam, bibit diputar agar akarnya yang menembus tanah terputus dan telah bergenerasi. Bibit dikelompokkan berdasarkan jenis persilangan dan umurnya dan ditanam di lapangan pada blok yang sama. Hal ini perlu agar keseragaman pertumbuhan pada blok diperoleh. Peta blok penanaman harus dibuat dab dikirimkan ke pembibitan untuk penempatan bibit pada baris/blok yang sesuai dan sekaligus peraturan dan lokasi bibit itu akan di turunkan. Bibit harus disiram sebanyak-banyaknya untuk mengantisipasi apabila setelah ditanam tiduk hujan beberapa hari dan untuk mengurangi kekeringan pada akar.

Jumlah bibit yang akan ditanam harus disesuaikan dengan kemampuan tenaga kerja, truk penangkut, kondisi lahan, iklim dan lain-lain, agar bibit yang diangkut pada hari yang bersangkutan tertanam seluruhnya (tidak menginap) di lapangan. Sebuah truk mampu mengangkut 120 – 150 bibit yang berumur 12 bulan. Bibit diecer dan diletakkan disamping lubang. Kedalaman lubang disesuaikan dengan tinggi polibeg. Dasar polibeg

(13)

disayat dengan pisau dan bibit diletakkan di lubang. Dari samping polibeg disayat dan dilepaskan dari bibit dan diletakkan di atas pancang sebagai tanda bahwa polibeg bibit memang sudah dibuka. Bibit diletakkan lurus ke semua arah (Lubis, 2008).

Pengontrolan ukuran lubang tanam ini perlu dilakukan karena ukuran lubang tanam merupakan salah satu aspek penting dalam perkebunan kelapa sawit. Selain untuk tempat meletakkan bibit dilapangan, pembuatan lubang tanam juga bertujuan untuk menggemburkan struktur tanah sehingga proses penyerapan unsur hara yang diberikan (pupuk) menjadi lebih cepat dan mudah tersedia bagi tanaman.

Sebelum membuat lubang tanam, seluruh sampah, akar-akar atau tunggul yang ada dipermukaan tanah dimana lubang tanam akan dibuat sebaiknya harus dibersihkan terlebih dahulu. Jika pada lokasi lubang tanam tersebut terdapat tunggul kayu yang tidak dapat dibongkar maka lubang tanam tersebut dapat digeser sedikit, tetapi tetap mengikuti arah barisan.

Lubang tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan ukuran (90 x 90 x 60) cm – panjang 90 cm, lebar 90 cm dan dalam 60 cm – dengan dinding lubang tanam yang tegak lurus. Pada saat menggali, tanah atas ditaruh disebelah kanan dan tanah bawah disebelah kiri lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila lubang telah selesai dibuat, ajir ditancapkan kembali di tengah-tengah lubang. Apabila tanaman akan ditanam menurut garis tinggi (kontur) atau dibuat teras melingkari bukit, letak lubang tanaman harus berbeda paling dekat 1,5 m dari sisi lereng. Untuk penanaman kelapa sawit yang melingkari bukit, biasanya dibuat teras-teras terlebih dahulu, baik teras individual maupun teras kolektif (Hartanto, 2011).

(14)

Tindakan yang tergesa-gesa dengan membuat lubang tanam langsung diikuti penanaman tidak dianjurkan. Selain kondisi tanah yang belum matang dan mempersulit pengontrolan ukuran lubang tanam, hal ini juga dikarenakan kualitas tanam tidak dapat diawasi dengan baik. Peralatan yang diperlukan untuk membuat lubang tanam berupa cangkul apabila pengerjaan secara manual dan Excavator apabila pengerjaan secara mekanis.

a. Pembuatan lubang tanam secara mekanis dengan menggunakan Excavator.

Excavator merupakan peralatan yang sangat ekonomis jika dipandang dari investasi dan capaian kinerja yang dihasilkan, terutama untuk proyek besar dalam tanaman ulang jika dibandingkan dengan melubang tanam yang memakai tenaga manual (manusia).

Jika kita menggunakan tenaga manusia selain biaya upah yang lebih tinggi, kualitas lubang tanam sangatlah jauh sekali dibawah jika dibandingkan dengan kualitas lubang tanam dengan memakai excavator.

(15)

b. Pembuatan lubang tanam secara manual

Pembuatan lubang tanam secara manual ini membuat pekerjaan tidak efisien dan efektif karena pekerjaan ini menggunakan tenaga manusia dan alat tradisional seperti cangkul. Pekerjaan pun menjadi lebih lambat, pengawasan lebih sulit dan kedalaman serta kelebaran tanah tidak seragam. Cara kerja pembuatan lubang tanam secara manual yaitu lubang tanam dapat dibuat pada garis-garis yang telah dipasang. Ukuran lubang tanam dibuat pada dasarnya bergantung pada kondisi kepadatan tanah. Lubang tanam dapat dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30cm atau umumnya menggunakan ukuran lebar cangkul. Adapun pada kondisi tanah padat, lubang tanam dapat dibuat lebih lebar, misalnya dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm (sekitar dua kali ukuran lebar cangkul).

Pembuatan lubang tanaman secara manual diareal gambut dapat dibuat ganda (double hole) atau yang disebut juga dengan lubang di dalam lubang (hole in hole). Tujuan pembuatan lubang dalam lubang (hole in hole) adalah untuk mengurangi risiko terjadinya pertumbuhan tanaman yang miring ke salah satu posisi pada saat awal

(16)

perkembangannya terutama jika tanaman ditanam di atas areal bergambut sedang hingga dalam. Kemiringan tanaman dapat terjadi, karena tanaman yang masih muda belum mempunyai struktur akar yang kuat untuk memegang lapisan tanah gambut, sedangkan gambut secara lambat laun akan mengalami penyusutan pada lapisan permukaannya (Fauzi dkk, 2008).

Dengan dibuatnya lubang pertama dari lubang bawah (kedua), diharapkan pada saat terjadinya penyusutan, lapisan permukaan gambut secara lambat laun yang diawali dari penyusutan lubang pertama secara alami pula akar-akar tanaman akan semakin kuat untuk memegang lapisan tanah gambut tersebut. Sekalipun penerapan metode seperti ini tidak dapat menjamin sampai 100% tanaman akan tumbuh tegak dengan baik seperti layaknya pertumbuhan tanaman pada tanah mineral, tetapi setidaknya perlakuan tersebut dapat mengurangi resiko terjadinya kemiringan tanaman yang lebih besar. Miringnya pertumbuhan tanaman kelapa sawit akan memerlukan energi lebih banyak yang terbuang sia-sia hanya untuk menegakkan batangnya, sehingga hanya sebagian energi saja yang dimanfaatkan untuk keperluan produksi tanaman. Jika demikian maka akan terjadi penurunan produksi yang cukup besar (Fauzi dkk, 2008).

(17)

III. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara IV Pabatu Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara. Waktu pelaksanakan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2013.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif, dengan pengumpulan data sekunder dari perusahaan PT Perkebunan Nusantara IV Pabatu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara dan melakukan survei langsung pelaksanaan dilapangan. C. Pengamatan

Data yang akan di kumpulkan pada penelitian ini adalah : 1. Informasi kebun.

2. Teknik pembuatan lubang tanam.

3. Lubang tanam yang dihasilkan per (JKT) Jam kerja traktor (mekanis) dan lubang yang dibuat secara manual (HK/Lubang).

4. Biaya operasional.

Gambar

Gambar 1.  Pembuatan lubang tanam Big Hole  b.  Hole In Hole

Referensi

Dokumen terkait

RPJMD 2011-2015 selanjutnya digunakan sebagai landasan penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) 2011-2015, sehingga rencana yang

[r]

134 TSALATSIYAH PUTRI H PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) S1 C Lulus. 135 TUBAGUS FALAHDHIA RAMADHAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL (DKV) S1 D

Penelitian ini dilakukan untuk merumuskan strategi pengendalian alih fungsi lahan sawah di Provinsi Jawa Timur dengan mengkaji kondisi alih fungsi lahan 2019, serta faktor

Lalu bagaimana dengan penerimaan diri remaja dengan latar belakang keluarga yang berpoligami, lebih khusus lagi bila dalam kondisi ayah yang tidak bisa berlaku

Dari semua pelaku bisnis yang menjual produk buah kapulaga kering, produk yang usaha pengeringan dan pengemasan ini lakukan berbeda dengan pesaing yang lain

Bank menyadari pentingnya memiliki para karyawan berkualitas yang dapat beradaptasi dengan cepat terhadap kondisi eksternal, perubahan arah dan pengembangan bisnis BCA serta