PENENTUAN POTENSI EKONOMI BASIS DAERAH SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN CIREBON
I Ketut Sukanata
(Universitas Swadaya Gunung Jati)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi ekonomi basis daerah sektor pertanian di Kabupaten Cirebon dan mengetahui kecamatan mana saja yang merupakan basis ekonomi dengan sektor pertanian sebagai sektor basisnya dalam pembangunan ekonomi wilayah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitia ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis dari data kuantitatif yang didapatkan. kemudian mengeksplorasi dan mengklasifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan yang ada dengan jalan mendiskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan analisis dalam sebuah metode penelitian. Hasil penelitian menunjukkan Pertama, hampir semua wilayah yang ada di Kabupaten Cirebon merupakan daerah basis karena berdasaran, hanya ada beberapa kecamatan saja yang bukan merupakan wilayah basis, yaitu Kecamatan Plered, Palimana, Tengah Tani dan Kecamatan Kedawung karena nilai LQ yang dihasilkan kurang dari atau lebih kecil dari nilai satu. Kedua, kecamatan yang nilai LQ nya lebih tinggi dari satu wilayah tersebut rata-rata menghasilkan produksi pertanian. Semakin tinggi nilai LQ semkin tinggi pula produksi pertaniannya. Ketiga, produksi pertanian yang dihasilkan menyangkut sub sektor tanaman pangan, sub sektor peternakan, sub sektor perikanan, dan sub sektor kehutanan.
Kata Kunci : Ekonomi Basis, Sektor Pertanian
PENDAHULUAN
Di tengah-tengah keterpurukan perekonomian bangsa ini sektor pertanian masih memperlihatkan laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang positif. Pada tahun 1998 pertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar 0,26%. (anonim, 2006) (dalam Yayat RH, 2007). Lebih jauh Sutawi (2006) mengatakan bahwa sektor pertanian dalam perjalanannya mampu menopang perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat pada bagian kecil sub sektor pertanian yaitu sub sektor peternakan yang pada tahun 2004 mampu menyumbang sebesar 12,71% pada PDB (Produk Dimestik Bruto) pertanian dan 1,94 terhadap PDB nasional. Selain itu sektor pertanian bisa memberi sumbangan
masukan pada APBN sebesar 30% dari total pendapatan negara. Pendapat lainnya diungkapkan oleh Irsal Las (2006) sesungguhnya sektor pertanian pada tahun 2006 mampu menyumbang 18% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menjadi sumber pandapatan bagi 45% penduduk. Pada keadaan yang stabil dan eksistensinya, sektor pertanian memberi manfaat lain yaitu dapat menyerap tenaga pengangguran terutama tenaga kerja yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dari beberapa perusahaan di luar sektor pertanian yang mengalami kerugian akibat krisis.
Fakta ini diperkuat oleh pernyataan (Made, 2006) dalam tulisannya, perkembangan diatas memperlihatkan sesungguhnya sektor pertanian dan
agroindustri yang berbasiskan sumber daya domestik pedesaan merupakan pemicu handal bagi pemulihan perekonomian Indonesia. Yang menjadi catatan ke depan adalah bila bangsa ini mengumandangkan pembangunan menuju tahapan industrialisasi, titik awalnya adalah mulai berlangsungnya reforma agraria sebagai dasar menuju industrialisasi. Akan tetapi pengalaman nyata di Indonesia, meskipun proses industrialisasi sudah dimulai, tetapi belum dilaksanakan proses reforma agraria secara tuntas - yang seharusnya mendahuli proses industrialisasi.
Fenomena ini semestinya menjadi grand issue bangsa yang perlu di angkat lagi ke permukaan sosial. Dimana disatu sisi, Indonesia sebagai negara agraris semestinya melakukan pembangunan dengan memposisikan sektor pertanian sebagai leading sector bagi roda perekonomiannya. Sementara di sisi lain proses industrialisasi yang nyata-nayata mengorbankan pertanian dijadikan landasan konsep dan strategi pembangunan. Hal ini diterjadi karena didukung oleh adanya kebijakan non populis dan kebijakan kontra kepentingan rakyat yang dibuat oleh pemerintah. Dalam pandangan ini maka dapat disimpulkan bahwasanya Indonesia berada pada kondisi kontroversial dan paradoksal yang mana Indonesia sebagai negara agraris, akan tetapi strategi pembangunan yang dipakai adalah strategi pembangunan yang mengarah pada industrialisasi atau dikenal dengan istilah konsep ’pembangunanisme’.
Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah yang ada di Jawa Barat merupakan daerah yang mempunyai potensi tinggi dalam mengembangkan sektor pertanian. Realitas ini diperkuat dengan letak geografis Kabupaten Cirebon yang sebagian besar daerahnya merupakan basis pertanian karena sebagian besar tanahnya masih produktif untuk mendukung aktivitas proses produksi pertanian.
Berbagai pendekatan dan alat analisa telah banyak digunakan untuk mengetahui
daerah basis perekonomian. Untuk mengetahui lebih jauh apakah Kabupaten Cirebon dalam pembangunan wilayahnya menjadikan sektor pertanian sebagai ekonomi basis, maka dalam penelitian ini akan digunakan salah satu alat analisis ekonomi basis yaitu LQ (Location Qoutient). Sebagai salah satu alat analisis basis, LQ akan mencari perbandingan setiap daerah yang ada di Jawa timur dengan memanfaatkan data perkembangan perekonomian yang ada. (Yayat RH, 2008).
LQ sebagai salah satu alat analisa dalam teori ekonomi basis mengklasifikasikan seluruh kegiatan ke dalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Deliniasi wilayah dilakukan berdasarkan konsep-konsep perwilayahan yaitu konsep homogenitas, nodalitas dan dan konsep administrasi. Dijelaskan oleh Rusastra, dkk., (2002) dalam Hendayana (2003) bahwa yang dimaksud kegiatan basis merupakan kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya baik berupa barang maupun jasa ditujukan untuk ekspor ke luar dari lingkungan masyarakat atau yang berorientasi keluar, regional, nasional dan internasional.
Sedangkan kegiatan non-basis merupakan kegiatan masyarakat yang hasilnya baik barang maupun jasa diperuntuhkan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasan kegiatan ekonomi masyarakat tersebut. Konsep swasembaga, mandiri, kesejahteraan dan kualitas hidup sangat menentukan kegiatan non-basis ini.
Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sektor suatu kegiatan ekonomi (industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan aspek tenaga kerja dan pendapatan. Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relevan digunakan sebagai metode dalam menentukan dan
menganalisa suatu daerah sehingga dapat dikatakan sebagai daerah ekonomi basis yang menjadikan sektor pertanian sebagai leading sector.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian yang mampu melihat potensial daerah basis Kabupaten Cirebn dengan mengedepankan sektor pertanian sebagai daerah basis pengembangan sektor pertanian dengan mengangkat judul penelitian ”Penentuan Potensi Ekonomi Basis Daerah Sektor Pertanian di Kabupaten Cirebon”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:
a) Bagaimana menentukan potensi ekonomi basis daerah sektor pertanian di Kabupaten Cirebon? b) Kecamatan mana saja yang merupakan basis ekonomi dengan sektor pertanian sebagai sektor basisnya dalam pembangunan ekonomi wilayah? Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a) Menentukan potensi ekonomi basis daerah sektor pertanian di Kabupaten Cirebon?
b) Mengetahui kecamatan mana saja yang merupakan basis ekonomi dengan sektor pertanian sebagai sektor basisnya dalam pembangunan ekonomi wilayah?
Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan pada penelitian adalah; pertama, manfaat secara teoritis, penelitian ini memberi kontribusi pada penambahan wacana, teori dan ilmu pengetahuan bagi praktisi, akademisi dan pelaku pembangunan untuk mengetahui
potensi dengan mengidentifikasi wilayah yang berpotensi tinggi dalam mengembangkan sektor pertanian dan menjadikan daerah tersebut sebagai daerah basis ekonomi.
Kedua, secara praktis, penelitian ini memberi manfaat bagi stakeholders pembangunan pertanian di Kabupaten Cirebon sehingga tepat dalam merumuskan pembangunan ekonomi masyarakat dengan menjadikan sektor pertanian sebagai ekonomi basis. Pengetahuan basis tidaknya suatu wilayah di Kabupaten Cirebon ditentukan dengan besar kecilnya nilai LQ melalui analisis data. Data yang digunakan adalah nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) lima tahunan Kabupaten Cirebon.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Sebagai wujud dari sebuah penelitian ilmiah, maka untuk mencapainya peneliti menggunakan sebuah metode yaitu jenis penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis dari data kuantitatif yang didapatkan. kemudian mengeksplorasi dan mengklasifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan yang ada dengan jalan mendiskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan analisis dalam sebuah metode penelitian.
Jenis Data
Untuk menganalisis data, maka data yang dianalisa adalah data PDRB Kabupaten Cirebon dengan angka dasar lima tahun yaitu PDRB tahun 2012 – 2014. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Cirebon dengan menganalisis data kualitatif, yaitu Produk Doemestik regional Bruto dan data kuantitatif yang diambil dari kecamatan yang ada.
Tabel 1. Kegiatan Penelitian
Nop 2014 Des 2014 Jan 2015 Feb 2015 Maret 2015 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pra penelitian
2. Survey dan ijin tempat penelitian
3. Pengambilan data penelitian 4. Pengumpulan dan
analisa data penelitian 5. Pembahasan
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan; pertama, teknik wawancara yaitu peneliti membuat sejumlah pedoman pertanyaan yang dilengkapi dengan sajumlah alternatif jawaban yang dijawab oleh informan. Kemudian juga diberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk uraian dan dijawab terbatas oleh informan utama. Kedua, teknik observasi, peneliti secara langsung melakukan pengamatan pada kondisi langsung tempat penelitian yaitu di Kabupaten Cirebon. Ketiga, teknik dokumentasi, ini dilakukan dengan melihat data-data, foto/ gambar dan dokumen yang berguna bagi bahan acuan.
Metode Analisis Data
Untuk mengetahui kemampuan sektor pertanian sebagai ekonomi basis di Kabupaten Cirebon, maka metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Metode LQ merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan sektor i pada tingkat daerah, terhadap pendapatan total daerah dengan pangsa relatif pendapat sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan wilayah.
Secara matematis penerapan metode LQ pada sub sektor komoditas pangan dapat rumuskan sebagai berikut:
Vt Vi vt vi LQ / / =
Dimana : vi = PDRB sub sektor komoditas pangan Daerah, vt = PDRB Daerah, Vi =
PDB sub sektor komoditas pangan Provinsi, Vt = PDB Provinsi, PDRB = Produk Domestik Regional Bruto, PDB = Produk Domestik Bruto
Interpretasi LQ
Analisa data yanag dilakukan adalah dengan melakukan interpretasi terhadap data penelitian yang didapat sehingga dapat dilihat nilai yang menunjukkan besar kecilnya perbandingan nilai LQ. Klasifikasi penilaian LQ dapat dilihat dibawah ini;
1. Apabila LQ > 1, maka sub sektor komoditas pangan merupakan sektor basis atau dengan kata lain suatu daerah potensial secara ekonomis untuk pengembangan sub sektor komoditas pangan.
2. Apabila LQ < 1, maka sub sektor komoditas pangan merupakan sektor non-basis, atau dengan kata lain suatu daerah kurang potensial secara ekonomis untuk pengembangan sub sektor komoditas pangan.
3. Apabila LQ = 1, maka sub sektor komoditas pangan mempunyai kekuatan seimbang dengan sektor lain sebagai basis ekonomi di suatu daerah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis LQ di atas, maka dapat dijelaskan bahwasanya hampir semua wilayah kecamatan yang ada di
Kabupaten Cirebon merupakan daerah basis. Hanya ada empat kecamatan yang bukan daerah basis, yiatu Kecamatan Paliman, Plered, tengah Tani dan Kecamatan Kedawung. Makna suatu daerah basis adalah dimana suatu wilayah akan potensi pengembangkan ekonominya dengan menjadikan sektor pertanian sebagai sektor leading.
Sektor pertanian masih merupakan sektor andalan bagi Kabupaten Cirebon, terlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto yang hampir 30%. Sektor pertanian dimaksud meliputi Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan dan Perikanan. Pertanian Tanaman Pangan
Tanaman pangan yang dimaksud meliputi tanaman bahan makanan (padi‐padian, jagung, umbi‐umbian dan kacang‐kacangan), sayuran dan buah‐buahan. Produksi padi sawah kabupaten Cirebon pada tahun 2013 mengalami peningkatan (618.891 ton) dibandingkan produksi pada tahun 2012 (489.002 ton). Produksi padi Kecamatan Gegesik mampu menghasilkan 71.522 Ton padi sawah dengan luas panen sebesar 10.446 Ha. Pada tahun 2013, produksi padi gabah kering giling sebesar 620.788 Ton. (Kabupaten Cirebon Dalam Angka, 2014).
Beberapa komoditas pertanian tanaman pangan yang memberi kontribusi pada pendapatan daerah adalah padi. Pada tahun 2013 Kecamatan yang paling tinggi dalam menghasilkan tanaman padi adalah kecamatan Susukan dengan tingkat produksi sebesar 52.209 ton untuk padi ladang dan 7.312 ton untuk padi sawah. Sedangkan komoditas lain yang ada di Kecamatan Susukan adalah buah-buahan, yaitu buah mangga dengan tingkat produksi 34.462 ton, Jambu Biji 2.847 ton dan Jambu air sebesar 1200 ton.
Perikanan
Salah satu sumber devisa bagi Kabupaten Cirebon adalah sektor perikanan. Perikanan disini meliputi
perikanan darat (kolam dan waduk), perikanan tambak, dan perikanan Laut. Kecamatan kapetakan adalah kecamatan dengan produksi perikanan tambak terbesar, 4.361,42 ton, dengan luas 2.035,24 Ha. (Kabupaten Cirebon Dalam Angka, 2014).
Pada sub sektor perikanan, wilayah yang paling tinggi dalam menghasilkan ikan adalah Kecamatan kepatekan dengan tingkat produksi sebesar 1.022,63 ton untuk ikan darat dan 4.361,42 ton untuk ikan laut. Wilayah lainnya adalah kecamatan Losari dan Pangenan masing-masing sebesar 07,70 ton untuk ikan darat dan 2.946,56 ton untuk ikan rawa dan 64,78 ton untuk ikan darat dan 2.300,82 ton untuk ikan rawa. Kecamatan Talun juga termasuk penghasil ikan terbesar, namun hanya ikan darat yaitu produksinya sebesar 11.950 ton.
Peternakan
Jenis ternak dibedakan atas ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Ternak besar meliputi kuda, sapi potong, dan kerbau. Sedangkan ternak kecil terdiri dari kambing, domba, dan babi. Sementara unggas terdiri dari itik, ayam petelur, ayam potong, dan ayam kampung. Secara keseluruhan pada tahun 2013 Kabupaten mampu memproduksi ternak sapi perah dan sapi potong masing-masing sebesar 204 ekor dan 3.683 ekor. Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan dalam (Kabupaten Cirebon Dalam Angka, 2014).
Berdasarkan data yang didapatkan, Kecamatan gunungjati merupakan wilayah yang paling besar dalam menghasilkan sapi potong sebanyak 283 ekor diikuti kecamatan Pabedilan 276 ekor dan kecamatan Gebang 270 ekor.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, hampir semua wilayah yang ada di Kabupaten Cirebon merupakan daerah basis karena berdasaran, hanya ada beberapa kecamatan saja yang bukan merupakan wilayah basis, yaitu Kecamatan Plered, Palimana, Tengah Tani dan Kecamatan Kedawung karena nilai LQ yang dihasilkan kurang dari atau lebih kecil dari nilai satu.
Kedua, kecamatan yang nilai LQ nya lebih tinggi dari satu wilayah tersebut rata-rata menghasilkan produksi pertanian. Semakin tinggi nilai LQ semkin tinggi pula produksi pertaniannya.
Ketiga, produksi pertanian yang dihasilkan menyangkut sub sektor tanaman pangan, sub sektor peternakan, sub sektor perikanan, dan sub sektor kehutanan.
Saran
Saran pada penelitian ini adalah untuk memantapkan dan keberlangsungan pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Cirebon, maka sektor pertanian harus menjadi leading sektor, baik pada aspek budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran hasil pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Budiharjo, Sugeng, 2001.Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Dillon HS, 1999. Pertanian Membangun Bangsa. Pustaka Sinar Harapan; Jakarta.
Faqih, Mansour. 2002. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan INSIST.
Habermas, Jurgen. 1974. The Public sphere. German: new Jergam Critique.
Hardiman, Fransiscous-Budi. 1993.
Menuju Masyarakat
Komunikatif: Ilmu Masyarakat,
Politik dan Postmodernisme Menurut Jurgen Haberman. Yogyakarta: Kanisius.
Kabupaten Cirebon Dalam Angka Tahun 2012
Kabupaten Cirebon Dalam Angka Tahun 2013
Kabupaten Cirebon Dalam Angka Tahun 2014
Lexy, J. Moeleong, 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Jilid 22, Posdakarya, Bandung
Lincolin, Arsyad, 2004. Ekonomi
Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta. Mahfud MD Dkk, 1997. Kritik Sosial
Dalam Wacana Pembangunan. UII Press dan Pustaka Pelajar; Yogyakarta.
Muzakki Moh. Jejak-Jejak Perlawanan Konflik Rakyat, Birokrasi Dan Konglomerat Dalam Kasus Ruilslag Aset Negara. Averroes Press Malang: 2001.
Nasution, Muslimin. Membangun Ketahanan Pangan, Menciptakan Lapangan Kerja & Kemandirian Nasional, Events: 2003.
Susetyo, Benny. 2006. Teologi Ekonomi Partisipasi Kaum Awam Dalam
Pembangunan Menuju
Kemandirian Ekonomi. Averroes Press; Malang.
Tarigan, Robinson, 2006. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. PT. Bumi Angkasa, Jakarta.
Tim Penyusun Buku Seri Demokrasi. Reformasi Birokrasi & Demorasi Kebijakan Publik. Averroes Press, Malang; 2006.
Putra, Fadillah, 2005. Kebijakan Bukan untuk Publik. Malang: Averroes Press dan Pustaka Pelajar Yogyakarta.