• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017

I

NDEKS

P

EMBANGUNAN

M

ANUSIA

(IPM)

T

AHUN

2016

1.

Perkembangan IPM Jawa Tengah Tahun 2010-2016

Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging people choice). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan metode penghitungan direvisi pada tahun 2010. BPS mengadopsi perubahan metodologi penghitungan IPM yang baru pada tahun 2014 dan melakukan backcasting sejak tahun 2010.

IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of living). Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi. Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa

IPM Jawa Tengah Tahun 2016

 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah. Pada tahun 2016, IPM Jawa Tengah telah mencapai 69,98, angka ini meningkat sebesar 0,49 poin dibandingkan dengan IPM Jawa Tengah pada tahun 2015 yang sebesar 69,49.

 Pada tahun 2016, pembangunan manusia di Jawa Tengah masih berstatus “sedang”, masih sama dengan

statusnya pada tahun 2015. IPM Jawa Tengah pada tahun 2016 tumbuh sebesar 0,71 persen dibandingkan tahun 2015.

 Selama periode 2015 hingga 2016, komponen pembentuk IPM juga mengalami peningkatan. Bayi yang baru

lahir memiliki peluang untuk hidup hingga 74,02 tahun, meningkat 0,06 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk bersekolah selama 12,45 tahun, meningkat 0,07 tahun dibandingkan pada 2015. Sementara itu, penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 7,15 tahun, meningkat 0,12 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan 2012) masyarakat telah mencapai 10,15 juta rupiah pada tahun 2016, meningkat Rp 223 ribu rupiah dibandingkan tahun sebelumnya.

(2)

mendatang. Standar hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli.

IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks.

IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka panjang. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian. Secara umum, pembangunan manusia Jawa Tengah terus mengalami kemajuan selama periode 2010 hingga 2016. IPM Jawa Tengah meningkat dari 66,08 pada tahun 2010 menjadi 69,98 pada tahun 2016. Selama periode tersebut, IPM Jawa Tengah rata-rata tumbuh sebesar 0,98 persen per tahun. Pada periode 2015-2016, IPM Jawa Tengah meningkat 0,49 poin. Peningkatan pada periode tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode 2014-2015, yang naik sebesar 0,71 poin. Meskipun selama periode 2010 hingga 2016 IPM Jawa Tengah menunjukkan kemajuan yang besar, status pembangunan manusia Jawa Tengah masih stagnan. Hingga saat ini, pembangunan manusia Jawa Tengah masih berstatus “sedang”, dan masih sama sejak tahun 2010.

Gambar 1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah, 2010-2016

2.

Pencapaian Kapabilitas Dasar Manusia

Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek esensial yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh karena itu, peningkatan capaian IPM tidak terlepas dari peningkatan setiap komponennya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, indeks masing-masing komponen IPM juga menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun.

Tabel 1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah Menurut Komponen, 2010-2016

Komponen Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Angka harapan hidup saat lahir (AHH) Tahun 72,73 72,91 73,09 73,28 73,88 73,96 74,02 Harapan lama sekolah (HLS) Tahun 11,09 11,18 11,39 11,89 12,17 12,38 12,45 Rata-rata lama sekolah (RLS) Tahun 6,71 6,74 6,77 6,80 6,93 7,03 7,15

66.08 66.64 67.21 68.02 68.78 69.49 69.98 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(3)

A. Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Angka Harapan Hidup saat lahir yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2016, Jawa Tengah telah berhasil meningkatkan Angka Harapan Hidup saat lahir sebesar 1,29 tahun. Selama periode tersebut, secara rata-rata Angka Harapan Hidup tumbuh sebesar 0,30 persen per tahun. Pada tahun 2010, Angka Harapan Hidup saat lahir di Jawa Tengah hanya sebesar 72,73 tahun, dan pada tahun 2016 telah mencapai 74,02 tahun.

Gambar 2

Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Jawa Tengah (tahun), 2010-2016

B. Dimensi Pengetahuan

Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah. Kedua indikator ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2016, Harapan Lama Sekolah di Jawa Tengah telah meningkat sebesar 1,36 tahun, sementara Rata-rata Lama Sekolah meningkat 0,44 tahun.

Selama periode 2010 hingga 2016, Harapan Lama Sekolah secara rata-rata tumbuh sebesar 2,04 persen per tahun. Meningkatnya Harapan Lama Sekolah menjadi sinyal positif bahwa semakin banyak penduduk yang bersekolah. Di tahun 2016, Harapan Lama Sekolah di Jawa Tengah telah mencapai 12,45 yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga lulus SMA atau D1. Sementara itu, Rata-rata Lama Sekolah di Jawa Tengah tumbuh 1,09 persen per tahun selama periode 2010 hingga 2016. Pertumbuhan yang positif ini merupakan modal penting dalam membangun kualitas manusia di Jawa Tengah yang lebih baik. Hingga tahun 2016, secara rata-rata penduduk Jawa Tengah usia 25 tahun ke atas telah mengenyam pendidikan hingga kelas VII (SMP kelas II).

72.73 72.91 73.09 73.28 73.88 73.96 74.02

(4)

Gambar 3

Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah di Jawa Tengah (tahun), 2010-2016

C. Dimensi Standard Hidup Layak

Dimensi terakhir yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standard hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita (harga konstan 2012). Pada tahun 2016, pengeluaran per kapita masyarakat di Jawa Tengah mencapai Rp 10,15 juta per tahun. Selama lima tahun terakhir, pengeluaran per kapita disesuaikan masyarakat meningkat sebesar Rp. 1,16 juta.

Gambar 4

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan di Jawa Tengah (Rp 000), 2010-2016

3. Pencapaian Pembangunan Manusia di Tingkat Kabupaten/Kota

Pada tahun 2016, pencapaian pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota cukup bervariasi. IPM pada level kabupaten/kota berkisar antara 63,98 (Kabupaten Brebes) hingga 81,19 (Kota Semarang). Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, Angka Harapan Hidup saat lahir berkisar antara 68,41 tahun (Kabupaten Brebes) hingga 77,46 tahun (Kabupaten Sukoharjo). Sementara pada dimensi pengetahuan,

11.09 11.18 11.39 11.89 12.17 12.38 12.45

6.71 6.74 6.77 6.80 6.93 7.03 7.15

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Harapan Lama Sekolah (HLS) Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

8,992 9,296

9,497 9,618 9,640 9,930

10,153

(5)

Semarang). Sedangkan, pengeluaran per kapita disesuaikan di tingkat kabupaten/kota berkisar antara 7,45 juta rupiah per tahun (Kabupaten Pemalang) hingga 14,81 juta rupiah per tahun (Kota Salatiga).

Kemajuan pembangunan manusia pada tahun 2016 juga terlihat dari perubahan status pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota. Jumlah kabupaten yang berstatus “sedang” berkurang dari 20 kabupaten/kota pada tahun 2015 menjadi 17 kabupaten pada tahun 2016. Tiga kabupaten yang berstatus “sedang” pada tahun 2016 berubah status menjadi “tinggi” pada tahun 2016 adalah Kabupaten Demak, Kendal dan Banyumas. Tiga Kota yang berstatus “ sangat tinggi”, yaitu Kota Surakarta, Kota Semarang dan Kota Salatiga.

Gambar 5

IPM Jawa Tengah Menurut Kabupaten Kota dan Status Pembangunan Manusia, 2016

Peningkatan IPM di tingkat provinsi juga tercermin pada level kabupaten/kota. Selama periode 2015 hingga 2016, seluruh kabupaten/kota mengalami peningkatan IPM. Pada periode ini, tercatat tiga kabupaten dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat, yaitu Kabupaten Batang (1,41%), Kabupaten Brebes (1,27%) dan Kabupaten Tegal (1,23%). Kemajuan pembangunan manusia di 3 daerah tersebut terutama didorong oleh dimensi pendidikan. Sementara itu, kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Klaten (0,22%), Kota Salatiga (0,22%), dan Kabupaten Kudus (0,30%) tercatat paling lambat di Jawa Tengah selama tahun 2015-2016.

(6)

Tabel 1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota, 2015-2016 Provinsi/Kabupaten

/Kota

AHH HLS RLS Pengeluaran IPM

(Tahun) (Tahun) (Tahun) (Rp. 000) Capaian Pertumbuhan 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015-2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) JAWA TENGAH 73.96 74.02 12.38 12.45 7.03 7.15 9,930 10,153 69.49 69.98 0.71 Cilacap 73.00 73.11 12.28 12.29 6.58 6.90 9,351 9,677 67.77 68.60 1.22 Banyumas 73.12 73.23 12.57 12.58 7.31 7.39 10,104 10,554 69.89 70.49 0.86 Purbalingga 72.81 72.86 11.78 11.93 6.85 6.86 8,938 9,159 67.03 67.48 0.67 Banjarnegara 73.59 73.69 11.39 11.40 6.17 6.26 7,930 8,400 64.73 65.52 1.22 Kebumen 72.77 72.87 12.49 12.61 7.04 7.05 8,008 8,276 66.87 67.41 0.81 Purworejo 74.03 74.14 13.04 13.05 7.65 7.66 9,305 9,497 70.37 70.66 0.41 Wonosobo 71.02 71.16 11.43 11.67 6.11 6.12 9,736 9,877 65.70 66.19 0.75 Magelang 73.27 73.33 12.14 12.15 7.19 7.40 8,182 8,501 67.13 67.85 1.07 Boyolali 75.63 75.67 12.13 12.14 7.10 7.17 11,806 12,192 71.74 72.18 0.61 Klaten 76.55 76.59 12.84 12.85 8.16 8.22 11,178 11,227 73.81 73.97 0.22 Sukoharjo 77.46 77.46 13.42 13.79 8.50 8.58 10,416 10,452 74.53 75.06 0.71 Wonogiri 75.86 75.88 12.42 12.43 6.39 6.57 8,417 8,589 67.76 68.23 0.69 Karanganyar 77.11 77.11 13.27 13.64 8.48 8.49 10,486 10,722 74.26 74.90 0.86 Sragen 75.41 75.43 12.21 12.30 6.86 6.87 11,434 11,688 71.10 71.43 0.46 Grobogan 74.27 74.37 12.25 12.26 6.33 6.62 9,457 9,487 68.05 68.52 0.69 Blora 73.85 73.88 11.91 11.92 6.04 6.18 8,699 8,846 66.22 66.61 0.59 Rembang 74.22 74.27 12.02 12.03 6.92 6.93 9,122 9,453 68.18 68.60 0.62 Pati 75.63 75.69 11.79 11.92 6.71 6.83 9,380 9,548 68.51 69.03 0.76 Kudus 76.41 76.43 13.14 13.19 7.84 7.85 10,203 10,348 72.72 72.94 0.30 Jepara 75.65 75.67 12.27 12.28 7.31 7.32 9,504 9,695 70.02 70.25 0.33 Demak 75.21 75.27 12.43 12.44 7.45 7.46 9,118 9,377 69.75 70.10 0.50 Semarang 75.52 75.54 12.82 12.83 7.33 7.48 10,778 11,102 71.89 72.40 0.71 Temanggung 75.35 75.39 11.89 12.06 6.52 6.55 8,369 8,593 67.07 67.60 0.79 Kendal 74.15 74.20 12.41 12.68 6.64 6.65 10,419 10,631 69.57 70.11 0.78 Batang 74.42 74.46 11.09 11.51 6.41 6.42 8,244 8,568 65.46 66.38 1.41 Pekalongan 73.35 73.41 12.00 12.15 6.55 6.56 9,208 9,300 67.40 67.71 0.46 Pemalang 72.77 72.87 11.86 11.87 6.04 6.05 7,177 7,447 63.70 64.17 0.74 Tegal 70.90 71.02 12.00 12.01 6.30 6.54 8,367 8,709 65.04 65.84 1.23 Brebes 68.20 68.41 11.34 11.37 5.88 6.17 8,898 9,148 63.18 63.98 1.27 Kota Magelang 76.58 76.62 13.10 13.55 10.28 10.29 10,793 11,090 76.39 77.16 1.01 Kota Surakarta 77.00 77.03 14.14 14.50 10.36 10.37 13,604 13,900 80.14 80.76 0.77 Kota Salatiga 76.83 76.87 14.97 14.98 9.81 9.82 14,600 14,811 80.96 81.14 0.22 Kota Semarang 77.20 77.21 14.33 14.70 10.20 10.49 13,589 13,909 80.23 81.19 1.20 Kota Pekalongan 74.11 74.15 12.59 12.77 8.28 8.29 11,253 11,721 72.69 73.32 0.87 Kota Tegal 74.12 74.18 12.46 12.88 8.27 8.28 11,748 11,849 72.96 73.55 0.81 Keterangan :

(7)

7 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 = ln 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 − ln 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛 ln 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑎𝑘𝑠 − ln 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛

𝐼𝑃𝑀 = 𝐼

3 𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛

× 𝐼

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛

× 𝐼

𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛

CATATAN TEKNIS

I. Sumber Data

o Angka Harapan Hidup saat lahir: Sensus Penduduk 2010 (SP-2010), Proyeksi Penduduk, Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS-2015).

o Angka Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Perkapita Disesuaikan: Survei Sosial Ekonomi Nasional dan (SUSENAS)

II. Penyusunan Indeks

Sebelum menghitung IPM, setiap komponen IPM harus dihitung indeksnya. Formula yang digunakan dalam penghitungan indeks komponen IPM adalah sebagai berikut:

Indeks Kesehatan

𝐼

𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛

=

𝐴𝐻𝐻−𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛 𝐴𝐻𝐻𝑚𝑎𝑘𝑠−𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛 Indeks Pendidikan

𝐼

𝐻𝐿𝑆

=

𝐻𝐿𝑆−𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛 𝐻𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

𝐼

𝑅𝐿𝑆

=

𝑅𝐿𝑆−𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛 𝑅𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑅𝐿𝑆𝑆𝑚𝑖𝑛

𝐼

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛

=

𝐼𝐻𝐿𝑆+𝐼𝑅𝐿𝑆 2 Indeks Pengeluaran

Untuk menghitung indeks masing-masing komponen IPM digunakan batas maksimum dan minimum seperti terlihat dalam tabel berikut.

Komponen Satuan Min Max

Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH0) Tahun 20 85

Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 0 18

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 0 15

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Rupiah 1.007.436 26.572.352

Selanjutnya nilai IPM dapat dihitung sebagai:

III. Status Pembangunan Manusia

Capaian pembangunan manusia di suatu wilayah pada waktu tertentu dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok. Pengelompokan ini bertujuan untuk mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam dalam hal pembangunan manusia.

1. Kelompok “sangat tinggi”: IPM ≥ 80 2. Kelompok “tinggi”: 70 ≤ IPM < 80 3. Kelompok “sedang”: 60 ≤ IPM < 70

Referensi

Dokumen terkait

-asta diukur dengan spindel no.. 8eberapa diantaranya yaitu tepung kasa&amp;a termodiBkasi, ra&amp;a, gari, arina, dan gaplek. %epung kasa&amp;a termodiBkasi merupakan suatu

Data pada Tabel 4 juga menunjukkan bahwa pengaruh dari proses pemasakan berbeda dan tekanan yang berbeda selama pengolahan, memberikan pengaruh nyata terhadap

Dalam Pasal 80 ayat (1), mengingat bahwa tidak ada aturan pemberhentian sementara sampai dengan 3 (tiga) bulan:.. Dalam hal di tempat kedudukan Notaris yang diberhentikan tersebut

Multimedia interaktif sebagai media pem- belajaran yang efektif dalam mata pelajaran menggambar busana dapat: 1) memperjelas pe- san agar tidak terlalu verbalistis; 2) mengatasi

Permasalahan yang diteliti adalah sejauh mana pengaruh parameter mesin EDM arus listrik, discharge gap, dan off-time pulse terhadap nilai laju pembuangan material

Pada usulan perencanaan kegiatan tahun 2020, Penelahaan usulan program dan kegiatan dari masyarakat merupakan bagian dari kegiatan jaring aspirasi terkait kebutuhan

Pada posisi problematis inilah pentingnya penelitian ini dilakukan dan potensi hasil yang daharapkan sesuai dengan Rencana Induk Penelitian Universitas Udayana

21 Seperti yang dikatakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai persoalan sampah sudah meresahkan. Untuk menciptakan Indonesia yang bersih dan