• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berukuran paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KEPUSTAKAAN. berukuran paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kuda

Kuda adalah mamalia ungulata (hewan yang berdiri pada kuku) yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini kuda sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan secara ekonomi memegang peranan penting bagi kehidupan manusia terutama dalam pengangkutan barang dan orang selama ribuan tahun. Kuda juga dapat ditunggangi manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda atau bajak, dan di beberapa daerah kuda digunakan sebagai sumber pangan (Ronald et al., 1996).

Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat diseluruh dunia berasal dari binatang kecil yang oleh beberapa ilmuwan disebut sebagai Eohippus atau Dawn

horse yang telah mengalami proses evolusi sekitar 60 juta tahun yang lalu

(Edward, 1994). Populasi kuda diseluruh dunia mencapai 62 juta ekor, yang terdiri dari lima ratus bangsa, tipe, dan varietas. Bangsa kuda pada awalnya dianggap sebagai hewan yang berkaitan dengan lokasi geografis tempat dikembangbiakan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara spesifik. Bangsa kuda kini sering kali ditentukan oleh komunitas atau lembaga yang melakukan pencatatan keturunan dan membuat buku silsilah kuda hasil seleksi berdasarkan pada daerah asal, fungsi, dan ciri fenotipik (Bowling dan Ruvinsky, 2000).

Kuda berkembang sangat baik sejak dilahirkan ke dunia. Selama 24 jam sejak lahir, anak kuda dialam harus mampu berpacu dengan ternak lain untuk

(2)

bertahan hidup. Karena itu, ia telah memiliki kaki (panjangnya hampir sama dengan kuda dewasa) dan naluri untuk bangkit dan mulai bergerak segera setelah ia lahir. Selama bulan pertama hidupnya, tinggi anak kuda meningkat sekitar sepertiga dari tinggi saat lahir. Anak kuda pada akhir tahun pertamanya, tingginya mencapai tiga perempat dari tinggi kuda dewasa (Kidd, 1995).

Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang bertulang belakang, kelas Mammalia yaitu hewan yang menyusui anaknya (Blakely dan Bade, 1991). Hewan ini telah lama menjadi salah satu ternak penting secara ekonomis dan telah lama memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu seperti kendaraan beroda. Kuda (Equus caballus atau Equus

ferus caballus) memiliki klasifikasi zoologis sebagai berikut (Ensminger, 1962):

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Perissodactyla Family : Equidae Genus : Equus

Spesies : Equus caballus

Ternak kuda selain dapat digunakan untuk konsumsi masyarakat (daging dan air susu kuda), kuda juga dapat dimanfaatkan untuk berperang, olahraga dan rekreasi, keperluan pertanian secara luas dan alat pengangkutan. Kepemilikan ternak kuda juga dapat memberikan status sosial yang lebih tinggi bagi

(3)

pemiliknya (Parakkasi, 1986).

2.2 Klasifikasi Kuda

Kuda dimanfaatkan sebagai kuda perang, kuda pacu, kuda rekreasi dan sebagai symbol status sosial kebudayaan tertentu. Kuda dibedakan menjadi kuda berdarah panas (hot blood) dan kuda berdarah dingin (cold blood). Kuda hoot

blood diidentifikasikan sebagai kuda tipe ringan yang memiliki sifat agresif

seperti kuda arab dan kuda cold blood diidentifikasikan sebagai kuda tipe berat yang sering digunakan untuk menarik beban (Edwards, 1994).

Ensminger (1962) menyatakan bahwa kuda diklasifikasikan menjadi kuda tipe ringan, tipe berat, dan kuda poni berdasarkan ukuran, bentuk tubuh dan kegunaan. Kuda tipe ringan mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat berdiri, bobot badan 450-700 kg, dan sering digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik atau kuda pacu. Kuda tipe ringan secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibanding kuda tipe berat. Kuda tipe berat mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat berdiri, dengan bobot badan lebih dari 700 kg dan biasa digunakan untuk kuda pekerja. Kuda poni memiliki tinggi kurang dari 1,45 m jika berdiri dan bobot badan 250-450 kg. Beberapa kuda berukuran kecil biasanya terbentuk dari keturunan kuda tipe ringan. Ada lima kegunaan kuda, yaitu (1) kesenangan, (2) diternakkan, (3) tenaga kerja, (4) pertunjukan, dan (5) olah raga. Secara umum, seekor kuda tidak dapat digunakan pada kelima kegunaan tersebut. Kuda seharusnya diseleksi terlebih dahulu untuk menentukan kegunaan utamanya (Gillespie dalam Dewi, 2011). Blakely dan Bade (1991) menyatakan, bahwa seleksi kuda dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu menggunakan silsilah, performance dan observasi visual.

(4)

2.3 Kuda Indonesia

Penduduk asli Indonesia telah beternak kuda, sebelum kedatangan bangsa Eropa. Peternakan kuda pada saat itu belum memenuhi persyaratan teknis beternak kuda, karena kuda hidup di alam bebas dan sangat tergantung pada kebaikan alam. Akibatnya, peternakan kuda rakyat menghasilkan kuda dengan kualitas rendah. Kedatangan bangsa Portugis dan Belanda ke Indonesia memberikan pengaruh yang besar terhadap usaha pemuliaan kuda di Indonesia untuk memperbaiki ras kuda lokal, memperbaiki cara beternak penduduk dengan dijelaskan secara sederhana bagaimana cara memberi makan, merawat kuda serta petunjuk-petunjuk lain yang berhubungan dengan beternak kuda. Kuda lokal di Indonesia terdiri atas kuda Gayo, kuda Batak, kuda Priangan, kuda Jawa, kuda Sulawesi, kuda Bali, kuda Sumbawa, kuda Flores, kuda Sandel dan kuda Timor. Sekitar tahun 1955 pemerintah mulai berusaha memperbaiki genetik kuda lokal dengan mendatangkan kuda non-pacu dari luar negeri. Sekitar tahun 1965 dikenal kuda pacu Thoroughbred yang kemudian disilang dengan kuda lokal (kuda Sumba) untuk menghasilkan kuda pacu Indonesia (Soehardjono, 1990).

Kuda yang terdapat di wilayah Asia Tenggara termasuk ke dalam ras timur karena memiliki bentuk tengkorak yang kecil. Hal tersebut berbeda dengan kuda ras eropa yang memiliki tengkorak kepala yang besar. Melihat bentuk wajahnya, kuda ras timur diduga merupakan keturunan kuda mongol (Soehardjono, 1990). Keadaan fisik kuda yang terdapat di Indonesia beraneka ragam karena dipengaruhi oleh keadaan geografis wilayahnya. Kuda-kuda di Indonesia memiliki ukuran tubuh yang tidak terlalu besar yaitu bertinggi badan 1,13 m hingga 1,33 m, hal ini disebabkan karena Indonesia berada di daerah beriklim

(5)

tropis (Soehardjono, 1990). Dari ukuran tersebut maka kuda Indonesia termasuk kedalam jenis kuda poni. Soehardjono (1990) menyatakan jenis kuda lokal di Indonesia terdiri atas kuda Makassar, kuda Gorontalo dan Minahasa, kuda Sumba, kuda Sumbawa, kuda Bima, kuda Flores, kuda Savoe, kuda Roti, kuda Timor, kuda Sumatera, kuda Bali, dan kuda Lombok serta kuda Kuningan. Kegunaan kuda lokal Indonesia sebagian besar adalah sebagai sarana transportasi dan pengangkut barang, sarana hiburan, dan juga sebagai bahan pangan masyarakat lokal. McGregor dan Morris (1980), menyatakan kuda poni di Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk transportasi dan pengembangan peternakan.

2.4 Kuda Poni

Kuda ini kecil dan sifatnya keras, disukai di seluruh Amerika Serikat sebagai kuda tunggang untuk anak-anak. Selain beberapa dari sifat positifnya, kuda ini cenderung cepat marah dan keras kepala, seperti yang telah disadari oleh para pemilik kuda tersebut, tetapi meskipun demikian, bangsa kuda poni ini disayangi dan menjadi kuda kesayangan (Blakely dan Bade, 1991).

Ensminger (1962) menambahkan kuda poni termasuk ke dalam kuda dengan ukuran terkecil. Kuda poni merupakan kuda khas dari Shetland. Kuda poni digunakan sebagai kuda tunggang dan kuda tarik. Kuda ini juga biasa dijadikan sebagai hewan kesayangan anak kecil karena ukurannya yang kecil. Kuda ini memiliki tinggi 0,9-1,45 m dengan bobot badan 250-450 kg (Ensminger, 1962).

2.4.1 Kuda Argentina (Criollo)

(6)

Barb, Andalusia dan Arab. Nenek moyang Criollo dibawa ke Amerika Selatan

oleh tentara Spanyol pada abad ke-16. Sekarang ini, peternakan kuda Criollo menjadi populer. Kuda ini kebanyakan dikawinsilangkan dengan Thoroughbred, kombinasi yang kuat, bakat atletik dengan Thoroughbred yang cepat untuk menghasilkan kuda polo terbaik di dunia. Kuda ini memiliki kisaran tinggi 135-153 cm. Criollo merupakan kuda yang tangguh dan cerdas. Daya tahan, kecepatan dan gerakan gesitnya membuat mereka populer dan banyak dimanfaatkan peternak di Amerika Selatan untuk menggembalakan ternak. Mereka juga digunakan untuk transportasi dekat atau jauh dan juga membawa beban (Kidd, 1995).

Criollo adalah kuda jenis keturunan yang dibawa ke Amerika Selatan pada

Conquistadores Spayol abad 16. Criollo berasal dari Argentina dan merupakan salah satu keturunan terberat dari kuda di dunia. Criollo sendiri termasuk jenis kuda tahan banting yang berasal dari hasil seleksi alam bertahun-tahun. Beberapa kuda spayol dan keturunannya membentuk kawanan liar yang dimana mereka dipampas dengan kawasan yang ekstrim dengan iklim instens kering, dan musim panas serta cuaca dingin dengan tujuan untuk mempertahankan suatu individu dari seleksi alam. Mereka yang selamat dari seleksi alam akan disesuaikan dengan lingkungan yang keras dengan sangat baik, dan tidak diragukan lagi dibantu oleh fakta bahwa mereka adalah keturunan dari Andalusian dan Barb, dengan keturunan yang terkenal karena daya tahan tinggi. Criollo menjadi kuda kesukaan para cowboy dan sangat diperlukan untuk menjadi kuda bebas dipermukiman di Negara-negara besar di Amerika Selatan. Criollo ini menjadi kuda untuk olahraga polo yang baik karena memberikan kecepatan yang sangat tinggi yang dibutuhkan didalam permainan (Draper Judith, 2006).

(7)

Gambar 1. Kuda Criollo (Sumber : Draper Judith. 2006)

Kuda Criollo sendiri biasanya berwarna coklat ke abu-abuan dengan gelap dan biasanya dibagian sirip belakang terdapat garis. Konfirmasi dari kuda Criollo yaitu kepala tidak terlalu besar, matanya lebar dan telinganya sebagai indra waspada, anggota badan yang kuat dan padat dengan banyak tulang.

2.4.2 Kuda Poni Argentina

Kuda poni Argentina merupakan persilangan antara kuda Thoroughbred dan Criollo. Kuda ini merupakan kuda yang digunakan untuk bermain polo sehingga disebut juga dengan kuda poni polo. Karakteristik kuda poni polo ini tampilannya seperti Thoroughbred. Kuda harus cepat, berani, memiliki keseimbangan, dan sangat lincah. Langkah kaki yang rendah tidak dipermasalahkan karena lebih mudah untuk mengambil bola dari seekor kuda poni yang lebih pendek kakinya (Edwards, 2002).

(8)

ketahanan dan kecepatan tubuh yang sedang membawa penunggang. Kuda harus memiliki kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian kembali berlari kearah yang berlawanan, serta temperamen kuda harus berani dan cerdas untuk mendeteksi penempatan bola polo (Kacker dan Panwar, 1996).

Kuda yang digunakan untuk bermain polo adalah kuda poni Argentina atau yang juga disebut sebagai kuda poni polo, merupakan hasil persilangan antara kuda Thoroughbred dan Criollo. Kidd (1995) menyatakan, Criollo kebanyakan dikawinsilangkan dengan Thoroughbred untuk menghasilkan kombinasi yang kuat, bakat atletik dengan Thoroughbred yang cepat untuk menghasilkan kuda polo terbaik di dunia. Criollo merupakan kuda yang tangguh dan cerdas, memiliki daya tahan tubuh dan kecepatan yang baik, serta gerakan yang gesit.

Karakterisitik kuda poni polo ini tampilannya seperti Thoroughbred. Kuda ini memiliki karakteristik kecepatan lari yang baik, bentuk badan yang kokoh dan atletik, bentuk kaki yang lurus dan proposional untuk memudahkan berlari, mempunyai ukuran lingkar dada yang lebar dan dalam sehingga memiliki kapasitas paru-paru yang besar dan dapat menampung banyak udara, mempunyai tulang yang kokoh dan perdagingan yang bagus, kuat, namun tidak terlalu gemuk. Kuda harus cepat, berani, memiliki keseimbangan, dan sangat lincah. Langkah kaki rendah tidak dipermasalahkan karena lebih mudah untuk mengambil bola dari seekor poni yang lebih pendek kakinya. Kacker dan Panwar (1996) menambahkan bahwa kuda harus memiliki kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian kembali berlari kearah yang berlawanan, serta temperamen kuda harus berani dan cerdas untuk mendeteksi penempatan bola polo. Menurut Federation of International Polo (2010), tinggi kuda poni

(9)

Argentina yang baik digunakan untuk bermain polo adalah sekitar 156 cm.

2.5 Sejarah Polo di Indonesia

Tahun 1937 menandai dimulainya sejarah polo di Indonesia, saat Batavia

Polo Club didirikan di Lapangan Banteng, Jakarta. Pendiri perkumpulan tersebut

adalah seorang Belanda dan pertandingan pertama yang dilakukannya adalah melawan regu polo Malaysia. Saat terjadi perang dunia kedua dan Indonesia dijajah Jepang, perkumpulan tersebut bubar (Jakarta Press, 2010).

Tahun 1992, Hashim S. Djojohadikusumo dan James T. Riady kembali memperkenalkan polo di Indonesia dengan mendirikan Jakarta Polo and

Equestrian Club (JPEC) di Bukit Sentul Selatan. Pada tahun itu pula, Indonesia

menjadi anggota Federation of International Polo (FIP) dengan Hashim Djojohadikusumo sebagai Ketua Asosiasi Polo Indonesia. Dibawah bimbingan Subiyakto Cakra Wardaya sebagai presiden Persatuan Olahraga Berkuda Indonesia (PORDASI), Asosiasi Polo Indonesia menjadi Komisi Polo Indonesia dibawah PORDASI dengan ketuanya tetap Hashim Djojohadikusumo. Karena kesibukan ketuanya tersebut berbisnis di luar negeri, perkembangan polo di Indonesia benar-benar berhenti pada tahun 2002 (Jakarta Press, 2010).

Tahun 2005, dibawah bimbingan Letnan Jenderal (Purn.) Prabowo Subianto, didirikan Nusantara Polo Club. Klub ini mewakili Indonesia untuk pertama kalinya dalam turnamen Kings Cup tahun 2006 di Thailand dan meraih peringkat ketiga dibawah Malaysia dan Jordan. Pada akhir dari turnamen ini, negara-negara ASEAN: Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Indonesia sepakat untuk membuat polo sebagai cabang olahraga resmi yang dimainkan dalam SEA Games 2007 di Thailand (Jakarta Press, 2010).

(10)

2.5.1 Polo Berkuda

Sejak tahun 525 SM beberapa negara di Timur Tengah telah mengenal permainan polo berkuda. Diduga permainan ini berasal dari negeri Parsi. Di Parsi permainan ini disebut Chaugan, sedang di Assam (India) dikenal dengan nama Manopur. Sejak tahun 1850, polo berkuda sangat digemari oleh para pengusaha perkebunan teh di Assam. Satuan kavaleri Inggris memberikan perhatian pada olahraga ini, sehingga kemudian resimen ke 10 Hussars mendemonstrasikannya kepada penduduk kota Hounslow (Inggris). Olahraga polo berkuda kemudian dikenalkan ke Amerika pada tahun 1883, sekarang Argentina merupakan negara yang selalu tampil dan mengungguli pertandingan olahraga ini. Objek dari permainan ini adalah memasukkan bola ke gawang tim musuh dengan menggunakan tongkat kayu, setiap tim terdiri dari empat orang pemain dimana masing-masing pemain berada diatas kuda (Diakses dari http://duniakuda.blogspot.co.id/2008/04/olag-raga-berkuda.html, Minggu 6 Maret 2016 pukul 18.46 WIB).

2.5.2 Nusantara Polo Club

Nusantara Polo Club adalah club polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia yang dibangun oleh Prabowo Subianto di kawasan Jagorawi Golf &

Country Club. Selain menjadi club yang terbuka untuk membina olahraga polo

berkuda yang saat ini masih belum lazim dimainkan di Indonesia, Nusantara Polo Club juga membina tim nasional polo Indonesia yang pada bulan Desember 2007 berkesempatan mewakili Indonesia pada ajang turnamen polo SEA GAMES 2007 di Thailand. Pada Tahun 2011 lalu, Nusantara Polo Club menjadi tempat diselenggarakannya turnamen polo berkuda pada South East Asian Games (SEA Games) 2011 Indonesia (Jakarta Press, 2010).

(11)

2.5.3 Polo

Polo adalah olahraga beregu yang dimainkan diatas kuda dengan tujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan. Pemain mengendalikan bola kayu atau plastik (diameter 3-3,5 inci) dengan menggunakan pemukul yang panjang disebut

mallet. Gol dianggap sah apabila bola lewat diantara gawang yang ditandai

dengan dikibarkannya bendera oleh penjaga gawang. Setiap regu polo terdiri dari empat orang pemain dengan menggunakan jumlah kuda yang tidak terbatas. Permainan berlangsung dalam periode tujuh menit yang disebut chukka. Keseluruhan permainan dapat berlangsung antara empat sampai enam chukka tergantung pada peraturan turnamen dan asosiasi masing-masing (Jakarta Press, 2010).

2.6 Tatalaksana Perawatan Kuda Polo

Perawatan pada kuda polo yang berada di NPC meliputi perkandangan, penanganan kesehatan, pakan dan pemberiannya, serta perawatan kuda. Pemeliharaan pada kuda polo dilakukan oleh Groomer. Groomer adalah petugas yang merawat kuda. Setiap Groomer bertanggung jawab untuk memelihara kuda sebanyak 3-4 ekor. Setiap pagi pada pukul 06.00-09.00 kuda dikeluarkan dari dalam kandang lalu diikat di pembatas besi diluar kandang menggunakan tali. Sementara kuda diikat para Groomer membersihkan kotoran yang terdapat didalam kandang serta mengganti serbuk untuk alas didalam kandang dan menggantinya dengan yang baru apabila serbuk itu sudah mulai habis. Pemberian pakan diberikan pagi dan sore hari dilakukan pada pukul 05.00 pagi dengan memberikan pellet serta pada pukul 09.00 pagi diberikan rumput (setelah

(12)

18.00 kuda diberikan pellet (setelah excersice).

Grooming lebih daripada sekedar menjaga kebersihan kuda, melainkan

merangsang sirkulasi darah dan getah bening serta memberikan kilau pada bulu kuda dengan membawa minyak alami ke permukaan. Grooming yaitu menyikat dengan cepat bagian atas tubuh, menghilangkan noda yang sulit, mencuci mata, hidung lalu kaki. Kuda dapat dimandikan pada waktu tertentu. Kuda yang telah dicuci dan dibilas, selanjutnya dikeringkan dengan penyerap air atau keringat, lalu kepala, badan dan kaki dihanduki sampai kering (Pilliner, 1994). Grooming sendiri dilakukan setiap pagi dan sore hari setelah kandang dibersihkan lalu kemudian kuda di excersice selama 15-30 menit. Pada saat kuda sedang aktif dalam perlombaan polo pencukuran bulu dilakukan setiap 1 minggu sekali yaitu hari senin, tetapi apabila kuda sedang istirahat atau masa perlombaan polo tidak aktif pencukuran bulu dilakukan bila bulu kuda sudah mulai terlihat panjang.

2.6.1 Latihan Kuda (Exercise)

Kuda membutuhkan exercise atau latihan untuk menjaga kesehatannya, sama halnya dengan atlet lainnya. Kuda atlet yang secara rutin dilatih memerlukan frekuensi istirahat yang cukup, terlebih lagi pada saat kuda baru saja mengikuti suatu pertandingan, istirahat yang diberikan pada kuda dapat dengan melakukan pengumbaran di paddock. Tindakan tersebut memberikan kesempatan bagi kuda untuk merelaksasikan otot-otot yang tegang setelah hari-hari kerja yang dijalani sebelumnya dan akan sangat berpengaruh terhadap psikologis kuda tersebut berkaitan dengan kelanjutan program latihan yang akan diberikan. Perlakuan latihan yang tidak tepat akan menyebabkan luka pada otot maupun tulang bagi kuda atlet (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

(13)

latihan, agar kondisi fisik kuda tetap prima. Hal ini dipertimbangkan agar terjadi keseimbangan antara temperatur tubuh dan lingkungan. Selain itu, kenyamanan lapangan tempat kuda akan menjalani latihan hendaklah terjamin dari berbagai kemungkinan adanya faktor penyebab kecelakaan. Penguasaan temperamen kuda juga diperlukan agar kuda menuruti setiap perintah yang diberikan penunggang, tetap tenang pada saat disaksikan orang banyak dan harus mempunyai insting untuk suka berlari-lari, melompat, dan bermain. Seluruh tubuh (tulang, otot, kaki, dan tulang belakang) kuda harus dapat bergerak dengan luwes, alami, dan dinamis (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Selain itu, terdapat perbedaan tertentu dalam kemampuan belajar dan mempelajari tugas tertentu dalam setiap latihan pada setiap bangsa kuda (Hart dan Hart, 1985).

2.7 Gaya Berjalan

Kuda saat berjalan memiliki gerak langkah yang panjang dan teratur. Dalam gaya trot atau derap kaki digerakkan teratur, tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah. Pada gaya canter, gerakan kaki juga rendah, pendek atau panjangnya tergantung pada kecepatan canter yang diinginkan. Pada gaya

gallop, langkahnya sangat panjang dan badan terentang dengan bagian belakang

agak naik. Kaki depan juga merentang lurus (Blakely dan Bade, 1991).

Bogart dan Taylor (1983) mengemukakan definisi dari beberapa istilah gaya berjalan kuda khususnya yang sering dipakai dalam dunia pacuan kuda yaitu:

1. Walk adalah sebuah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah secara terpisah satu sama lain.

2. Trot adalah sebuah gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan

(14)

serentak, dan kaki kiri depan serta kaki kanan belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak.

3. Canter adalah sebuah gaya berjalan tiga irama. Kaki belakang menginjak permukaan dengan serentak. Kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah dan berbeda waktu dengan pijakan kaki belakang.

4. Gallop adalah canter yang dilakukan dengan cepat.

2.8 Pergerakan Kuda

Pergerakan lari pada kuda merupakan hasil kerja sama antara otot dan kerangka penyusunnya, otot yang menempel pada kerangka berkontraksi membentuk sebuah tali yang keras dan memiliki gaya pegas untuk menarik tulang atau kerangka. Gerak terjadi akibat adanya kontraksi dari otot, saat otot berkontraksi dibutuhkan energi berupa ATP (adenosine triphosphat). ATP ini di produksi dari rangkaian metabolisme energi yang terjadi di dalam sel. Menurut Hinchliff, dkk. (2008) Perfoma yang maksimal membutuhkan sistem tubuh yang beroperasi pada kapasitas maksimumnya. Kerja kuda yang maksimum berhubungan dengan kerja otot yang sesuai dengan fungsinya untuk dapat kerja dengan optimum, otot memerlukan energi yang diambil dari glikogen, dan konsumsi oksigen dalam tubuh. Kerja kuda yang optimum didapat dari latihan yang baik dan teratur. Waktu yang cukup dan memadai dalam latihan merupakan dasar yang kuat bagi kuda untuk melakukan aktivitas otot lebih tinggi lagi (Gibbs, dkk.2004).

Panjang langkah dapat dipengaruhi oleh panjang kaki, jarak pengerakan tulang sendi, kapasitas percepatan, rancangan internal otot. Frekuensi melangkah dipengaruhi oleh frekuensi kebiasan otot dan mekanisme posisi otot. Jenis

(15)

lapangan pun akan mempengaruhi panjang langkah seperti lapang pasir yang teksturnya recah dan tidak padat sehingga kuda kurang mendapatkan tekanan pada kakinya, dibandingkan dengan langkah pada lapang rumput yang memiliki keras akan memberi tekanan yang lebih pada kaki kuda sehingga langkahnya akan lebih panjang (Hickman, 1987).

Kemampuan berlari tergantung pada cepatnya kontraksi dari sebagian besar serabut-serabut otot (Frape, 1986). Serabut-serabut otot yang lebih besar memiliki potensi yang lebih besar pula untuk menghasilkan tenaga atau daya untuk berjalan atau berlari. Dalam hal ini ATP yang tersedia dalam otot lebih tinggi, maka akan meningkatkan daya tahan (endurance) ketika kecepatan lari bertambah (Kearns dan Keever, 2001).

2.9 Tulang dan Otot

Tulang mampu memperbaiki diri dan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan karena terdapat suatu tekanan. Sepertiga berat tulang terdiri atas kerangka organik berupa jaringan dan sel-sel, yang menyebabkan sifat elastis dan keras pada tulang. Dua pertiga berat tulang terdiri atas komponen anorganik (paling banyak adalah garam-garam kalsium dan fosfat) yang menyebabkan sifat keras dan kaku pada tulang (Frandson, 1992). Thomson (1995) menyatakan tinggi pundak dan tinggi panggul berkembang secara bersama-sama dengan proporsi yang berbeda, yaitu tinggi pundak 2 cm-3 cm lebih tinggi dibanding tinggi panggul. Pola pertumbuhan dari tinggi pundak, tinggi panggul dan panjang tubuh relatif sama pada setiap masa pertumbuhan. Pertumbuhan pada lutut dan persendian kaki bagian bawah mencapai kondisi stabil saat kuda berumur ±140 hari, waktu tersebut bersamaan dengan berhentinya pertumbuhan dari tulang kaki

(16)

yang membujur. Keseluruhan kerangka mempunyai perototan yang terdiri atas tiga jenis urat syaraf utama. Pertama adalah urat syaraf dengan kejangan pelan (slow twitch fiber), yang berpengaruh pada kekuatan dan daya tahan otot. Kedua adalah urat syaraf dengan kejangan menengah (intermediate twitch fiber), yang mempengaruhi kemampuan slow dan fast twitch fiber. Ketiga adalah urat syaraf dengan kejangan cepat (fast twitch fiber), yang mempengaruhi kecepatan kontraksi otot. Otot dengan fast twitch fiber akan memberikan seekor kuda kecepatan, kegesitan, ketangkasan dan kekuatan saat berlari (Quickness, 2006). Graham-Thiers (2005), menyatakan bahwa untuk mempertahankan ukuran otot seekor kuda tanpa memperhatikan berapa umur kuda tersebut diperlukan tambahan makanan berupa asam amino. Ukuran otot tidak akan berkurang meskipun kuda melakukan sedikit exercise, sedangkan apabila tanpa tambahan pakan otot akan banyak menyusut.

Otot-otot kerangka kuda mempunyai perkembangan yang pesat, khususnya pada bangsa kuda atletik. Berbeda dengan kebanyakan mamalia, dimana 30-40% dari bobot terdiri dari otot dan bangsa kuda bukan atletik sekitar 42% otot dari bobot badannya, sedangkan kuda atletik lebih dari separuh sekitar 55% dari bobot badannya terdiri dari otot rangka (Hinchcliff. Dkk, 2008).

2.10 Hubungan Tinggi Pundak Dengan Panjang Langkah Trot

Ukuran tubuh merupakan sifat kuantitatif yang mudah untuk diamati. Sifat kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur pada seekor ternak baik untuk sifat produksi seperti ukuran morfologi tubuh, kecepatan lari, daya tahan, dan tenaga tarik juga untuk sifat reproduksi seperti lama kebuntingan, lama berahi, dan produksi susu (Martojo, 1992). Noor (2008) menyatakan bahwa sifat kuantitatif

(17)

dikontrol oleh banyak pasangan gen yang bersifat aditif. Sifat kuantitatif yang dapat diamati dari kuda adalah tinggi pundak, panjang badan, bobot badan, lingkar dada, dalam dada, lebar dada, bobot lahir, dan bobot sapih.

Tinggi pundak dapat diukur dengan cara tegak lurus pada satu dataran dengan ketinggian yang sama dan mengukur dari titik tertinggi pundak sampai ke tanah (Ensminger, 1991). Keadaan pundak sangat menentukan kecepatan dan ketangkasan seekor kuda. Pundak kuda harus panjang, tonjolan kuda terlihat jelas dan miring. Tinggi pundak kuda dapat dikategorikan yaitu, ukuran tinggi pundak dibawah 130 cm masuk kategori sangat kecil, 131-147 cm masuk kategori sedang, 148-158 cm masuk kategori sedang, 159-169 cm masuk kategori besar, dan diatas 170 cm masuk kategoi sangat besar (Sasimowski, 1978).

Menurut Hickman (1987) kecepatan lari pada kuda dihasilkan oleh perpaduan antara panjang melangkah dan frekuensi melangkah. Panjang melangkah dipengaruhi oleh panjang kaki, jarak pergerakan tulang sendi, kapasitas percepatan, dan rancangan internal otot. Frekuensi melangkah di pengaruhi oleh frekuensi kebiasaan otot dan mekanisme posisi otot.

Tinggi pundak berhubungan dengan kecepatan lari, karena tinggi pundak disusun oleh konstruksi panjang kaki dari seekor kuda, maka semakin tinggi pundak makin baik sehingga mempunyai daya mobilitas dan daya tahan (endurance) yang tinggi (Bandiati, 1990).

2.11 Analisis Korelasi

Analisis korelasi adalah studi yang membahas tentang derajat hubungan antara variabel-variabel (Sudjana, 2005). Menurut Gaspersz (1992), untuk mengukur keeratan hubungan (korelasi) antar peubah asal dan komponen utama

(18)

dapat diketahui dengan koefisien korelasi antara peubah asal dan komponen utama itu. Menurut Everitt dan Dunn (1998), nilai koefisien korelasi antara -1 sampai dengan 1; dan memperlihatkan ukuran linear dari hubungan peubah xi dan xj. Koefisien korelasi bernilai positif jika xi bernilai tinggi diikuti dengan nilai xj yang juga tinggi dan kejadian sebaliknya; dan bernilai negatif jika nilai xi tinggi dan nilai xj rendah dan kejadian sebaliknya. Hal tersebut diperkuat dengan dinyatakan oleh Gaspersz (1992), bahwa nilai koefisien korelasi -1, menunjukkan hubungan negative sempurna antar x dan y, sedangkan nilai koefisien korelasi 1, menunjukkan hubungan positif sempurna antar x dan y. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan, terutama untuk data kuantitatif dinamakan koefisien korelasi (r).

Gambar

Gambar 1. Kuda Criollo (Sumber : Draper Judith. 2006)

Referensi

Dokumen terkait

Jenis usaha yang wajib menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 h u r u f a angka 3.b adalah jenis usaha yang mempunyai

g) Jika didalam catatan/dokumen pertanyaan (FAQ) belum ada pertanyan serupa maka staff Bagian Layanan Pengguna dapat menjawab pertanyaan tersebut. h) Jika pertanyaan \idak

Nah, dalam bahasa Arab, jika kita ingin bisa menyusun sebuah kalimat sempurna yang dimengerti oleh orang lain, maka kita harus belajar ilmu Nahwu dan ilmu Shorof terlebih dahulu..

The reason being that the partner has become too close to the directors and staff in the firm and this may impair his judgement on the financial statements.. However, NorthCee is

Aspek visual dalam karya seni sangat membantu dalam penyampaian sebuah gagasan, dan lukisan merupakan salah satu media untuk menyampaikan ide atau

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri

diadakan di SMK-SMEA Nahdlatul 'Ulama (NU) Medan dengan jumlah sampel sebesar 30 orang. Adapun langkah-langkah pengolahan data hasil uji.. TABEL 3.1 KISI-KISI TES KEMAMPUAN KOGNITIF