• Tidak ada hasil yang ditemukan

LATAR BELAKANG DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PEDAGANG SAYUR DI PASAR INDUK PUSPA AGRO KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LATAR BELAKANG DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PEDAGANG SAYUR DI PASAR INDUK PUSPA AGRO KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” jawa Timur untuk menyusun Skripsi S-1

Oleh :

RONY WICAKSONO NPM : 0924010013

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR S U R A B A Y A

(2)
(3)

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah

memberikan anugerah dan rahmad-Nya kepada penulis sehingga mampu

menyelesaikan proposal skipsi dengan judul “ Pengaruh Ekuitas Merek

Terhadap Keputusan Pembelian Ikan Kaleng (Canned Fish) di Sidoarjo ” .

Dalam hal ini penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan

kesuksesan tidak terlepas dari sang khaliq dengan dibantu oleh berbagai pihak

yang telah memberikan waktu, kesempatan, serta bimbingan. Penulis

mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Ir. Sri

Widayanti, MP selaku dosen pembimbing utama dan Ir. Mubarokah, MTP selaku

dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan dan

masukan serta motivasi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS selaku ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Seluruh Keluarga serta semua pihak yang memberikan dukungan do’a,

semangat dan motivasi.

4. Sahabat serta teman-teman senasib dan seperjuangan angkatan 2009, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna

dan masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu penulis harapkan kepada

pembaca, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi

(4)

Surabaya, April 2013

(5)

ABSTRAK

RINGKASAN

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR GAMBAR ...v

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

II. TINJAUAN PUSTAKA ...7

A. Penelitian Terdahulu ...7

B. Teori Pemasaran ...8

C. Ekuitas Merek ...10

D. Pengelolaan Ekuitas Merek ...21

E. Keputusan Pembelian ...22

1. Proses Keputusan Pembelian ...22

2. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian ...22

3. Hubungan Ekuitas Merek dengan Keputusan Pembelian ...24

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ...25

A. Kerangka Pemikiran ...25

(6)

B. Metode pengambilan Sampel ...29

C. Metode Pengumpulan Data ...30

D. Skala Pengukuran ...32

E. Definisi Operasional dan pengukuran Variabel ...32

F. Analisis Data ...35

1. Analisis Deskriptif ...35

2. Regresi Linier Berganda ...35

3. Pengujian Koefisien Persamaan Regresi ...36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...38

A. Gambaran Umum Kabupaten Sidoarjo ...38

1. Letak Geografis Kabupaten Sidoarjo ...38

2. Keadaan Penduduk ...38

a. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin ...38

b. Banyaknya Penduduk Dilihat Dari Jumlah Rumah Tangga ...40

c. Penduduk Menurut Pendidikan dan Kecamatan ...41

d. Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Kelompok Umur ...42

e. Jumlah penduduk menurut matapencaharian ...43

B. Karakteristik Konsumen Ikan Kaleng ...44

C. Deskripsi Hasil Penelitian ...49

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Ikan Kaleng ....72

E. Variabel Ekuitas Merek Yang Paling Berpengaruh Dominan ...78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...79

A. Kesimpulan ...79

B. Saran ...79

(7)

membeli ikan kaleng di Sidoarjo, 2) Menganalisis pengaruh variabel ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek, asosiasi merek, kesan kualitas, loyalitas merek dan persepsi nilai terhadap keputusan pembelian ikan kaleng di Sidoarjo, 3) Menganalisis variabel ekuitas merek yang paling berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian ikan kaleng di Sidoarjo. Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu menggunakan analisis deskriptif. Sedangkan untuk menjawab tujuan kedua yaitu dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan untuk menjawab tujuan ketiga menggunakan analisis uji t (uji parsial). Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Karakteristik konsumen ikan kaleng di Giant Hypermart di Sidoarjo adalah sebagian besar perempuan, ibu rumah tangga, berusia antara 31-41 tahun, berpendidikan SMA sederajat dan tingkat pendapatan diatas Rp. 4.000.000, 2) Terdapat pengaruh signifikan variabel Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Kesan Kualitas, Loylitas Merek, dan Persepsi Nilai terhadap keputusan pembelian ikan kaleng di Giant Hypermart di Sidoarjo, 3) Dari Variabel Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Kesan Kualitas, Loyalitas Merek dan Persepsi Nilai yang berpengaruh paling dominan terhadap Keputusan Pembelian ikan kaleng adalah Variabel Kesadaran Merek dan Kesan Kualitas.

Kata Kunci : Pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembelian ikan kaleng

ABSTRACT

This thesis objectives are 1) Knowing the characteristics of consumers who buy canned fish in Sidoarjo, 2) Analyze the effects of variables that brand equity consists of brand awareness, brand associations, the impression of quality, brand loyalty and perceived value on purchase decision canned fish in Sidoarjo, 3) analyzing brand equity variables most dominant influence on purchasing decisions canned fish in Sidoarjo. Analysis used to answer the first objective is to use descriptive analysis. Meanwhile, to answer the second goal by using multiple linear regression analysis and to answer the third objective using t test analysis (partial testing). Based on the analysis and discussion of this study, it can be concluded as follows: 1) Characteristics of canned fish consumers at Giant Hypermart in Sidoarjo is mostly women, housewives, aged between 31-41 years old, high school or equivalent education and income levels above USD . 4,000,000, 2) There is a significant effect of the variable Brand Awareness, Brand Association, Quality Impressions, Loylitas Brands, and Value Perceptions purchasing decisions canned fish at Giant Hypermart in Sidoarjo, 3) From Variable Brand Awareness, Brand Association, impression quality, engagement brand value and perception of the most dominant influence on the purchase decision canned fish is variable Quality brand Awareness and impressions.

(8)

memiliki sekitar 17.508 pulau, panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km memiliki luas wilayah laut 5,8 juta km² dengan dugaan potensi perikanan sebesar 6,1 juta ton per tahun. Potensi sumberdaya perikanan ini dapat terlihat pada industri perikanan internasional yang telah mengalami peningkatan signifikan beberapa tahun terakhir. FAO menyebutkan bahwa selama periode 2003 sampai 2006 telah terjadi peningkatan nilai ekspor komoditas perikanan rata-rata 10,44% hingga mencapai nilai lebih dari US$ 85 milyar. Sebagai Negara yang memiliki kekayaan sumberdaya laut yang melimpah, produk perikanan tidak hanya terbatas pada perikanan segar saja, melainkan juga dalam bentuk hasil olahan (value added). Kegiatan agroindustri perikanan yang saat ini makin marak menjadikan produk perikanan mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan ikan segar.

(9)
(10)

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu, Negara kepulauan yang

memiliki sekitar 17.508 pulau, panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km

memiliki luas wilayah laut 5,8 juta km² dengan dugaan potensi perikanan sebesar

6,1 juta ton per tahun. Tingkat pemanfaatan potensi ini diduga telah mencapai

sekitar 60 %. Oleh karena itu, perikanan Indonesia memiliki potensi sangat

besar. Sektor perikanan bermanfaat bagi kelangsungan hidup seluruh warga

Negara Indonesia dan menjadi sumber pendapatan perekonomian Negara.

(Nikijuluw, 2002).

Potensi sumberdaya perikanan ini dapat terlihat pada industri perikanan

internasional yang telah mengalami peningkatan signifikan beberapa tahun

terakhir. FAO menyebutkan bahwa selama periode 2003 sampai 2006 telah

terjadi peningkatan nilai ekspor komoditas perikanan rata-rata 10,44%

hingga mencapai nilai lebih dari US$ 85 milyar. Jika dilihat dari pasar potensial

maka Eropa merupakan importir utama produk perikanan dunia dengan sekitar

US$ 41 milyar. Kawasan Asia dan Amerika selanjutnya menjadi pasar potensial

bagi produk perikanan dunia. (Fishstat, 2008).

Dari potensi perdagangan komoditas perikanan dunia pada tahun 2007,

Indonesia dominan mengekspor produk perikanan ke negara-negara Asia

sebesar 70,97% dengan nilai sekitar 48,22%, selanjutnya adalah wilayah

Amerika dengan persentase volume sebesar 17,03% dengan nilai 35,60%. Pasar

potensial bagi produk perikanan Indonesia selanjutnya adalah Eropa dengan

persentase volume hanya 10,35% namun prosentase nilai sebesar 13,11%.

(11)

bahwa pasar Eropa merupakan pasar yang baik karena ratio harga lebih tinggi

dibandingkan wilayah lain.

Sebagai Negara yang memiliki kekayaan sumberdaya laut yang

melimpah, produk perikanan tidak hanya terbatas pada perikanan segar saja,

melainkan juga dalam bentuk hasil olahan (value added). Kegiatan agroindustri

perikanan yang saat ini makin marak menjadikan produk perikanan mempunyai

nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan ikan segar. Peningkatan nilai ini

karena adanya perubahan sifat dasar ikan yang mudah busuk menjadi lebih

tahan lama sehingga nilai ekonominya meningkat. Salah satu bentuk kegiatan

agroindustri yang populer adalah kegiatan pengalengan ikan (canned fish).

Kegiatan agroindustri pengalengan ikan ini (canned fish) dapat diartikan

sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi mulai dari kegiatan penyediaan bahan

baku, processing, sampai ke pemasaran. Adapun tujuannya adalah untuk: 1)

memberikan nilai tambah pada produk perikanan, 2) mengamankan produksi

karena sifat produk yang mudah rusak (perishable), 3) diversifikasi

produk-produk perikanan, 4) menjamin kontinuitas ketersediaan ikan sepanjang tahun,

dan 5) meningkatkan jangkauan pemasaran ikan. (Dahuri, 2004).

Semua kegiatan agroindustri pengalengan ikan (canned fish) ini dilakukan

untuk memenuhi keinginan konsumen akan kepraktisan dalam mengkonsumsi

ikan. Saat ini telah terjadi perubahan dalam perilaku konsumen yang pada

umumnya lebih menyukai makanan cepat saji. Hal ini disebabkan oleh semakin

sempitnya waktu yang dimiliki konsumen yang diakibatkan oleh berbagai aktifitas

seperti pekerjaan atau karena alasan lainnya. Waktu yang terasa semakin sempit

ini membuat mereka mencoba beralih ke makanan cepat saji karena lebih praktis

dan juga lebih variatif.

(12)

lain, ini bisa kita lihat dengan adanya berbagai merek yang ada di pasar.

Merek-merek ikan kaleng (canned fish) yang beredar di Indonesia sangat banyak

sehingga konsumen sangat mudah untuk memilih berbagai macam merek ikan

kaleng (canned fish). Ada berbagai macam merek ikan kaleng (canned fish) yang

beredar di Indonesia mulai BOTAN, MILI, ABC, CIP, MAYA dan mungkin masih

banyak lagi merek-merek ikan kaleng (canned fish) lainnya yang tidak dapat di

jelaskan satu per satu. Dan Seluruh produsen ikan kaleng (canned fish) tersebut

mempunyai produk-produk unggulan dan semuanya bersaing dalam merebutkan

pasar konsumen di Indonesia melalui berbagai macam terobosan dan inovasi.

Pertumbuhan bisnis yang sangat cepat tersebut mendorong perusahaan

untuk berkompetisi dalam setiap aktivitas perusahaan termasuk dalam bidang

pemasaran. Pada bidang pemasaran ini perusahaan melakukan kompetisi

diantaranya pada aspek harga, pelayanan dan merek dari suatu produk.

Perusahaan harus selalu waspada terhadap strategi para pesaing yang

berusaha merebut pangsa pasar. Penciptaan merek yang dapat selalu diingat

oleh konsumen dapat merupakan salah satu hal yang membuat konsumen tidak

berpindah ke merek lain. Untuk itu perlu dilakukan suatu upaya agar merek suatu

produk dapat selalu melekat di pikiran konsumen. Salah satu strategi yang dapat

dilakukan dalam membentuk long term relationship antara perusahaan

(produsen) dengan konsumen adalah dengan membangun dan mengelola

ekuitas merek secara tepat. (Lassar et al, 1995).

Menurut Kotler (2004), ekuitas merek merupakan nilai suatu merek

berdasarkan seberapa kuat nilai merek tersebut memilki nilai loyalitas merek,

kesadaran konsumen akan merek tersebut, kualitas yang dipersepsikan, asosiasi

merek, dan berbagai aset lainnya seperti paten, merek dagang dan hubungan

(13)

Menurut Durianto (2004), ekuitas merek adalah konsep multi dimensional

yang terdiri dari kesadaran merek (brand awarenes), kualitas yang di

persepsikan (perceived quality), asosiasi merek (brand association), loyalitas

merek (brand loyality), dan indikator obyektif lain seperti persepsi nilai (perceived

value). Dimensi ekuitas merek, seperti kesadaran merek (brand awarenes),

merupakan dasar dari proses pemahaman akan suatu merek yang mana akan

membentuk suatu kesan merek yang khusus. Pemahaman suatu merek atau

kesadaran suatu merek sebagai suatu yang menghubungkan memori dengan

otak, dan kesan merek sebagai sekumpulan asosiasi merek yang berguna.

Loyalitas merek (brand loyality) merupakan komitmen kuat dalam

membeli atau berlangganan kembali suatu produk atau jasa yang dipilih secara

konsisten dimasa mendatang (Durianto 2004). loyalitas akan membentuk dan

membuat konsumen membeli suatu produk yang bermerek secara teratur dan

konsisten dan tidak mau beralih kemerek lainya. Hal itu berarti jika konsumen

loyal terhadap suatu merek maka ekuitas merek akan meningkat.

Asosiasi merek (brand asosiation) merupakan dimensi dari ekuitas merek.

Dimana perusahaan akan menemukan manfaat mengasosiasikan merek mereka

dengan citra lainya, icon, khususnya merek lain. Asosiasi merek akan sangat

membantu para konsumen dalam memproses informasi tentang suatu merek.

Sehingga dengan asosiasi merek, maka citra produk itu akan semakin kuat dan

proses tranformasi informasi ke konsumen juga akan berjalan dengan baik dan

valid. (Durianto 2004).

Persepsi nilai (perceived value) termasuk dalam dimensi ekuitas merek.

Merupakan bentuk persepsi yang ada dalam benak konsumen terhadap sebuah

produk perusahaan dan sangat terkait erat dengan kepuasan pelanggan yaitu

(14)

Dengan adanya persepsi seperti ini maka konsumen akan menjadi pelanggan

yang loyal untuk membeli produk dari perusahaan (Durianto 2004).

Dimensi Ekuitas merek diatas mulai kesadaran merek, kesan kualitas,

loyalitas merek, asosiasi merek, persepsi nilai, harus saling berkaitan dalam

pembentukan ekuitas merek yang kuat dan tangguh seperti contoh perusahaan

mobil jerman Mercedes telah membangun bisnis raksasa dengan merek yang

terkenal dengan bantuan para pengunanya (eksekutif puncak). (Kotler 2005).

Gambar 1. Pengaruh Variabel-variabel Ekuitas Terhadap Keputusan Pembelian.

Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

bagaimanakah variabel-variabel ekuitas merek dan pengaruhnya terhadap

keputusan pembelian, termasuk didalamnya mempelajari variabel manakah yang

paling menentukan konsumen di dalam membeli ikan kaleng (canned fish) di

Sidoarjo.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah variabel ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek,

asosiasi merek, kesan kualitas, loyalitas merek dan persepsi nilai

berpengaruh terhadap keputusan pembelian ikan kaleng (canned fish) di

Sidoarjo?

2. Manakah di antara variabel ekuitas merek yang paling berpengaruh

dominan terhadap keputusan pembelian ikan kaleng (canned fish)?

• Kesadaran Merek

• Kesan Kualitas

• Loyalitas Merek

• Asosiasi Merek

• Persepsi Nilai

KEPUTUSAN

(15)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik konsumen yang membeli ikan kaleng (canned

fish) di Sidoarjo.

2. Menganalisis pengaruh variabel ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran

merek, asosiasi merek, kesan kualitas, loyalitas merek dan persepsi nilai

terhadap keputusan pembelian ikan kaleng (canned fish) di Sidoarjo.

3. Menganalisis variabel ekuitas merek yang paling berpengaruh dominan

terhadap keputusan pembelian ikan kaleng (canned fish) di Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Penerapan dari ilmu yang telah diperoleh peneliti selama perkuliahan,

serta memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti untuk

berfikir secara kritis dan sistematis dalam menghadapi permasalahan

yang terjadi.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi pimpinan

perusahaan untuk lebih mengefektifitaskan ekuitas mereknya.

3. Bagi Lembaga

Hasil ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan Sebagai

bahan masukan bagi lembaga untuk mengevaluasi sejauh mana mampu

memenuhi tuntutan perkembangan dunia perekonomian dan pemasaran

global pada saat ini serta hasil ini juga diharapkan dapat dipergunakan

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Jenis produk ikan kaleng adalah jenis ikan segar dari beberapa spesies

(sarden, lemuru mackerel, dan tuna) yang telah mengalami perlakuan awal

sebelumnya seperti pemotongan kepala, ekor (tergantung jenis ikannya), dan

pencucian, kemudian dimasukkan ke dalam kaleng yang memenuhi syarat dan di

proses melalui pemasakan awal (pre-cooking) dengan atau tidak dibubuhi saus

tomat serta diawetkan dengan cara sterilisasi. Dalam proses pengalengan ikan,

secara umum tahap-tahap kegiatan dapat dibagi menjadi beberapa bagian

meskipun jenis-jenis ikan tertentu ada kemungkinan berbeda (Irawan & Agus

1998).

Rike Farid Santi (2006), dalam penelitiannya melakukan analisis tentang

“Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pemilihan Konsumen”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis secara simultan, parsial, dan

yang paling dominan berpengaruh terhadap Keputusan Pemilihan Konsumen.

Alat analisisnya menggunakan regresi linier berganda, Dari hasil penelitian yang

dilakukan menyatakan bahwa brand image yang terdiri dari Variabel citra

pembuat (X1), citra pemakai (X2), dan citra produk (X3) mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel keputusan pemilihan konsumen (Y).

Ana Dibiya (2006) dalam penelitiannya melakukan analisis tentang

“Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Lux” Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis secara simultan, parsial, yang

berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Alat analisisnya menggunakan

regresi linier berganda, Dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa

variabel bebas (kesadaran merek, asosiasi merek, loyalitas merek, kesan

(17)

signifikan terhadap keputusan pembelian. Sedangkan secara parsial variabel

kesadaran merek, asosiasi merek, loyalitas, dan asset hak milik merek yang lain,

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.

Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian

yang sekarang adalah dilihat dari variabel yang digunakan dari kedua penelitian

terdahulu yaitu dengan menggunakan “Variabel Citra Pembuat, Citra Pemakai,

Dan Citra”. “Produk Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Loyalitas Merek, Kesan

Kualitas, Dan Aset Hak Milik Merek”, sedangkan penelitian sekarang

menggunakan variabel yang sama yaitu “Kesadaran Merek, Kesan Kualitas,

Loyalitas Merek, Asosiasi Merek tetapi ada satu variabel pembaru yaitu yaitu

variabel Persepsi Nilai.

B. Teori Pemasaran (marketing)

Banyak sekali arti pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam

bidang pemasaran. Antara lain yang dikemukakan oleh Kotler (2004), yang

mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial yang didalamnya individu

dan kelompok mendapat apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain.

Definisi lain yang di berikan oleh Stanton (1985), yakni pemasaran

(marketing) adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan

barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para

konsumen saat ini maupun masyarakat konsumen potensial.

Definisi diatas dapatlah diterangkan bahwa arti pemasaran adalah jauh

lebih luas dari arti penjualan. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang

(18)

produk sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran/penjualan produk

tersebut. Jadi, kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling

berhubungan sebagai suatu sistem. Arti dari penjualan itu sendiri adalah menjual

dari apa yang mereka hasilkan, bukannya membuat apa yang pasar inginkan.

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang

harus dilakukan perusahaan dalam usaha mempertahankan kelangsungan

hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Kegiatan pemasaran

sendiri dimulai jauh sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir

dengan penjualan.

Kegiatan pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan

kepada konsumennya, sehingga konsumen mempunyai pandangan yang lebih

positif terhadap perusahaan, dimana hal ini adalah kunci sukses keberhasilan

perusahaan.

Semakin berkembangnya perekonomian, maka pemuasan kebutuhan

pelanggan sangat penting. Oleh karena itu setiap perusahaan harus mampu

mengembangkan produk untuk dapat memuaskan konsumen. Tanpa tercapainya

kepuasan yang dirasakan oleh konsumen, maka kegiatan pemasaran dapat

dikatakan belum berhasil.

1) Pengertian Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler (2000), manajemen pemasaran sebagai proses

perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta

penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang

memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.

2) Konsep Pemasaran

Sebelum menjelaskan konsep tertua dalam bisnis, maka akan dijelaskan

pula konsep-konsep lain yang merupakan landasan bagi pemasaran

(19)

pemasaran. Konsep tersebut adalah konsep produksi, konsep produk, konsep

menjual/penjual.

Konsep produksi didasarkan atas asumsi yang menyatakan bahwa

konsumen akan menyukai produk yang tersedia di banyak tempat dan harganya

murah. Manajer organiasi yang berorientasi produk memusatkan pada

usaha-usaha untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi dan distribusi yang luas.

Konsep produk menyatakan bahwa konsumen menyukai produk yang

menawarkan, mutu, kinerja, dan pelengkap inovasi yang terbaik. Manajer dalam

organisasi produk memusatkan perhatian mereka pada usaha menghasilkan

produk yang unggul dan terus menyempurnakannya.

Konsep penjualan didasarkan pada asumsi bahwa konsumen, jika

diabaikan biasanya tidak akan membeli produk dalam jumlah yang cukup.

Karena itu, organisasi harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang

agresif.

Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan

organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih

efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan dan

mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih (Kotler

2000).

C. Ekuitas Merek

1. Pengertian Ekuitas Merek

Pengertian menurut David A. Aaker dalam bukunya Durianto (2004),

ekuitas merek adalah sekumpulan aset dan liabilitas yang terkait dengan nama

merek dan simbol yang dapat menambah atau mengurangi nilai yang diberikan

oleh suatu produk atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan perusahaan.

(20)

merek, mencakup kualitas relatif dan produk dan jasa, kinerja keuangan, loyalitas

pelanggan, kepuasan dan keseluruhan penghargaan terhadap merek.

2. Pengukuran Ekuitas Merek

Ketika konsumen diperlihatkan pada merek tertentu, maka konsumen

akan menyerap informasi tertentu yang berhubungan dengan merek dan

menyimpan informasi tersebut dalam ingatan mereka. Kumpulan dari informasi

yang tersimpan tersebut yang akan membentuk pengetahuan akan merek.

Pengetahuan merek yang tinggi berarti bahwa merek dengan mudah

dimunculkan kembali dan ingatan sehingga secara langsung akan meningkatkan

kemungkinan konsumen dalam memilih merek yang dimaksud. Untuk

mengetahui sejauh mana perusahaan dapat mengukur ekuitas merek, (Durianto

2004) menyebutkan terdapat lima dimensi untuk Variabel-Variabel Ekuitas

Merek.

a. Kesadaran Merek (Brand Awarenes)

Peran brand awarenes dalam keseluruhan ekuitas merek (brand equity)

tergantung dan sejauh mana tingkat kesadaran yang dicapai oleh suatu merek.

Kesadaran merek artinya adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk

mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dan

kategori produk-produk tertentu, (Durianto 2004).

Gambar 2. Kesadaran merek

Puncak

pikiran

Pengingatan

Pada M erek

Pengenalan

(21)

Penjelasan mengenai 4 piramida kesadaran merek brand awareness dari

tingkat tertinggi sampai tingkat terendah adalah:

1) Top of Mind (Puncak Pikiran).

Yaitu merek produk yang pertama kali disebutkan oleh konsumen secara

spontan dan menempati tempat khusus/istimewa di benak konsumen.

2) Brand recall (Pengingatan Kembali Merek).

Mencerminkan merek-merek apa saja yang diingat konsumen setelah

menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Dimana merek-merek yang

disebutkan kedua, ketiga dan seterusnya merupakan merek yang

menempati brand recall dalam benak konsumen.

3) Brand Recognition (Pengenalan Merek).

Merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek yang merupakan

pengenalan merek dengan bantuan, misalnya dengan bantuan daftar merek,

daftar gambar, atau cap merek dan merek yang masuk dalam ingatan

konsumen disebut brand recognition.

4) Unware of Brand (Tidak Menyadari Merek).

Merupakan tingkatan merek yang paling rendah dalam piramida brand

awareness, dimana konsumen tidak menyadari akan eksistensi suatu merek.

Sedangkan dimensi untuk mengukur kesadaran merek (brand awareness)

menurut Yoo et al, (2000) antara lain:

a) Konsumen mengetahui seperti apakah sebuah merek tertentu.

b) Konsumen dapat mengenali merek tertentu diantara merek-merek yang

saling bersaing.

c) Konsumen mengetahui tentang merek tertentu.

d) Konsumen dengan mudah mengingat beberapa karakteristik merek tertentu.

(22)

f) Konsumen tidak kesulitan membayangkan sebuah merek tertentu dalam

benaknya.

Peran brand awareness terhadap brand equity dapat dipahami dengan

membahas bagaimana brand awareness menciptakan suatu nilai. Penciptaan

nilai ini dapat dilakukan dengan banyak cara, antara lain :

a) Anchor to other association which can be attached.

Pada dasarnya suatu merek dapat memiliki hubungan dengan hal-hal lain.

b) Familiarity–liking.

Suatu upaya mengenalkan sebuah merek dengan cara menimbulkan suatu

hal yang familiar. Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan kesukaan

yang kadang-kadang dapat berpengaruh dalam membuat keputusan.

c) Substance/commitment.

Kesadaran akan merek dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti

yang sangat penting bagi suatu perusahaan.

d) Brand to consider.

Penyeleksian suatu kelompok merek yang telah dikenal sebagai suatu upaya

mempertimbangkan merek mana yang akan diputuskan untuk digunakan.

Keputusan pemilihan ini biasanya dipengaruhi oleh ingatan konsumen

terhadap merek yang paling diingat. Brand association merupakan segala

kesan yang muncul dan terkait dengan ingatan konsumen mengenai suatu

merek.

b. Asosiasi Merek (Brand Association)

Pengertian Asosiasi merek menurut Durianto (2004) adalah segala hal

yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Nilai yang mendasari merek

sering kali didasarkan pada asosiasi-asosiasi yang berkaitan dengan merek

(23)

kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada

banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikan (Rangkuti.

2004). Sedangkan menurut Knapp (2002). Asosiasi merek dapat sangat

membantu para konsumen dalam memproses informasi tentang suatu merek.

Menurut Rangkuti (2004) terdapat lima keuntungan asosiasi merek, yaitu:

1) Dapat membantu proses penyusunan.

Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek, dapat membantu

mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan

mudah dikenal oleh pelanggan.

2) Perbedaan.

Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang sangat penting bagiusaha

pembedaan antara merek yang satu dengan merek yang lain.

3) Alasan untuk membeli.

Asosiasi merek dapat membantu konsumen dalam mengambil keputusan

untuk membeli produk atau tidak.

4) Penciptaan sikap atau perasaan positif.

Asosiasi rnerek dapat merangsang perasaan positif yang pada gilirannya

akan berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan.

5) Landasan untuk perluasan.

Asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan merek,

yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek dan sebuah

(24)

Gambar 3. Asosiasi Merek

Pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya

dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut, produk, geografis, harga,

pesaing, selebriti dan lain-lainnya. Suatu merek yang telah mapan sudah pasti

akan memiliki posisi yang lebih menonjol daripada pesaing, bila didukung oleh

assosiasi yang kuat.

c. Kesan Kualitas (Perceived Quality)

Pengertian kesan kualitas menurut Durianto (2004) adalah persepsi

pelanggan terhadap keseluruan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa

layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan. Secara obyektif kesan

kualitas tidak dapat diterapkan karena berkaitan dengan persepsi dan tingkatan

kepentingan bagi konsumen. Knapp (2002), menambahkan bahwa tidak peduli

bagaimana seseorang memiliki untuk menilai kualitas yang dirasakan, karena

kualitas akhirnya ditentukan oleh seberapa baik pelanggan merasakannya.

Asosiasi

M erek

M embantu Proses

Penyusunan Informasi

Deferensiasi/ Posisi

Alasan Unt uk M embeli

M encipt akan Sifat / Perasaan

Posit if

(25)

Gambar 4. Kesan Kualitas

Sebagaimana ditunjukkan gambar di atas kesan kualitas memberikan

nilai dalam beberapa bentuk.

1) Alasan untuk membeli.

Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan yang penting untuk

membeli, mempengaruhi merek-merek yang mana yang mesti

dipertimbangkan, dan pada gilirannya mempengaruhi merek apa yang bakal

dipilih.

2) Diferensiasi/posisi.

Suatu karakteristik penting dan sebuah merek adalah posisinya dalam

dimensi kesan kualitas. Apakah merek itu merupakan super optimum,

bernilai atau ekonomis? Lebih jauh, berkenaan dengan kategori kesan

kualitas, apakah merek itu terbaik atau hanya sekedar kompetitif terhadap

merek-merek lain.

Kesan

Kualitas

Alasan Unt uk

M embeli

Deferensiasi/ Posisi

Harga OPtim um

M inat Saluran Dist ribusi

(26)

3) Harga optimum.

Keuntungan kesan kualitas memberikan piihan-pilihan dalam menetapkan

harga optimum (price premium). Harga optimum ini bisa meningkatkan laba,

dan atau memberikan sumber daya untuk reinvestasi pada merek tersebut.

Harga optimum tidak hanya memberikan sumber daya, akan tetapi bisa

menguatkan kesan kualitas.

4) Minat saluran distribusi.

Kesan kualitas juga memiliki arti penting bagi para pengecer, distributor dan

berbagai pos saluran lainnya, dan karena itu membantu dalam mendapatkan

distribusi.

5) Perluasan merek.

Kesan kualitas bisa dieksploitasi dengan cara mengenalkan berbagai

perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk

kekategori produk baru. Sebuah merek yang kuat dalam hal kesan kualitas

akan sanggup untuk meluaskan diri lebib jauh, dan akan mempunyai

kemungkinan sukses yang Iebih besar dibandingkan dengan merek yang

lebih lemah.

Persepsi merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas

atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud

yang diharapkan konsumen. Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu

produk atau jasa tersebut dapat menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut

dan berpengaruh langsung kepada keputusan pembelian dan loyalitas konsumen

terhadap suatu merek. Perceived quality tidak dapat ditetapkan secara objektif,

karena akan melibatkan hal-hal apa saja yang dianggap penting bagi pelanggan.

Sedangkan antara pelanggan yang satu dengan lainnya memiiki kepentingan

yang relatif berbeda terhadap suatu produk atau jasa. Terdapat beberapa

(27)

a) Karakteristik produk.

b) Kinerja merek.

c) Feature (bagian tambahan/elemen sekunder pada produk).

d) Kesesuaian dengan spesifikasi.

e) Keandalan.

f) Ketahanan.

g) Pelayanan.

h) Hasil akhir (fit and finish). (Durianto,2004).

d. Loyalitas Merek (Brand Loyality)

Loyalitas merupakan satu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada

sebuah merek (Durianto 2004). Loyalitas merek ini dipengaruhi secara langsung

oleh kepuasan atau tidak kepuasan dengan merek yang telah terakumulasi

dalam jangka waktu tertentu sebagaimana persepsi kualitas produk.

Gambar 5. Piramida Loyalitas

Loyalitas merupakan ukuran kedekatan/keterkaitan pelanggan pada

sebuah merek. Ukuran ini menggambarkan tentang mungkin tidaknya konsumen

beralih ke merek lain, terutama jika merek tersebut mengalami perubahan baik

yang menyangkut harga ataupun atribut lainnya. Konsumen yang loyal pada

Pembeli Komit menyukai merek mengnganggap merek

sebagai sahabat pembeli yang puas dengan biaya

peralihan

pembeli yang puas/ bersifat kebiasaan t idak ada masalah unt uk beralih

(28)

umumnya akan melanjutkan penggunaan merek tersebut, walaupun dihadapkan

dengan banyak alternatif merek produk pesaing yang menawarkan karakteristik

produk yang lebih unggul. Beberapa fungsi yang dapat diberikan oleh brand

loyalty kepada perusahaan yaitu:

1) Mengurangi biaya pemasaran.

2) Meningkatkan perdagangan.

3) Menarik minat pelanggan baru.

4) Memberi waktu untuk merespon ancaman pesaing.

Loyalitas konsumen terhadap merek terdiri dari lima kategori yang

memiliki tingkatan loyalitas mulai dari yang paling rendah sampai tertinggi yang

membentuk piramida loyalitas merek.

Adapun tingkatan loyalitas merek adalah :

a) Switcher (konsumen yang berpindah-pindah).

Pembeli yang berada pada tingkat ini disebut sebagai pelanggan yang

berada pada tingkat paling dasar, dan juga sama sekali tidak loyal. Pembeli

pada tingkat ini tidak mau terikat pada merek apapun, karena karakteristik

konsumen yang berada pada kategori ini pada umumnya adalah mereka

yang sensitif terhadap harga. Mereka menganggap bahwa suatu produk

(apapun mereknya) dianggap telah memadai serta hanya memiliki peranan

yang kecil dalam keputusan untuk membeli.

b) Habitual Buyer (pembelian yang berdasarkan kebiasaan).

Pembeli yang berada pada tingkat ini, dikategorikan sebagai pembeli yang

puas dengan merek yang telah mereka konsumsi. Para pembeli tipe ini

memilih merek hanya karena faktor kebiasaan. Karakteristik konsumen yang

termasuk dalam kategori ini adalah jarang untuk mengevaluasi merek lain.

Sungkannya konsumen untuk berpindah ke merek lain lebih dikarenakan

(29)

c) Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan).

Pembeli pada tingkat ini dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan

merek yang mereka konsumsi, namun demikian mungkin saja mereka

memindahkan pembelian ke merek lain dengan menanggung switch cost

yang terkait dengan waktu, uang, manfaat, ataupun resiko kinerja yang

melekat dengan tindakan mereka dalam peralihan merek.

d) Liking the Brand (pembeli yang menyukai merek).

Pada tingkat ini, konsumen sungguh-sungguh menyukai merek. Pada tingkat

ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Preferensi mereka

dilandaskan pada suatu assosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman

dalam menggunakan merek produk.

e) Committed Buyer (pembeli yang setia).

Pada tingkatan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka

memiliki suatu kebanggan sebagai pengguna suatu merek bahkan merek

sudah menjadi suatu hal yang sangat penting bagi mereka, baik karena

fungsi operasional maupun emosional dalam mengekspresikan jati diri.

e. Persepsi Nilai (Perceived Value)

Salah satu peran brand identity adalah membentuk value proposition

yang biasanya melibatkan manfaat fungsional yang merupakan dasar bagi merek

dalam hampir dalam semua produk Durianto (2004). Ukuran nilai menghasilkan

indicator singkat tentang sukses suatu merek dalam menciptakan value

proposition. Brand value dapat di ukur dengan memperhatikan:

1) Apakah suatu merek membuktikan bahwa nilainya sesuai dengan uang yang

dikeluarkan konsumen.

(30)

Hal penting dalam persepsi nilai adalah bahwa konsep ini berbeda

dengan persepsi kualitas. Dalam beberapa kontek persepsi nilai diartikan

sebagai persepsi kualitas dibagi harga. Beberapa bukti dari studi total research

berdasarkan data base equitrend mereka menunjukan bahwa rata-rata persepsi

quality menerangkan 80% variasai dari perceived velue. Dan untuk kebanyakan

merek perceived quality adalah alat perdiksi sejarah penjualan yang lebih baik

dibandingkan nilai. Perceived quality secara umum berhubungan dengan prestos

dan penghargaan suatu merek. persepsi nilai berkaitan erat dengan manfaat

fungsional, praktek pembelian, dan penggunaan merek tersebut.

D. Pengelolaan Ekuitas Merek

Mengelola ekuitas merek dalam persaingan yang kompetitif semakin

strategis, tidak hanya sekedar nama ataupun simbol, bahkan tidak sekedar

pembeda produk. Ekuitas merek dapat meningkatkan preferensi konsumen

terhadap sebuah merek, membentuk loyalitas pelanggan dan dapat menjadi

keunggulan bersaing bagi perusahaan. Oleh karena merek memiliki arti sebagai

suatu identitas diri perusahaan, maka merek yang baik adalah yang dapat

dengan mudah membedakan dirinya dengan pesaing. Untuk itu banyak merek

memanfaatkan karakteristik manusia dalam produknya agar memudahkan

konsumen mengingat merek, sehingga pada akhirnya konsumen pada satu

tataran kesetiaan yang tinggi terhadap merek tersebut.

Aaker dalam Dwi (2005) juga menambahkan bahwa merek yang kuat

biasanya akan memberikan keuntungan yang lebih besar dan akses terhadap

saluran distribusi yang lebih baik. juga menunjukkan hubungan antara ekuitas

merek yang baik terhadap kekuatan di pasar dengan menyatakan bahwa

keunggulan kompetitif perusahaan yang memiliki ekuitas merek yang baik

(31)

melawan tekanan pesaing dalam melakukan promosi dan menciptakan

hambatan bagi masuknya pesaing.

E. Keputusan Pembelian

1. proses keputusan pembelian

Untuk meraih keberhasilan, pemasar harus melihat lebih jauh bermacam-

macam factor yang mempengaruhi pembeli dan mengembangkan pemahaman

mengenai bagaimana konsumen melakukan keputusan pemelian. Secara

khusus pemasar harus mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan

pembelian.

Ada lima peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian.

a. Pencetus : seseorang yang pertamakali mengusulkan gagasan untuk

membeli suatu produk atau jasa

b. Pemberi pengaruh : seseorang yang pandangan atau saranya mempengaruhi

keputusan.

c. Pengambil keputusan : seseorang yang mengambil keputusan untuk setiap

komponen keputusan pembelian apakah membeli, tidak membeli, bagaimana

membeli dan dimana akan membeli.

d. Pembeli : orang yang akan melakukan pembelian yang sesungguhnya.

e. Pemakai : seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau

jasa yang bersangkutan.

2. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian

Kotler (2005) membagi lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses

(32)

a. Pengenalan masalah

Proses dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan,

Pembeli merasakan adanya perbedaan antara yang nyata dan yang diinginkan.

Kebutuhan ini disebabkan karena adanya rangsangan internal maupun eksternal.

b. Pencarian informasi

Seorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin, atau mungkin

juga tidak mencari informasi lebih lanjut.

Pencarian informasi terdiri dari dua jenis menurut tingkatannya. Yang

pertama adalah perhatian yang meningkat, yang ditandai dengan pencarian

informasi yang sedang-sedang saja. Kedua, pencarian informasi secara aktif

yang dilakukan dengan mencari informasi dari segala sumber.

c. Evaluasi alternatif

Konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat

keputusan terakhir.

d. Keputusan pembelian

Setelah melalui beberapa tahap, dilakukan pembelian yang nyata

terhadap altematif yang dipilih. Suatu proses pembelian berkaitan dengan

keputusan merek, penjualan, waktu pembelian, dan acara pembayaran.

e. Perilaku purna beli

Sesudah pembelian dilakukan, konsumen juga akan melakukan beberapa

kegiatan setelah membeli. Jika konsumen merasa puas dengan manfaat produk

maka ada kecenderungan untuk melakukan pembelian ulang, namun jika tidak

ada kemungkinan itu Mereka akan meninggalkan produk tersebut atau baralih ke

(33)

Gambar 6. Proses Keputusan Pembelian

Memilih merek yang disukai. Tetapi ada pula faktor yang mempengaruhi

seperti sikap orang lain dan faktor-faktor keadaan yang tidak terduga.

3. Hubungan Ekuitas Merek dengan Keputusan Pembelian

Dalam hal ini hubungan ekuitas merek dengan keputusan pembelian

sangat lah erat. Ini dikarenakan merek adalah suatu nama, istilah, tanda, atau

desain atau gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasi barang atau

jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual dan diharapkan akan

membedakan barang atau jasa dari produk pesaing.

Ekuitas merek yang di ukur perspektif pelanggan banyak berhubungan

dengan psikologi dan perilaku konsumen, jadi dengan perilaku pengambilan

keputusan pembelian dapat menentukan seberapa jauh persepsi ekuitas merek

yang dimiliki oleh pelanggan terhadap suatu merek. (Rangkuti, 2002).

Pencarian informasi Pengenalan

masalah

Perilaku purna beli Evaluasi

alt ernatif

(34)

A. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan karena semakin banyaknya produk ikan kaleng

yang beredar di pasaran dan semakin kompetitifnya perusahaan-perusahaan

ikan kaleng di dalam mengembangkan dan merebut pangsa pasar (Market

Share). Salah satu cara untuk dapat mencapai keadaan tersebut adalah dengan

merek (Brand). Karena merek merupakan suatu pembeda antara merek satu

dengan merek yang lain dan dengan merek akan memberikan kesan

tersendiri/memberikan kesan berbeda terhadap persepsi konsumen. Karena

suatu merek yang prestisious memiliki ekuitas merek yang kuat dan semakin

kuat ekuitas merek suatu produk akan semakin kuat pula daya tariknya untuk

menarik konsumen mengkonsumsi produk ikan kaleng.

Di dalam ekuitas merek terdapat lima elemen dan diantara

elemen-elemen ekuitas merek yang dianalisis diantaranya yang pertama, adalah

Kesadaran Merek (Brand Awareness) yaitu kesanggupan seorang konsumen

untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan

bagian dari kategori suatu produk, yang dimana didalam kesadaran merek

memiliki suatu tingkatan, diantaranya tingkatan tersebut meliputi Puncak

Pikiran, Pengingatan Kembali Merek, Pengenalan Merek dan Tidak Menyadari

Merek.

Yang kedua, adalah Assosiasi Merek (Brand Association) yaitu segala

hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek yang dapat sangat

membantu para konsumen dalam memproses informasi tentang suatu merek.

Adapun keuntungan yang diberikan asosiasi merek yaitu dapat membantu

proses penyusunan, perbedaan, memberikan alasan untuk membeli kepada

(35)

Yang ketiga, adalah Kesan Kualitas (Perceived Quality) yaitu persepsi

pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk.

Secara obyektif kesan kualitas tidak dapat diterapkan karena berkaitan

persepsi dan tingkat kepentingan bagi konsumen.

Yang keempat Loyalitas Merek (Brand Loyality) yaitu satu ukuran

keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Loyalitas konsumen

terhadap merek memiliki lima kategori yaitu, konsumen yang

berpindah-pindah,pembelian yang berdasarkan kebiasaan, pembeli yang puas dengan

biaya peralihan, pembeli yang menyukai merek dan pembeli yang setia.

Dan yang terakhir yaitu yang kelima Persepsi Nilai (Perceived Value)

yaitu dimana suatu merek membuktikan bahwa nilainya sesuai dengan uang

yang dikeluarkan konsumen. Dimana dari kelima elemen ekuitas merek yang

dianalisis tersebut, akan dilihat elemen ekuitas merek mana yang paling

dominan dan berpengaruh terhadap keputusan pembelian ikan kleng.

Dengan melihat kerangka berfikir di bawah ini, maka akan mempermudah

penulis untuk dapat mengetahui bahwa diantara lima elemen-elemen ekuitas

merek tersebut, elemen mana yang paling berpengaruh dominan terhadap

(36)
(37)

B. Hipotesis

Adapun yang menjadi hipotesis dalam proposal penyusunan skripsi ini

mencakup beberapa hal sebagai berikut :

Diduga variabel ekuitas merek yang terdiri dari Kesadaran Merek (Brand

Awarenes), Asosiasi Merek (Brand Association), Kesan Kualitas (Perceived

Quality), Loyalitas Merek (Brand Loyality), dan Persepsi Nilai (Perceived Value)

berpengaruh terhadap keputusan pembelian ikan kaleng (canned fish) di

(38)

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Konseptual.

Dengan melihat kerangka berfikir tersebut maka akan mempermudah

penulis untuk dapat mengetahui bahwa ekuitas merek yang terdiri dari

Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Kesan Kualitas, Loyalitas Merek, Persepsi

Nilai akan mendorong untuk melakukan keputusan pembelian pada konsumen.

(39)

B. Hipotesis

Adapun yang menjadi hipotesis dalam proposal penyusunan skripsi ini

mencakup beberapa hal sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel ekuitas yang

terdiri dari kesadaran merek, asosiasi merek, kesan kualitas, loyalitas merek

dan persepsi nilai terhadap keputusan pembelian ikan kaleng (canned fish).

2. Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel ekuitas

yang terdiri dari kesadaran merek, asosiasi merek, kesan kualitas, loyalitas

merek dan persepsi nilai terhadap keputusan pembelian ikan kaleng (canned

fish).

3. Variabel persepsi nilai yang paling berpengaruh dominan terhadap

(40)

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada konsumen ikan kaleng, yang ada

ditoko swalayan di Sidoarjo. Yaitu di Giant Sun City, dan Giant Waru dengan

pertimbangan Swalayan tersebut merupakan Swalayan besar yang kompleks

dan memiliki tingkat pengunjung/pembeli yang cukup tinggi sehingga

mempermudah untuk pengumpulan data dan tempatnya yang mudah dijangkau

oleh peneliti.

B. Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik ini digunakan apabila

anggota sampel yang dipilih khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.

Terkadang purposive sampling disebut sebagai judgement sampling, merupakan

pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan

informasi yang di butuhkan. Dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan

kuesioner kepada responden yang kebetulan bertemu ditoko swalayan di

Sidoarjo.

Keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah, cepat mudah dan

relevan dengan tujuan penelitiannya. Sedangkan kerugiannya ialah tidak

representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum (generalisasi).

1. Populasi

Menurut Nazir (2005), pengertian populasi adalah kumpulan dari individu

dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Populasi yang digunakan

(41)

2. Sampel

Sudjana (2005), mengemukakan bahwa sampel adalah “sebagian yang

diambil dari populasi”. Karena dalam penelitian ini adanya keterbatasan waktu,

tenaga, dan biaya maka tidak memungkinkan peneliti meneliti seluruh konsumen

ikan kaleng yang ada ditoko swalayan di Sidoarjo. Berdasarkan pertimbangan

populasi ikan kaleng yang jumlahnya sulit diketahui maka responden ditentukan

sebesar 50 orang, yang dimana menurut (Silalahi, 2010), untuk penelitian

Korelasional/Kausal menggunakan paling sedikit 30 sampel. Maka menurut

peneliti dengan sampel 50 sudah mewakili seluruh konsumen yang membeli dan

mengkonsumsi ikan kaleng (canned fish) yang ada ditoko swalayan di Sidoarjo.

C. Metode pengumpulan data

Untuk memperoleh data secara terperinci dan baik, maka peneliti

menggunakan beberapa metode, yaitu :

1. Wawancara

Teknik yang di gunakan dengan wawancara, yang dimana wawancara

merupakan suatu cara pengumpulan data dengan sebuah dialog yang dilakukan

oleh peneliti langsung kepada informan atau pihak yang berkompeten dalam

suatu permasalahan (Arikunto, 2002). Dalam hal ini, peneliti melakukan tanya

jawab atau wawancara secara langsung kepada konsumen ikan kaleng (canned

fish).

Alat yang digunakan didalam pengumpulan data adalah dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang

tertulis pada responden untuk dijawab (Sugiyono, 1997). Sehubungan dengan

penelitian ini, peneliti menyebarkan kuesioner kepada responden, yaitu seluruh

(42)

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data yang dikumpulkan dengan melihat dokumen

atau catatan-catatan yang relevan dengan masalah (Arikunto, 2002). Dalam

penelitian ini dilakukan dengan melihat majalah, brosur dan internet yang

berhubungan dengan ikan kaleng (canned fish) untuk memperoleh landasan teori

dan mendapatkan data yang dapat menunjang penelitian.

Data adalah sekumpulan bahan-bahan informasi yang masih mentah

yang biasanya berwujud, fakta-fakta, angka penjualan, produk yang dihasilkan

atau simbol-simbol yang menerangkan tentang keadaan objek penelitian dan

kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS dan menjadi informasi

yang utuh (Istijanto, 2005). Data itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu data primer

dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung dari sumber

penilitian yakni dari sumber asli (tidak melalui perantara) yang secara khusus

dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian (Indriantoro,

2001). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara

langsung dengan konsumen dan juga menyebarkan kuesioner kepada

responden ditoko swalayan Sidoarjo.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui perantara, umumnya berupa bukti atau catatan catatan

(Indriantoro, 2002). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini seperti:

Mengambil dan mengelolah data yang sudah ada, dapat diperolah dari

brosur, internet, majalah yang berkaitan dengan merek ikan kaleng. Data ini

(43)

D. Skala Pengukuran.

Pengukuran jawaban responden dapat diukur melalui pemberian skor

pada jawaban mereka. Sedangkan dalam pemberian skor maka digunakan

skala Likert yang menurut (Sugiyono,1997) adalah "skala likert” merupakan skala

yang meminta kepada responden untuk menunjukan persetujuan atau ketidak

setujuannya terhadap serangkaian pertanyaan tentang suatu obyek. Selanjutnya

dalam prosedur skala Likert ini adalah menentukan skor atas setiap pertanyaan

dalam kuesioner yang disebarkan. Dan biasanya memiliki 5 kategori di dalam

penilaian dimana masing-masing pertanyaan diberi skor satu sampai lima.

Sangat setuju dengan nilai 5, setuju dengan nilai 4, netral dengan nilai 3, tidak

setuju dengan nilai 2, dan sangat tidak setuju dengan nilai 1. Setelah diketahui

bobot nilai dari setiap pertanyaan lalu dijumlahkan dan diambil rata-rata.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam definisi operasional ini ada dua variabel yang diteliti yaitu variabel

bebas dan variabel terikat. Sedangkan penjelasan definisi operasional variabel

untuk masing-masing variabel dan indikatornya adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab dari variabel lain.

Untuk variabel bebasnya adalah ekuitas merek (X) yaitu pemahaman

seperangkat atribut dari sebuah merek yang tercantum, merek tersebut

ditampilkan lewat tampilan simbol (logo), gambar, lukisan, atau sekumpulan

desain yang unik.

Variabel dan indikator dari ekuitas merek dapat diuraikan dan dijelaskan

(44)

a. Kesadaran merek, mengetahui atau mengingatkan konsumen (X1).

Merupakan suatu rangkaian pemahaman dan pengingatan mengenai

suatu hal yang dilihat dan diketahui. Sedangkan indikator dari kesadaran merek

adalah:

1) Top of mind brand (Ingatan pada merek/merek yang paling diingat).

2) Unaided brand recall (Dapat menyebutkan merek tanpa diberi contoh).

3) Recognized brand dan unrecognized brand dalam aided recall (mampu

memberitahukan merek yang diketahui maupun yang tidak diketahui saat

diberikan pilihan merek-merek)

4) Konsumen dengan mudah mengingat beberapa karakteristik merek

tertentu.

5) Konsumen dapat dengan cepat mengingat logo atau simbol sebuah

merek tertentu.

b. Asosiasi merek, semua hal yang berkaitan dengan ingatan dan gambaran

mengenai merek (X2).

Adalah mengacu pada bagaimana asosiasi merek ditampilkan sebagai

simbol secara baik. Sedangkan indikator dari Asosiasi merek adalah :

1) Dapat membantu penyusunan (Kepraktisan didalam mengkonsumsi).

2) Perbedaan (Kandungan/komposisi yang dibutuhkan).

3) Alasan untuk membeli (Merek yang kredibilitas tinggi).

4) Pengenalan produk.

5) Citra rasa (menciptakan rasa/kesesuaian).

c. Kesan kualitas, persepsi pelanggan terhadap semua kualitas pada

keunggulan produk (X3).

Adalah bentuk merek yang memuat bagaimana cara menujukan

kekuatan atau keunggulan merek dari pada yang lain. Sedangkan indikator dari

(45)

1) Alasan untuk membeli.

2) Diferensiasi/posisi.

3) Harga optimum.

4) Minat saluran distribusi.

5) Perluasan merek.

d. Loyalitas, ukuran keterkaitan pelanggan pada merek (X4).

Adalah bentuk ketergantungan konsumen yang menjadi pokok dari

keterikatan pada merek yang diharapkan. Sedangkan indikator dari loyalitas

adalah :

1) Konsumen yang berpindah-pindah.

2) Membeli berdasarkan kebiasaan.

3) Pembeli yang puas dengan biaya peralihan.

4) Menyukai merek.

5) Pembeli yang setia.

e. Persepsi nilai, posisi nilai fungsional sebuah merek bagi konsumen (X5).

Adalah suatu gambaran suatu merek terhadap nilai lebih manfaat

fungsional merek dan berkaitan erat dengan praktek pembelian, dan

penggunaan merek tersebut. sedangkan indikatornya adalah :

1) Kesan merek yang bernilai dan elegan.

2) Merek yang utama.

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Merupakan variabel yang sebagai akibat atau dipengaruhi oleh variabel

yang mendahuluinya. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah keputusan

pembelian (Y). Keputusan pembelian adalah suatu tahapan dalam perilaku

konsumen, dimana sebelumnya konsumen mempertimbangkan segala

(46)

F. Analisis Data

Untuk menjawab tujuan pertama yaitu menggunakan analisis deskriptif.

Sedangkan untuk menjawab tujuan kedua yaitu dengan menggunakan analisis

regresi linier berganda dan untuk menjawab tujuan ketiga menggunakan analisis

uji t (uji parsial).

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini di gunakan untuk menjawab tujuan pertama, yang dimana

untuk mengetahui karakteristik konsumen yang membeli ikan kaleng (canned

fish). Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan/mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.

Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status

kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, ataupun sistem pemikiran.

Analisis ini berguna untuk menganalisis data-data yang bersifat kualitatif yaitu

menggambarkan berbagai kondisi dan situasi tempat penelitian sesuai dengan

kondisi lapang, membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta.

2. Regresi linier berganda

Analisis regresi berganda ini untuk menjawab tujuan kedua dan ketiga.

analisis regresi linier berganda ini dipergunakan sebagai alat memeriksa kuatnya

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Maka dalam penelitian

ini regresinya sebagai berikut (Sugiyono, 1997).

=

+

+

+

+

+

+ .. .

Dimana :

Y = Variabel Terikat Yaitu Keputusan Pembelian

a = Konstanta

(47)

x1 = Kesadaran Merek

x2 = Asosiasi Merek

x3 = Kesan Kualitas

x4 = Loyalitas

x5 = Persepsi Nilai

e = Tingkat Kesalahan (error)

3. Pengujian koefisien persamaan regresi

Sedangkan untuk mengetahui bagaimana hipotesis yang diajukan

bermakna atau tidak maka digunakan perhitungan uji statistik, seperti dibawah

ini:

a. Uji F (Uji Simultan)

Dipakai untuk mengetahui apakah secara simultan koefisien variabel

bebas (Ekuitas merek) mempunyai pengaruh nyata atau tidak terhadap variabel

terikat (keputusan pembelian), (Sugiyono, 1997), dinyatakan sebagai berikut :

( )

( )/ ( )

Dimana :

R = Koefisien korelasi ganda

K = Banyaknya variabel bebas

n = Ukuran sample

Hipotesis Statistiknya :

Ho : tidak ada pengaruh variabel ekuits merek terhadap keputusan pembelian

ikan kaleng.

Ha : adanya pengaruh variabel ekuitas merek terhadap keputusan pembelian

(48)

Apa bila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak ini berarti tidak

terdapat pengaruh simultan oleh variabel X dan Y.

Apabila Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima hal ini berarti

terdapat pengaruh yang simultan terhadap variabel X dan Y.

b. Uji t (Uji Parsial)

Digunakan untuk mengetahui masing-masing sumbangan variabel bebas

(Ekuitas merek) secara parsial terhadap variable terikat (Keputusan Pembelian),

mengunakan uji masing-masing koefisien regresi variable bebas apakah

mempunyai pengaruh yang bermakna atau tidak terhadap variable terikat,

(Sugiyono, 1997).

=

√ −

2

1

Dimana :

r = Koefisien regresi

n = Jumlah responden

t = Uji hipotesis

Apabila thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, ini berarti tidak ada

pengaruh yang bermakna oleh variabel X dan Y.

Apabila thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, ini berarti ada

(49)

A. Gambaran Umum Kabupaten Sidoarjo

1. Letak Geografis Kabupaten Sidoarjo

Kabupaten Sidoarjo adalah kabupaten yang dihimpit dua sungai,

sehingga terkenal dengan kota “Delta”. Kabupaten sidoarjo terletak antara 112,5

derajat - 12,9 derajat bujur timur dan 7,3 derajat - 7,5 derajat lintang selatan.

Luas wilayah 71.424,25 Ha, 40,81 persennya terletak diketinggian 3-10

meter yang berada dibagian tengah dan berair tawar, 29,99 persen berketinggian

0-3 meter berada disebelah timur dan merupakan daerah pantai dan

pertambakan, 29,20 persen terletak di ketinggian 10-25 meter dibagaian barat.

Kabupaten Sidoarjo sebelah utara berbatasan dengan kota Surabaya dan

Kabupaten Gersik. Disebelah timur berbatasan dengan Selat Madura, sebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan sebelah barat berbatasan

dengan Kabupaten Mojokerto.

2. Keadaan Penduduk

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo mencatat bahwa jumlah

kecamatan yang ada di Kabupaten Sidoarjo sebanyak 18 Kecamatan dan

Jumlah Penduduk tahun 2010 sebanyak 1.945.252 jiwa. Terjadi kenaikan

sebesar 382.237 jiwa. Keadaan penduduk di Kabupaten Sidoarjo meliputi

Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Banyaknya Penduduk Dilihat Dari

Jumlah Rumah Tangga, Penduduk Menurut Pendidikan Dan Kecamatan dan

Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin.

a. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo tahun 2010,

(50)

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio Dan Kecamatan

Jumlah 977.683 967.569 1.945.252 101,36

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo, Sensus Penduduk (2010).

Jumlah penduduk yang terbesar adalah di Kecamatan Waru yaitu

sebanyak 231.298 jiwa diikuti kecamatan Taman sebesar 212.857 jiwa dan

Kecamatan Sidoarjo sebesar 194.051 jiwa. Kecamatan Jabon merupakan

Kecamatan dengan jumlah penduduk paling kecil yaitu 49.989 jiwa, diikuti

Kecamatan Krembung sebesar 58.358 jiwa.

Sex ratio penduduk hasil sensus penduduk tahun 2010 sebesar 101,05

persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat

sekitar 101 penduduk laki-laki. Hal ini berarti jumlah penduduk laki-laki lebih

banyak daripada perempuan. Kecamatan Sidoarjo paling kecil sex rationya yaitu

97,68 dan Kecamatan Porong paling besar sex rationya yaitu 105,08. Dengan

(51)

Kabupaten Sidoarjo membuat tingkat kebutuhan penduduk Sidoarjo semakin

tinggi pula.

b. Banyaknya Penduduk Dilihat Dari Jumlah Rumah Tangga

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Sidoarjo, Banyaknya penduduk dilihat dari jumlah rumah tangga di Kabupaten

Sidoarjo tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Banyaknya Penduduk Dilihat Dari Jumlah Rumah Tangga.

Kecamatan Desa/Kelurahan Rumah Tangga Penduduk (Orang)

1. Sidoarjo 24 58.945 200.667

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidoarjo (2011).

Pada Tabel 2 menunjukkan, jumlah rumah tangga dengan jumlah

penduduk terbanyak yang pertama yaitu Kecamatan Waru dengan jumlah rumah

tangga sebanyak 61.740 jiwa dan memiliki penduduk sebanyak 215.974 jiwa,

yang kedua yaitu Kecamatan Taman dengan jumlah rumah tangga sebanyak

60.969 jiwa dengan penduduk sebanyak 206.229 jiwa, Kecamatan ketiga adalah

(52)

jumlah penduduk yang terkecil pertama adalah pada Kecamatan Jabon yaitu

dengan julah rumah tangga sebesar 18.355 jiwa dan jumlah penduduk sebanyak

57.394 jiwa dan yang kedua dan terakhir yaitu Kecamatan Tarik dengan jumlah

rumah tangga sebanyak 20.711 jiwa dan jumlah penduduk sebesar 65.081 jiwa.

Berdasarkan data tabel 2, dapat diartikan bahwa dari jumlah rumah tangga dan

jumlah penduduk yang ada di Kabupaten sidoarjo sangat tinggi, membuat jumlah

kebutuhan yang diperlukan pada setiap rumah tangga pun meninggkat termasuk

pada tingkat konsumsi ikan kaleng.

c. Penduduk Menurut Pendidikan Dan Kecamatan

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Sidoarjo, Banyaknya penduduk menurut pendidikan dan kecamatan di

Kabupaten Sidoarjo tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan dan Kecamatan.

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidoarjo (2011).

Kecamatan

Gambar

Gambar 6. Proses  Keputusan Pembelian
Gambar 6.  Kerangka Pemikiran Konseptual.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio Dan Kecamatan
Tabel 2. Banyaknya Penduduk Dilihat Dari Jumlah Rumah Tangga.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat tidak menaati aturan tentang kewajiban menyalakan lampu utama pada siang hari juga disebabkan karena belum ada penindakan langsung atau sanksi tegas oleh pihak

Riset ini mendukung Wahyudi (2017) yakni kerja tim tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, karena kerja tim dalam perusahaan biasanya memiliki keanggotaan dengan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Penulis akan melakukan simulasi konfigirasi jaringan pada perusahaan “Sumber Rejeki” sehingga komputer Client setiap Lantai dan gedung komputer dapat terhubung

Sistem integrasi sawit-sapi yang berjalan dengan baik dapat memberikan banyak keuntungan antara lain: a) mendukung tercapainya program swasembada sapi, b) memberikan

Pada materi pembelajaran saya selalu berusaha menstimulasi siswa agar siswa tidak jenuh dan mereka menganggap di dalam kelas itu santai, karena anak-anak itu kalau sudah

Tujuan yang hendak dicapai adalah mengetahui strategi format politik partai dalam pemenangan pemilihan kepala daerah dan mengetahui perspektif siyasah

Sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih baik dari pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA