• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen POM RI, 1995).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen POM RI, 1995)."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen POM RI, 1995).

Menurut Rangkuti (1985), terdapat dua macam kapsul, yaitu:

a. Kapsul keras

Kapsul yang terdiri dari kotak dan tutup dengan batas yang jelas disebut juga kapsul gelatin keras. Dapat diberi warna agar lebih menarik dan agar obat dapat dibedakan menurut warnanya. Kapsul keras tidak dapat diberikan untuk anak-anak dibawah 6 tahun, karena sukar untuk ditelan.

b. Kapsul lunak

Kapsul yang lunak dan elastis lebih mudah ditelan, sehingga dapat diberikan kepada anak-anak diatas dua tahun.

Maksud pemberian obat dalam bentuk kapsul yaitu untuk menutupi bau, rasa pahit yang tidak enak, obat-obat yang menyebabkan muntah serta obat yang harus bekerja pada usus.

Komposisi gelatin lunak berbeda dengan kapsul gelatin keras adalah bahwa gula diganti dengan plasticizer yang membuat lunak, 5% gula dapat ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah. Sebagai “plasticizer” digunakan gliserin dan sorbitol atau campuran keduanya (Anief, 1986).

(2)

Menurut besarnya kapsul diberi nomor urut dari besar sampai yang terkecil sebagai berikut: 000, 00, 0, 1, 2, 3. Kapsul harus disimpan dalam wadah gelas tertutup kedap, terlindung dari debu dan kelembaban dan temperatur yang ekstrem (Anief, 1986).

2.1.1 Persyaratan Kapsul

Menurut Ditjen POM RI (1995), persyaratan kapsul kloramfenikol meliputi:

a. Keseragaman bobot

Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan, atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot satuan sediaan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan.

b. Uji waktu hancur

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk enam unit sediaan atau lebih. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut.

(3)

c. Uji disolusi

Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Uji disolusi untuk kapsul kloramfenikol menggunakan media disolusi 900 ml asam klorida 0,1 N dengan waktu 30 menit.

d. Penetapan kadar

Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan zat berkhasiat yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai dengan yang tertera pada etiket. Metode penetapan kadar yang digunakan sesuai dengan zat aktif yang terkandung dalam sediaan kapsul.

2.2 Antibiotik

Antibiotika adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh mikroba seperti bakteri, jamur dan lain-lain, yang dalam konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba lain. Berdasarkan definisi ini, bahan yang dapat dianggap sebagai antibiotika adalah hasil alamiah saja. Akan tetapi yang termasuk kategori ini juga adalah bahan-bahan antibiotika semi sintetis yang merupakan hasil modifikasi bahan kimia antibiotika alam dan transformasi mikrobiologi dari bahan-bahan sintetis (Hadisahputra dan Harahap, 1994).

(4)

2.3 Uraian Kloramfenikol

Rumus bangun kloramfenikol dapat dilihat pada gambar 2.3

Gambar struktur kloramfenikol 2.3. Berat Molekul : 323,13.

Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5

Pemerian : hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakmus, stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.Kelarutan : sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat (Ditjen POM RI,2014).

Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling stabil dalam segala pemakaian. Dia memiliki stabilitas yang sangat baik pada suhu kamar dan kisaran pH 2 sampai 7, stabilitas maksimumnya dicapai pada pH 6. Pada suhu 25℃ dan pH 6, memiliki waktu paruh hampir tiga tahun yang menjadi penyebab utama terjadinya degradasi kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan hidrolitik pada pemecahan amida. Adapun Laju reaksinya berlangsung dibawah orde pertama dan tidak tergantung pada kekuatan ionik media (Connors, 1986).

(5)

2.4 Penetapan Kadar Kloramfenikol

2.4.1 Metode Penetapan Kadar Kloramfenikol

Metode yang biasa digunakan untuk penetapan kadar kloramfenikol ada beberapa macam, yaitu :

i. Metode Titrasi Bebas Air (TBA)

Kloramfenikol dalam suasana asam akan terurai menjadi senyawa amin primer melalui gugus amida. Senyawa amin primer hasil peruraian kloramfenikol dalam suasana asam cukup basa untuk dititrasi secara bebas air. Penambahan raksa (II) asetat diperlukan untuk mengikat adanya klorida bebas yang mungkin terjadi akibat peruraian itu.

ii. Metode Nitrimetri

Adanya gugus nitro aromatis pada kloramfenikol dapat direduksi dengan seng, stano klorida, atau natrium hidrogen sulfit menjadi amin aromatis primer sehingga dapat ditetapkan adanya secara kuantitatif dengan metode nitrimetri. Perlu dipertimbangkan hasil peruraiannya sehinga harus dipisahkan dulu dari kloramfenikol.

iii. Metode Bromometri

Gugus nitro aromatis pada kloramfenikol setelah diubah menjadi amin primer aromatis dapat ditetapkan secara bromometri.

iv. Metode Argentometri

Bila kloramfenikol dipijarkan bersama natrium karbonat dan kalium karbonat maka atom klor dari kloramfenikol menjadi garam klorida. Pemijaran

(6)

dilakukan sampai tidak ada warna hitam. Ini berarti tidak ada senyawa hidrokarbon lagi. Klorida yang terjadi dapat ditetapkan secara argentometri.

v. Metode Spektrofotometri

a. Spektrofotometri ultra violet (UV)

Kloramfenikol dalam larutan air menunjukkan spektrum absorbansi yang lebar pada panjang gelombang maksimal 278 nm. Absorbansi ini disebabkan oleh gugus para-nitrofenil, karenanya hasil peruraiannya juga memberikan spektrum yang serupa sehingga karena alasan ini metode secara spektrofotometri banyak digunakan terhadap senyawa murni atau digunakan untuk penetapan kadar hasil pemisahan secara kromatografi. Pada senyawa yang tersimpan lama, sebaiknya diuji terlebih dulu dengan kromatografi lapis tipis untuk melihat apakah ada peruraian atau tidak bila setelah diuji dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) terdapat satu bercak maka kloramfenikol belum mengalami peruraian, jika lebih dari satu bercak berarti telah terjadi peruraian. Jika kloramfenikol telah terurai maka metode penetapan kadarnya yang sesuai adalah dengan metode kromatografi.

b. Spektrofotometri Sinar Tampak atau Kolorimetri

Kloramfenikol juga dapat ditetapkan secara kolorimetri setelah gugus nitronya direduksi menjadi amin primer aromatis kemudian dilanjutkan dengan diazotasi dan direaksikan dengan N-(1-naftil)-etilendiamin (Sudjadi dan Rohman,2008).

(7)

2.4.2 Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC, High Performance Liquid Chromatography) merupakan suatu teknis analisis obat yang paling cepat berkembang. Cara ini ideal untuk analisis beragam obat dalam sediaan dan cairan biologi, karena sederhana, kemenjenisan dan kepekaannya tinggi (Munson, 1991).

Pada akhir tahun 1960-an, analis menjadi terbiasa akan pemisahan campuran yang rumit dalam beberapa menit atau bahkan detik dengan hasil yang bagus sekali, dan dengan intergrasi elektronik memperoleh luas di bawah pita elusi maupun cetak keluaran komputer dari analisis yang lengkap. Nanogram, dan bahkan pikogram, kuantitas dapat dideteksi dalam kasus-kasus yang mudah seperti (1 nanogram = 10-9 gram; pikogram = 10-12 gram). Dalam beberapa tulisan “HP” dalam “HPLC” menyatakan “tekanan tinggi”, dan bagi mereka yang anggarannya terbatas dapat membayangkan sebagai “harga tinggi’, namun bagi kebanyakan HP berarti “penampilan tinggi” –H = high; P = pressure, price, performance(Day dan Underwood, 1986).

Metode spektrofotometri tidak dapat membedakan antara kloramfenikol dan produk degradasinya 1-(4-nitrofenil)-3-amino-1,3-propandiol. Metode KCKT telah dikembangkan untuk menetapkan kadar kloramfenikol dan produk degradasinya (Sudjadi dan Rohman, 2008).

Kolom yang digunakan adalah fase terbalik (C18, 25 cm × 0,46 cm, dengan

ukuran partikel 10 mikron) dan dioperasikan pada suhu ruang. Detektor yang digunakan adalah spektrofotometer ultra violet pada panjang gelombang 254 nm dan diatur pada AUFS 0,05. Fase gerak yang digunakan adalah campuran buffer kalium monobasik fosfat 0,01 M metanol dengan perbandingan 58:42 v/v

(8)

dihantarkan secara isokratik dengan kecepatan alir fase gerak 1,5 mL/menit. Semua bahan diinjeksikan dengan volume 5 µl (Sudjadi dan Rohman, 2008). 2.4.3 Sistem Peralatan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

a. Wadah Fase Gerak dan Fase Gerak

Wadah fase gerak harus bersih dan inert. Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut.

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polarits pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.

Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi) yang analog dengan pemrograman suhu pada kromatografi gas. Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas. Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan bufer dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerakyang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau

(9)

menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal kurang umum dibanding dengan fase terbalik (Rohman,2009).

b. Kolom atau Fase Diam

Ada 2 jenis kolom pada kromatografi cair kinerja tinggi yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Kolom merupakan bagian kromatografi cair kinerja tinggi yang mana terdapat fase diam untuk berlangsungnya proses pemisahan solut atau analit.

Kebanyakanfase diam padaKromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH).

Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus silanol dan menggantinya dengan gugus fungsional yang lain.

Oktadesil silika(ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak

digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi.

c. Pompa

Pompa yang digunakan untuk KCKTadalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut, yakni : pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3

(10)

mL/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit (Rohman,2009).

Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada dua jenis pompa dalam KCKT yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan.

d. Tempat Penyuntikan Sampel

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal.

e. Detektor

Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektrometri massa, dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor ultra violet sinar tampak, detektor fluoresensi, dan elektrokimia.

(11)

Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:

i. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel

ii. Mempunyai sensitivitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar yang sangat kecil dan stabil dalam pengoperasiannya

iii. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita

iv. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran yang luas (kisaran dinamis linier)

v. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak(Rohman,2009).

f. Injektor

Cuplikan harus dimasukkan kedalam pangkal kolom (kepala kolom), diusahakan agar sedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom. Ada tiga jenis dasar injektor, yaitu: a. Aliran henti; b. Septum; c. Katup jalan kitar (Johnson dan Stevenson, 1991).

2.4.4 Kelebihan dan Keterbatasan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

KCKT atau High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokima. KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu teknik kromatografi dengan fase gerak cairan dan fase diam cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode lainnya (Done Dkk, 1974; Synder dan Kirkland, 1979; Hamilton dan Sewell, 1982; Johnson dan Stevenson, 1978). Kelebihan itu antara lain :

(12)

1) Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran 2) Kecepatan analisis dan kepekaan tinggi

3) Dapat dihindari kerusakan bahan yang dianalisis 4) Resolusi yang baik

5) Dapat digunakan bermacam-macam detektor 6) Kolom dapat digunakan kembali

7) Mudah melakukan “sample recovery”

Kelebihan KCKT menurut (Johnson dan Stevenson, 1991) adalah cepat, daya pisahnya baik, peka dan detektor unik, kolom yang dapat dipakai kembali ideal untuk molekul besar dan ion, serta mudah memperoleh kembali.

Kromatografi cair kinerja tinggi paling sering digunakan untuk: menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis, menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintetis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi; monitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan; memurnikan senyawa dalam suatu campuran; memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam suatu campuran, kontrol kualitas, dan mengikuti jalannya reaksi sintesis.

Keterbatasan KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali KCKT dihubungkan dengan senyawa spektrofotometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh (Rohman, 2007).

Referensi

Dokumen terkait

• Pelabuhan *aratan adalah suatu tempat tertentu di daratan dengan batas1batas yang jelas, dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat, lapangan penumpukan dan gudang serta prasarana dan

Rincian Dana Desa untuk setiap Desa Tahun Anggaran 2016 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini2. BAB

Dari paparan di atas dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui: (1) Mana yang lebih efektif, pembelajaran menggunakan metode diskusi dengan pendekatan matematika

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung volume air yang masuk kedalam tanah (infiltrasi) dengan menggunakan lubang biopori dan tanpa menggunakan lubang biopori

Setelah program ini diimplementasikan dalam studi kasus absensi karyawan perusahaan Mentari Rajut maka program aplikasi ini dapat dikatakan berhasil dengan memberikan

Menurut Sedarmayanti 2000 seperti yang dikutip oleh Arniwita (2003), Standar kompetensi adalah rumusan tentang kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Aqaid Al-Khamsina adalah Sifat- Sifat Allah Swt dan RasulNya yang berjumlah 50 yaitu 20 Sifat Wajib Allah, 20 Sifat Mustahil Allah,

Pembangunan kebolehpasaran siswazah tidak terhad kepada kurikulum program pengajian sahaja malah yang lebih penting adalah usaha universiti menawarkan program atau