• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMILU 2014 DAN PROFIL ORGANISASI KEMASYARAKATAN DI KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PEMILU 2014 DAN PROFIL ORGANISASI KEMASYARAKATAN DI KOTA MEDAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMILU 2014 DAN PROFIL ORGANISASI KEMASYARAKATAN DI KOTA MEDAN

2.1 Mekanisme Penetapan Jumlah Kursi dan Daerah Pemilihan

Didalam berbagai literatur Ilmu Politik sering didapati penjelasan bahwa Pemilihan Umum merupakan sarana yang sangat penting bagi terselenggaranya sistem politik yang demokratis. Oleh karena itu, tidak mengherankan banyak Negara yang ingin disebut sebagai Negara Demokratis menggunakan Pemilihan Umum sebagai mekanisme membangun legitimasi kekuasaan. Pemilihan Umum yang disebut juga dengan Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 pasal 1.

Proses penyelenggaraan Pemilu tersebut secara kelembagaan dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), merupakan lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang bertugas melaksanakan Pemilu. Dalam Pemilu terdapat peserta pemilu, dimana Peserta Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota adalah partai politik nasional dan partai politik lokal Aceh untuk Pemilu anggota DPRA dan DPRK di wilayah provinsi Aceh yang telah memenuhi persyaratan sebagai peserta pemilu dan ditetapkan dengan Keputusan KPU. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Undang-Undang ini menetapkan alokasi kursi dan daerah pemilihan untuk anggota DPR RI yang tercantum dalam lampiran undang-undang tersebut. Sementara penentuan alokasi kursi dan daerah pemilihan untuk anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dalam pemilu 2014, KPU telah mengeluarkan keputusan KPU No. 5 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penetapan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi.

(2)

Proses pelaksanaan pemilu KPU menetapkan daerah pemilihan (Dapil). Daerah pemilihan Anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota adalah wilayah administrasi pemerintahan atau gabungan wilayah administrasi pemerintahan atau bagian wilayah administrasi pemerintahan yang dibentuk sebagai kesatuan wilayah/daerah berdasarkan jumlah penduduk untuk menentukan alokasi kursi sebagai dasar pengajuan calon oleh pimpinan partai politik, dan penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

Dalam menentukan alokasi kursi dan daerah pemilihan untuk masing-masing lembaga perwakilan agar dapat proporsional, para ahli merumuskan beberapa prinsip yang perlu diikuti dalam melakukan penghitungan alokasi kursi dan pembentukan daerah pemilihan. Prinsip-prinsip tersebut yaitu: kesetaraan populasi, integralitas wilayah, kesinambungan wilayah, pencakupan wilayah (coterminus), kohesivitas penduduk, dan perlindungan petahana (preserving of

incumbent).45

Prinsip kesetaraan populasi adalah harga kursi dibanding penduduk kurang lebih sama antara daerah pemilihan yang satu dengan daerah pemilihan yang lain. Ini juga bagian dari pemenuhan prinsip opovov (one person, one vote, one

value)46

Prinsip integralitas wilayah berarti satu daerah pemilihan harus integral secara geografis, yang sejalan dengan prinsip kesinambungan wilayah, yaitu suatu daerah pemilihan harus utuh dan saling berhubungan secara geografis. Secara umum pembentukan wilayah administrasi juga memperhatikan masalah ini, sehingga penggunaan wilayah administrasi sebagai peta dasar pembentukan dalam pemilu demokratis. Oleh karena itu, prinsip ini harus ditempatkan sebagai prinsip nomor 1 sehingga bisa dihindari terjadinya diskriminasi politik, karena nilai suara/penduduk di satu daerah pemilihan lebih murah/mahal daripada nilai suara/penduduk di daerah pemilihan yang lain.

45

Muryanto Amin. 2015. Op. Cit. hal. 23-25.

46

Gerakan kritis kelompok Feminisme mengganti prinsip one man one vote dengan prinsip one person one

vote one value. Pippa Norris. 2005. Radical Right: Voters and Parties in the Electoral Market. New York:

(3)

daerah pemilihan sebagaimana dikehendaki UU No. 8/2012 tidak mengganggu penerapan prinsip integralitas dan kesinambungan wilayah ini.

Prinsip pencakupan wilayah atau coterminus maksudnya adalah suatu daerah pemilihan lembaga perwakilan tingkat bawah harus menjadi bagian utuh dari daerah pemilihan lembaga perwakilan lebih tinggi, atau satu daerah pemilihan lembaga tingkat bawah tidak boleh berada di dua daerah atau lebih daerah pemilihan lembaga perwakilan lebih tinggi. Prinsip ini untuk memudahkan penyaluran aspirasi secara berjenjang ke lembaga perwakilan, atau sebaliknya untuk memudahkan penggalian aspirasi ke bawah. Bagi pemilu Indonesia yang penyelenggaraan pemilu DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dilakukan secara serentak penerapan prinsip ini tidak hanya memudahkan partai politik dan calon anggota legislatif dalam berhubungan dengan konstituen di daerah pemilihan, tetapi juga memudahkan petugas pemilu dalam menjalankan tugasnya.

Prinsip kohesivitas penduduk berarti suatu daerah pemilihan hendaknya dapat menjaga kesatuan unsur sosial budaya punduduk dan menjaga keutuhan kelompok minoritas. Kesatuan unsur sosial budaya penting untuk menyatukan kepentingan yang akan diperjuangkan oleh para wakil di parlemen. Keutuhan kelompok minoritas juga perlu dijaga agar mereka mendapatkan kepastian untuk memiliki wakil di parlemen. Prinsip kohesivitas ini tidak begitu masalah diterapkan dalam pembentukan daerah pemilihan DPR, tetapi ketika diterapkan dalam pembentukan daerah pemilihan DPRD Provinsi dan lebih-lebih lagi DPRD Kabupaten/Kota, khususnya di luar Jawa, menimbulkan masalah yang kompleks. Oleh karena itu, disinilah diperlukan kehati-hatian dan kebijakan KPU dalam menetapkan daerah pemilihan.

Terakhir prinsip perlindungan petahana, maksudnya suatu daerah pemilihan harus memberi jaminan kepada petahana untuk bisa berkompetisi dan meraih kursi perwakilan yang tersedia. Ini penting karena hubungan wakil dengan penduduk yang diwakili perlu dijaga agar memudahkan penyaluran dan perjuangan kepentingan penduduk yang diwakili. Prinsip ini jarang dipraktikkan

(4)

pada pemilu proporsional yang memiliki banyak kursi di daerah pemilihan, tetapi lazim diterapkan di pemilu mayoritarian yang memiliki hanya 1 kursi di daerah pemilihan.

Tentu tidak semua prinsip-prinsip pembentukan daerah pemilihan pemilu demokratis tersebut bisa diterapkan dalam waktu bersamaan. Kondisi geografis wilayah, jumlah penduduk, dan keragaman penduduk, menyebabkan penerapan satu prinsip bisa menegasikan prinsip yang lain. Oleh karena itu, penerapan prinsip tersebut selalu diurutkan berdasarkan prioritas. Prinsip kesetaraan populasi selalu menjadi prioritas pertama guna menghindari terjadinya diskriminasi politik. Prinsip integralitas dan kesinambungan wilayah menjadi prioritas kedua, lalu disusul prinsip pencakupan wilayah, dan baru kohesivitas penduduk. Dalam konteks pemilu Indonesia, prinsip perlindungan petahana, bisa diabaikan.

Demi menegakkan prinsip kesetaraan populasi, maka penghitungan alokasi kursi ke daerah pemilihan, dipergunakan metode penghitungan yang hasilnya proporsional. Dua metode proporsional yang dikenal adalah metode kuota dan metode divisor.47

Penerapan prinsip ini bisa dilihat dalam penyusunan daerah pemilihan DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota berdasarkan peraturan KPU No. 5 Tahun 2013. Tahap awal dilakukan dengan menghitung jumlah kursi masing-masing provinsi sesuai ketentuan Pasal 23 UU No. 8 Tahun 2012. Setelah dilakukan penghitungan jumlah kursi, ditentukan bilangan pembagi penduduk provinsi dan kab/kota (BPP Provinsi dan Kab/Kota) dengan membagi jumlah penduduk provinsi dan kab/kota dengan jumlah kursi yang diperebutkan. Penghitungan alokasi kursi dan daerah pemilihan memang cukup rumit.

Metode divisor, khususnya varian Webster/St Lague dikenal paling proporsional dan tidak menimbulkan paradoks. Namun metode ini belum banyak dikenal di Indonesia sehingga tidak perlu dipaksakan penggunaannya dalam penyusunan daerah pemilihan, terutama untuk DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

47

Pipit Rochijat. 2004. Catatan Atas Pemilu Legislatif 2004. Sumber diperoleh dari Watch Indonesia: The University of Michigan. Hal. 29. Lihat juga dalam Muryanto. Ibid. Hal. 26.

(5)

Penyusunan daerah pemilihan DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 8 tahun 2012, tidak semata-mata utuk menghilangkan daerah pemilihan yang berkursi lebih dari 12, tetapi juga untuk menyesuaikan dengan perkembangan jumlah penduduk, perubahan geografi, dan perkembangan wilayah administrasi pemerintahan. Oleh karena itu, penyusunan kembali daerah pemilihan tidak bisa dilakukan hanya berpijak pada daerah pemilihan yang ada atau yang digunakan dalam pemilu terakhir. Penyusunan daerah pemilihan harus dimulai dari tahap awal, sedangkan daerah pemilihan yang ada berlaku sebagai pembanding atau kontrol untuk memastikan sesuai-tidaknya pembentukan daerah pemilihan baru itu dengan kehendak undang-undang dan prinsip pemilu pembentukan daerah pemilihan dalam pemilu demokratis.

(6)

Pada Pemilihan umum legislatif 2014, Kota Medan dibagi 5 daerah pemilihan (Dapil) yaitu, Dapil 1 meliputi Medan Kota, Medan Amplas, Medan Denai dan Medan Area. Dapil 2 meliputi Medan Tuntungan, Medan Polonia, Medan Selayang, Medan Johor, Medan Sunggal dan Medan Maimun. Dapil 3 meliputi Medan Baru, Medan Helvetia, Medan Petisah dan Medan Barat. Dapil 4 meliputi Medan Perjuangan, Medan Tembung dan Medan Timur. Dapil 5 meliputi Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Marelan.

Untuk memenuhi prinsip-prinsip yang diinginkan dalam pembentukan Daerah pemilihan, maka Daerah pemilihan 2 Kota Medan (Dapil 2 Kota Medan) DPRD Kota Medan terbentuk setelah keputusan komisi pemilihan umum mengeluarkan surat nomor 94/kpts/KPU/tahun 2013. Oleh karena itu, yang menjadi pertimbangan penting dalam menentukan enam daerah kecamatan menjadi dapil 2 yaitu kondisi geografis wilayah, jumlah penduduk, dan keragaman masyarakat yang berada di dapil 2 Kota Medan. Letak geografis enam daerah pemilihan (Medan Tuntungan, Medan Sunggal, Medan Selayang, Medan Johor, Medan Polonia, dan Medan Maimun) berada di selatan Kota Medan.

2.2 Dinamika Sosial dan Demografi di Daerah Pemilihan 2 DPRD Kota Medan

Kota Medan terletak antara 3º.30’- 3º.43’ Lintang Utara dan 98º.35’- 98º.44’ Bujur Timur48

48

Kota Medan, pintu gerbang utara sumatera

dengan ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Batas Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang

http://www.gosumatra.com/kota-medan/ diakses pada 7 agustus 2015 pukul 20.23 WIB

(7)

merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.49

Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama “Medan Putri”. Perkembangan Kampung “Medan Putri” tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung “Medan Putri” yang merupakan cikal bakal Kota Medan,

Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli. Sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan, lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (yang berada di Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.

50

49

Sejarah Lahirnya Kota Medan

cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting. Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada.

https://www.academia.edu/8313671/BAB_I_PENDAHULUAN diakses pada 12 Juli 2015 Pukul 01.33. WIB.

50

(8)

Tidak lama kemudian lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki dinamai si Kecik.

Pada saat itu, Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca Al-Qur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke Aceh. Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli In Woord en Beeld ditulis oleh N. Ten Cate. Penjelasan dari buku Cate bahwa Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administratur terletak diseberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administratur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.

Sekitar tahun 1612 setelah dua dasawarsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara. Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan.

Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di

(9)

Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan. Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut.51

Kesultanan Deli lama mengalami kekalahan dalam peperangan itu dan karena kecewa Putra Mahkota yang menjelma menjadi meriam itu meledak sebagian, bagian belakangnya terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya kedataran tinggi Karo kira-kira 5 Km dari Kabanjahe Putri Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat kedalam kapal untuk seterusnya Anderson menyebutkan dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.

Menurut legenda di zaman dahulu kala pernah hidup di Kesultanan Deli lama kira-kira 10 Km dari Kampung Medan yakni di Deli Tua (sekarang) seorang Putri yang sangat cantik dan karena kecantikannya diberi nama Putri Hijau. Kecantikan Putri ini tersohor kemana-mana mulai dari Aceh sampai ke ujung Utara Pulau Jawa. Sultan Aceh jatuh cinta pada Putri itu dan melamarnya untuk dijadikan permaisurinya. Lamaran Sultan Aceh itu ditolak oleh saudara kedua laki-laki Putri Hijau. Sultan aceh sangat marah karena penolakan itu dianggapnya sebagai penghinaan terhadap dirinya. Maka pecahlah perang antara Kesultanan Aceh dengan Kesultanan Deli. Menurut legenda yang tersebut diatas, dengan menggunakan kekuatan gaib seorang dari saudara Putri hijau menjelma menjadi seekor ular naga dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga akhir hayatnya.

51

John Anderson. 1924. Mission to The East Cost of Sumatra: A Report. London: Blackwood. Lihat juga penjasalan K. J. Pelzer. 1978. Planter and Peasent: ColonialPolicy and the Agrarian Stuggle in East Coast

(10)

dibawa ke Aceh.52

Penaklukan Belanda atas Sumatera ini terhenti ditengah jalan karena Menteri Jajahan Belanda waktu itu J. C. Baud menyuruh mundur pasukan Belanda di Sumatera walaupun mereka telah mengalahkan Minangkabau yang dikenal dengan nama perang Paderi (1821-1837). Sultan Ismail yang berkuasa di Riau secara tiba-tiba diserang oleh gerombolan Inggris dengan pimpinannya

Ketika kapal sampai di Ujung Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah beras dan beribu-ribu telur dan permohonan tuan Putri dikabulkan. Tetapi baru saja uapacara dimulai tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang maha dahsyat disusul gelombang-gelombang yang sangat tinggi. Dari dalam laut muncullah abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga itu dan dengan menggunakan rahangnya yang besar itu diambilnya peti tempat adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut. Legenda ini sampai sekarang masih terkenal di kalangan masyarakat Deli dan malahan juga dalam masyarakat Melayu di Malaysia. Di kawasan Deli Tua masih terdapat reruntuhan Benteng dan Puri yang berasal dari zaman Putri Hijau, sedang sisa meriam penjelmaan abang Putri Hijau itu dapat dilihat di halaman Istana Maimun Medan.

Belanda yang menjajah Nusantara kurang lebih setengah abad namun untuk menguasai Tanah Deli mereka sangat banyak mengalami tantangan yang tidak sedikit. Mereka mengalami perang di Jawa dengan pangeran Diponegoro sekitar tahun 1825-1830. Belanda sangat banyak mengalami kerugian sedangkan untuk menguasai Sumatera, Belanda juga berperang melawan Aceh, Minangkabau, dan Sisingamangaraja di daerah Tapanuli. Jadi untuk menguasai Tanah Deli Belanda hanya kurang lebih 78 tahun mulai dari tahun 1864 sampai 1942. Setelah perang Jawa berakhir barulah Gubernur Jenderal Belanda J. Van den Bosch mengerahkan pasukannya ke Sumatera dan dia memperkirakan untuk menguasai Sumatera secara keseluruhan diperlukan waktu 25 tahun.

52

(11)

bernama Adam Wilson. Berhubung pada waktu itu kekuatannya terbatas maka Sultan Ismail meminta perlindungan pada Belanda. Sejak saat itu terbukalah kesempatan bagi Belanda untuk menguasai Kerajaan Siak Sri Indrapura yang rajanya adalah Sultan Ismail. Pada tanggal 1 Februari 1858 Belanda mendesak Sultan Ismail untuk menandatangani perjanjian agar daerah taklukan kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera Timur masuk kekuasaan Belanda. Pada tahun 1873, Tamiang, Langkat, Deli, Serdang, Batubara, Asahan, Panai, dan Bilah, dijadikan menjadi satu wilayah Residensi Sumatera Timur yang berkedudukan di Bengkalis.53

Kota Medan sebagai ibukota Residensi Sumatera Timur, menjadi tempat tinggal kaum elit kolonial yang terdiri dari orang-orang Eropa sebagai elit Oleh karena itu, daerah Deli telah masuk kekuasaan Belanda otomatislah Kampung Medan menjadi jajahan Belanda, tapi kehadiran Belanda belum secara fisik menguasai Tanah Deli.

Pada tahun 1858 juga Elisa Netscher diangkat menjadi Residen Wilayah Riau dan sejak itu pula dia mengangkat dirinya menjadi pembela Sultan Ismail yang berkuasa di kerajaan Siak. Tujuan Netscher itu adalah dengan duduknya dia sebagai pembela Sultan Ismail secara politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai daerah taklukan kerajaan Siak yakni Deli yang di dalamnya termasuk Kampung Medan Putri. Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorongnya menjadi pusat pemerintahan. Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, 1 Maret 1887, Ibukota Residen Sumatera Timur dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan, Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya pembangunan Istana Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891, dan dengan demikian Ibukota Deli telah resmi pindah ke Medan. Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen.

53

T. Luckman Sinar. 1986. Konsep Sejarah Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang. Medan: Pemkab Dati II Deli Serdang. Hal 154. Lihat juga dalam Muryanto Amin. 2015. Relasi Simbiosis Mutualisme dan

Transaksional: relasi organisasi pemuda dengan calon DPR Dapil 1 Sumatera Utara. Medan: Vote Institute.

(12)

pemerintahan kolonial atau European Wijk.54 Mereka bangga menyebut dirinya sebagai Deliaan (Belanda Deli), dengan ciri-ciri Presiden Deli Mij dan dianggap lebih pantas untuk dihormati daripada Gubernur Jenderal Hindia-Belanda. Kota Medan dibangun dari susunan tata ruang (spatial arrangement) yang menampilkan wajah ganda yaitu pemukiman di pusat kota dihuni elit pemerintahan kolonial atau European Wijk, khas, kasar, pemabuk, kurang adat, benci pada birokrasi yang menghambat penumpukan harta. Kemudian pusat perdagangan yang dihuni oleh orang China dan “Timur Asing” lainnya seperti Arab dan India. Sedangkan kawasan pinggiran yang melingkari pemukiman elit politik dan bisnis ini dihuni oleh Bumiputera.55

Kota Medan Masa Penjajahan Jepang Tahun 1942 penjajahan Belanda berakhir di Sumatera yang ketika itu Jepang mendarat dibeberapa wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan khusus di Sumatera Jepang mendarat di Sumatera Timur. Pasukan tentara Jepang yang mendarat di kawasan Tanjung Tiram inilah yang masuk ke Kota Medan, mereka menaiki sepeda yang mereka beli dari rakyat disekitarnya secara barter. Mereka bersemboyan bahwa mereka membantu orang Asia karena mereka adalah saudara Tua orang-orang Asia sehingga mereka dieluelukan menyambut kedatangannya. Ketika peralihan kekuasaan Belanda kepada Jepang Kota Medan kacau balau, orang pribumi

Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kota Praja) dengan Walikota Baron Daniel Mac Kay. Berdasarkan ”Acte van Schenking” (Akte Hibah) Nomor 97 Notaris J. M. de-Hondt Junior, tanggal 30 Nopember 1918, Sultan Deli menyerahkan tanah Kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda. Pada masa awal Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir. Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari orang Eropa, Cina dan penduduk Pribumi.

54

Ibid. hal. 30.

55

(13)

mempergunakan kesempatan ini membalas dendam terhadap orang Belanda. Keadaan ini segera ditertibkan oleh tentara Jepang dengan mengerahkan pasukannya yang bernama “Kempetai” (Polisi Militer Jepang).

Disebelah Timur Kota Medan yakni Marindal sekarang dibangun

Kengrohositai sejenis pertanian kolektif. Dikawasan Titi Kuning Medan Johor

sekarang tidak jauh dari lapangan terbang Polonia sekarang mereka membangun landasan pesawat tempur Jepang Kota Medan menyambut Kemerdekaan Republik Indonesia dimana-mana diseluruh Indonesia menjelang tahun 1945 bergema persiapan Proklamasi demikian juga di Kota Medan tidak ketinggalan para tokoh pemudanya melakukan berbagai macam persiapan. Mereka mendengar bahwa bom atom telah jatuh melanda Kota Hiroshima, berarti kekuatan Jepang sudah lumpuh. Khususnya di kawasan kota Medan dan sekitarnya, ketika penguasa Jepang menyadari kekalahannya segera menghentikan segala kegiatannya, terutama yang berhubungan dengan pembinaan dan pengerahan pemuda. Selama ini mereka lakukan untuk merekrut massa pemuda seperti Heiho, Romusha, Gyu Gun dan Talapeta mereka bubarkan atau kembali kepada masyarakat.

Secara resmi kegiatan ini dibubarkan pada tanggal 20 Agustus 1945 karena pada hari itu pula penguasa Jepang di Sumatera Timur yang disebut Tetsuzo Nakashima mengumumkan kekalahan Jepang. Beliau juga menyampaikan bahwa tugas pasukan mereka dibekas pendudukan untuk menjaga status quo sebelum diserah terimakan pada pasukan sekutu. Sebagian besar anggota pasukan bekas Heiho, Romusha, Talapeta dan latihan Gyu Gun merasa bingung karena kehidupan mereka terhimpit dimana mereka hanya diberikan uang saku yang terbatas, sehingga mereka kelihatan berlalu lalang dengan seragam coklat di tengah kota. Beberapa tokoh pemuda melihat hal demikian mengambil inisiatif untuk menanggulanginya. Terutama bekas perwira Gyu Gun diantaranya Letnan Achmad Tahir mendirikan suatu kepanitiaan untuk menanggulangi para bekas Heiho, Romusha yang famili/saudaranya tidak ada di kota Medan. Panitia ini dinamai dengan “Panitia Penolong Pengangguran Eks Gyu Gun” yang berkantor di Jl. Istana No.17 (Gedung Pemuda sekarang).

(14)

Tanggal 17 Agustus 1945 gema kemerdekaan telah sampai ke kota Medan walupun dengan agak tersendat-sendat karena keadaan komunikasi pada waktu itu sangat sederhana sekali. Kantor Berita Jepang “Domei” sudah ada perwakilannya di Medan namun mereka tidak mau menyiarkan berita kemerdekaan tersebut, akibatnya masyarakat tambah bingung. Sekelompok kecil tentara sekutu tepatnya tanggal 1 September 1945 yang dipimpin Letnan I Pelaut Brondgeest tiba di kota Medan dan berkantor di Hotel De Boer (sekarang Hotel Dharma Deli). Tugasnya adalah mempersiapkan pengambilalihan kekuasaan dari Jepang.

Tentara Belanda yang dipimpin oleh Westerling didampingi perwira penghubung sekutu bernama Mayor Yacobs dan Letnan Brondgeest berhasil membentuk kepolisian Belanda untuk kawasan Sumatera Timur yang anggotanya diambil dari eks KNIL dan Polisi Jepang yang pro Belanda. Akhirnya dengan perjalanan yang berliku-liku para pemuda mengadakan berbagai aksi agar bagaimanapun kemerdekaan harus ditegakkan di Indonesia demikian juga di kota Medan yang menjadi bagiannya. Mereka itu adalah Achmad Tahir, Amir Bachrum Nasution, Edisaputra, Rustam Efendy, Gazali Ibrahim, Roos Lila, A. Malik Munir, Bahrum Djamil, Marzuki Lubis dan Muhammad Kasim Jusni.

Selain kisah Putri Hijau, terdapat sejarah yang masih dapat dipercaya, yaitu naskah lama Riwayat Hamparan Perak. Naskah ini dianggap penting karena isinya dapat mengungkapkan liku-liku hubungan kekerabatan dan genealogis orang Melayu Sumatera Timur yang mendiami daerah dataran rendah (lowland) pantai Selat Melaka dengan orang-orang Batak, Karo, dan Simalungun yang tinggal di daerah pegunungan. Naskah Riwayat Hamparan Perak ini menjadi pegangan panitia hari jadi Kota Medan yang kemudian menetapkan tanggal 1 Juli 1950 sebagai hari jadi Kota Medan.56

Dinamika perkembangan penduduk kampung Medan Putri hingga menjadi Kota Medan sangat dipengaruhi oleh situasi keadaan yang terjadi pada kerajaan kesultanan Deli yang juga disebut juga istana putri hijau yang terletak pada

56

(15)

kecamatan Medan Maimun. Istana Maimun57

Daerah

Kerajaan Deli tersebut menjadi ukuran dalam mencermati dinamika sosial, ekonomi, dan politik di Kota Medan.

Dalam konteks penelitian ini, wilayah yang diangkat yaitu daerah pemilihan 2 DPRD Kota Medan meliputi 6 daerah kecamatan yaitu Medan Tuntungan memiliki luas wilayah 20,68 KM2 dengan kelurahan berjumlah 9 kelurahan. Medan Polonia memiliki luas wilayah 9,01 KM2 dengan kelurahan berjumlah 6 kelurahan. Medan Johor memiliki luas wilayah 14,58 KM2 dengan kelurahan berjumlah 6 kelurahan. Medan Sekayang memiliki luas wilayah 12,81 KM2 dengan kelurahan berjumlah 6 kelurahan. Medan Sunggal memiliki luas wilayah 15,44 KM2 dengan kelurahan berjumlah 6 kelurahan. Medan Maimun memiliki luas wilayah 2,98 KM2 dengan kelurahan berjumlah 6 kelurahan.

Tabel 2.1.

Jumlah Penduduk, Jumlah Pemilih, Pengguna Hak Pilih di Daerah Pemilihan 2 DPRD Kota Medan pada Pemilu 2014.

Jumlah Penduduk Jumlah Pemilih Pengguna Hak Pilih Pengguna Hak Pilih (%) Medan Tuntungan 96.823 60.536 35.344 58,38 Medan Sunggal 137.625 94.813 43.273 45,64 Medan Johor 156.264 107.039 52.536 49,08 Medan Maimun 61.058 38.638 19.590 50,70 Medan Polonia 64.056 44.123 22.338 50,62 Medan Selayang 111.026 77.796 38.789 49,86 Jumlah 626.852 422.945 211.870 50,09

Sumber: Diolah dari data BPS dan KPU Kota Medan, 2014.

Jumlah penduduk dan pemilih di Kota Medan pada Pemilu 2014 terdata sebanyak 2.602.612 jiwa dan 1.767.247 pemilih yang tersebar di 21 kecamatan di

57

Istana Maimun adalah salah satu objek wisata Kota Medan yang ditandai dengan meriam puntung yang punya kaitan dengan kisah Putri Hijau. Istana Maimun terletak di Jalan Brigadir Jendral Katamso, Kecamatan Medan Maimun.

(16)

Kota Medan. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk dan pemilih di daerah pemilihan 2 DPRD Kota Medan maka, terdapat 24,08 % jiwa dan 23,93 % pemilih yang berada di 6 daerah kecamatan tersebut. Data tersebut menjelaskan bahwa mayoritas penduduk dan pemilih berada di dapil 2 DPRD Kota Medan. Oleh karena itu, daerah pemilihan 2 DPRD Kota Medan pada pemilu 2014 menjadi daerah pemilihan yang sangat potensial untuk meraih banyak suara yang sangat kompetitif bagi 12 partai politik dan calon anggota legislatif sehingga daerah pemilihan 2 disebut sebagai “dapil neraka”.58

Otonomi tidak akan terbangun secara baik apabila pemerintah dan masyarakatnya tidak memiliki komitmen yang kuat terhadap demokrasi. Oleh karena itu, otonomi daerah tersebut hanya menghasilkan sirkulasi elit yang tetap

2.3 Interaksi Politik Organisasi Kemasyarakatan di Kota Medan

Perjalanan proses demokratisasi dilihat secara sadar atau pun tidak justru banyak mengarah kepada tindakan anarkis yang menyebabkan kekacauan sosial. Hal ini mungkin saja disebabkan karena transisi tersebut meninggalkan banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan rezim baru hasil peninggalan terdahulunya, seperti hutang, inflasi, kemiskinan, kekerasan, dan pemberontakan. Hal demikian juga terlihat dalam konteks politik lokal, dimana otonomi daerah oleh banyak kalangan masih meragukan keberhasilan pelaksanaan demokratisasi. Lahirnya kekuasaan daerah untuk mengelola sumber-sumber daya lokal menjadikan pergeseran format politik yang dulunya berorientasi kepada kepemimpinan pusat menjadi orientasi kepada penguasaan atas sumber-sumber daya lokal. Inilah yang pada gilirannya akan melahirkan elit-elit politik lokal yang menguasai banyak kepentingan masyarakat lokal.

58

Sebutan “Dapil Neraka” muncul dari ucapan calon anggota legislatif saat pra penelitian pada pemilu legislatif 2014 intensitas kegiatan kampenye meningkat. Calon anggota legislatif DPRD Dapil 2 Kota Medan juga diisi orang-orang yang berbobot, memiliki power di Kota Medan, petinggi organisasi kemasyarakatan dan kader partai politik yang punya popularitas baik di masyarakat. Sebut saja misalnya Bangkit Sitepu dan Ilhamsyah dari Pemuda Pancasila, Burhanuddin Sitepu dari Partai Demokrat, Daniel Pinem dari PDIP, Iswanda Ramli dari AMPI (GOLKAR), dan nama-nama terkenal lainnya. Penjelasan yang sama juga di jelaskan oleh Andi Lumbangaol, Anggota DPRD Kota Medan, 13 April 2015. Pukul 13.35 WIB, di Kantor DPRD Kota Medan.

(17)

saja esensi watak militer yang tidak berganti. Karakteristik militeristik dan kepentingan-kepentingan Orde Baru di masa Reformasi tidak serta merta lenyap begitu saja. Menarik untuk dilihat bagaimana Sumatera Utara khususnya Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi terkenal dengan basis premanisme. Kemunculan tokoh-tokoh tersebut yang melebur kedalam struktur kekuasaan formal dan non formal sebagai ekspresi evolusi orde baru didalam rezim Reformasi.

Seperti yang diungkapkan dalam bukunya Vedi R Hadiz, bagaimana elit-elit politik lokal menganggap bahwa lembaga-lembaga demokrasi yang digerakkan dalam politik uang dan kekerasan sama-sama menguntungkan dengan perlindungan rezim otoritarian yang bersifat menyeluruh, walaupun otoritarianisme sulit untuk dikembalikan lagi.59

Preman menurut Muryanto merupakan salah satu konsep kepemilikan kekuasaan dengan sumber kekuasaan berdasarkan pada kekuatan, keberanian dan

Reformasi menjadi arena pertarungan banyak kepentingan dan kekuatan walaupun akhirnya bertentangan dengan reformasi itu sendiri. Reformasi menjadi jargon sebagai sebuah label politik oleh kekuatan anti reformasi. Hal ini terlihat bagaimana tokoh-tokoh preman yang memiliki latar belakang aktor-aktor kekerasan masuk kedalam jaringan pemerintahan yang dibangun atas nama demokrasi.

Reformasi sebagai proses demokratisasi menjadi label terhadap berbagai kepentingan yang kemudian menjustifikasi tindakan-tindakan sosial, politik, dan ekonomi yang bertolak belakang dengan demokrasi itu sendiri, Konseptualisasi tentang Preman (Organisasi Kemasyarakatan) dalam bahasa Belanda, preman disebut vrijman. Pada saat itu, vrijman berkonotasi netral sebagai tuna karya atau orang yang tidak memiliki pekerjaan. Preman pada gilirannya dicap sebagai orang-orang tak bermoral. Orang yang tidak memiliki sopan-santun, arogan, licik, bengis, curang, culas, rakus, dan bermuka tembok. Preman dimaknai dari sikap atau tingkah lakunya, bukan hanya sebagai istilah semata.

59

(18)

kemampuan fisik yang lebih.60

Hal yang pertama terbesit dengan kata preman mungkin saja identik dengan kekerasan. Preman selalu saja dikaitkan dengan perbuatan-perbuatan yang berbau kekerasan. Oleh karena itu, latar belakang yang di miliki oleh para preman yang lebih sering mengandalakan kemampuan fisiknya untuk mencapai tujuannya.

Seorang preman akan mampu mempengaruhi, menekan, memerintah, mengintimidasi atau bahkan melakukan tindakan fisik yang menyebabkan orang lain tunduk atau takut serta bersedia mengikuti apa kehendaknya yang membedakan eksistensi preman dari kepemilikan kekuasaan lain adalah bahwa konsep preman sangat identik dengan kekuasaan yang illegal, oportunis, anarkhis dan cenderung destruktif.

Dari pemaparan diatas, telihat yang dimaksud dengan preman yaitu orang atau sekelompok orang yang terorganisir ataupun tidak yang kepribadiannya dekat atau identik dengan kekerasan, kekuasaan, opurtunis, jagoan, dan orang-orang yang tidak memiliki sopan-santun atau etika moral. Dalam konteks Kota Medan, preman tidak saja hanya sebagai individu-individu, tetapi terdapat didalam wadah organisasi kemasyarakatan yang menjelma menghasilkan produk-produk kekerasan, intimidasi, tawuran antar organisasi, dan kekuasaan. Terdapat banyak organisasi kemasyarakatan yang berdiri di sini dan memiliki banyak anggota.

61

Preman sudah lahir sejak lama walaupun dalam bentuk yang beraneka ragam. Akan tetapi aksi dan tujuan para preman seperti yang dipaparkan diatas cenderung kepada tindak kekerasan dengan maksud memperoleh sumber-sumber kekuasaan untuk diri mereka dan kelompoknya. Hal ini bisa saja dengan cara-cara yang relatif kotor, seperti intimidasi, penculikan, dan kemudian bekerja sama sebagai kaki tangan penguasa.

Kekerasan juga banyak yang memaknai dalam arti yang sempit, seperti pembunuhan, perang, dan sebagainya.

62

60

Muryanto Amin. 2015. Op. Cit. hal. 39-41.

61

Muryanto Amin. 2014. Relasi Jaringan Organisasi Pemuda Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara. Jurnal Komunitas Research & Learning In Sociology And Anthropology. hal. 152.

62

Ibid. hal. 61-62.

Pada masa Orde Baru yang sangat militeristik bernuansa kekerasan, tidak ayal peran preman menjadi cukup berpengaruh.

(19)

Preman-preman tersebut direkrut oleh rezim untuk memperkuat legitimasi kekuasaannya. Peranan organisasi kemasyarakatan sebagai wadah bernaung para preman menjadi sangat signifikan. Hal ini terlihat bagaimana salah satu organisasi kemasyaratan terbesar menjadi sekutu militer pemerintah yaitu, Pemuda Pancasila telah mengintimidasi dan membasmi komunisme di Sumatera Utara.63

Organisasi kemasyarakatan sebagai paramiliter ini berfungsi sebagai operator politik Orde Baru. Bersama dengan aparat keamanan melakukan intimidasi tidak resmi untuk penguasa kepada para pejabat di tingkat lokal.64

Preman memiliki watak kekerasan yang selama ini lazim dipraktekan oleh rezim Orde Baru. Salah satu bentuk tempaan orde baru terlihat bagaiman preman dirangkul dan kemudian dilatih sebagai mesin pembersih proyek-proyek Negara. Mulai dari kerusuhan, pembunuhan, hingga penculikan. Setelah mereka selesai melaksanakan tugas, satu persatu mereka pun dibinasakan, lewat modus penembak misterius (Petrus). Beberapa tokoh organisasi tersebut yang berlatar belakangkan seorang preman melakukan tindakan filantropi berupa amal kepada masyarakat, seperti bantuan berobat bagi keluarga tidak mampu, trasportasi dan keuangan bagi para korban konflik Aceh, khitanan massal, dan sebagainya. Sebagai operator politik penguasa, organisasi pemuda yang memiliki cukup banyak anggota ini berperan penting dalam setiap pemilihan umum masa itu. Mereka disebar kesemua tempat untuk memastikan tidak ada penyelewengan keinginan rezim penguasa. Sebagai sebuah organisasi preman, tentu saja kerjaan mereka dekat dengan dunia kriminal. Akan tetapi mereka selain berprofesi dalam dunia kriminal, juga mendapatkan kedudukan tersendiri dalam sistem Orde Baru, dimana mereka dapat bolak-balik antara dunia kriminal dan dunia masyarakat terhormat, seperti pengusaha atau tokoh masyarakat.

65

63

Wawancara dengan Ahmad Bakhori Nasution, S.T, M.T, Sekretaris MPC Pemuda Pancasila Kota Medan, 1 April 2016, di Kantor MPC Kota Medan.

64 Okamoto Masaaki dan Abdur Rozaki. 2006. Kelompok Kekerasan dan Bos Lokal di Era Reformasi. IRE

Press. hal. 16.

65

Muryanto Amin. 2015. Op. Cit. hal. 54.

Ini menjadikan organisasi terebut terus eksis ditengah-tengah masyarakat pada satu

(20)

sisi sebagai organisasi yang ditakuti karena dekat dengan kekerasan tetapi di sisi yang lain menjadi bagian masyarakat yang siap membantu ketidakberdayaan orang-orang yang membutuhkan.

Preman dalam dinamika politik di Indonesia khususnya Kota Medan pasca Orde Baru sebagai kelompok atau individu yang memiliki kelebihan akses terhadap kebebasan ruang gerak, preman juga tidak terbatas atas aturan-aturan formal, melainkan mereka memiliki aturan main sendiri dan kemampuan beradaptasi yang sangat baik terhadap perubahan lingkungan sekitar, menjadikan kelompok ini lebih tertutup dan sulit terdeteksi karena gerakan yang mereka lakukan cenderung bersifat gerakan bawah tanah. Oleh karena itu, sangat memungkinkan kelompok organisasi preman ini dijadikan alat para aktor kekuasaan untuk memperoleh sumber daya-sumber daya. Preman dijadikan alat untuk mencapai kepentingan tertentu. Hal demikian ini yang menjadikan adanya politisasi preman oleh para elit politik.

Di kota yang dijuluki sebagai “markasnya para preman” tersebut, berbagai tindak kekerasan yang dilakukan para preman, masih menjadi musuh kongkrit yang cukup menyita energi para aktivis organisasi non pemerintah di Kota Medan. Preman dan premanisme saat ini telah merasuk ke segala lini kehidupan di Kota Medan. Barangkali hal ini juga merupakan faktor yang harus diperhitungkan secara taktis, seandainya ada kesempatan untuk memberikan ruang publik bagi para aktivis demokrasi. Soalnya, sejumlah tokoh preman Medan adalah pelaku “pembantaian” terhadap orang-orang kiri di Medan pasca tahun 1965-an, dan “peran kepahlawanan” tersebut, hingga kini masih dijadikan bahan Indoktrinasi untuk merekrut para calon preman baru. Seperti melakukan Indoktrinasi bagi generasi muda baru karena ikut ”menyelamatkan” republik ini dari ancaman komunis.

Dalam bukunya Muryanto menjelaskan bahwa mereka yang dikatakan preman terdiri dari orang-orang pengangguran yang hidup di jalanan sambil “mencari makan” untuk kebutuhan sendiri, terutama di bioskop-bioskop terdekat

(21)

sebagai penjaga bioskop dan mengelola karcis.66

Organisasi ini dicari mengingat militer tidak dapat lagi berperan dalam ranah politik. Penyediaan tenaga bagi calon-calon pejabat, para tokoh organisasi ini juga memiliki usaha gelap yang akan berfungsi sebagai penyandang dana dan penggunaan otot mereka. Hal demikian berpengaruh terhadap intervensi kedalam pemerintahan atas hasil keputusan politik yang diambil, sehingga mereka merupakan satu bagian integral dalam sistem pemerintahan lokal. Tidak hanya

Sistem catut yang dilakukan oleh preman itu, membuat orang lain tidak akan berani melakukan tindakan kerusuhan di bioskop. Terciptanya suasana kondusif di bioskop itu membuat pemilik atau pengelola bioskop memperoleh keuntungan dengan hadirnya preman yang di dasarkan atas nama jasa pengamanan.

Orde baru seperti yang di ceritakan diatas telah menggunakan mesin organisasi preman untuk tujuan kekuasaannya. Hal ini menjadi warisan habitus kekerasan yang memicu sekelompok masyarakat untuk melakukan kekerasan dalam meraih ambisi ekonomi dan politiknya. Kelompok kekerasan ini, kerapkali menggunakan identitas tertentu sebagai dalih legitimasi tindakan anarkis yang dilakukannya. Dalam konteks Kota Medan, konstalasi organisasi kemasyarakatan tumbuh subur dan berkembang. Berbeda dengan daerah lain di Indonesia, Kota Medan memiliki banyak koleksi organisasi kemasyarakatan seperti contoh, Pemuda Pancasila (PP), Ikatan Pemuda Karya (IPK), Pemuda Panca Marga (PPM), FKPPI, PMS (Pemuda Marga Silima), AMPI, dan sebagainya.

Organisasi-organisasi ini tetap memiliki pengaruh yang besar dalam konstalasi politk dan stabilitas keamanan di Kota Medan. Selain memiliki jumlah anggota yang besar. Hal ini beralasan karena perebutan lahan ekonomi antar organisasi akan menjadi konflik dalam masyarakat. Tetapi tidak dengan tokoh organisasi yang lebih memiliki akses ke atas. Preman mendapat tempat khusus dalam sebuah sistem kekuasaan lokal di Kota Medan yang didalamnya mereka memiliki kemampuan paling tidak untuk mengancam.

66

Preman Bioskop yang dikenal yaitu, Effendi Nasution, Yan Paruhuman Lubis, Rosiman, dan masih banyak lagi. Lihat juga dalam Muryanto Amin. 2015. Op. Cit. hal. 40

(22)

dari luar pemerintahan, rekrutmen partai politik menunjukkan adanya tempat khusus bagi para tokoh organisasi kemasyarakatan tersebut untuk menjadi perwakilan rakyat di daerah melalui lembaga legislatif daerah. Setidaknya beberapa tokoh-tokoh kunci dari berbagai organisasi tersebut menjadi anggota DPRD Kota Medan salah satunya adalah Bangkit Sitepu.67

Organisasi Pemuda Pancasila yang dibentuk pertama sekali pada tanggal 28 Oktober 1959 di Jakarta,

2.4 Profil Organisasi Kemasyarakatan di Kota Medan 2.4.1. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila (PP)

68

telah berkembang ke daerah-daerah termasuk Sumatera Utara. Di daerah ini masyarakatnya yang heterogen, toleransi, dan mempunyai sikap sportifitas yang tinggi merupakan tempat yang potensial untuk menggalang massa dalam mengembangkan organisasi Pemuda Pancasila.69 Pada waktu itu banyak kelompok pemuda yang orientasi perjuangannya tidak jelas selain mempertahankan ciri-ciri primordial dan sekedar cari makan dalam organisasi Pemuda Pancasila. Di Kota Medan Pemuda Pancasila untuk pertama kali diperkenalkan oleh Kerani Bukit yang pada waktu itu menjabat sebagai ketua IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) Sumatera Utara.70

Pada tahun 1960 seorang pemuda bernama Rachmadsyah yaitu orang yang diutus oleh Kerani Bukit datang ke Medan Bioskop untuk menemui M. Y. Effendi Nasution untuk membentuk organisasi Pemuda Pancasila yang berdomisili di Medan.71

67

Bangkit Sitepu dikenal sebagai Mantan Ketua Pemuda Pancasila dan duduk menjadi anggota DPRD Kota Medan dari Partai Golkar (1999-2004, 2004-2009) dari Partai Patriot (2009-2014) dan sekarang tercatat sebagai anggota DPRD Kota Medan dari Hanura (2014-2019). Sebelum aktif sebagai anggota legislatif, Bangkit dikenal sebagai penguasa wilayah di kawasan Perumnas Simalingkar (Silahkan Masuk Lingkungan Karo). Lihat dalam Muryanto Amin. 2013. Kekuasaan dan Politik Lokal. Op. Cit. hal. 83.

68

Muryanto Amin. 2013. Politik Layar Terkembang. Op. Cit. hal. 22.

69

Wawancara dengan Ahmad Bakhori Nasution, S.T, M.T, Sekretaris MPC Pemuda Pancasila Kota Medan, 1 April 2016, di Kantor MPC Kota Medan.

70

Ibid.. hal. 26.

71

Ibid.

(23)

onderbouw72

Setelah selesai membicarakan rencana untuk membentuk organisasi Pemuda Pancasila ini dengan utusan tersebut, maka M. Y. Effendi Nasution sebagai ketua P2KM (Persatuan Pemuda Kota Medan) mengajak tokoh-tokoh pemuda kota Medan untuk membentuk pimpinan Pemuda Pancasila di Medan. Akhirnya M. Y. Effendi Nasution mendapat mandat untuk membentuk Pemuda Pancasila Kota Medan, dengan catatan akan segera membentuk Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara.

dari Partai IPKI yang pada mulanya bernama Pemuda Patriotik.

Didalam pidatonya sebagai pimpinan IPKI Sumatera Utara, Kerani Bukit menegaskan akan adanya ancaman terhadap keselamatan bangsa dan Negara dari gerakan komunis (PKI) beserta dengan antek-anteknya. Sehingga dari itu perlu kiranya pemuda-pemuda yang berada di Kota Medan dihimpun ke dalam suatu organisasi yang bernaung di bawah bendera IPKI, dengan tugas pokoknya mengawal serta pengaman Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar Negara dan landasan konstitusi.

73

M. Y. Effendi yang lebih dikenal dengan sebutan Pendi Keling merekrut pemuda-pemuda kota Medan atau yang sering disebut dengan preman ataupun

cross boy74

72

Onderbouw berasal dari bahasa Belanda yang artinya sub-struktur. Kata onderbouw sering digunakan oleh para politisi partai politik untuk menyatakan suatu organisasi kemasyarakat yang menjadi binaannya. Seperti AMPI pada Partai Golkar.

73

Muryanto Amin. 2013. Politik Layar Terkembang. Op. Cit. hal 26-27.

74

Cross Boy (anak-anak simpang) atau juga biasa disebut “pemuda roman” yaitu pemuda yang masih sekolah melakukan kegiatan sehari-hari seperti pemuda pengangguran, duduk-duduk selepas pulang sekolah di persimpangan jalan. Lihat dalam Muryanto Amin. 2013. Ibid. hal. 9.

artinya adalah manusia bebas yang hidup di jalanan, sehingga

mereka bebas untuk memasuki organisasi Pemuda Pancasila karena tidak ada yang melarang. Preman-preman ini menjadi paduan unsur-unsur yang sangat dominan dari eksistensi Pemuda Pancasila di Kota Medan dan di Sumatera Utara. Para preman ini kebanyakan dalam menyelesaikan masalahnya atau perkaranya selalu dengan otot-otot mereka secara fisik. Pada priode awal berdirinya Pemuda Pancasila kriteria untuk menjadi seorang pimpinan Pemuda Pancasila berdasarkan siapa yang paling jago di-kelompoknya masing-masing. Maka dari

(24)

itulah segera terbentuklah anak-anak ranting, Pimpinan Anak Cabang sampai dengan Pimpinan Wilayah Sumatera Utara, dimana M. Y. Effendi Nasution langsung menjadi pimpinan utama organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara.

Pada bulan Juli 1963 di gedung Selecta jalan Listrik Medan dengan disaksikan serta direstui oleh H. A. Azis yang mewakili Gubernur Sumatera Utara, Mayor Hamid dari Koanda Sumatera Utara, Kerani Bukit yang bertindak sebagai ketua IPKI Sumatera Utara melantik serta meresmikan berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara dengan susunan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara.75 Effendi Nasution ditunjuk sebagai Ketua, Jansen Hasibuan ditunjuk sebagai Sekretaris, dan jabatan bendahara diduduki oleh seorang keturunan tionghoa yaitu, Klengki A.76 Jumlah

personil perdananya adalah sekitar 40 orang pemuda77

“…..Mulai berdirinya pemuda pancasila, itukan didirikan oleh Tentara Nasional indonesia, yang pada saat itu TNI tidak boleh berpolitik, sehingga untuk melawan PKI yang pada saat itu sudah berdiri ditengah-tengah masyarakat….Karena kegiatan keormasannya langsung menyentuh kepada masyarakat dengan modal itulah makanya sekarang orang banyak masuk organisasi pemuda pancasila, kalaupun banyak sebagian orang mengatakan organisasi itu adalah organisasi preman, pada dasarnya memang kita diciptakan keras untuk melawan pergerakan PKI… memang dulu beberapa preman yang direkrut oleh TNI untuk jadi organisasi pemuda pancasila akhirnya diciptakan untuk menghadang pergerakan PKI…. karna dulu siapa yang berani, bukan preman namanya ya, siapa yang berani, jadi yang berani berani ini dikumpulkan oleh TNI…..”

dengan tugas pokoknya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjadi pengawal dan pengaman Pancasila dan UUD 1945 dari rongrongan Partai Komunis Indonesia (PKI) beserta dengan antek-anteknya.

78

Sesuai dengan latar belakang dibentuknya Pemuda Pancasila adalah untuk membatasi pergerakan PKI dalam merongrong ideologi bangsa Indonesia yaitu

75

Muryanto Amin. 2013. Ibid. hal 29.

76

Ibid.

77

Ibid. hal 31.

78

(25)

Pancasila,79

Selain dari motto dan yel-yel Pemuda Pancasila juga mempunyai resep yang dinamakan dengan “3-O” yaitu “OTOT”, “OMONG”, “OTAK”

karena isu ideologi dan politik itulah maka Pemuda Pancasila semakin membesar sesuai dengan tantangan yang dihadapinya. Dengan itu pula Pemuda Pancasila membuat motto “ SEKALI LAYAR TERKEMBANG SURUT KITA BERPANTANG” yang artinya kalau sudah dimulai, maka kata-kata mundur tidak akan pernah terjadi. Kemudian ditambah lagi dengan yel-yel kebesaran organisasi Pemuda Pancasila atau tekad dari para anggota yaitu “PANCASILA ABADI”. Yang artinya bahwa ideologi Pancasila harus ABADI dibumi Indonesia ini dan setiap bangsa Indonesia harus mempertahankan keabadiannya. Maka motto dan yel-yel ini masih dipakai sampai sekarang oleh anggota organisasi Pemuda Pancasila.

80

Organisasi Pemuda Pancasila juga mempunyai ikrar yang isinya hampir sama dengan sumpah pemuda yaitu: Kami Pemuda Pancasila berikrar, Bertanah air satu, tanah air Indonesia. Berbangsa satu, bangsa Indonesia. Berbahasa satu, Bahasa Indonesia. Berideologi satu, Ideologi Pancasila. Dapatlah dilihat bahwa semua yang ada pada ikrar itu menunjukkan bahwa organisasi Pemuda Pancasila siap mengawal dan mengamankan Pancasila. Oleh karena itu, untuk menghandalkan kekuatan fisik dari anggota Pemuda Pancasila bukanlah hal yang sulit, karena mereka sudah ditempa oleh kekerasan di jalanan dan perkelahian bukanlah hal yang baru bagi mereka, tetapi berbicara atau ngomong para pemuda ini sebenarnya sudah terbiasa tetapi sebatas berbicara atau omong-omong di dalam pertemuan-pertemuan tidak resmi seperti di warung atau kedai kopi. Akan

yang maksudnya adalah organisasi Pemuda Pancasila membutuhkan anggota-anggotanya yang harus berani mengadu fisik atau kuat, harus pandai ngomong atau berbicara, dan harus pula mempunyai intelektual yang tinggi atau pintar.

79

Pemuda Pancasila yang terbentuk atas instruksi Jendral A.H. Nasution semakin berutal karena dibantu oleh militer, di Kota Medan korban pertama jatuh pasca pesristiwa G30/SPKI adalah Zakir Sobo (Sekretaris dua Pimpinan PKI Kota Medan). Lihat dalam Majalah Bhinneka. 2015. Setengah Abad Genosida ’65. Surabaya: Yayasan Bhinneka Nusantara. hal. 39.

80

(26)

tetapi, untuk ngomong atau berbicara di dalam forum resmi mereka tidak pernah dan agak canggung serta kurang berani, karena mereka takut salah, dan di tertawakan oleh teman-temannya.

Pada masa baru dibentuknya Pemuda Pancasila semangat dari pemuda ini masih sangat mengebu-gebu untuk berkumpul dalam membesarkan organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara, karena dalam waktu satu tahun saja anggota atau kader Pemuda Pancasila telah mencapai ribuan orang. Adapun penggurus atau fungsionaris Pemuda Pancasila terdiri dari M. Y. Effendi Nasution, Rosiman, Yan Paruhum Lubis alias Ucok Majestik, Kusen Tjokrosentono, Amran Y. S, Das Tagor Lubis, M. Saat Gurning, Razali, Yansen Hasibuan, Amril Y. S. dan lain-lain. Untuk pimpinan Pemuda Pancasila Kota Medan ditunjuklah Das Tagor Lubis sebagai ketuanya.81

Penunjukan Effendi Nasution sebagai ketua Pemuda Pancasila Sumatera Utara menyebabkan P2KM kehilangan eksistensinya dikarenakan Effendi Nasution (Pendi Keling) lebih mengkonsentrasikan dirinya untuk kegiatan Pemuda Pancasila sesuai dengan tugas dan jabatannya sebagai ketua wilayah. Namun perlu dicatat bahwa P2KM merupakan wadah pertama yang dapat mempersatukan “preman-preman” di perkampungan sekitar kota Medan, yang sebelumnya masih selalu terlibat perkelahian antar sesamanya.82 Wadah P2KM telah menjadi arena sosial bagi para preman, pemuda- pemuda berandal dan

cross-boy untuk bekerja sama, membangun saling pengertian, baik dalam pergaulan

juga dalam aktifitas carmak (cari makan) di jalanan.83

Ketika M. Y. Effendi Nasution beserta pengikut-pengikutnya dari P2KM beralih kepada Pemuda Pancasila, suasana bersatu di kalangan pemuda preman sudah terbentuk, perkelahian preman antar kampung untuk sebagian sudah dapat dihindarkan, para preman yang pada mulanya hanya terikat menurut kesamaan

81

Muryanto Amin. 2015. Op.Cit. hal. 47.

82

Muryanto Amin. 2013. Politik Layar Terkembang. Op. Cit. hal. 27.

83

Sarmadan Pasaribu. 2002. Peranan Pemuda Pancasila Menentang Gerakan Partai Komunis Indonesia di

Kotamadya Medan. Tahun 1960 sampai Tahun 1966. Skripsi. Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera

(27)

teritori, kini sudah dapat melampaui batas teritori kampung.84

Tentang hubungan-hubungan organisatoris atau hirarkis antara Pemuda Pancasila ditempat yang satu dengan tempat yang lain tidak begitu jelas. Hubungan antara mereka hanya sama-sama berinduk kepada organisasi yang sama yaitu IPKI dalam menentang pemuda rakyat

Oleh karena itu, kehadiran Pemuda Pancasila menjadi mudah diterima di kalangan preman, malahan diharapkan akan memberikan sentuhan organisatoris yang lebih sistematis dan terprogram dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya.

Pada masa-masa pembentukan Pemuda Pancasila, sistem organisasinya belumlah sebaik sekarang. Upaya organisasi ini pertama sekali masih terarah pada pembentukan dan pembenahan organisasi Pemuda Pancasila di seluruh kota Medan. Tentang pelaksanaan pembentukannyapun tidak terbatas hanya oleh pengurus Pemuda Pancasila yang sudah ada sebelumnya. Pengurus IPKI masih sangat berperan dalam pembentukan itu, jika disuatu pemukiman ada kemungkinan Pemuda Pancasila dibentuk, maka ditempat itulah Pemuda Pancasila dibentuk. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila disaat yang sama terjadi dua peristiwa pelantikan pengurus di dua pemukiman yang berbeda misalnya pengurus IPKI melantik kepengurusan ranting Pemuda Pancasila di Pulo Brayan dan Amran Y. S. membentuk dan melantik ranting di daerah Medan Area pada hari yang sama.

85

84

Muryanto Amin. 2013. Politik Layar Terkembang. Op. Cit. Hal 27

yang digerakkan oleh PKI. Hal ini terjadi karena belum jelasnya garis kordinasi antara organisasi-organisasi Pemuda Pancasila yang ada, dan belum adanya konsolidasi organisasi oleh IPKI sebagai induk organisasi terhadap kepengurusan Pemuda Pancasila seperti yang dikatakan oleh Pendi Keling atau M. Y. Effendi Nasution dalam wawancaranya yang ada didalam buku yang diterbitkan oleh (DPW Pemuda Pancasila dan Pusat Kajian Antropologi Fisip USU, 2002;32).

85

Pemuda Rakyat adalah sayap pemuda dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Awalnya organisasi ini dibentuk dengan nama Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) yang di gagas oleh inisiatif Menteri Pertahanan saat itu, Amir Sjarifuddin Sebagai sayap pemuda dari Partai Sosialis Indonesia (PSI). Organisasi ini dimusnahkan secara brutal bersama dengan PKI pada tahun 1965-1966. Lihat di

(28)

“Dulu mana tahu kita dek…Organisasi kata orang, ya organisasi. Lantik katanya ya lantik lah, kan sekarang baru kita tahu organisasi itu apa, setelah pelantikan lalu latihan atau penataran dan sebagainya. Sebelumnya mana ada tatar-tatar, karena preman, crossboy, pencuri, perampok.dan pembunuh ada semua disitu.Apa itu DPW, DPC mana kita tahu itu iya kan…? Yang penting bikin saja dulu, dirikan di mana-mana. Jadi lain dek …tidak seperti sekarang, sekarang ini orang sudah banyak yang tahu: bahwa DPW melantik DPC…DPC melantik Anak Cabang. Dulu mana ada itu…Preman semuanya disitu dek …”

Perkembangan organisasi Pemuda Pancasila dibawah kepimpinanan M. Y. Effendi Nasution sangat pesat sekali, banyaklah pemuda-pemuda yang berada di Sumatera Utara ini masuk menjadi anggota organisasi ini. Setelah memimpin Pemuda Pancasila selama 7 tahun maka pada tahun 1976 dalam suatu Musyawarah Wilayah (Muswil) beliau menyerahkan pimpinan Pemuda Pancasila kepada seorang tokoh pemuda yang juga seorang kader Pemuda Pancasila yang bernama Amran Y. S. sebagai regenerasi kepemimpinan organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara.86

Pada masa kepemimpinan Amran Y. S. organisasi Pemuda Pancasila bertambah berkembang dan elite dalam pemikiran. Beliau mulai mengembangkan organisasi ini sampai ke cabang-cabang beserta dengan sasana tinjunya yang gunanya adalah untuk berorganisasi tetapi juga mengembangkan olahraga tinju dari tingkat wilayah sampai kedaerah tingkat dua. Banyak petinju handal yang dihasilkan oleh sasana Pemuda Pancasila ini seperti Ucok Tanamal, David Hutabarat, Gunung Simamora, Erwinsyah dan lain sebagainya. Kemudian Amran Y. S. menyerahkan kepemimpinan Pemuda Pancasila kepada Marzuki pada tahun 1984 dalam suatu Muswil di Asrama Haji Medan.87

Setelah memimpin organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara dari tahun 1974 sampai tahun 1984 yaitu 10 tahun atau dua kali masa bakti. Marzuki88

86

Muryanto Amin. 2013. Politik Layar Terkembang. Op. Cit. hal. 43.

87

Ibid. hal. 51.

88

Marzuki merupakan tokoh eksponen ’66 yang aktif semasa pemberantasan komunis di Sumatera Utara. Aksi massa untuk membunuh aktivis PKI juga turut disaksikannya. Ia ikut membidani Pemuda Pancasila di awal pendiriannya. Masa Orde Baru menjadi anggota DPRD Kota Medan Periode 1987-1992. Setelah

(29)

memimpin organisasi Pemuda Pancasila Sumatera Utara dari tahun 1984 sampai tahun 1996 dan digantikan oleh Ajib Shah dalam suatu musyawarah wilayah pada tahun 1996, tetapi Ajib Shah tidak sampai satu periode memimpin Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara dan pada tahun 1999 beliau mengundurkan diri menjadi ketua DPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara dan digantikan oleh H. Donald Sidabalok dengan masa bakti (2002-2007), yang kemudian digantikan oleh Alm. Anuar Shah, SE (2008-saat ini) menjadi ketua Majelis Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara.89

menjadi ketua wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara tahun 1999, Marzuki memilih profesi sebagai politisi Golkar dan terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara (2004-2009) dari Partai Golkar.

89

(30)

Gambar 2.2

Sturktur Organisasi Majelis Pimpinan Pemuda Pancasila Majelis Pimpinan Wilayah

Lembaga Tingkat Wilayah

Majelis Pertimbangan

Majelis Pimpinan Cabang Ketua Wakil Ketua 1 s/d 2 Ketua-Ketua 1 s/d 9 Bendahara Wakil Bendahara Sekretaris Wakil Sekretaris LEMBAGA TINGKAT

Ex. Officio Ketua & Sekretaris Anggota-Anggota

Pimpinan Anak Cabang

Ranting/Anak Ranting

Penasehat

Penasehat

Majelis Pertimbangan

Sumber: MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara dalam Muryanto Amin “Relasi Simbiosis Mutualisme dan Transaksional: Relasi Organisasi Pemuda dengan calon DPR Dapil 1 Sumatera Utara”

(31)

2.4.2 Organisasi Kemasyarakatan Ikatan Pemuda Karya (IPK)

Ikatan Pemuda Karya yang disingkat IPK berdiri di Medan Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 28 Agustus 196990 oleh pendirinya Ompung91 Olo Panggabean. Sebelum mendirikan organisasi IPK, Ompung Olo adalah seorang anggota Pemuda Pancasila. Beliau memiliki bisnis perjudian di Kota Medan seperti KIM (permainan judi yang menggunakan kupon), Toto Gelap (Togel) dan berbagai permainan kartu bingo untuk mendapatkan hadiah uang tunai dan dilakukan secara terbuka di Medan Fair.92

Organisasi Ikatan Pemuda Karya merangkul kaum-kaum dari Pemuda, Pelajar, Mahasiswa, dan Wanita untuk bergabung dalam organisasi sebagai kekuatan sosial yang mempunyai persamaan semangat dan kehendak sesuai dengan kedudukannya ditengah-tengah masyarakat untuk beramal, berbakti kepada masyarakat serta melaksanakan pembaharuan di segala bidang. IPK dalam keanggotaanya tidak membedakan Suku, Agama, Ras dan Golongan serta tidak IPK Berdiri sebagai kelanjutan dari berdirinya Sentral Organisasi Buruh Pancasila (SOB Pancasila) pada tanggal 19 Juni 1954 di Jakarta serta berinduk kepada Koordinasi Ikatan-Ikatan Pancasila (KODI) dan merupakan salah satu pendukung Penegak Amanat Rakyat Indonesia (GAKARI). KODI dan GAKARI adalah pilar-pilar organisasi kemasyarakatan yang didirikan untuk mendukung pemerintahan Orde Baru.

Berdirinya Ikatan Pemuda Karya tidak terlepas dari konflik internal yang terjadi pada tubuh organisasi Pemuda Pancasila. Eksistensinya sebagai organisasi kemasyarakatan di Kota Medan baru diakui pada awal-awal tahun 1980-an. Latar belakang yang terjadi berdirinya organisasi IPK karena adanya perpecahan di tubuh internal organisasi Pemuda Pancasila. Perebutan kendali atas sumber daya ekonomi menjadi benang merah perpecahan wilayah kekuasaan untuk pembagian pendapatan dari usaha perjudian menjadi salah satu faktor berdirinya organisasi Ikatan Pemuda Karya.

90

Muryanto Amin. 2015. Op. Cit. hal. 49.

91

Ompung adalah sebutan kakek bagi orang suku batak, dan kami generasi muda menyebut beliau dengan panggilan Ompung Olo.

92

(32)

mempertentangkan tingkat pendidikan maupun status sosial. Organisasi ini berpusat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara, sekaligus sebagai tempat kedudukan Dewan Pembina dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Dalam perkembangannya, IPK mempunyai organisasi cabang sebanyak 58 di 24 Provinsi di Indonesia. Jumlah anggota di daerah pimpinan pusat yaitu sumatera utara berkisar 100 ribu orang pada tahun 2013.93

Oloan Sahara Panggabean yang low profile, pemimpin IPK yang lama berkuasa, sangat ditakuti secara luas di kota Medan bahkan di beberapa lingkaran internal selalu dipuja-puja. Kedudukannya di masyarakat Kota Medan diperkuat dengan sikap filantropi dengan semacam tindakan amal untuk membantu orang-orang yang tidak mampu. Oleh karena itu, kepiawaiannya dalam memainkan peran diantara tokoh-tokoh berpengaruh baik dari kalangan sipil dan militer, IPK bahkan segera menjadi lebih kuat daripada Pemuda Pancasila yang ditinggalkannya tahun 1978.94 Meskipun sering sekali terjadi pergantian ketua (pimpinan organisasi) namun Olo masih dianggap sebagai ’godfather’ utama Kota Medan. Pergantian pimpinan IPK hanyalah sebatas persoalan ”restu” karena pada saat Musyawarah IPK Kota Medan, tahun 2005, justru Moses tersingkir digantikan dengan Budi Panggabean, yang tercatat masih kerabat dari Olo. Beberapa agenda organisasi yang sangat penting terutama berkaitan dengan pergantian pimpinan dan strategi untuk menguasai satu wilayah tertentu berada di tangan sang godfather.95

Organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila Sepertinya mendapatkan saingan dari organisasi Ikatan Pemuda Karya yang digagas oleh Olo, dalam sumber kehidupan yang berada di jalanan seperti penguasaan areal/lahan atau wilayah untuk mendapatkan uang. Wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh anggota Pemuda Pancasila, tetapi harus berbagi dengan anggota IPK. Perebutan penguasaan wilayah pun sering terjadi hingga menimbulkan benturan kekerasan

93

Muryanto Amin. 2015. Op. Cit. hal. 51.

94

Muryanto Amin. 2013. Politik Layar Terkembang. Op. Cit. hal 50.

95

(33)

fisik seperti perkelahian, penculikan, bahkan pembunuhan. Pertikaian yang terjadi pada umumnya berada di tempat yang banyak menghasilkan uang, misalnya lahan parkir on the road, pasar/pajak atau tempat usaha pedagang dan pusat-pusat perbelanjaan yang berada di Kota Medan.

Hubungan organisasi Ikatan Pemuda Karya dengan Pemuda Pancasila tidaklah harmonis, sering terjadi perkelahian antara anggota Ikatan Pemuda Karya dengan Pemuda Pancasila yang mengakibatkan korban hingga mengalami kematian atas perkelahian itu. Demi mendukung eksistensi organisasinya, IPK berusaha mencari dukungan yang bersifat politis seperti mendukung Golkar melalui bantuan massa maupun finansial yang lebih besar ketimbang Pemuda Pancasila. Setiap kampanye pemilu Golkar, Ikatan Pemuda Karya selalu memberikan bantuan, untuk menunjukkan kepada elit Golkar sebagai bentuk show

of force.96

96

Muryanto Amin. 2015. Op. Cit.. hal. 50.

Penggunaan atribut seragam loreng-loreng ala militer adalah cara melihat mobilisasi anggota dari masing-masing organisasi tersebut.

(34)

Gambar 2.3

Struktur Organisasi Dewan Pimpinan Ikatan Pemuda Karya Dewan Pembina

Dewan Pimpinan Pusat

Dewan Pimpinan Daerah Provinsi

Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota Ketua Wakil-Wakil Ketua Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara Wakil Bendahara Bagian-Bagian

Pimpinan Anak Cabang

Sumber: Dewan Pimpinan Daerah IPK dalam Muryanto Amin “Relasi Simbiosis Mutualisme dan Transaksional: Relasi Organisasi Pemuda dengan calon DPR Dapil 1 Sumatera Utara”

(35)

2.5. Pelaksanaan Pemilihan Umum 2014 di Daerah Pemilihan Medan 2 DPRD Kota Medan.

Pemilihan Umum 2014 dilaksanakan pada 9 April 2014 di Indonesia untuk memilih 560 anggota DPR RI, 132 anggota DPD RI, serta 2.112 anggota DPRD Provinsi, dan 16.895 anggota DPRD Kabupaten/Kota masa Periode 2014-2019. Daerah pemilihan umum anggota DPRD Kabupaten/Kota adalah kecamatan atau gabungan kecamatan dalam satu Kabupaten/Kota, dengan total 2102 daerah pemilihan, di 497 kabupaten/kota yang berada di Indonesia dengan jumlah calon anggota legislatif yang bertarung dalam Pemilu 2014 berjumlah 176.568 jiwa. Jumlah kursi untuk setiap daerah pemilihan anggota DPRD Kabupaten/Kota paling sedikit 3 (tiga) kursi dan paling banyak 12 (dua belas) kursi. Penentuan besarnya daerah pemilihan disesuaikan dengan jumlah penduduk di daerah tersebut.97

No.

Peserta Pemilihan Umum 2014 diikuti 12 (dua belas) Partai Politik Nasional dan 3 (tiga) Partai Politik Lokal di Provinsi Aceh.

Kota Medan dibagi menjadi 5 (lima) Daerah Pemilihan dan diikuti 597 calon anggota legislatif yang berasal dari 12 (dua belas) Partai Politik. Berikut daftar daerah pemilihan, jumlah calon anggota legislatif, dan jumlah kursi anggota legislatif.

Tabel 2.2

Daerah Pemilihan, Kecamatan, Jumlah Calon Anggota Legislatif, dan Jumlah Kursi Anggota Legislatif dari DPRD Kota Medan.

Daerah

Pemilihan Kecamatan Jumlah Caleg Jumlah Kursi

1. Medan 1

Medan Kota, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area.

132 11

2. Medan 2 Medan Tuntungan, 143 12

97

Data lengkap mengenai hal penentuan besarnya dapil disesuaikan dengan jumlah penduduk dapat diakses di laman www.kpu.go.id tentang Pemilu 2014.

(36)

Medan Polonia, Medan Selayang, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan Maimun.

3. Medan 3

Medan Baru, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat.

94 8 4. Medan 4 Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Timur. 96 8 5. Medan 5

Medan Deli, Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Marelan.

132 11

Jumlah 597 50

Sumber: Data KPU Kota Medan, 2014.

Dari data di atas (Tabel 2.3) menunjukan bahwa daerah pemilihan 2 untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan menampilkan ada 143 calon anggota legislatif dari 12 partai politik peserta yang bertanding dalam Pemilu 2014. Calon anggota legislatif akan berkompetisi dalam meraih suara terbanyak di masing-masing partai politik dengan menggunakan sistem proporsional daftar terbuka.

“….Secara politis masyarakat kita pun banyak, satu dapil 2 itu, ada 142 calon, bisa saja mereka akan lihat, siapa-siapa darimana, walaupun secara umum saya bisa dimana-mana, karna saya orang organisasi. Saya ambil dapil 2 lebih mempermudahlah, disamping itu saya sudah banyak kontribusi di daerah saya gitu….”98

98

(37)

Oleh karena itu, setiap calon anggota legislatif tersebut berupaya semaksimal mungkin untuk meraup suara sebanyak-banyaknya sehingga di dalam arena kompetisi tidak hanya terjadi antar partai politik saja, tetapi juga membuat persaingan yang cukup ketat terjadi di antara peserta calon anggota legislatif yang berada di dalam satu partai politik tersebut.

Persaingan yang kompetitif antar sesama calon anggota legislatif dalam satu partai politik membuat para pemilih di daerah pemilihan akan ditawarkan atau pun mendapatkan janji-janji dalam kegiatan masa kampanye pada pemilu 2014. Bagi calon incumbent, wilayah tertentu sudah menjadi basis perolehan suara untuk kompetisi pada pemilu. Bagi para calon anggota yang lainnya, sulit untuk menciptakan area atau wilayah tertentu akan dijadikan basis suara dalam pemilu 2014. Selain itu, para pemilih yang terkelompok dalam organisasi kemasyarakatan dijadikan peluang oleh para calon anggota legislatif sebagai objek kampanye secara bergantian oleh seluruh calon anggota legislatif.

“…Basis massa saya tetap terkoordinasi….menjelang pemilu saya tetap membentuk tim pemenangan…..hubungan yang saya lakukan secara persuasif dan koordinasi untuk saling menjaga hubungan…..”99

99

Wawancara dengan BS, 6 Mei 2014, Pukul 14.50 di Kantor DPRD Kota Medan.

Penetapan hasil dari pelaksanaan Pemilu 2014 pada 9 april 2014 yang di keluarkan oleh KPU Kota Medan telah terpilih 12 orang dari 143 calon anggota legislatif yang bertarung di daerah pemillihan 2 Kota Medan. Calon anggota legislatif incumbent yang terpilih kembali pada periode 2014-2019 yaitu, Daniel Pinem, Ilhamsyah, Burhanuddin Sitepu, Kuat Surbakti, dan Bangkit Sitepu. Anggota legislatif yang terpilih 4 periode berturut-turut adalah Bangkit Sitepu sejak Pasca Reformasi di Indonesia. Wajah baru anggota legislatif yang mewakili daerah pemilihan 2 Kota Medan yaitu Maruli Tua Tarigan, Irsal Fikri, Henry Jhon Hutagalung, Iswanda Ramli, Waginto, dan Andi Lumbangaol.

(38)

Tabel 2.3

Daftar Jumlah Calon Anggota Legislatif dari Partai Politik di Daerah Pemilihan 2 DPRD Kota Medan.

No. Partai Politik Jumlah Caleg

Caleg Terpilih Suara

1. Nasional

Demokrat 11 1.

Drs. Maruli Tua Tarigan

1.670

2. PKB 12 - - -

3. PKS 12 1. H. Salman Alfarisi, Lc.

M.A 5.815

4. PDIP 12 1. Drs. Daniel Pinem 7.558

2. Henry Jhon Hutagalung 7.101

5. Golkar 12 1. H. Iswanda Nanda Ramli 8.943

2. Ilhamsyah 7.770

6. Gerindra 12 1. H. Waginto, S.T 2.077

7. Demokrat 12 1. H. Burhanuddin Sitepu,

S.H 4.272

8. PAN 12 1. Kuat Surbakti, S.Sos 5.040

9. PPP 12 1. H. Irsal Fikri, S.Sos 2.889

10. Hanura 12 1. Bangkit Sitepu 5.834

11. PBB 12 - - -

12. PKPI 12 1. Andi Lumbangaol, S.H 5.541

Jumlah 143 12 64.510

Sumber: Data dari KPU, 2014.

Anggota DPRD Kota Medan yang terpilih pada Pemilu 2014 dari Daerah pemilihan 2 Kota Medan100

100

Partai Gerindra dalam proses pemilihan anggota legislatif memiliki 11 calon anggota legislatif yang berkompetisi dalam 9 April 2014, Almarhum Yohanna Pardede meninggal dunia pada saat namanya sudah

Gambar

Gambar 2.1   Peta Kota Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menyatakan semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan

Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap

Dari pembahasan di atas, terdapat hubungan antara kedua media tersebut yaitu media Audio-Visual di kelas X.7 dan media Berbasis Lingkungan Sekolah di kelas X.8 bahwa kedua

Potensi yang besar pada subsektor tanaman perkebunan tersebut karena dari berbagai alat analisis yang digunakan menunjukkan bahwa subsektor ekonomi ini memiliki keunggulan

Sasongko Budisusetyo, M.Si.,CA.,CPA,CPMA sebagai dosen wali sekaligus dosen pembimbing skripsi selama saya menempuh kuliah di STIE Perbanas Surabaya yang selalu memberikan

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu tentang Posyandu sebagian besar dikategorikan baik sebanyak 19 orang (63,33%), keaktifan ibu mengikuti Posyandu sebagian

terjadi karena di sebabkan oleh beberapa faktor, seperti: rendahnya tingkat pendapatan usaha mikro kecil, kurangnya modal usaha, sulitnya mendapatkan kepercayaan dalam

Pertanyaan riset mengenai “Pengaruh Persepsi Kemudahan Pengguna an, Kepercayaan Dan Risiko Terhadap Niat Pembayaran Iuran BPJS Kesehatan Menggunakan Internet Banking