• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN. Oleh: MUKTI RIADI NIM. H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN. Oleh: MUKTI RIADI NIM. H"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PROVINSI SUMATERA SELATAN

Oleh:

MUKTI RIADI

NIM. H14084016

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(2)

Menurut Arsyad (1999) pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi daerah. Dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah tersebut dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunakan potensi sumberdaya lokal. Identifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial menjadi kebutuhan bagi optimalisasi proses dan keberhasilan pembangunan ekonomi dimaksud.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial dan untuk mengetahui pola maupun struktur pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur Provinsi Sumatera Selatan, berdasarkan kriteria keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan spesialiasi dengan menggunakan metode location quotient (LQ), shift share modifikasi Estaban Marquillas (SS-EM), model ratio pertumbuhan (MRP) dan analisis overlay.

Hasil penelitian menemukan bahwa sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang memiliki keunggulan komparatif (analisis LQ) di OKU Timur. Dari sisi rasio pertumbuhan ekonominya (analisis MRP) sektor pertambangan dan penggalian (tanpa migas) dan sektor perdagangan, hotel dan restaurant di Kabupaten OKU Timur merupakan sektor ekonomi potensial terhadap Provinsi Sumatera Selatan. Dampak kebijakan luar (external factor) selama periode penelitian berpotensi mengakibatkan kenaikan agregat PDRB sebesar Rp. 700,84 milyar, dengan realiasasi sebesar Rp. 612,98 milyar. Berdasarkan analisis SS-EM kenaikan tersebut didominasi oleh 4 sektor ekonomi; sektor pertanian (Rp. 313,15 milyar), sektor perdagangan ( Rp. 133,00 milyar), sektor jasa-jasa (Rp. 48,15 milyar) dan sektor bangunan (Rp. 37,60 milyar).

Berdasarkan keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, spesialisasi serta struktur dan pola pertumbuhan ekonominya, maka subsektor tanaman perkebunan merupakan subsektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur. Dari sisi sektor ekonomi belum ditemukan sektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur. Berdasarkan klasifikasi dengan menggunakan tipologi klassen, maka Kabupaten OKU termasuk dalam katagori kabupaten yang relatif tertinggal di Provinsi Sumatera Selatan. Adapun pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral berdasarkan tipologi klassen menunjukkan bahwa pertanian merupakan sektor yang maju dan tumbuh pesat, sedangkan subsektor yang maju dan tumbuh pesat adalah subsektor tanaman perkebunan dan subsektor pemerintahan umum.

(3)

Oleh:

MUKTI RIADI

NIM. H14084016

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(4)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Mukti Riadi

NIM : H14084016

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul : Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Ogan

Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. NIP. 131 849 397

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal lulus:

(5)

BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI MAUPUN LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008 Penulis

Mukti Riadi NIM. H14084016

(6)

tanggal 29 Juli 1974. Penulis merupakan anak bungsu dari lima bersaudara dari Bapak R. Tjus Abi Koesno Poejosoebroto (alm) dan Ibu Rr. Naniek Margini. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Tegal Arum, Baturaja Sumsel pada tahun 1987, selanjutnya menamatkan jenjang SLTP pada SMP Negeri 3 Baturaja Sumsel pada tahun 1990. Pada tahun yang sama penulis masuk ke Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam (1990-1994) dan menamatkan jenjang SLTA pada SMA Assalaam, Surakarta Jawa Tengah pada tahun 1994.

Setelah tamat SMA, pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan ke Akademi Ilmu Statistik (AIS) Jakarta, tamat pada tahun 1997 dengan gelar Ahli Madya Statistik (A.Md.Stat). Selanjutnya pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta konsentrasi Statistika Ekonomi, tamat pada tahun 2001 dengan gelar Sarjana Sains Terapan (S.S.T), penulis juga mengikuti pendidikan pada Universitas Terbuka Jakarta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Statistika Terapan, tamat pada 2002 dengan gelar Sarjana Sains (S.Si).

Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Sebagai bagian syarat memasuki jenjang strata dua (S-2) pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, maka penulis menyusun skripsi ini.

(7)

Azza wa Jalla atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Sektor

Ekonomi Potensial Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan” ini dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2008

(8)

Azza wa Jalla atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini. Penulis berkewajiban mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral-spritual dan material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Dr. Rusman Heriawan, M.S, sebagai Kepala BPS beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan sangat berharga kepada penulis melanjutkan studi ke IPB.

2. Dr. Satwiko Darmesto, M.Sc, sebagai Kepala Pusdiklat BPS beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis guna melanjutkan studi ke IPB.

3. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S, sebagai Ketua Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor beserta staf dan jajarannya atas semua keramahtamahannya menerima penulis sebagai peserta didiknya.

4. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc, selaku dosen pembimbing, semoga Allah SWT senantiasa memberikan cucuran pahala atas kesabaran, ketelatenan dan kesungguhan dalam mendampingi penulis menyusun skripsi ini.

5. Toni Irawan, SE, M.App.Ec, selaku dosen penguji dalam sidang skripsi. Terima kasih atas lontaran pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan dan kritik yang diberikan menjadi justifikasi ilmiah atas skripsi ini.

6. Ibundaku tercinta yang cucuran air mata dan rangkaian do’a dalam

munajatnya tiada pernah terputus senantiasa mengisi malam sunyi untuk kebaikan penulis dan anak-cucunya. Restumu adalah kunci surga bagiku.

(9)

Allah SWT senantiasa melindungi kalian. Bersama kalian hidupku semakin bermakna dan berwarna.

8. Dosen dan staf pengajar selama matrikulasi; Mas Toni, Kang Alla, Bang Dedi, Bang Parulian, Kang Firdaus, Mbak Wid, Mbak Henny, Teh Tantri, Uda Fahmi, Bu Wiwiek, Bu Sri, Uni Fifi dan Teh Win, juga Kang Iwan (beserta crew cleaning servisenya). Sungguh kolaborasi care dan share yang anggun, hangat dan cantik. Bersamamu, IPB menjelma sebagai rumah sendiri.

9. Mas Gugun, Dindo Dedi, Cece’ Parno dan Teh Nel_Gus serta teman-teman seperjuangan lainnya. Canda dan ceria antar kita, menjadikan badai UTS dan UAS yang datang silih berganti semakin menyejukkan dan mempersatukan hati kita.

10. Rekan, sahabat dan staf yang senantiasa meneguhkan hati dan semangatku dengan sapaan-sapaannya; fahar, kang ismet, yudhis, leni, suryo, rani, gatot, fitri, ferti, fara, febri, fadli, fredy, desi, dila, dan tak lupa penjaga kantorku rebo. Tegur sapa kalian membuatku bangkit dan berdaya.

(10)

DAFTAR TABEL……….………….. DAFTAR GAMBAR……….…………. DAFTAR LAMPIRAN……….. I. PENDAHULUAN ………..……… 1.1 Latar belakang ……….. 1.2 Perumusan masalah ……….. 1.3 Tujuan penelitian ……….. 1.4 Kegunaan penelitian ……….

II. KERANGKA PEMIKIRAN ………

2.1 Tinjauan teoritis ……….…………..

2.1.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah ……... 2.1.2 Struktur Ekonomi dan Pergeseran Sektoral ………... 2.1.3 Teori Basis Ekonomi dan Sektor Ekonomi Potensial …… 2.2 Keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif wilayah ….

2.3 Spesialisasi perekonomian ………...

2.4 Pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah ……….………

2.5 Penelitian sebelumnya ………..………

2.6 Kerangka pikir ………..

III. METODE PENELITIAN ……….

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ……… 3.2 Jenis dan Sumber Data ……….………… 3.3 Metode Analisis ………

3.3.1 Analisis Sektor Ekonomi Potensial ………... a. Analisis Location Quotient (LQ) ……….. b. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ……….

c. Analisis Shift-Share ……….. d. Analisis Overlay ………... xii xiv xv 1 1 8 8 8 10 10 10 15 16 18 20 21 23 25 28 28 28 29 30 30 32 35 40

(11)

3.4 Definisi Operasional Variabel ……….………

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN OKU TIMUR ………….….

4.1 Kondisi Umum Kabupaten OKU Timur ……….….. 4.2 Kondisi Kependudukan Kabupaten OKU Timur ……….. 4.3 Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten OKU Timur ……… 4.4 Kondisi Sosial Kabupaten OKU Timur ………. 4.5 Kondisi Ekonomi Kabupaten OKU Timur ……… 4.5.1 Struktur Ekonomi ……… 4.5.2 Pertumbuhan Ekonomi ……… 4.5.3 Pendapatan Perkapita ………..………

V. PEMBAHASAN ……….

5.1 Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten OKU Timur …… 5.1.1 Analisis Location Quotient ……….………… 5.1.2 Analisis Model Rasio Pertumbuhan ……… 5.1.3 Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-Marquillas ……. 5.1.4 Analisis Overlay ………. 5.2 Analisis Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten

OKU Timur ………..………

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ……….

6.1 Kesimpulan ……… 6.2 Saran ……….. DAFTAR PUSTAKA ………. LAMPIRAN ……… 43 46 46 48 50 51 53 53 58 60 63 63 63 67 71 82 84 88 88 89 91 93

(12)

1.1 1.2 3.1 3.2 3.3 3.4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 5.1 5.2 5.3

PDRB atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam Jutaan Rupiah) ……….. PDRB ADHK Kabupaten OKU Timur Tahun 2002-2007 (dalam Jutaan Rupiah) ……… Ringkasan Alat (Metode) dan Kegunaan Analisis Penelitian …..……. Kemungkinan Hasil Penghitungan dari Efek Alokasi ..………. Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Daerah Menurut Klassen Typology ………. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor (Subsektor) Ekonomi Menurut

Klassen Typology ………... Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Persebaran Penduduk

Kabupaten OKU Timur tahun 2007 ……….. Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke atas yang Bekerja menurut

Lapangan Usaha di Kabupaten OKU Timur tahun 2006-2007 ……… Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten OKU Timur Tahun 2004-2006 ……….. Struktur Ekonomi Kabupaten OKU Timur dirinci Per Subsektor Ekonomi Tahun 2000-2007 (dalam persen) ……….. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten OKU Timur dirinci Per Subsektor Ekonomi Tahun 2000-2007 (dalam persen) ……….. Perkembangan Pendapatan per Kapita Penduduk Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 ……… Hasil Perhitungan LQ Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2001 …... Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Ladang dan Padi Sawah di Kabupaten OKU Timur Tahun 2006-2007 Luas Irigasi menurut Tipe dan Kecamatan di Kabupaten OKU Timur Tahun 2007 ……… 5 6 31 40 42 43 50 51 52 55 59 61 64 65 65

(13)

5.6 5.7 5.8 5.9 5.10 5.11 5.12 5.13

dan Rasio Pertumbuhan Provinsi Sumatera Selatan (RPr)………. Hasil Analisis Shift Share Modifikasi Estaban-Marquillas Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah) ……….. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah) ………. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Industrial Mix Effect) terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah) ……… Identifikasi Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 ……… Dampak Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah) ………. Analisis Overlay Potensi Ekonomi Ekonomi Kabupaten OKU Timur Tahun 1998 – 2003 Dirinci per Subsektor ………. Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita Penduduk Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 …… Klasifikasi Sektor/Subsektor Ekonomi menurut Tipologi Klassen di Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 ………

68 72 75 78 79 80 83 84 87

(14)

2.1 4.1 4.2

Kerangka Pikir Penelitian ……… Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten OKU Timur tahun 2000-2007 ………. Jumlah Penduduk Kabupaten OKU Timur tahun 2000-2007 ……….

27 48 49

(15)

1 2 3 4

PDRB Kabupaten Ogan Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000-2007 ……... PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2000-2007 (Juta Rp.) Struktur Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000-2007 (dalam %) ……….. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000-2007 (dalam %) ………

93 94 95 96

(16)

Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dalam kerangka perekonomian daerah, Arsyad (1999) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi daerah. Dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah tersebut dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunakan potensi sumberdaya lokal.

Dalam upaya mendorong peningkatan partisipasi dan kreativitas masyarakat dalam pembangunan daerah maka pemerintah mengeluarkan kebijakan otonomi daerah melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Otonomi daerah merupakan perwujudan kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 22 tahun

(17)

1999 juga mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelaksanaan desentralisasi.

Upaya untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat telah tercantum dalam GBHN 1999-2004, yaitu dengan memberdayakan pelaku dan potensi daerah serta memperhatikan penataan ruang, baik fisik maupun sosial sehingga terjadi pemerataan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah. Sejalan pula dengan isu lintas bidang yang tercantum dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas 2000-2004) bahwa untuk meningkatkan dan mempercepat pembangunan daerah dilakukan dengan konsep pembangunan lintas wilayah. Isu pembangunan lintas wilayah mencakup upaya pengembangan wilayah untuk mendayagunakan potensi dan kemampuan daerah dengan berbagai alat kebijakan yang mendukung perkembangan perekonomian daerah, berkembangnya pemukiman, perkotaan, pedesaan, wilayah cepat tumbuh, perbatasan dan wilayah tertinggal, serta pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, meningkatkan hidup dan kehidupannya.

Salah satu implementasi Propenas 2000-2004 mengenai isu pembangunan lintas wilayah adalah upaya pengembangan wilayah. Dalam hal ini pemerintah pusat telah mengakomodir keinginan pemerintah dan masyarakat daerah melalui pemekaran wilayah, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Seperti di Provinsi Sumatera Selatan, sejak terbentuknya Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2000 maka wilayah Provinsi Sumatera Selatan hanya memiliki 7 kabupaten/kota. Namun, seiring dengan keinginan masyarakat lokal

(18)

dan pemerintah daerah untuk mengelola dan mengembangkan pembangunan di wilayahnya sendiri, maka hingga tahun 2007, telah terbentuk 3 kota dan 5 kabupaten baru, sehingga saat ini Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas 15 kabupaten/kota. Perkembangan wilayah yang cukup pesat ini merupakan jawaban sekaligus justifikasi dari isu pengembangan wilayah yang digulirkan pemerintah pusat. Dengan adanya pengembangan wilayah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan diharapkan perekonomian daerah dapat berkembang pesat yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Di lain pihak, setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda baik dari sisi potensi kandungan sumber daya alam, kondisi geografis maupun potensi khas daerah lainnya. Oleh karena itu penyusunan kebijaksanaan pembangunan daerah, terutama bagi daerah baru, tidak dapat secara serta merta mengadopsi kebijaksanaan nasional, provinsi maupun daerah induknya atau daerah lain yang dianggap berhasil. Untuk membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil harus sesuai dengan masalah, kebutuhan dan potensi daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu penelitian yang mendalam harus dilakukan untuk memperoleh informasi bagi kepentingan perencanaan pembangunan daerah (Arsyad, 1999).

Terkait dengan pentingnya identifikasi kebutuhan dan potensi dalam proses perencanaan pembangunan daerah, maka berbagai pendekatan model perencanaan pembangunan daerah dapat dilakukan untuk menentukan arah dan bentuk kebijakan yang diambil. Salah satu model pendekatan pembangunan daerah adalah pendekatan sektoral. Sebagaimana yang dikemukakan Aziz (1994), pendekatan sektoral dalam perencanaan pembangunan daerah selalu dimulai

(19)

dengan pertanyaan “sektor ekonomi apa yang perlu dikembangkan”. Oleh karena itu identifikasi dan analisis sektor ekonomi potensial menjadi hal penting bagi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (selanjutnya disebut sebagai Kabupaten OKU Timur) sebagai daerah otonom yang relatif baru.

Kabupaten OKU Timur yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 ini adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Ogan Komering Ulu. Pembentukan Kabupaten OKU Timur ini dilakukan karena keinginan masyarakat dan dilandasi oleh tujuan sebagai berikut:

1. memperpendek rentang kendali (span of contol) pemerintah, sehingga azas efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan bidang pemerintahan dapat terwujud;

2. meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat;

3. meningkatkan kemampuan daerah melalui eksploitasi sumber daya alam yang ada pada daerah tersebut secara optimal, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mempercepat pembangunan;

4. meningkatkan fungsi pengawasan yang efektif terhadap sistem pertahanan dan keamanan wilayah sebagai bagian integral dari sistem pertahanan dan keamanan nasional.

Kabupaten OKU Timur merupakan wilayah yang memiliki luas 3.370 km2. Pada tahun 2007, kabupaten ini memiliki 269 desa dan 7 kelurahan, dengan sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai leading sektor yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian wilayah. Hal ini terlihat

(20)

dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) di Kabupaten OKU Timur dari tahun 2002-2007.

Tabel 1.1 PDRB atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten OKU Timur Tahun 2002-2007 (dalam Jutaan Rupiah)

Sektor Ekonomi 2002 2003 2004 2005 r) 2006*) 2007 **)

1. Pertanian 959.650 1.054.644 1.190.354 1.352.205 1.568.480 1.845.223 2. Pertambangan & penggalian 56.862 62.168 69.099 75.067 81.853 90.261

3. Industri pengolahan 154.957 164.386 172.878 195.438 221.542 252.777 4. Listrik, gas & air bersih 2.818 3.514 3.818 4.015 4.243 4.498 5. Bangunan 135.030 145.098 163.064 192.417 232.151 283.990 6. Perdag, hotel & restoran 233.636 256.677 283.761 345.057 429.232 534.855 7. Pngngkutn & komunikasi 24.327 30.795 39.258 51.260 62.916 76.056 8. Keu, persewaan, & jasa persh 69.667 75.551 83.226 94.026 106.446 120.840 9. Jasa-jasa 202.511 223.824 262.243 303.724 356.245 421.182

PDRB 1.839.458 2.016.657 2.267.701 2.613.209 3.063.108 3.629.682 Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur

Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa kegiatan perekonomian di Kabupaten OKU Timur selama tahun 2007 mampu menciptakan nilai tambah bruto (NTB) sebesar Rp. 3,63 trilyun. Secara sektoral kegiatan ekonomi di Kabupaten OKU Timur didominasi oleh 2 sektor ekonomi, yaitu sektor pertanian yang memberikan kontribusi PDRB sebesar Rp. 1,84 triliun (atau sekitar 50,84 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi sebesar Rp. 534,86 milyar (16,49 persen). Kondisi ini cukup beralasan, karena Kabupaten OKU Timur dikenal sebagai salah satu lumbung pangan bagi Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki sarana irigasi teknis dan didukung oleh dua bendungan modern yaitu Bendung Belitang dan Bendung Perjaya. Selain itu Kabupaten OKU Timur juga merupakan market area yang cukup berpotensi sehingga sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor ekonomi yang memiliki kontribusi besar dalam penciptaan PDRB. Subsektor pertambangan migas tidak terdapat di Kabupaten

(21)

OKU Timur ini. Akibatnya kontribusi subsektor pertambangan migas dalam pembentukan PDRB Kabupaten OKU Timur tidak ada (nol).

Selanjutnya jika dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) pada tahun 2007 tercipta PDRB Kabupaten OKU Timur sebesar Rp. 2,00 triliun. Jika dihitung rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur selama periode 2001-2007 maka laju pertumbuhan rata-ratanya sebesar 6,31 persen per tahun (lihat Tabel 1.2).

Tabel 1.2 PDRB ADHK Kabupaten OKU Timur Tahun 2002-2007 (dalam Jutaan Rupiah)

Sektor Ekonomi 2002 2003 2004 2005 r) 2006*) 2007 **) Pertumbuhan*** Rata-rata (persen/tahun) 1. Pertanian 777.287 814.541 863.128 910.584 964.535 1.023.356 6,30 2. Pertambangan & penggalian 44.650 46.547 48.484 50.554 52.733 55.137 5,50 3. Industri pengolahan 122.011 125.859 129.094 136.264 144.070 152.341 4,53 4. Listrik, gas & air bersih 1.784 1.820 1.869 1.920 1.986 2.055 3,51 5. Bangunan 112.920 115.653 119.382 125.566 133.753 142.808 5,11 6. Perdag, hotel & restoran 222.015 236.331 254.460 274.285 300.736 329.988 9,64 7. Pngngkutn & komunikasi 16.591 18.503 19.993 21.293 23.003 25.044 12,46 8. Keu, perswaan, & jasa persh 59.617 60.825 62.435 65.209 68.355 71.720 4,45 9. Jasa-jasa 154.543 160.831 167.339 175.888 186.770 199.223 4,55

PDRB 1.511.418 1.580.910 1.666.184 1.761.563 1.875.941 2.001.672 6,31

Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur

Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara *** Rata-rata pertumbuhan dihitung dari tahun 2001-2007

Jika dilihat secara sektoral maka sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restaurant tetap mendominasi kontribusi PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten OKU Timur. Selama tahun 2001-2007 rata-rata pertumbuhan ekonomi sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor perdagangan, hotel dan restoran cukup agresif yaitu sebesar 12,46 persen dan 12,64 persen, sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian menyusul di urutan ketiga dan keempat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,30 persen dan 5,50 persen per tahun. Sementara sektor ekonomi lainnya hanya memiliki laju rata-rata pertumbuhan dibawah 5 persen.

(22)

Dengan melihat pembangunan ekonomi Kabupaten OKU Timur melalui deskripsi struktur dan pertumbuhan ekonomi, maka tampak bahwa Kabupaten OKU Timur merupakan wilayah pusat pertumbuhan baru yang berkembang cukup pesat. Namun pembangunan ekonomi suatu wilayah, tidak cukup hanya dilihat dari sisi struktur dan pertumbuhan ekonomi saja. Menurut Thoha dan Soekarni (2000), selain struktur dan pertumbuhan ekonomi, kemampuan (potensi) ekonomi suatu wilayah dapat diukur melalui track record indikator-indikator ekonomi seperti: income per kapita, keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan lain-lain. Selain itu sebagai wilayah baru, sangat penting untuk mengetahui bagaimana kinerja perekonomian, pola struktur pertumbuhan ekonomi baik secara wilayah (posisi relatif) maupun secara sektoral (antar sektor) dan bagaimana pula tingkat spesialisasi perekonomian di Kabupaten OKU Timur.

Berdasarkan uraian di atas, maka identifikasi dan analisis sektor maupun subsektor ekonomi potensial dalam perencanaan pembangunan Kabupaten OKU Timur, dengan melakukan perbandingan terhadap kondisi perekonomian Provinsi Sumatera Selatan sangat penting untuk dikaji secara lebih terinci, sehingga kegiatan-kegiatan ekonomi potensial Kabupaten OKU Timur dapat lebih dikembangkan. Dengan mengetahui potensi ekonomi yang layak dikembangkan, maka penyusunan perencanaan pembangunan Kabupaten OKU Timur diharapkan lebih terarah sehingga merangsang terciptanya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

(23)

1.2 Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang dan uraian sebelumnya, maka masalah-masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah:

1. Sektor dan subsektor ekonomi apa yang potensial di Kabupaten OKU Timur, berdasarkan kriteria keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, dan spesialisasi?

2. Bagaimana pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di Kabupaten OKU Timur baik secara sektoral maupun secara agregat terhadap Provinsi Sumatera Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis sektor/subsektor ekonomi potensial

di Kabupaten OKU Timur, berdasarkan kriteria keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, dan spesialisasi.

2. Mengetahui pola dan struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur baik secara sektoral maupun secara agregat terhadap Provinsi Sumatera Selatan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:

1. Melalui informasi mengenai sektor dan subsektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif,

(24)

dan spesialisasi serta berdasarkan pola dan struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur, dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kabupaten OKU Timur dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan ekonomi daerah.

2. Hasil penelitian ini dapat pula digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian serupa selanjutnya.

(25)

2.1.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pada awal pemikiran tentang pembangunan ekonomi sering ditemukan adanya pandangan yang mengidentikkan pembangunan dengan perkembangan (pertumbuhan). Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, dimana pembangunan dan pertumbuhan, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Kedua hal tersebut memiliki perbedaan prinsipil, karena masing-masing memiliki latar belakang, hakikat dan prinsip kontinuitas yang berbeda, meskipun keduanya memiliki bentuk refleksi perubahan (Bratakusumah, 2003).

Menurut Jhingan (1988), beberapa ahli ekonomi seperti Schumpeter dan Ursula Hicks, telah membuat perbedaan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan menurut Schumpeter merupakan perubahan secara spontan dan terputus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Sementara pembangunan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor nonekonomi lainnya (Mangiri, 2000). Namun seiring perkembangan dan era globalisasi seperti sekarang ini, konsep pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berjalan seiring, dimana jika terjadi pembangunan, maka pertumbuhan merupakan sisi dampak dari adanya suatu pembangunan.

(26)

Selanjutnya, dalam konteks pembangunan ekonomi daerah maka pengertian daerah (region) itu sendiri berbeda-beda tergantung pada aspek tinjauannya. Dari aspek ekonomi oleh Arsyad (1999) daerah mempunyai tiga pengertian yaitu:

1. Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi dan di dalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan per kapita, sosial budaya, geografis dan sebagainya. Daerah dalam pengertian seperti ini disebut daerah homogen.

2. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam pengertian ini disebut daerah nodal.

3. Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan sebagainya. Jadi daerah di sini didasarkan pada pembagian administrasi suatu negara. Daerah dalam pengertian seperti ini dinamakan daerah administrasi.

Berdasarkan deskripsi di atas, maka pengertian ketiga lebih banyak digunakan dalam praktek pembangunan ekonomi daerah. Wilayah daerah biasanya lebih terbuka dibandingkan dengan wilayah nasional. Pergerakan sumber daya antar daerah lebih bebas bila dibandingkan dengan pergerakan sumber daya antar negara. Hal ini dimungkinkan karena halangan berupa tarif, kuota, lisensi ekspor dapat dikatakan tanpa hambatan antar daerah.

(27)

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas peluang kerja bagi masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus bersama-sama mengambil inisiatif memanfaatkan seluruh potensi yang ada secara optimal dalam membangun daerah untuk kesejahteraan masyarakat. Sjafrizal (1997) mengatakan untuk mencapai tujuan pembangunan daerah, kebijaksanaan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Hal ini perlu diusahakan karena potensi pembangunan yang dihadapi oleh masing-masing daerah sangat bervariasi. Karena itu, bila prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka sumber daya yang ada kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal. Keadaan tersebut mengakibatkan relatif lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dikatakan berjalan jika ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi.

Terkait dengan pertumbuhan ekonomi daerah, maka teori-teori pembangunan daerah banyak membahas penggunaan alat analisis dan metode statistik dalam menganalisis perekonomian suatu daerah serta teori tentang berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Todaro (2000) mengatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, akumulasi modal yang meliputi semua bentuk dan jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun selanjutnya dengan

(28)

sendirinya membawa pertumbuhan angkatan kerja dan ketiga adalah kemajuan teknologi.

Lebih lanjut Kuznets (1999) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang ekonomi bagi penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, penyesuaian kelembagaan dan ideologi yang diperlukannya (Jhingan, 1999). Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang telah dicapai pada masa sebelumnya. Artinya perkembangan baru tercipta apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan (tingkat output) dalam perekonomian tersebut menjadi bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya.

Menurut Syafrizal (2002), teori pertumbuhan ekonomi daerah dapat dibagi atas empat kelompok besar, yang masing-masing didasarkan pada asumsi yang berbeda, sehingga memberikan kesimpulan yang berlainan pula. Kelompok pertama dinamakan sebagai export base models yang dipelopori oleh North pada tahun 1956. Dalam teori export base dijelaskan adanya perbedaan sumber daya dan keadaan geografis antara daerah, yang menyebabkan masing-masing daerah mempunyai keuntungan lokasi dalam beberapa sektor atau jenis kegiatan produksi. Keuntungan tersebut dapat dimanfaatkan menjadi kegiatan basis ekspor dan sebagai sektor potensial (sektor basis) bagi pertumbuhan ekonomi yang bersangkutan bila kegiatan tersebut dapat didorong pertumbuhannya. Untuk mengetahui keuntungan lokasi suatu wilayah, dapat dilakukan melalui studi

(29)

terhadap sumber daya alam yang terdapat di wilayah yang bersangkutan, seperti tingkat kesuburan tanah, keadaan geografis, jaringan jalan dan kualitas sumber daya manusia. Selanjutnya untuk mengetahui secara kualitatif dapat diketahui melalui teknik statistik antara lain dengan perhitungan Location Quotient.

Kelompok kedua lebih banyak berorientasi pada kerangka pemikiran neo classic. Teori ini dipelopori oleh Stein pada tahun 1964, kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman pada tahun 1965 dan Siebert pada tahun 1969. Model neo classic mendasarkan analisisnya pada fungsi produksi. Sama halnya dengan analisis pada pertumbuhan ekonomi nasional, kelompok ini berpendapat bahwa unsur-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah adalah modal, sumber daya alam, sumber daya manusia dan lalu lintas terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Kelompok ketiga menggunakan alur pemikiran ala Keynes dan menamakan pendekatannya sebagai cumulative causation models. Teori ini dipelopori oleh Myrdal pada tahun 1957 dan kemudian diformulasikan lebih lanjut oleh Kaldor pada tahun 1970. Penganut teori cumulative causation berpendapat bahwa peningkatan pemerataan pembangunan antar daerah tidak dapat hanya diserahkan pada kekuatan pasar sebagaimana yang dikemukakan oleh kaum neo classic. Bagaimanapun pemerintah perlu melakukan campur tangan secara aktif dalam bentuk program pembangunan wilayah, terutama untuk daerah yang tergolong masih terbelakang.

Kelompok keempat lazim dinamakan sebagai core periphery models yang mula-mula diajukan oleh Friedman pada tahun 1966. Kelompok core periphery

(30)

models menekankan analisisnya pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antar pembangunan kota (core) dan desa (periphery). Menurut teori ini gerak pembangunan perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa-desa di sekitarnya. Sebaliknya corak pembangunan daerah pedesaan juga sangat ditentukan oleh arah pembangunan daerah perkotaan. Dengan demikian aspek interaksi antar daerah sangat ditonjolkan.

2.1.2 Struktur Ekonomi dan Pergeseran Sektoral

Secara teoritis, struktur ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai sisi. Dumairy (1996) membagi struktur ekonomi berdasarkan empat macam sudut tinjauan. Pertama, berdasarkan tinjauan makro sektoral, yang membagi perekonomian menjadi struktur agraris (agriculture), industri (industrial) atau niaga (commerce), tergantung pada sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian suatu wilayah. Kedua, berdasarkan tinjauan keruangan (spasial), yang membagi perekonomian menjadi struktur pedesaan (tradisional) atau perkotaan (modern). Ketiga, berdasarkan tinjauan penyelenggaraan, yang menjadikan perekonomian berstruktur etatis, egaliter atau borjuis. Predikat ini tergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeran utama dalam kegiatan perekonomian suatu wilayah. Keempat, struktur ekonomi dapat dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan, yaitu struktur ekonomi yang sentralistik atau desentralistik.

Dalam kaitannya dengan struktur ekonomi suatu wilayah, Todaro (2000) mengatakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi mempunyai kaitan erat dengan

(31)

perubahan struktural dan sektoral. Beberapa perubahan komponen utama struktural ini mencakup pergeseran secara perlahan-lahan aktifitas pertanian ke sektor nonpertanian dan dari sektor industri ke sektor jasa. Suatu wilayah yang sedang berkembang proses pertumbuhan ekonominya akan tercermin dari penggeseran sektor ekonominya. Yaitu tercermin dari pergeseran sektor ekonomi tradisional dimana sektor pertanian akan mengalami penurunan di satu sisi dan peningkatan peran sektor nonpertanian di sisi lainnya.

Terkait dengan proses pembangunan daerah, maka struktur ekonomi memiliki peran penting dalam konsep pendekatan model pembangunan daerah. Sebagaimana yang dikemukakan Aziz (1994), pendekatan sektoral dalam perencanaan pembangunan daerah selalu dimulai dengan pertanyaan yang menyangkut sektor ekonomi apa yang perlu dikembangkan, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan di mana aktivitas sektor tersebut akan dijalankan dan kebijakan (strategi dan langkah-langkah) apa yang perlu diambil dalam mencapai tujuan pembangunan.

2.1.3 Teori Basis Ekonomi dan Sektor Ekonomi Potensial

Salah satu teori ekonomi yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah adalah teori basis ekspor (atau teori basis ekonomi). Menurut Arsyad (1999), teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan

(32)

menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja (job creation). Daerah mempunyai kesempatan untuk mengembangkan sumber daya yang dimiliki dengan memanfaatkan tenaga kerja yang ada termasuk dari luar daerah dalam upaya meningkatkan peluang ekspor. Lebih lanjut dalam analisisnya, teori basis ekonomi biasanya menggunakan data PDRB untuk mengidentifikasi dan menentukan sektor potensial. Apabila sektor potensial tersebut dikembangkan dengan baik akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.

Mengacu pada teori ekonomi basis tersebut maka Arsyad (2008) menjelaskan bahwa teknik location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan yaitu:

1. kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi potensial (basis);

2. kegiatan sektor ekonomi yang hanya dapat melayani pasar di daerah itu sendiri dinamakan sektor ekonomi tidak potensial (non basis) atau local industry.

Menurut Syafrizal (2002), dalam kerangka teori basis ekspor ini, diketahui bahwa peningkatan ekspor terjadi apabila suatu daerah memiliki keuntungan kompetitif (competitive advantage) yang cukup besar pada beberapa sektor ekonomi. Dijelaskan pula bahwa dengan teori basis ekspor ini, bahwa untuk

(33)

melihat besarnya keuntungan kompetitif perekonomian suatu daerah dapat dilakukan dengan penaksiran multiplier ekspor dan analisis shift share.

2.2 Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif Wilayah

Pada era otonomi daerah seperti sekarang ini, setiap daerah memiliki kebebasan dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan ekonomi wilayah. Untuk menentukan arah dan kebijakan pembangunan ekonomi di suatu daerah sangat diperlukan informasi mengenai potensi ekonomi wilayah. Potensi ekonomi wilayah dapat diketahui dengan mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan berbagai sektor maupun subsektor ekonomi di wilayah tersebut. Sektor ekonomi yang memiliki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor ekonomi lain untuk berkembang. Keunggulan perekonomian wilayah tersebut secara garis besar terdiri atas keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif (daya saing).

Istilah keunggulan komparatif (comparative advantage) mula-mula dikemukakan oleh Ricardo (1917) terkait dengan bahasan perdagangan antar dua wilayah. Ricardo membuktikan bahwa bila dua wilayah yang saling berdagang masing-masing mengkonsentrasikan diri untuk mengekspor barang yang memiliki keunggulan komparatif, maka kedua wilayah tersebut akan mendapatkan keuntungan. Ide tersebut bukan saja bermanfaat dalam perdagangan internasional tetapi juga sangat penting diperhatikan dalam ekonomi regional.

Pengetahuan terhadap keunggulan komparatif suatu daerah dapat digunakan untuk mendorong perubahan struktur ekonomi daerah ke arah sektor

(34)

yang mengandung keunggulan komparatif. Jadi, apabila sektor yang memiliki keunggulan komparatif bagi suatu daerah telah teridentifikasi maka pembangunan sektor tersebut dapat disegerakan tanpa menunggu tekanan mekanisme pasar yang sering berjalan terlambat (Tarigan, 2003).

Pada era perdagangan bebas seperti sekarang ini, keunggulan kompetitif mendapat perhatian lebih besar daripada keunggulan komparatif. Keunggulan kompetitif menunjukkan kemampuan daerah untuk memasarkan produknya ke luar daerah. Dalam analisis ekonomi regional, keunggulan kompetitif dimaknai sebagai kemampuan daya saing kegiatan ekonomi suatu daerah terhadap kegiatan ekonomi yang sama di daerah lainnya. Keunggulan kompetitif merupakan cermin dari keunggulan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah terhadap wilayah lainnya yang dijadikan benchmark dalam suatu kurun waktu (Thoha, 2000). Dalam kaitannya dengan keunggulan kompetitif, maka keunggulan komparatif suatu kegiatan ekonomi dapat dijadikan suatu pertanda awal bahwa kegiatan ekonomi tersebut punya prospek untuk juga memiliki keunggulan kompetitif. Jika suatu sektor memiliki keunggulan komparatif karena besarnya potensi sektor tersebut maka kebijakan yang diprioritaskan bagi pengembangan kegiatan ekonomi tersebut dapat berimplikasi kepada terciptanya keunggulan kompetitif. Kegiatan ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif sekaligus keunggulan kompetitif akan sangat menguntungkan perekonomian suatu wilayah.

Terkait dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, maka berdasarkan kegiatan ekonominya suatu wilayah dapat saja memiliki kedua jenis

(35)

keunggulan tersebut secara bersama-sama. Hal ini sangat dipengaruhi oleh satu atau gabungan beberapa faktor berikut ini (Tarigan, 2003);

1. Memiliki potensi sumber daya alam.

2. Penguasaan masyarakat terhadap teknologi mutakhir dan keterampilan-keterampilan khusus lainnya.

3. Aksesibilitas wilayah yang baik.

4. Memiliki market yang baik atau dekat dengan market.

5. Wilayah yang memiliki sentra-sentra produksi tertentu atau terdapatnya aglomerasi dari berbagai kegiatan ekonomi.

6. Ketersediaan buruh (tenaga kerja) yang cukup dan memiliki keterampilan baik dengan upah yang relatif rendah.

7. Mentalitas masyarakat yang baik untuk pembangunan: jujur, terbuka, bekerja keras, dapat diajak bekerja sama dan disiplin.

8. Kebijaksanaan pemerintah yang mendukung pada terciptanya keunggulan suatu kegiatan ekonomi wilayah

2.3 Spesialisasi Perekonomian

Perekonomian suatu wilayah dikatakan terspesialisasi jika suatu wilayah memprioritaskan pengembangan suatu sektor ekonomi melalui kebijakan yang mendukung kemajuan sektor tersebut (Muzamil, 2001). Pengembangan sektor prioritas tersebut dapat dilakukan melalui investasi dan peningkatan sumber daya manusia pada sektor tersebut. Spesialisasi dalam perekonomian merupakan hal penting dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dikatakan,

(36)

jika suatu wilayah memiliki spesialisasi pada sektor tertentu maka wilayah tersebut akan memiliki keunggulan kompetitif dari spesialisasi sektor tersebut (Soepono, 1993).

Beberapa ahli ekonomi mulai memperhitungkan efek spesialisasi terhadap perekonomian suatu wilayah. Menurut Kuncoro (2002), salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan keterkaitan antar wilayah adalah melalui proses pertukaran komoditas antar daerah. Hal ini dapat ditempuh melalui penciptaan spesialisasi antar daerah.

Berbagai macam alat analisis telah dikembangkan untuk melihat tingkat spesialisasi regional. Marquillas dalam Soepono (1993) memodifikasi analisis shift share klasik dengan memasukkan efek alokasi untuk melihat spesialisasi suatu sektor dalam suatu wilayah. Selanjutnya Kim dalam Kuncoro (2002) mengembangkan indeks krugman untuk melihat spesialisasi regional di Amerika Serikat.

2.4 Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah merupakan analisis yang cukup penting untuk melihat kondisi perekonomian suatu daerah. Dengan melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi dapat tergambar potensi relatif perekonomian suatu daerah baik secara agregat maupun sektoral terhadap daerah lain di sekitarnya. Untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah, para ahli ekonomi biasanya menggunakan analisis Klassen Typology.

(37)

Syafrizal (1997) mengemukakan bahwa analisis ini digunakan untuk membagi serta membedakan suatu daerah menjadi empat klasifikasi yaitu:

1. Daerah maju dan tumbuh cepat (rapid growth region) apabila kabupaten/kota memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita provinsi;

2. Daerah maju tapi tertekan (retarded region) apabila laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota lebih kecil dari pada laju pertumbuhan ekonomi provinsi akan tetapi pendapatan per kapita kabupaten/kota lebih besar dari pendapatan per kapita provinsi;

3. Daerah berkembang cepat (growing region) yaitu daerah yang berkembang dengan cepat apabila laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi provinsi akan tetapi pendapatan per kapita kabupaten/kota lebih rendah dari pendapatan per kapita provinsi;

4. Daerah relatif tertinggal (relatively backward region) apabila kabupaten/kota memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih rendah dari tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita provinsi.

Untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral dapat dilakukan melalui pendekatan analisis klassen typology seperti yang dilakukan oleh Apriliyanto (2003), dengan membedakan suatu sektor ekonomi menjadi empat klasifikasi yaitu;

(38)

1. Sektor potensial dan tumbuh cepat apabila suatu sektor memiliki laju pertumbuhan dan kontribusi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan dan kontribusi sektor yang sama pada tingkat provinsi; 2. Sektor maju tapi tertekan apabila laju pertumbuhan suatu sektor lebih

kecil dari pada laju pertumbuhan sektor yang sama pada tingkat provinsi akan tetapi kontribusinya di wilayah tersebut lebih besar dari kontribusi sektor yang sama pada tingkat provinsi;

3. Sektor berkembang cepat yaitu sektor yang berkembang dengan cepat apabila laju pertumbuhan sektor kabupaten/kota lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor pada tingkat provinsi akan tetapi strukturnya pada tingkat kabupaten/kota lebih rendah dari struktur sektor yang sama pada tingkat provinsi;

4. Sektor relatif tertinggal apabila kabupaten/kota memiliki sektor yang tingkat pertumbuhan dan kontribusinya lebih rendah dari tingkat pertumbuhan dan kontribusi sektor yang sama pada tingkat provinsi.

2.5 Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor potensial yang dilakukan di luar negeri antara lain oleh Coughlin dan Pollard di Amerika Serikat (2001). Dengan memakai alat analisis shift share dan dilanjutkan dengan perluasan dari Gazel dan Schwer, mereka membandingkan pertumbuhan ekspor industri manufaktur di berbagai negara bagian di Amerika Serikat dan faktor apa saja yang menimbulkan perbedaannya.

(39)

Hasil yang didapat adalah selama tahun 1988 sampai 1998 kinerja ekspor negara bagian menunjukkan banyak variasi yang disebabkan oleh distribusi industri dari sebagian besar negara bagian semakin serupa dengan distribusi secara nasional pada tahun penelitian. Kemiripan ekspor secara geografis mengalami sedikit perubahan, arti penting efek tujuan luar negeri mungkin menjadi lebih penting dalam kaitannya dengan efek bauran industri.

Yusuf (1999) dalam studinya menggunakan analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi potensial di Provinsi Bangka Belitung. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa perekonomian Kabupaten Bangka didominasi oleh sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, sedangkan sektor ekonomi potensial yang dapat dikembangkan terdiri atas sektor pertanian, angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. Hal serupa dilakukan juga oleh Nugraha (2003) dalam mengidentifikasi sektor ekonomi potensial di Kota Prabumulih. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor ekonomi potensial yang sesuai dengan kondisi Kota Prabumulih sebagai penghasil minyak bumi bagi Provinsi Sumatera Selatan. Disamping itu, Kota Prabumulih juga sebagai kota satelit bagi Kota Palembang sehingga sektor perdagangan, hotel dan restoran berkembang pesat.

Melalui analisis LQ yang diteliti oleh Marwa (2000) diketahui bahwa sektor basis di Provinsi Sumatera Selatan adalah sektor pertanian, pertambangan migas dan perdagangan. Namun berdasarkan analisis shift-share, sektor dan subsektor yang relatif bisa dikembangkan adalah sektor pertanian, subsektor

(40)

penggalian nonmigas, subsektor industri migas, sektor perdagangan dan sektor jasa. Kemudian Aswandi (2002), melakukan penelitian mengenai evaluasi penetapan kawasan andalan di Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam penelitiannya digunakan alat analisis LQ, tipologi klassen dan indeks spesialisasi regional. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa berdasarkan analisis tipologi klassen, dari ketiga kawasan andalan yang telah ditetapkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan hanya Kabupaten Kotabaru yang berada pada klasifikasi daerah cepat maju dan tumbuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan kawasan andalan sebagai daerah yang memiliki keterkaitan perekonomian sektoral dengan daerah lainnya masih lemah.

Selanjutnya dengan analisis shift share modifikasi Estaban Marquillas yang digunakan Saimima (2003) untuk mengetahui sektor ekonomi potensial di Kota Ambon diperoleh kesimpulan bahwa sebelum konflik, perekonomian di Kota Ambon berspesialisasi pada sektor industri pengolahan dan sektor bangunan, sedangkan sektor pertanian merupakan kegiatan ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif di Kota Ambon. Pada periode setelah konflik, hanya sektor perdagangan yang mempunyai spesialisasi namun tidak memiliki keunggulan kompetitif, sedangkan sektor pertambangan mempunyai keunggulan kompetitif yang cukup besar.

2.6 Kerangka Pikir

Model pembangunan ekonomi daerah dapat dilakukan dengan pendekatan sektoral. Pembangunan ekonomi dengan pendekatan sektoral selalu dimulai

(41)

dengan pertanyaan sektor apa yang harus dikembangkan (Aziz, 1994). Dalam penelitian ini sektor/subsektor yang harus dikembangkan disebut sebagai sektor/subsektor potensial. Untuk mengidentifikasi sektor/subsektor potensial di Kabupaten OKU Timur digunakan analisis data PDRB baik dari sisi kontribusi maupun sisi pertumbuhan. Sektor ekonomi potensial tidak dapat dilihat dari sisi pertumbuhan dan kontribusi saja.

Untuk menentukan sektor potensial perlu diperhatikan keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan spesialisasi sektor tersebut terhadap sektor yang sama pada tingkat provinsi. Untuk melihat keunggulan komparatif suatu sektor digunakan analisis location quotient, untuk melihat spesialisasi dan keunggulan kompetitif digunakan analisis shift share dan model rasio pertumbuhan, sedangkan untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral digunakan modifikasi tipologi Klassen. Penggunaan tipologi Klassen ini untuk mengklasifikasikan sektor/subsektor potensial yang merupakan gabungan keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, spesialisasi berdasarkan struktur dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur terhadap Provinsi Sumatera Selatan.

(42)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Model Pendekatan Pembangunan Ekonomi Daerah

Pendekatan sektoral

PDRB

Pertumbuhan

Sektoral (Kontribusi Sektoral)Struktur Ekonomi

Analisis Shift-Share dan MRP Analisis LQ Tipologi Klassen (Sektoral) Sektor/Subsektor Ekonomi Potensial Implikasi Kebijakan

(43)

Berdasarkan ruang lingkup lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten OKU Timur, dengan melihat keterbandingannya dalam ruang lingkup Provinsi Sumatera Selatan. Yang menjadi objek penelitian adalah sektor dan subsektor ekonomi potensial. Sektor dan subsektor ekonomi potensial tersebut merupakan kegiatan ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif dan spesialisasi di Kabupaten OKU Timur. Disamping itu juga dikaji mengenai pola dan struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur dibandingkan dengan kondisi seluruh Provinsi Sumatera Selatan. Objek penelitian diamati selama delapan tahun, yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2007. Kurun waktu selama 8 (delapan) tahun ini dilandasi oleh tersedianya data hasil perhitungan PDRB Kabupaten OKU Timur dan data PDRB Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2000 hingga tahun 2007.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi; data PDRB Kabupaten OKU Timur (tahun 2000-2007), data PDRB Provinsi Sumatera Selatan (tahun 2000-2007), baik atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK). Selain itu juga dikumpulkan data sekunder mengenai karakteristik wilayah, seperti kondisi geografis dan potensi sumber daya di Kabupaten OKU Timur. Seluruh data

(44)

sekunder tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur, baik yang berasal dari publikasi OKU Timur dalam Angka (2006 dan 2007), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) OKU Timur (2006 dan 2007) maupun data hasil kompilasi yang dikumpulkan dan dipublikasikan oleh BPS Provinsi Sumatera Selatan.

3.3 Metode Analisis

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini maka metode analisis dibagi menjadi dua bagian yaitu analisis sektor dan subsektor ekonomi potensial untuk menjawab permasalahan pertama serta analisis pola dan struktur pertumbuhan ekonomi regional untuk menjawab permasalahan kedua. Disamping itu juga dianalisis berbagai indikator turunan dari PDRB seperti, pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan pendapatan per kapita penduduk Kabupaten OKU Timur. Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB Kabupaten OKU Timur yang perhitungannya telah dipisahkan dari PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu (kabupaten induk sebelum pemekaran).

Mengacu pada metode penghitungan PDRB kabupaten/kota di Indonesia (BPS, 2003) maka metode yang digunakan dalam pemisahan PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten OKU Timur terhadap PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah dengan menggunakan metode tidak langsung atau metode alokasi (indirect method). Sedangkan untuk PDRB atas

(45)

dasar harga konstan digunakan teknik indikator tunggal dengan metode ekstrapolasi (extrapolation method).

3.3.1 Analisis Sektor Ekonomi Potensial

Secara garis besar, analisis sektor dan subsektor ekonomi potensial dalam penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi sektor dan subsektor ekonomi potensial dari sisi kontribusi PDRB (aspek keunggulan komparatif) melalui alat analisis location quotient (LQ) serta penentuan sektor dan subsektor ekonomi potensial dari sisi pertumbuhan PDRB (aspek keunggulan kompetitif) melalui alat analisis MRP dan analisis Shift-Share Estaban Marquillas (SS-EM). Khusus mengenai identifikasi dan pengaruh spesialisasi perekonomian wilayah akan dijelaskan melalui analisis Shift-Share Estaban Marquillas.

Selanjutnya setelah aspek keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan spesialisasi teridentifikasi, maka dilakukan analisis overlay yang bertujuan untuk melihat potensi sektor dan subsektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur berdasarkan gabungan dari ketiga alat analisis tersebut. Secara ringkas, metode analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang dibahas pada skripsi ini ditampilkan pada Tabel 3.1.

a. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient digunakan untuk menunjukkan besar kecilnya peranan sektor perekonomian suatu region dengan membandingkan sektor yang sama pada wilayah yang lebih besar. Metode ini digunakan untuk

(46)

mengidentifikasi sektor ekonomi potensial yang menjadi unggulan yang dapat dikembangkan pada suatu wilayah dan dipergunakan untuk mengidentifikasi keunggulan komparatif (comparative advantage) suatu wilayah (Thoha dan Soekarni, 2000).

Tabel 3.1. Ringkasan Alat (Metode) dan Kegunaan Analisis Penelitian

Alat Analisis Tujuan/kegunaan Digunakan Data yang 1. Analisis Location Quotient (LQ) 2. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) 3. Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-Marquillas 4. Analisis Overlay

5. Analisis Pola dan Struktur

Pertumbuhan Ekonomi

Menunjukkan besar kecilnya peranan dan mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial (sektor basis), yang memiliki comparative advantage di suatu region.

Mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan PDRB (competitive

advantage)

Mengidentifikasi competitive advantage dan mengetahui tingkat spesialisasi perekonomian di suatu region

Kelanjutan dari analisis LQ dan MRP bertujuan untuk memperoleh deskripsi ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan ( RPs dan RPr) dan kontribusi .

Mengetahui potensi relatif

sektor/subsektor Kabupaten OKU Timur terhadap kabupaten/kota lain se Provinsi Sumatera Selatan dengan bantuan analisis

Klassen Typology.

Pengolahan data PDRB ADHB Kab. OKU Timur dan Prov. Sumsel (kontribusi sektoral)

Pengolahan data PDRB ADHK Kab. OKU Timur dan Prov. Sumsel (rata-rata pertumbuhan)

Pengolahan data PDRB ADHK Kab. OKU Timur dan Prov. Sumsel (rata-rata pertumbuhan) Pengolahan lanjutan dari LQ, MRP dan Shift

Share

Pengolahan lanjutan dari LQ, MRP, Shift

Share dan overlay

Penelitian ini menggunakan metode yang mengacu pada formulasi yang dikemukakan oleh Arsyad (1999).

(47)

Yi,k / Yi,p

LQ = ….……….….………...… (1) Yk / Yp

Keterangan;

Yi,k : Nilai tambah PDRB sektor i di Kabupaten OKU Timur Yk : Total PDRB di Kabupaten OKU Timur

Yi,p : Nilai tambah PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Selatan Yp : Total PDRB di Provinsi Sumatera Selatan

Dari hasil analisis Location Quotient (LQ) maka didapat kesimpulan: 1. Jika nilai LQ > 1, berarti sektor tersebut merupakan sektor potensial,

yang menunjukkan suatu sektor mampu melayani pasar baik di dalam maupun di luar Kabupaten OKU Timur;

2. Jika nilai LQ < 1, berarti sektor tersebut bukan merupakan sektor potensial, yang menunjukkan suatu sektor belum mampu melayani pasar di Kabupaten OKU Timur;

3. Jika nilai LQ = 1, berarti suatu sektor hanya mampu melayani pasar di Kabupaten OKU Timur saja atau belum dapat memasarkan hasil sektor tersebut ke luar daerah lain.

b. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Selain alat analisis LQ yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria kontribusi PDRB, alat analisis lain dirasakan penting dipergunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur. Hal ini mengacu kepada rekomendasi Yusuf (1999), yang menganjurkan untuk menggunakan lebih dari satu alat analisis dalam mengidentifikasi sektor ekonomi potensial di suatu

(48)

wilayah. Oleh karena itu, analisis MRP turut digunakan untuk menganalisis sektor dan subsektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan PDRB Kabupaten OKU Timur.

MRP adalah kegiatan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam skala yang lebih kecil maupun dalam skala yang lebih luas. Dalam analisis MRP terdapat dua macam rasio pertumbuhan, yaitu:

1. Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) merupakan perbandingan antara pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Kabupaten OKU Timur dengan pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Provinsi Sumatera Selatan.

2. Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr) perbandingan rata-rata pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Provinsi Sumatera Selatan dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan (PDRB) di Provinsi Sumatera Selatan.

Analisis MRP ini merupakan modifikasi dari komponen proportional shift dan differential shift dalam analisis shift-share (Yusuf, 1999). Komponen proportional shift dan differential shift yang dalam analisis shift-share Estaban Marquillas disimbolkan dengan Mij dan Cij ini memberikan nilai perubahan baik

pengurangan maupun penambahan PDRB. Dengan demikian, Mij dan Cij

menunjukkan perubahan nilai yang besar (bukan rasio). Melalui modifikasi maka akan didapat nilai yang lebih besar, lebih kecil atau sama dengan 1 (rasio).

Formulasi dari RPs dan RPr yang merupakan penurunan dari persamaan sebagai berikut (Yusuf, 1999):

(49)

1. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr): ij n n n i in ij E E E E E M      − = ……….…………...……... (2)       − = n in in n n in n in ij ij E E E E E E E E E M ……….….……. (3) n n n in n in ij ij E E E E E E E M       − = 1 ………...…….…… (4) n n in in n in n in ij n ij n E E E E E E E E E E M E = = +1 ………..………..……….… (5)

Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) =

n n in in E E E E ……. (6) 2. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS) :

ij in in ij ij ij E E E E E C         − = ……….……….……….….…... (7) in ij in ij ij E E E E C = − …….…………..………….……..…....…... . (8) in ij in ij in in ij ij E E E 1 E E E E C         − = ………...………..….... (9) in in ij ij ij in in ij ij in ij in E E E E E E E E E E C E = = +1 …….………...…... (10)

Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS) =

n n ij ij E E E E ….….… (11) dimana : ∆Eij = Eij,t - Eij …………..…………...………..………..…….… (12) ∆Ein = Ein,t - Ein …………..…………...……….….….… (13) ∆En = En,t – En …………..…………...……….… (14) Keterangan:

∆Eij : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur Eij,t : PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur pada tahun

(50)

∆Ein : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Provinsi Sumatera Selatan. Ein,t : PDRB sektor (subsektor) i di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun

akhir analisis.

∆En : Perubahan PDRB Provinsi Sumatera Selatan.

En,t : Total PDRB tahun akhir analisis di Provinsi Sumatera Selatan Mij : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur

yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan sektor (subsektor) i di Provinsi Sumatera Selatan

Cij : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur yang disebabkan oleh keunggulan kompetitif sektor (subsektor) tersebut di Kabupaten OKU Timur.

c. Analisis Shift-Share

Untuk mengkaji kinerja berbagai sektor ekonomi yang berkembang di suatu daerah dan membandingkannya dengan perekonomian regional maupun nasional digunakan teknik analisis Shift-Share. Dengan teknik ini, selain dapat mengamati penyimpangan dari berbagai perbandingan kinerja perekonomian antar wilayah, maka keunggulan kompetitif (competitive advantage) suatu wilayah juga dapat diketahui melalui tenik analisis Shift-Share ini (Thoha dan Soekarni, 2000).

Metode analisis shift share diawali dengan mengukur perubahan nilai tambah bruto atau PDRB suatu sektor-i di suatu region-j (Dij) dengan formulasi (Soepono, 1993): Dij = Nij + Mij + Cij ……….………..………..….. (15) di mana: Nij = Eij. rn …..………...………. (16) Mij = Eij (rin - rn) ...……..……….……..…….. (17) Cij = Eij (rij – rin) ….…..……….…………..……..…….. (18)

Dari persamaan (16) sampai (18), rij mewakili pertumbuhan

sektor/subsektor-i di Kabupaten OKU Timur, sedangkan rn dan rin masing-masing laju pertumbuhan agregat Provinsi Sumatera Selatan dan pertumbuhan

(51)

sektor/subsektor i Provinsi Sumatera Selatan, yang masing-masing dapat didefinisikan sebagai berikut:

rij = (Eij,t – Eij)/Eij …...…..………..………....……….. (19) rin = (Ein,t – Ein)/Ein …………..…...………..………....…..……... (20) rn = (En,t - En)/En ………..…………..……..……….……... (21) Keterangan;

Di,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur

Ni,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan.

Mi,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan sektor (subsektor) i Provinsi Sumatera Selatan.

Ci,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur yang disebabkan oleh keunggulan kompetitif sektor (subsektor) tersebut di Kabupaten OKU Timur.

Eij : PDRB sektor i di Kabupaten OKU Timur tahun awal analisis Ein : PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Selatan tahun awal analisis En : PDRB total di Provinsi Sumatera Selatan tahun awal analisis Eij,t : PDRB sektor i di Kabupaten OKU Timur tahun akhir analisis Ein,t : PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Selatan tahun akhir analisis En,t : PDRB total di Provinsi Sumatera Selatan tahun akhir analisis

Persamaan (19) sampai (21) juga menunjukkan bahwa peningkatan nilai tambah suatu sektor di Kabupaten OKU Timur (Dij) dapat diuraikan (decompose) menjadi 3 faktor berpengaruh, yaitu (Syafrizal, 2008):

1. Regional Share (Nij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh faktor luar yaitu; peningkatan kegiatan ekonomi daerah akibat kebijaksanaan nasional atau provinsi yang berlaku pada seluruh daerah.

2. Proportional Shift (Mij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang baik, yaitu berspesialisasi pada sektor yang pertumbuhannya cepat secara nasional atau provinsi.

Gambar

Tabel 1.1  PDRB atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten OKU Timur  Tahun 2002-2007 (dalam Jutaan Rupiah)
Tabel 1.2  PDRB ADHK Kabupaten OKU Timur Tahun 2002-2007 (dalam  Jutaan Rupiah)
Gambar 2.1    Kerangka Pikir Penelitian
Tabel  3.1. Ringkasan Alat (Metode) dan Kegunaan Analisis Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alam sebagai Rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang harus dapat dimanfaatkan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak,.dan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembuangan limbah ke sumber air

DNA markers tested in this study included Randomly Amplified Polymorphic DNA (RAPD), Amplified Fragment Length Polymorphism (AFLP), Target Region Amplification Polymorphism

Dengan mendasarkan pada konteks sosial, sistem pemerintahan dan filsafat, maka dapat diidentifikasi kriteria demokrasi yang berlaku di Yunani Kuno sebagai

(1996) pada dasarnya sebuah robot bawah laut yang dikendalikan oleh operator ROV, untuk tetap dalam kondisi yang aman, pada saat ROV bekerja di lingkungan yang berbahaya [11]..

Pada bulan Januari – Februari, ada kategori yang mengalami peningkatan jumlah pangaduan, yaitu Network Incident dan Spam Komplain. Jumlah Network Incident pada bulan Januari

Variabel ukuran KAP secara parsial atau

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar Nomor 2 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar ( Lembaran daerah Kabupaten

Pada intinya, peningkatan kompetensi professional guru melalui supervisi akademik di SMP Negeri 1 Lolowau masih tergolong kurang, sehingga masih perlu dilakukan