• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLAKUAN PEMBEBASAN BERDASARKAN HUBUNGAN DIAMETER BATANG DAN JARAK POHON PESAING DALAM SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERLAKUAN PEMBEBASAN BERDASARKAN HUBUNGAN DIAMETER BATANG DAN JARAK POHON PESAING DALAM SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PERLAKUAN PEMBEBASAN BERDASARKAN HUBUNGAN

DIAMETER BATANG DAN JARAK POHON PESAING DALAM

SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR

MUHAMAD RIZKY JAMALUDIN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perlakuan Pembebasan berdasarkan Hubungan Diameter Batang dan Jarak Pohon Pesaing dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013 Muhamad Rizky Jamaludin NIM E44090086

(4)

ABSTRAK

MUHAMAD RIZKY JAMALUDIN. Perlakuan Pembebasan Berdasarkan Hubungan Diameter Batang dan Jarak Pohon Pesaing dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur. Dibimbing oleh PRIJANTO PAMOENGKAS.

Pemeliharaan tanaman jalur pada sistem tebang pilih tanam jalur (TPTJ) secara intensif dapat meningkatkan produktivitas kayu. Pelebaran jalur tanam dilakukan untuk meningkatkan cahaya masuk, sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara diameter batang dan jarak pohon, serta diameter batang dan diameter tajuk sebagai dasar dalam perlakuan pembebasan tanaman pesaing pada sistem TPTJ. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pendekatan diameter dan jarak pohon pesaing dapat dijadikan sebagai salah satu teknik pembebasan vertikal. Persamaan korelasi antara kedua variabel tersebut adalah “X = 3.567 – 0.797 Dbh + 0.121 Dbh2 – 0.004 Dbh3”. Pendekatan diameter batang dan diameter tajuk tidak dapat dijadikan sebagai teknik pembebasan vertikal. Persamaan korelasi antara kedua variabel tersebut adalah “Cda = 2.535 – 0.031 Dbh + 0.050 Dbh2 – 0.002 Dbh3”. Berdasarkan hasil penelitian, pancang yang diukur dengan dbh 5–9 cm yang terletak 1–2.5 m dari pusat subplot dilakukan penebangan. Pada tingkat tiang dengan dbh ≥10 cm yang terletak 3–5 m dari titik pusat dilakukan peneresan.

Kata kunci: pembebasan vertikal, pemeliharaan tanaman, TPTJ ABSTRACT

MUHAMAD RIZKY JAMALUDIN. The Plant Liberation Based on The Correlation Between Stem Diameter and Distance of Trees Competitor in Selective Cutting Line Planting System. Supervised by PRIJANTO PAMOENGKAS.

Tending of line planting in the selective cutting and line planting system must be managed intensively to improve productivity. The widening of planting line is aimed to increase the light intensity to increase plant growth. The objectives of the research are to determine the correlation between stem diameter and trees distance, as well the correlation between stem and crown diameter as the basic of the plant liberation. The result of regression analysis showed that the approach of stem diameter and distance of competitor trees is one of the vertical technique for widening line planting. The equation result between stem diameter and distance among the trees is “X = 3.567 – 0.797 dbh + 0.121 dbh2 – 0.004 dbh3”, this equation can be used as a basic for silvicultural treatment. The equation between stem diameter and crown diameter is “Cda = 2.535 – 0.031 dbh + 0.0498 dbh2 – 0.002 dbh3”, this equation can’t be used as a basic for silvicultural treatment. Based on the research, the growth level of saplings which have diameter 5–9 cm dbh and located 1–2.5 m from the center of subplots would be felt. At the level of pole or trees which have diameter ≥10 cm and located 3–5 m from the center would be girdling.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PERLAKUAN PEMBEBASAN BERDASARKAN HUBUNGAN

DIAMETER BATANG DAN JARAK POHON PESAING DALAM

SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR

MUHAMAD RIZKY JAMALUDIN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(6)
(7)

Judul Skripsi : Perlakuan Pembebasan Berdasarkan Hubungan Diameter Batang dan Jarak Pohon Pesaing dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur

Nama : Muhamad Rizky Jamaludin NIM : E44090086

Disetujui oleh

Dr Ir Prijanto Pamoengkas, MScF Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah perlakuan pembebasan, dengan judul: Perlakuan Pembebasan Berdasarkan Hubungan Diameter dan jarak Pohon Pesaing dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Prijanto Pamoengkas MScF selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Edi selaku staf LITBANG Kehutanan Bogor atas masukan dan pelajaran hidup yang diberikan, Bapak Dadi Kristandi Yodha Shut, Bapak Sofwan Nadi Amd, Bapak Purnomosidi Amd, Bapak Ade Taufik Rahman Amd, Bapak Harry Suseno Amd, bang Melek, bang Albi, bang Idir dan bang Yono beserta seluruh staf PT. Suka jaya Makmur dan sahabat tercinta Akbar Hidayat, Lilla Mutia, Gusti Dianda Sari, yang telah membantu selama pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak (alm), umi, serta seluruh keluarga, teman-teman Fakultas Kehutanan IPB pada umumnya dan sahabat Silvikultur 46 IPB pada khusunya atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013 Muhamad Rizky Jamaludin

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Bahan 2

Alat 2

Metode Pengumpulan Data 3

Penentuan Peletakkan Plot Sampling 3

Luas Bidang Dasar 4

Pengukuran Penutupan Tajuk 4

Pengukuran Diameter Tajuk 5

Analisis Data 5

Prosedur Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Penelitian 5

Hubungan Diameter Batang dan Jarak Pohon 9

Hubungan Diameter Batang dan Diameter Tajuk 10

Luas Bidang Dasar 11

Persentase Tutupan Tajuk 11

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 15

(10)

DAFTAR TABEL

1 Pedoman interprestasi terhadap koefisien korelasi 5 2 Kondisi penutupan vegetasi dan fungsi hutan areal IUPHHK PT. Suka

Jaya Makmur 7

3 Luas PT. Suka Jaya makmur berdasakan kelerengan 7 4 Curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di Areal IUPHHK PT.

Suka Jaya Makmur 8

5 Luas bidang dasar (LBDS) pada tingkat pohon 11

DAFTAR GAMBAR

1 Petak pengamatan 3

2 Sebaran data hubungan diameter pohon dan jarak pohon 9 3 Sebaran data pengamatan hubungan diameter pohon dan diameter tajuk 10 4 Tutupan tajuk sebelum dan setelah penebangan 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perlakuan silvikultur berdasarkan hubungan diameter pohon dan jarak

pohon 15

2 Hasil analisis kecocokan model (Sequential Analysis of Variance) berdasarkan hubungan diameter batang dan jarak pohon 18 3 Hasil analisis kecocokan model (Sequential Analysis of Variance)

berdasarkan hubungan diameter batang dan diameter tajuk 18 4 Peta administrasi dan areal kerja PT. Suka Jaya Makmur 19

(11)

1 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan memiliki peranan yang sangat penting untuk kehidupan manusia, yaitu sebagai penghasil barang maupun jasa. Dalam perkembangannya, dinamika hutan dan kehutanan di Indonesia masih jauh dari harapan. Laju deforestasi yang masih tinggi mengakibatkan penurunan jumlah luasan hutan di negara ini secara signifikan dan angka tersebut akan terus meningkat jika tidak ada langkah pencegahan maupun pertahanan fungsi hutan. Menurut Pamoengkas (2010) dalam Parindra (2011), kondisi tersebut menyebabkan arah pembangunan kehutanan terfokus pada rehabilitasi hutan, yaitu pengelolaan hutan bekas tebangan dan pembangunan hutan tanaman dengan tetap mengedepankan asas-asas kelestarian hutan.

Pelaksanaan rehabilitasi hutan membutuhkan input yang ekstra, karena penekanan output dari hasil hutan berupa kayu sangat tinggi seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertambahan penduduk. Peningkatan permintaan akan kayu dapat diimbangi dengan upaya peningkatan produktivitas kayu yang dihasilkan dengan pengelolaan hutan secara lestari. Departemen Kehutanan mengeluarkan kebijakan dalam kegiatan pengusahaan yang harus dilakukan oleh para pengusaha pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) yaitu adanya sistem silvikultur dalam kegiatan pembalakan hutan untuk mendapatkan hasil yang lestari.

Sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) merupakan salah satu pilihan dalam pengelolaan hutan yang diperkirakan dapat meningkatkan produktivitas hutan melalui penanaman dengan sistem jalur (Pamoengkas 2006). Pemeliharaan tanaman jalur pada sistem tebang pilih tanam jalur secara intensif dapat meningkatkan produktivitas kayu, maka dari itu diperlukan pelebaran jalur tanam dalam rangka meningkatkan cahaya masuk guna mendukung pertumbuhan tanaman.

Pelebaran jalur tanam yang biasa dilakukan dalam penerapan sistem silvikultur TPTJ adalah pelebaran jalur tanam secara gradual hingga mencapai 6– 7 meter pada akhir tahun ke-3. Tindakan tersebut sudah terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jalur secara signifikan, namun terdapat kelemahan dari pelebaran jalur tanam tersebut yaitu memerlukan sumberdaya manusia yang handal dan penerapan di lapangan kurang sistematis.

Perbaikan terhadap pelebaran jalur tanam tersebut dapat diminimalisir dengan melakukan uji coba melalui pendekatan baru dalam pelebaran jalur tanam melalui pembebasan vertikal berdasarkan hubungan diameter batang dan jarak pohon pesaing. Penelitian dalam bidang ini sangat perlu dilakukan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan pembebasan tanaman pesaing pada sistem TPTJ agar mempermudah penerapan di lapangan sehingga lahan dapat termanfaatkan secara optimal berdasarkan kebutuhan tanaman akan ruang dan sumberdaya yang meningkat sejalan dengan pertumbuhannya.

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara diameter batang dan jarak pohon pesaing, serta diameter batang dan diameter tajuk sebagai dasar dalam perlakuan pembebasan tanaman pesaing pada sistem tebang pilih tanam jalur.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu diperolehnya informasi mengenai hubungan antara diameter batang dan jarak pohon pesaing serta diameter pohon dan diameter tajuk sebagai dasar dalam perlakuan pembebasan tanaman pesaing dalam sistem TPTJ. Informasi ini diharapkan dapat membantu pihak pengelola hutan dalam merencanakan dan mengembangkan sistem TPTJ di areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Selain itu informasi ini dapat mendukung upaya pemeliharaan yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman pokok dan menjaga keseimbangan ekosistem hutan.

METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan Penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu pada Bulan April 2013. Lokasi penelitian dilakukan pada areal hutan produksi perusahaan pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat.

Bahan

Bahan atau objek penelitian ini adalah areal hutan setelah penebangan dengan sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dari berbagai umur tanam. Umur tanam yang diamati pada penelitian ini yaitu umur 6 tahun (RKT 2006), umur 5 tahun (RKT 2007), umur 4 tahun (RKT 2008), umur 3 tahun (RKT 2009) dan umur 2 tahun (RKT 2010).

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini antara lain adalah peta kerja, pita meter, pita diameter (phiband), GPS (Global Positioning System) meteran jahit, spiracle densiometer, kompas, tally sheet dan kamera digital serta seperangkat komputer yang dilengkapi dengan aplikasi Microsoft Excel 2007 dan Minitab 16 untuk pengolahan data.

(13)

3 Metode Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer melalui pengukuran langsung di lapangan, seperti jenis pohon, pengukuran diameter tajuk, pengukuran penutupan tajuk, pengukuran diameter pohon dan pengukuran jarak pohon dalam jalur dengan pohon pesaing yang berada di dalam plot pengamatan. Data sekunder yang digunakan meliputi Standar Operating Procedure sistem silvikultur TPTJ dan luas bidang dasar (LBDS).

Penentuan Peletakan Plot Sampling

Pada lokasi penelitian dibuat suatu petak pengamatan dengan ukuran petak 100 x 100 m2 pada umur 6 tahun (RKT 2006), umur 5 tahun (RKT 2007), umur 4 tahun (RKT 2008), umur 3 tahun (RKT 2009) dan umur 2 tahun (RKT 2010). Pada masing-masing petak pengamatan tersebut dibuat sub-plot contoh berukuran 20 x 20 m2 dan di dalam sub-plot contoh dibuat circular area (r = 5 m) dan inner circle (r = 2.5 m). Desain petak pengamatan dilapangan dimodifikasi dari penelitian yang dikembangkan oleh (Romell et al. 2009) adalah sebagai berikut: Lebar jalur antara = 17 meter Lebar jalur tanam = 3 meter

(14)

4

Keterangan:

A = inner circle untuk tingkat tiang dan pohon (r = 2.5 meter) B = circular area untuk tingkat pancang (r= 5 meter)

Pada inner circle dilakukan pengukuran terhadap pancang yang memiliki diameter 5–9 cm dengan jari-jari 2.5 meter. Pada circular area pengukuran terhadap tiang dengan diameter 10–19 cm dan pohon dengan diameter ≥ 20 cm dengan jari-jari 5 meter. Pengukuran jarak datar antara tanaman pokok dengan tanaman pesaing dalam plot dilakukan dengan menggunakan pita meter, sedangkan diameter pohon diukur pada ketinggian 1.3 m di atas permukaan tanah.

Luas bidang dasar (LBDS)

Luas bidang dasar (LBDS) adalah rasio antara luas penampang diameter tegakan dari sejumlah pohon per satuan luas. Diameter pohon digunakan sebagai pertumbuhan luas bidang dasar (basal area) yang berguna untuk mengetahui pertumbuhan pohon dan diukur pada subplot (Cline 1995). Pertumbuhan luas bidang dasar (LBDS) per hektar diperhitungkan sebagai hasil dari perubahan seluruh LBDS pohon-pohon yang hidup dalam suatu plot. Perumusan yang digunakan untuk menghitung nilai luas bidang dasar per hektar adalah:

B = ¼ x π x d2 Keterangan :

B = nilai luas bidang dasar per hektar d = diameter pohon setinggi dada (dbh)

Pengukuran Penutupan Tajuk

Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan densiometer pada jarak 30–45 cm dari badan dengan ketinggian sejajar lengan. Masing-masing kotak dihitung persentase bayangan langit yang dapat tertangkap pada cermin dengan pembobotan. Terbuka penuh memiliki bobot 4 (100%), bobot 3 (75%), bobot 2 (50%), bobot 1 (25%), bobot 0 (tidak ada bayangan langit yang bisa dilihat)

Data pengukuran masing-masing titik selanjutnya dijumlahkan dan merupakan nilai pada titik. Bobot rata-rata pada masing-masing plot dihitung dengan rumus:

Ti = t1 + t2 + t3 + ... Tn N

Ti : Keterbukaan tajuk

Tn : Bobot pada masing-masing titik pengukuran N : Jumlah titik pengukuran

Persentase penutupan tajuk (t) pada masing-masing lokasi dihitung dengan rumus: t = 100-ti. Pengukuran penutupan tajuk pada penelitian ini dilakukan pada keadaan sebelum dan setelah penebangan.

(15)

5 Pengukuran Diameter Tajuk

Diameter tajuk merupakan nilai rata-rata dari pengukuran panjang dan lebar tajuk pohon yang bersangkutan. Diameter tajuk terdiri atas dua pengukuran yaitu panjang tajuk (CdWd – Crown Diameter Width) dan lebar tajuk (CD90 – Crown Diameter at 90º). Pengukuran panjang tajuk (Crown diameter width) dilakukan dengan cara mengukur jarak terlebar tajuk beserta azimuth, pengukuran lebar tajuk pohon (Crown diameter at 900) dilakukan dengan cara mengukur jarak terpendek tajuk beserta azimuth dengan back azimuth 900 dari Crown diameter width. Diameter tajuk diperhitungkan hingga ketelitian 10 cm (Cline 1995).

Prosedur Analisis Data

Analisis Regresi

Analisis regresi dilakukan dengan menggunakan program minitab 16. Persamaan regresi yang digunakan untuk menggambarkan hubungan jarak pohon dan diameter batang adalah sebagai berikut (Romell et al. 2009):

X = α0 + α1 Dbh + α2 Dbh 2 + α3 Dbh 3 ... (1)

Keterangan:

Dbh : Diameter batang setinggi dada (cm) X : Jarak pohon (m)

α0 : Konstanta α1, α2, α3 : Koefisien regresi

Persamaan regresi yang digunakan untuk menggambarkan hubungan diameter tajuk dan diameter batang adalah sebagai berikut (Sumadi dan Siahaan 2011):

Cda = α0 + α1dbh + α2 dbh2 + α3 dbh3 ... (2) Keterangan:

dbh : Diameter batang setinggi dada (cm) Cda : Diameter tajuk (m)

α0 : Konstanta α1, α2 , α3 : Koefisien regresi

Tingkat keeretan hubungan menggunakan klasifikasi dari Sugiyono (2011) yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Pedoman interprestasi terhadap koefisien korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan

0.00–0.199 Sangat rendah

0.20–0.399 Rendah

0.40–0.599 Sedang

0.60–0.799 Kuat

0.80–1.000 Sangat kuat

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Wilayah Penelitian Letak, Luas dan Keadaan Wilayah

Berdasarkan Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan No. 106/KPTS-II/2000 tanggal 29 Desember 2000, PT Suka Jaya Makmur diberi kepercayaan untuk mengusahakan areal hutan seluas 171 340 ha yang terletak di Kelompok Hutan S. Pesaguan, S. Tayap dan S. Biya Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan SK IUPHHK No. 106/KTSP-II/2000 maka luas Hutan Produksi Terbatas seluas 158 340 ha dan Hutan Produksi Tetap seluas 13 000 ha. Menurut pembagian wilayah administrasi pemerintahan, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur meliputi Kecamatan Tumbang Titi, Nanga Tayap, Sandai, Matan Hilir Selatan dan Sokan, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat.

Berdasarkan pembagian administrasi kehutanan, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk kedalam wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Ketapang dan Sintang Selatan, Dinas kehutanan Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan pembagian kesatuan wilayah daerah aliran sungai (DAS) areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk kedalam wilayah DAS Pawan sub DAS Pesaguan (sub-sub DAS Pending, (sub-sub-(sub-sub DAS Burung), (sub-sub DAS Kerabai, (sub-sub DAS Tayap dan sub DAS Pinoh. Secara geografis, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur merupakan areal kompak yang terletak diantara 110˚20’ BT – 111˚20’ BT dan 01˚20’ LS – 01˚55’ LS. Selain batas geografis, terdapat juga batas-batas persekutuan yaitu sebelah utara berbatasan dengan HPH PT. Wanasokan Hasilindo, sebelah timur berbatasan dengan hutan lindung dan hutan negara, sebelah selatan berbatasan dengan HPH PT. Wanakayu Batuputih dan Sebelah Barat berbatasan dengan HPH PT. Tri Eka Sari dan PT. Kawedar Mukti.

Geologi dan Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Geografi Provinsi Kalimantan Barat, diketahui bahwa batuan yang terdapat pada areal unit hutan produksi PT. Suka Jaya makmur adalah Basal Bunga, batuan gunung api Kerabai, Granit Laur, Granit Sangiyang dan Granit Sukadana. Formasi-formasi tersebut mengandung sedikit kadar magnetik yang merupakan peleburan dari sisa-sisa letusan gunung api. Pada areal hutan produksi ini tidak terdapat tambang. Sesuai dengan peta tanah Provinsi Kalimantan Barat, jenis tanah yang terdapat pada areal pengusahaan hutan PT. Suka Jaya Makmur hampir seluruhnya terdiri atas tanah podsolik merah kuning. Kondisi Vegetasi Hutan

Kawasan hutan pada areal kerja PT. Suka Jaya Makmur termasuk tipe hutan hujan tropis basah yang didominasi oleh jenis-jenis Dipterocarpaceae antara lain meranti kuning, meranti merah, melapi, keruing, medang, sawang, benuang, kempas, mersawan dan jenis-jenis komersil lainnya. Berdasarkan peta Paduserasi (RTRWP & TGHK) Provinsi Kalimantan Barat dan peta penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Barat areal PT. Suka Jaya Makmur seluas 171 340 ha terdiri dari Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 153 185 ha dan Hutan Produksi tetap (HP) seluas 18 175 ha. Hasil pengukuran luas secara

(17)

7 planimetris pada foto Citra Landsat liputan tahun 2009 skala 1:100 000 luas areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur 171 340 ha, dengan kondisi penutupan lahan (vegetasi) yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kondisi penutupan vegetasi dan fungsi hutan areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur No Penutupan Lahan Fungsi Hutan (ha) Buffer Zone HL Jumlah Persen (%) HPT HP 1 Hutan Primer 2 474 25 320 3 180 31 174 18.19 2 Hutan Bekas Tebangan 13 826 105 746 6 807 126 379 73.76 3 Non Hutan 1 475 2 950 - 4 425 2.58 4 Tertutup Awan 1 569 7 420 373 9 362 5.47 Jumlah 19 344 141 436 10 360 171 340 100.00

Sumber: PT. Suka Jaya Makmur tahun 2009.

Topografi

Topografi areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur umumnya bergelombang, datar dan landai hingga agak curam dengan persentase kemiringan lapangan yang dapat dilihat pada Tabel 3. Areal tersebut memiliki ketinggian minimum 300 m dpl dan maksimum 700 m dpl, dengan rata-rata ketinggian 500 m dpl.

Tabel 3 Luas PT. Suka Jaya Makmur berdasakan kelerengan

Klasifikasi Kelerengan Luas (ha) Persentase (%)

Datar 0-8 35 726.02 20.85 Landai 8-15 26 883.34 15.69 Bergelombang 15-25 65 744.38 38.72 Curam 25-40 35 529.57 20.74 Sangat Curam >40 7 456.69 4.00 Jumlah 171 340.00 100.00

Sumber: Peta topografi PT. Suka Jaya Makmur.

Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1952) kondisi iklim di areal IUPHHK PT. Suka Jaya makmur termasuk tipe iklim A, dengan curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 1 500–3 000 mm/tahun. Hasil pengukuran curah hujan dan hari hujan rata-rata distasiun pengamatan cuaca terdekat dengan areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur (Stasiun Pengamatan Cuaca Tumbang Titi) dapat dilihat pada Tabel 4.

(18)

8

Tabel 4 Curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur

Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan

Januari 203 11.5 Februari 212 8.9 Maret 232 9.4 April 248 10.4 Mei 237 9.2 Juni 189 6.4 Juli 147 5.1 Agustus 156 5.7 September 219 6.9 Oktober 314 9.5 November 315 10.9 Desember 289 12.4 Jumlah 2 761 184.1 Rata-rata 230 8.7

Sumber: Badan meteorologi Kabupaten Ketapang tahun 2007.

Aksesibilitas

Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur memiliki tingkat aksesibilitas yang cukup tinggi. Untuk menuju base camp IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur secara umum melalui Ketapang. Dari ketapang ke base camp, dapat melalui 2 macam jalan:

1. Jalan darat yang melalui ruas jalan Ketapang-Siduk (60 km), Siduk-desa Sei Kelly (61 km) dan desa Sei Kelly-Base Camp (37 km),

2. Jalan air melalui Sungai Pawan antara Ketapang- Log Pond di desa Sel Kelly (± 3 jam) dan jalan darat antara Log Pond-Base Camp (38 km). Perjalanan kesetiap blok tebangan dapat melalui jalan darat yang berupa jalan pengerasan yang keadaannya baik, sedangkan didalam blok banyak terdapat jalan tanah yang dalam rencana akan dikembangkan menjadi jalan cabang maupun jalan induk.

Lapangan udara Rahadi Oesman di Ketapang adalah lapangan udara yang terdekat dengan areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur. Lapangan udara tersebut untuk pendaratan pesawat jenis twin Otter dari Pontianak maupun Jakarta. Hubungan antara Ketapang dan Pontianak dilaksanakan oleh Perusahaan Penerbangan merpati air line (MNA) dan dirgantara air service (DAS) dengan frekuensi 3 kali sehari, sedangkan dari Jakarta hanya dilayani oleh MNA dengan frekuensi 3 kali seminggu. Pelabuhan laut juga terdapat di Ketapang yang dapat disinggahi oleh jenis kapal untuk pelayaran Samudra Nusantara, lokal rakyat dan khusus.

Hubungan Pos dan Telekomunikasi yang terdapat di Ketapang berupa telepon saluran langsung jarak jauh (SLJJ), sedangkan hubungan antara kampung dengan kampung yang lain atau kampung dengan Kecamatan dan sebaliknya dilaksanakan dengan sistem kurir.

(19)

9

Diameter batang (cm)

Hubungan Diameter Batang dan Jarak Pohon

Sebaran data pengamatan hubungan diameter batang dan jarak pohon pesaing dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Sebaran data hubungan diameter batang dan jarak pohon

Persamaan (1) “X = 3.567 – 0.797 dbh + 0.121 dbh2 – 0.004 dbh3” merupakan persamaan cubic yang menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 63.4% artinya varians yang terjadi pada variabel jarak pohon pesaing sebesar 63.4% dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel diameter batang, atau jarak pohon pesaing 63.04% ditentukan oleh besarnya diameter batang, dan sisanya sebesar 36.6% varian diameter batang diterangkan oleh variabel lain. Berdasarkan Tabel 1, persamaan cubic yang menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 63.4% memiliki tingkat hubungan yang kuat, artinya variabel diameter batang memiliki tingkat hubungan yang kuat terhadap variabel jarak pohon pesaing. Berdasarkan uji kecocokan model (Sequential Analysis of Variance) persamaan (1) “X = 3.567 – 0.797 dbh + 0.121 dbh2 – 0.004 dbh3” dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan perlakuan pembebasan vertikal, karena model tersebut memiliki p-value (0.000) < 5% (Lampiran 2).

Gambar 2 menjelaskan sebaran data hasil pengamatan hubungan diameter batang dan jarak pohon pesaing. Pohon-pohon yang memiliki koordinat (x,y) di bawah kurva dilakukan pembebasan vertikal (Romell et al. 2009). Berdasarkan hasil penelitian pembebasan vertikal berupa penebangan dilakukan pada pancang yang memiliki dbh 5–9 cm dan terletak 1–2.5 m dari pusat subplot, tetapi tidak dilakukan pembebasan vertikal berupa penebangan jika terletak >2.5 m dari pusat subplot. Pada tingkat tiang yang terletak 3–5 m dari titik pusat dilakukan pembebasan vertikal berupa peneresan jika diameternya 10–19 cm.

Pada tingkat pancang yang memiliki diameter 5–9 cm terdapat 68 individu yang perlu dilakukan pembebasan vertikal berupa penebangan dari total pancang 106 individu, hal ini berarti sebesar 38 individu tidak perlu dilakukan pembebasan vertikal berupa penebangan. Pada tingkat tiang berdiameter 10–19 cm, terdapat 10

X = 3.567 – 0.797 dbh (cm) + 0.121 dbh (cm)2 – 0.004 dbh(cm)3 Ja ra k poho n p e sa ing (m ) ditebang diteres

(20)

10

individu yang perlu dilakukan pembebasan vertikal berupa peneresan dan 22 individu yang dibiarkan atau tanpa perlakuan (Lampiran 1).

Hubungan Diameter Batang dan Diameter Tajuk

Sebaran data pengamatan hubungan diameter batang dan diameter tajuk dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Sebaran data pengamatan hubungan diameter batang dan diameter tajuk

Persamaan (2) “Cda = 2.54 – 0.031 dbh + 0.050 dbh2 – 0.002 dbh3” merupakan persamaan cubic yang menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 39.6% artinya varian yang terjadi pada variabel Diameter tajuk sebesar 39.6% dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel diameter batang atau diameter tajuk 39.6% ditentukan oleh besarnya diameter batang, dan sisanya sebesar 60.4% varians diameter batang diterangkan oleh variabel lain. Berdasarkan tabel 1, persamaan cubic yang menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 39.6% memiliki tingkat hubungan yang rendah, artinya variabel diameter batang memiliki tingkat hubungan yang rendah terhadap variabel diameter tajuk. Setelah dilakukan analisis lebih lanjut mengenai kecocokan model (Sequential Analysis of Variance), persamaan (2) “Cda = 2.54 – 0.031 dbh + 0.050 dbh2 – 0.002 dbh3” tidak bisa dijadikan sebagai dasar dalam penentuan perlakuan pembebasan vertikal. Hal ini dikarenakan nilai p-value (0.222) > 5% (Lampiran 3).

Luas Bidang Dasar

Luas Bidang Dasar (LBDS) adalah rasio antara luas penampang diameter tegakan setinggi dada dari sejumlah pohon per satuan luas. Hasil pengamatan luas bidang dasar (LBDS) pada tingkat pohon (diameter >20 cm) dapat dilihat pada Tabel 5. Diameter batang (cm) D ia m e te r ta juk ( m ) Cda (m) = 2.54 – 0.031 dbh (cm) + 0.050 dbh (cm)2 – 0.002 dbh (cm)3

(21)

11

Tabel 5 Luas bidang dasar (LBDS) pada tingkat pohon

No RKT (tahun) Petak Jumlah individu pohon LBDS (m2/ha)

1 2006 6 A 86 9.72

2 2007 3 E 145 20.51

3 2008 4 A 125 15.72

4 2009 5 I 98 10.14

5 2010 5 C 62 4.78*

RKT = rencana kerja tahunan, LBDS = luas bidang dasar, tanda * merupakan nilai perhitungan pada 1 jenis tanaman.

Berdasarkan Tabel 5 di atas, nilai luas bidang dasar (LBDS) pada tiap RKT berbeda atau mengalami fluktuasi. Nilai LBDS tertinggi yaitu pada RKT 2007 sebesar 20.51 m2/ha, sedangkan nilai LBDS terendah yaitu pada RKT 2010 sebesar 4.78 m2/ha. Pada RKT 2010 data yang diperoleh hanya pada 1 jenis tanaman yaitu bengkirai sehingga memiliki nilai LBDS yang lebih kecil di antara RKT lainnya dan kondisi awal sebelum penebangan serta besarnya intensitas penebangan merupakan faktor yang menentukan besarnya jumlah luas bidang dasar tegakan tinggal, selain itu hal ini diduga karena tingkat kerusakan vegetasi akibat penebangan pada kelas diameter ≥20 cm relatif besar yang disebabkan oleh intensitas penebangan yang relatif tinggi dan terkait juga dengan tahun setelah penebangan di tiap-tiap tegakan berbeda serta jumlah pohon berdiameter (≥20 cm) relatif sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Theodore (1987) dalam Prayogi (2010) menyatakan bahwa tegakan hutan dapat dibedakan oleh umur, komposisi, struktur, dan tempat tumbuh atau geografi. Berdasarkan hasil tersebut, perlakuan pembebasan berupa peneresan pada tingkat pohon perlu dikurangi intensitasnya karena nilai LBDS pada tiap RKT memiliki nilai yang kecil dan belum mewakili nilai LBDS hutan tropis pada hutan primer. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kerusakan dan penurunan LBDS yang lebih besar.

Persentase Tutupan Tajuk

Ketersediaan cahaya pada lantai hutan sangatlah penting, bagi perkecambahan dan pertumbuhan anakan pohon. Intensitas cahaya yang masuk ke bawah kanopi ini juga akan mempengaruhi iklim mikro yang ada di bawahnya. Menurut Kramer and kozlowski (1960) mengatakan bahwa intensitas cahaya berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan melalui proses fotosintesis, mekanisme membuka dan menutup stomata, sintesis klorofil, dan diferensiasi sel yang dinyatakan dengan pertambahan tinggi, diameter, ukuran daun, struktur daun dan batang. Pada sistem silvikultur TPTJ, cahaya yang masuk ke dalam jalur tanam tergantung pada naungan yang berada di sekitar jalur tanam. Naungan yang menutupi jalur tanam ialah pohon-pohon yang berada sebelah kiri-kanan jalur atau pohon yang berada dalam jalur antara. Salah satu komponen lingkungan yang penting bagi pertumbuhan meranti adalah cahaya. Hal ini didukung oleh studi yang dilakukan oleh Turner et al. (1993) dan Ang et al. (1992) dalam Pamoengkas (2006) yang menyatakan bahwa jenis meranti tidak menunjukkan pertumbuhan yang nyata setelah dipupuk dan ternyata cahaya merupakan faktor

(22)

12

pembatas bagi pertumbuhannya. Hasil pengamatan persentase tutupan tajuk sebelum dan setelah penebangan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Tutupan tajuk sebelum dan setelah penebangan

Berdasarkan Gambar 4, dapat dikatakan bahwa persentase tutupan tajuk sebelum dilakukan penebangan lebih besar dibandingkan dengan setelah dilakukan penebangan. Pada RKT 2006 persentase tutupan tajuk sebelum penebangan sebesar 73.8%, sedangkan setelah penebangan menjadi 70.79%, terjadi penurunan tutupan tajuk sebesar 3.01%. Pada RKT 2007 persentase tutupan tajuk sebelum penebangan sebesar 82%, sedangkan setelah penebangan menjadi 76.83%, terjadi penurunan tutupan tajuk sebesar 5.71%. Pada RKT 2008 persentase tutupan tajuk sebelum penebangan sebesar 85.19%, sedangkan setelah penebangan menjadi 81.81%, terjadi penurunan tutupan tajuk sebesar 3.38%. Pada RKT 2009 persentase tutupan tajuk sebelum penebangan sebesar 90.08%, sedangkan setelah penebangan menjadi 86.94%, terjadi penurunan tutupan tajuk sebesar 3.14% dan pada RKT 2010 persentase tutupan tajuk sebelum penebangan sebesar 80.63%, sedangkan setelah penebangan menjadi 76.65%, terjadi penurunan tutupan tajuk sebesar 3.98%. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa terjadi penurunan tutupan tajuk setelah diadakan kegiatan penebangan dengan persentase penurunan tutupan tajuk terkecil pada RKT 2006 sebesar 3.01%, dan terbesar pada RKT 2007 sebesar 5.71%. Hal ini dikarenakan tutupan tajuk sebelum penebangan lebih rapat dibandingkan dengan setelah penebangan dan keadaan tegakan hutan berbeda pada masing-masing RKT. Pada RKT 2006–2009 terjadi peningkatan tutupan tajuk, hal ini dikarenakan pada RKT 2006 telah dilakukan pemeliharaan yang lebih intensif dibandingkan RKT lainnya, sedangkan pada RKT 2010 terjadi penurunan tutupan tajuk, hal ini dikarenakan pada RKT tersebut baru dilakukan penyiapan lahan sehingga areal lebih terbuka dibanding RKT 2007–2009. Menurut Prayogi (2010) menyatakan bahwa persentase penutupan tajuk memang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dalam jalur, sehingga diperlukan upaya pemeliharaan tanaman pokok dengan melakukan peneresan atau penebangan terhadap pohon pesaing agar cahaya dapat terserap oleh tanaman pokok dengan maksimal guna mendukung pertumbuhannya. 73 .8 82 85.19 90 .08 80 .63 70 .79 76 .83 81 .81 86 .94 76 .65 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2006 2007 2008 2009 2010 T ut up a n ta juk (% )

Rencana kerja tahunan

Sebelum penebangan Setelah penebangan

(23)

13 Menurut Pamoengkas (2006), kegiatan pemeliharan dalam sistem TPTJ seperti pemangkasan tanaman meranti dan penebasan tanaman di pinggir jalur tanam yang dilakukan secara intensif terus-menerus mulai tanaman berumur 1 tahun menyebabkan adanya penambahan bahan organik yang berasal dari residu tanaman secara terus menerus sehingga terjadi peningkatan akumulasi bahan organik pada areal TPTJ dan kondisi ini turut membantu proses perbaikan atau pemulihan bahan organik tanah. Selain itu melalui tindakan pembebasan terhadap tanaman lain yang menaungi tanaman meranti akan meningkatkan masuknya cahaya yang sangat penting bagi pertumbuhannya.

Pertumbuhan tanaman kebanyakan sangat tergantung kepada jumlah air yang tersedia di dalam tanah. Air dibutuhkan tanaman untuk membuat karbohidrat di daun, untuk menjaga hidrasi protoplasma dan sebagai pengangkut dalam mentranslokasikan makanan-makanan dan unsur-unsur mineral (Nyakpa 1998). Oleh karena itu, pelebaran jalur tanam serta pemeliharaan berupa pembebasan baik vertikal maupun horisontal tetap perlu dilakukan karena akan membantu mengurangi persaingan terhadap kebutuhan air antara tanaman dalam jalur dengan tanaman gulma dalam jalur atau dengan tanaman yang terdapat dalam jalur antara. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Adjer et al. (1995) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman meranti merah (Shorea leprosula) yang ditanam pada jalur terbuka dengan perolehan sinar matahari yang cukup di areal bekas tebangan, pertumbuhan tanamannya lebih baik dibandingkan dengan pada jalur yang tertutup atau ternaungi kuat dengan perolehan sinar matahari yang kurang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa persamaan “X = 3.567 – 0.797 Dbh + 0.121 Dbh2 – 0.004 Dbh3” dapat dijadikan sebagai dasar dalam penentuan perlakuan pembebasan dalam sistem TPTJ. Penebangan dilakukan jika pancang yang memiliki dbh 5–9 cm terletak 1–2.5 m dari pusat subplot, tetapi tidak dilakukan penebangan jika terletak >2.5 m dari pusat subplot. Pada tingkat tiang atau pohon yang terletak 3–5 m dari titik pusat dilakukan peneresan.

Saran

Kegiatan pelebaran jalur tanam serta pemeliharaan berupa pembebasan vertikal sangat diperlukan karena akan membantu mengurangi persaingan terhadap kebutuhan air, cahaya, dan nutrisi antara tanaman dalam jalur dengan tanaman gulma dalam jalur atau dengan tanaman yang terdapat dalam jalur antara. Selain itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara diameter batang pohon dengan diameter tajuk dengan memperhatikan keadaan tempat tumbuh yang relatif seragam.

(24)

14

DAFTAR PUSTAKA

Adjers G, Handengganan S, Kuuspalo J, Nuryanto K, Vesa L. 1995. Enrichment planting of dipterocarp in logged over secondary forest: effect of width, direction and maintenance method of planing line on selected Shorea sp. Forest Ecology and Management 73:259-270.

Cline SP. 1995. Environmental monitoring and assessment program: Forest Health Monitoring. Cline SP, editor. Quality Assurance Project Plan for Detection Monitoring Project. EPA 620/R-95/002. Washington DC (US): US Environmental Protection Agency, Office of Research and Development. Kramer PJ, Kozlowski T. 1960. Physiology of Trees. New york (US):

McGraw-Hill Book company.

Nyakpa. 1998. Kesuburan Tanah. Lampung (ID): Universitas Lampung Pr.

Pamoengkas P. 2006. Kajian aspek vegetasi dan kualitas tanah sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur [disertasi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Parinda S. 2011. Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ). [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Prayogi J. 2010. Pertumbuhan meranti merah (Shorea leprosula miq) dalam sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

PT. Suka Jaya Makmur. 2013. Rencana Kerja Tahunan. Ketapang (ID): PT. Suka Makmur.

Romell E, Hallsby G, Karlsson A. 2009. Forest floor light conditions in a secondary tropical rain forest after artificial gap creation in northern Borneo. Agricultural and Forest Meteorology 149:929-937.

Schmidt FH, Ferguson JHA. 1951. Rainfall Type Based on Wet and Dry Period Ratio for Indonesia with Western New Gurinea. Jakarta(ID): Jawatan Meteorologi dan Geofisika.

Sumadi A, Siahaan H. 2011. Pengaturan kerapatan tegakan bambang berdasarkan hubungan antara diameter batang dan tajuk. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 8(5):259-265.

(25)

15 Lampiran 1 Perlakuan silvikultur berdasarkan hubungan diameter batang dan

jarak pohon pesaing

No Diameter batang (cm) Jarak pohon pesaing (m) Perlakuan silvikultur

1 10.30 4.10 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 2 10.10 3.50 Diteres 3 9.80 2.35 Diteres 4 10.15 3.70 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 5 10.01 2.90 Diteres 6 10.03 3.95 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 7 6.70 2.47 Ditebang 8 5.00 2.45 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 9 6.20 2.30 Ditebang 10 10.03 4.15 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 11 10.02 3.95 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 12 10.02 4.74 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 13 10.06 3.70 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 14 10.02 4.90 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 15 10.00 3.95 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 16 10.10 3.90 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 17 10.08 2.98 Diteres 18 5.50 2.25 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 19 5.00 2.15 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 20 5.10 1.90 Ditebang 21 10.05 3.53 Diteres 22 10.02 5.00 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 23 10.01 4.95 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 24 16.50 3.35 Diteres 25 5.10 2.25 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 26 5.60 2.35 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 27 5.60 1.95 Ditebang 28 5.20 1.98 Ditebang 29 5.20 2.40 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 30 5.20 2.45 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 31 5.00 1.85 Ditebang 32 5.30 2.31 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 33 10.03 4.00 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 34 5.10 2.35 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 35 8.10 2.15 Ditebang 36 5.20 1.95 Ditebang 37 9.30 4.20 Ditebang 38 6.00 2.50 Ditebang 39 9.50 2.45 Ditebang 40 10.30 4.40 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 41 6.20 2.15 Ditebang

(26)

16

Lanjutan Lampiran 1

No Diameter batang (cm) Jarak pohon pesaing (m) Perlakuan silvikultur

42 10.55 5.00 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 43 10.76 4.90 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 44 10.48 4.90 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 45 5.00 4.30 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 46 5.30 2.25 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 47 5.10 1.98 Ditebang 48 5.10 2.05 Ditebang 49 19.82 4.40 Diteres 50 6.00 2.47 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 51 6.00 2.30 Ditebang 52 5.10 1.87 Ditebang 53 5.40 2.15 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 54 6.80 2.48 Ditebang 55 8.50 2.45 Ditebang 56 5.70 2.37 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 57 5.10 2.38 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 58 5.30 2.17 Ditebang 59 5.00 2.25 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 60 5.20 2.40 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 61 9.00 4.90 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 62 5.10 2.32 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 63 5.30 2.15 Ditebang 64 5.30 2.45 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 65 6.20 2.38 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 66 5.40 2.25 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 67 7.40 2.50 Ditebang 68 5.40 2.45 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 69 6.10 2.10 Ditebang 70 5.70 2.15 Ditebang 71 7.00 2.49 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 72 6.60 2.00 Ditebang 73 6.00 2.37 Ditebang 74 5.20 2.60 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 75 5.10 2.42 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 76 6.10 2.30 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 77 6.50 2.15 Ditebang 78 9.00 3.10 Ditebang 79 6.50 2.15 Ditebang 80 8.00 2.42 Ditebang 81 5.50 2.30 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 82 5.60 2.10 Ditebang 83 5.30 1.98 Ditebang

(27)

17 Lanjutan Lampiran 1

No Diameter batang (cm) Jarak pohon pesaing (m) Perlakuan silvikultur

84 5.10 2.12 Ditebang 85 5.80 1.45 Ditebang 86 9.20 4.60 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 87 6.00 2.42 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 88 8.00 2.37 Ditebang 89 5.10 2.18 Ditebang 90 13.20 4.00 Diteres 91 8.70 2.20 Ditebang 92 6.80 2.50 Ditebang 93 5.40 1.45 Ditebang 94 7.00 1.80 Ditebang 95 5.50 2.45 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 96 7.70 2.10 Ditebang 97 7.00 2.20 Ditebang 98 8.10 2.23 Ditebang 99 7.40 2.48 Ditebang 100 6.60 2.30 Ditebang 101 5.30 2.15 Ditebang 102 7.70 2.45 Ditebang 103 5.00 2.10 Ditebang 104 5.30 2.18 Ditebang 105 10.20 4.60 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 106 5.30 2.24 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 107 6.00 2.23 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 108 7.50 2.19 Ditebang 109 7.00 2.35 Ditebang 110 6.80 2.07 Ditebang 111 5.30 1.96 Ditebang 112 5.70 2.00 Ditebang 113 5.20 1.98 Ditebang 114 11.05 4.35 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 115 6.70 1.42 Ditebang 116 8.50 2.20 Ditebang 117 5.40 2.47 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 118 5.30 2.00 Ditebang 119 5.70 2.15 Ditebang 120 6.70 2.17 Ditebang 121 14.00 3.75 Diteres 122 6.50 2.25 Ditebang 123 7.50 2.50 Ditebang 124 5.60 1.80 Ditebang 125 7.80 2.15 Ditebang

(28)

18

Lanjutan Lampiran 1

No Diameter batang (cm) Jarak pohon pesaing (m) Perlakuan silvikultur

126 13.20 4.10 Diteres 127 13.40 5.00 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 128 10.30 4.50 Diteres 129 8.20 2.45 Ditebang 130 7.00 2.25 Ditebang 131 6.00 2.38 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 132 14.30 4.32 Diteres 133 6.90 1.90 Ditebang 134 4.80 2.35 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 135 8.40 2.17 Ditebang 136 6.20 2.26 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 137 5.50 2.20 Tanpa perlakuan/Dibiarkan 138 6.40 2.15 Ditebang

Lampiran 2 Hasil analisis kecocokan model (Sequential Analysis of Variance) berdasarkan hubungan diameter batang dan jarak pohon

Source DF SS F P

Linear 1 67.0295 170.11 0.000

Quadratic 1 4.9370 13.70 0.000

Cubic 1 4.4994 13.66 0.000

Df=degree of freedom (derajat kebebasan), SS=Sum square (jumlah kuadrat), F=nilai F, P=Probability.

Lampiran 3 Hasil analisis kecocokan model (Sequential Analysis of Variance) berdasarkan hubungan diameter batang dan diameter tajuk

Source DF SS F P

Linear 1 136.632 86.80 0.000

Quadratic 1 1.534 0.97 0.325

Cubic 1 0.823 0.52 0.472

Df=degree of freedom (derajat kebebasan), SS=Sum square (jumlah kuadrat), F=nilai F, P=Probability.

(29)

1 1

Lampiran 4 Peta administrasi dan areal kerja PT. SJM Kalimantan Barat

(30)

20 20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 24 Januari 1991 dari ayah Sohib (alm) dan ibu Siti Maryanih. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 9 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada berbagai organisasi mahasiswa dan kegiatan yang berlangsung di fakultas maupun departemen. Penulis bergabung menjadi anggota UKM futsal IPB tahun 2009-2011, anggota futsal Fakultas Kehutanan IPB tahun 2010-2013, anggota Bussiness development himpunan profesi Tree grower community periode 2011/2012 dan anggota Project division himpunan profesi Tree grower community periode 2012/2013.

Selain organisasi di atas, penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitian di fakultas maupun departemen, diantaranya anggota divisi logistik dan transportasi Save mangrove for our earth 2010, anggota divisi Acara kegiatan Forester Cup 2011, anggota divisi logistik dan transportasi Seminar Nasional Jabon 2011, anggota divisi logistik dan transportasi kegiatan BELANTARA 2011, anggota divisi konsumsi Tree Grower Community In Action 2011 dan 2012, ketua pelaksana Penanaman Hutan Rakyat Sengon 2011. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Silvikultur tahun ajaran 2012.

Penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Cikiong dan Tangkuban Perahu tahun 2011, tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi serta bulan Februari tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Kerja Profesi di IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penulis telah menyelesaikan skripsi dengan judul “Perlakuan Pembebasan Berdasarkan Hubungan Diameter Batang dan Jarak Pohon Pesaing dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur” sebagai upaya untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penulisan dan penyusunan skripsi ini dilakukan dengan arahan dari Dr Ir Prijanto Pamoengkas, MScF.

Gambar

Gambar 1 Petak pengamatan
Tabel  2    Kondisi  penutupan  vegetasi  dan  fungsi  hutan  areal  IUPHHK  PT.  Suka  Jaya Makmur
Tabel 4  Curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di Areal IUPHHK PT. Suka    Jaya Makmur
Gambar 2  Sebaran data hubungan diameter batang dan jarak pohon
+3

Referensi

Dokumen terkait

Salah satunya dengan memenuhi kebutuhan bahan-bahan industri melalui pendirian pabrik industri kimia dan diusahakan untuk dapat mengekspor produk kimia seperti sodium

Metode ELISA kompetitif langsung yang dikembangkan pada penelitian ini dengan menggunakan antibodi monoklonal menunjukkan performan yang baik ketika diaplikasikan untuk

WIDODO SUDIYONO,

Softball merupakan olahraga bola beregu yang terdiri atas dua tim. Permainan ini berasal dari Amerika Serikat, diciptakan oleh George Hancock di kota Chicago pada tahun 1887.

Penggunaan Bahan Bakar Alternatif pengganti BBM Pengembangan Teknologi Kendaraan Pemeriksaan dan Perawatan Kendaraan Change Mitigation (2009) dari Tanaman penghasil gula,

Tujuan penyusunan laporan arus kas adalah untuk memberikan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu perusahaan

Jenis polimer yang digunakan dalam pembuatan membran seperti PES, sangat sulit untuk menjadi larutan homogen jika dicampur dengan bahan aditif lainya, oleh sebab itu DMAc

Deria rasa (sense of taste) adalah salah satu yang dapat mengesan rangsangan yang dihasilkan oleh bahan kimia berperisa (flavoured chemicals).. Lidah (tongue) merupakan organ