• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENGUKURAN KAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENGUKURAN KAYU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENGUKURAN KAYU

KELOMPOK IV 1. JONIGIUS DONUATA 2. YANSEN Y. ASA 3. TITO SIMENES ALVES 4. MAKSIMUS SERAN

5. KOSMAS DAMIANUS TAO

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG LAPORAN

PENGUKURAN KAYU

KELOMPOK IV 1. JONIGIUS DONUATA 2. YANSEN Y. ASA 3. TITO SIMENES ALVES 4. MAKSIMUS SERAN

5. KOSMAS DAMIANUS TAO

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG LAPORAN

PENGUKURAN KAYU

KELOMPOK IV 1. JONIGIUS DONUATA 2. YANSEN Y. ASA 3. TITO SIMENES ALVES 4. MAKSIMUS SERAN

5. KOSMAS DAMIANUS TAO

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya penghasil kayu adalah hutan. Kayu merupakan bahan baku yang digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, misalnya untuk bahan bangunan (rumah), parabot rumah tangga, tiang pagar, alat musik, kertas, kayu bakar, bantalan rel kereta dan tiang listrik.

Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil pengukuran yang akan didapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan pengamat dalam pengukuran, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka semakin baik pula data yang dikumpulkan.

Kegunaan lain dari hasil pengukuran volume kayu yaitu sebagai dasar perhitungan/ harga jual / penjualan, laba rugi perusahaan, upah buruh, penyusunan statistik dan lain sebagainya. Karena pentingnya data hasil pengukuran tersebut, maka diperlukan pengetahuan tentang bagaimana cara melaksanakan pengukuran dan pengujian hasil hutan. Pada praktikum ini akan dilaksanakan bagaimana cara mengukur kayu dengan menggunakan prinsip pengukuran yaitu kayu bulat rimba indonesia, kayu bulat rimba jawa, kayu bundar jati dan kayu bulat mewah.

1.2. Tujuan

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Volume merupakan besaran tiga dimensi dari suatu benda yang dinyatakan dalam satuan kubik. Besaran ini diturunkan dari setiap besaran panjang. Dengan demikian bila panjang-panjang tersebut, yaitu tinggi, lebar, dan ketebalan diketahui maka volume dapat ditentukan (Sabri 1995).

Ada beberapa cara untuk menentukan diameter dan mana yang akan dimasukan ke dalam rumus penaksiran volume. Dalam hal ini muncul tiga macam alternatif, sehingga ada tiga macam rumus untuk menaksir volume log. Ketiga rumus tersebut dikenal secara luas yaitu:

a. Rumus Huber : V = ¼ π( ) × L b. Rumus Smalian : V = ¼ π ( )² × L

c. Rumus newton : V = 1/24 π (d1² + d0,5² + d2²) × L

Keunggulan masing-masing rumus diatas bergantung pada penerapannya untuk bagian mana yang akan di taksir volumenya yaitu bagian pangkal, bagian tengah atau puncak (Wiant, 1988).

Anonymous (1970) mengartikan ilmu ukur kayu sebagai suatu ilmu yang mempelajari volume kayu (log), pohon dan tegakan serta mempelajari hasil dan pertumbuhan hutan. Dalam perkembangannya ilmu ukur kayu juga mengukur problem pengelolaan habitat, potensi rekreasi, pengelolaan daerah aliran sungai, (DAS), perlindungan flora dan fauna, keanekaragaman jenis dan aspek lain dari manfaat hutan.

Pengujian kayu adalah suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, isi (volume), dan mutu kayu. Pengukuran dan menurut Badan Standarisasi Nasional (2001) diartikan sebagai suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis , ukuran, isi (volume) dan mutu (kualitas) hasil hutan.

(4)

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada :

Hari / Tanggal : Kamis, 11 2015

Pukul : 10.00-12.00 WITA

Tempat : Laboratorium Perencanaan Hutan. Manajemen Sumber Daya Hutan. Politeknik Pertanian Negeri Kupang

3.2. Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

o Mistar

o Roll Meter / pita meter

o Alat tulis menulis

3.2.2 Bahan o Kayu Jati o Kayu Mahoni o Kayu Merah o Tally Sheet 3.3. Prosedur Kerja

a) Mendengarkan arahan dan penjelasan dari dosen mata kuliah b) Membuat regu kerja / kelompok

c) Menyiapkan alat dan bahan praktikum

d) Melakukan pengukuran pada empat tipe pengukuran yaitu Kayu Bulat Rimba Indonesia, Kayu Bulat Rimba Jawa, Kayu Bundar Jati dan Kayu

(5)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 1. Hasil pengukuran kayu bulat Rimba Indonesia

No Jenis D1 D2 DP D3 D4 DU P Vol (m3)

1 Mahoni (1) 16.2 17.4 46.8 12.7 14.7 13.7 2.60 0.047

2 Mahoni (2) 20 26.3 23.15 15 17.3 16.5 2.04 0.062

3 Kayu Merah 16.5 19 17.75 16 17.2 16.85 2.52 0.407

Tabel 2. Hasil pengukuran kayu bulat Bundar Jati

No Jenis D1 D2 DP D3 D4 DU P Vol (m3)

1 Jati (1) 15.6 21.5 18.55 14.5 15 14.75 2.06 0.004

2 Jati (2) 22 17 19.5 15.5 14 14.75 2.04 0.005

Tabel 3. Hasil pengukuran kayu bulat Rimba Jawa

No Jenis D1 D2 DP D3 D4 DU P Vol (m3)

1 Mahoni (1) 16.2 17.4 46.8 12.7 14.7 13.7 2.60 0.071

2 Mahoni (2) 20 26.3 23.15 15 17.3 16.5 2.04 0.042

3 Kayu Merah 16.5 19 17.75 16 17.2 16.85 2.52 0.046

Tabel 4. Hasil pengukuran kayu bulat Mewah

No Jenis D1 D2 DP D3 D4 DU P Vol (m3)

(6)

4.2. Pembahasan

Pada praktikum kali ini menganai bagiamana melakukan pengukuran volume kayu pada kayu bulat rimba indonesia, kayu bulat rimba jawa, kayu bundar jati dan kayu bulat mewah. Dari keempat pengujian ini untuk jenis yang sama memiliki nilai volume yang berbeda, salah satu contohnya yaitu pada pengukuran kayu bulat rimba jawa dan kayu bulat rimba indonesia yaitu pada nilai volume yang didapat berbeda walaupun mengukur kayu yang sama. Hal ini diakibatkan karena rumus yang dipakai untuk mencari nilai volume kayu bulat rimba indonesia dan kayu bulat rimba jawa berbeda begitupun kayu bulat mewah dan bundar jati ini karena dari keempat pengujian dalam perhitungan volume kayu dilakukan sesuai keputusan yang telah ditetapkan dan dengan pertimbangan yang sudah ada.

Pada pengukuran kayu bulat rimba indonesia, untuk menghitung nilai volume yaitu beradasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan. Nomor : SK.68/VI-BPPHH/2004, 18 Juni 2004. Tentang : Metoda Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia. Penetapan isi (volume) kayu bulat dari hutan alam dan hutan tanaman menggunakan rumus volume secara umum. Untuk pengukuran bundar jati menggunakan rumus smallian, kemudian untuk pengukuran kayu bulat rimba jawa dalam menghitung volumenya berdasarkan kelas panjang dan untuk pengukuran kayu bulat mewah dalam mencari nilai volume menggunakan rumus volume secara umum seperti rumus pada pengukuran kayu bulat rimba indonesia.

Pengukuran kayu ini sangat penting untuk dilakukan karena dengan mengukur maka akan mendapatkan data pengukuran dan bisa dapat mengetahui potensi suatu hutan, baik itu hutan alam ataupun hutan tanaman kemudian mengetahui kualitas dari kayu. Kegunaan lain dari hasil pengukuran volume kayu yaitu sebagai dasar perhitungan dan nilai jual dari kayu yang diuji tersebut. Untuk memperoleh data pengukuran yang akurat tergantung dari alat yang dipakai dalam mengukur kemudian sumber daya atau dalam hal ini orang yang mengukur harus profesional atau sudah berpengalaman dalam melakukan pengukuran kayu.

(7)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

 Pada empat pengujian yaitu pengukuran kayu bulat rimba indonesia, kayu bulat

rimba jawa, kayu bundar jati dan kayu bulat mewah, memiliki nilai volume yang berbeda, Hal ini diakibatkan karena rumus yang dipakai untuk mencari nilai volume berbeda – beda sesuai penetapan dan pertimbangan yang sudah ada.

 Penggunaan rumus dalam mencari volume kayu yaitu untuk mencari volume kayu

rimba indonesia, rumus yang digunakan yaitu rumus umum volume. untuk pengukuran bundar jati menggunakan rumus smallian, kemudian untuk pengukuran kayu bulat rimba jawa dalam menghitung volumenya berdasarkan kelas panjang dan untuk pengukuran kayu bulat mewah dalam mencari nilai volume menggunakan rumus umum volume.

 Pengukuran kayu tujuannya untuk mengetahui potensi suatu hutan, baik itu hutan

alam ataupun hutan tanaman kemudian mengetahui kualitas dari kayu dan nilai jual dari kayu yang diuji.

(8)

-DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1970 Peraturan Pengukuran Dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia. (The Regulation of Measurement and Volume Tables of Indonesia Non Teak Round Wood). The Decree of Directorate General of forestry no. 224/A-2/DD/1970. Jakarta Departemen Kehutanan, 2004. Keputusan Direktur Jendral Bina Produksi Kehutanan Nomor

SK>68/VI-BPPHH/2004 tentang Metode Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia

Sabry 1995. Pengukuran Volume Log. https://www.academia.edu/9206974/Pengukuran_ Volume_Log. Diakses 20 Juni 2015.

Gambar

Tabel 1. Hasil pengukuran kayu bulat Rimba Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

11 - 15 Surabaya, Jawa Timur ini dilakukan karena ditemukannya sumber bahan baku kayu bulat atau IPHHK yang berasal dari PT.. Sedangkan pemantauan dilakukan pada bulan

- Terdapat 2 (dua) dokumen SKSKB yang digunakan untuk mengangkut kayu bulat (KB/KBS/KBK) dari TPK Hutan ke TPK Antara 1 dengan total volume yang diangkut sebesar

Bahan baku yang dipakai oleh produsen meubel dan barang jadi kayu adalah kayu keras "tropical hardwood", misalnya kayu jati, kayu mahoni asal Jawa, kayu sungkai, kayu

Kemudian CV PAUH RIMBA ABADI mengirimkan bukti audit berupa daftar laporan penerimaan bahan baku kayu bulat dengan pemasok PHTA Ruslan S dari bulan Oktober 2020 hingga

Untuk alur nilai presentasinya 9.58%, kesilindrisan nilainya 94.93 % dan termasuk dalam kristeria silindris (Si), untuk inger – inger atau lubang kayu yang

Sekalipun demikian khususnya pada analisis untuk kategori kayu bundar bercacat kecil dugaan baik untuk persen cacat maupun angka koreksinya tidak dapat seluruhnya dipakai

Seluruh anggota Kelompok Cahaya Rimba Lestari telah memiliki izin usaha berupa Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) yang sah diterbitkan oleh

Bahan baku industri kayu bulat yang diameter 30 cm (A II) dan kayu bulat diameter 30 cm keatas (A III) yang bersertifikat FSC (Forest Stewardship Countil) pada penampang