• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Serangan Sekutu di Asia Pasifik dimulai dan Jepang mencapai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Serangan Sekutu di Asia Pasifik dimulai dan Jepang mencapai"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Masalah

Serangan Sekutu di Asia Pasifik dimulai 1943-1945 dan Jepang mencapai puncak kekalahannya atas serangan Sekutu pada tahun 1945. Kerusakan dan kerugian di berbagai sektor praktis membuat Jepang mengalami kelumpuhan ekonomi. Namun, dalam kurun waktu sepuluh tahun pasca PD II, Jepang berhasil memperbaiki ekonomi negaranya. Sebuah prestasi yang belum pernah disamai oleh negara manapun. Jepang kemudian lahir kembali menjadi suatu bangsa yang kaya, makmur, dan sejahtera. Tentunya, hal ini membuat berbagai pihak kagum sekaligus heran terhadap cara masyarakat Jepang membangun ekonomi bangsanya.

Ada tiga hal yang dianggap masyarakat Jepang dapat mendorong pembangunan ekonomi pasca PD II yaitu prinsip bushidou, kebijakan Yoshida, dan kyouiku mama. Objek dari ketiganya adalah kemajuan ekonomi Jepang pasca PD II. Namun, cara yang dilakukan berbeda. Fokus prinsip bushidou adalah mengatur sistem etika bangsa Jepang dengan menanamkan nilai samurai. Fokus kebijakan Yoshida adalah mengenai hubungan politik dan kerjasama luar negeri.

Kyouiku mama jika diperhatikan secara sekilas terlihat seperti ibu yang

mendampingi anaknya. Namun, jika diperhatikan dengan dua kebijakan di atas yang menekankan sistem etika dan hubungan kerjasama politik, kyouiku mama ternyata memiliki cakupan paling luas. Fokus kyouiku mama adalah pendidikan di

(2)

mana andilnya berpengaruh sangat besar terhadap pembangunan ekonomi Jepang pasca PD II.

Dalam rangka mewujudkan negara dengan sektor industri berkualitas, tentu tidak hanya membutuhkan SDM dalam jumlah yang banyak, tetapi juga dibutuhkan SDM yang berkualitas. Menciptakan SDM berkualitas secara tidak langsung bergantung juga pada sistem pendidikannya. Pendidikan menjadi hal yang dibutuhkan sebagai dasar atau pondasi dalam pembangunan bangsa karena dengan pendidikan maka akan berkembang pengetahuan dan teknologi. Penguasaan pengetahuan membuat manusia memahami berbagai bidang seperti etika, ekonomi, dan politik. Maka peran kyouiku mama adalah luas. Tidak terbatas pada mengusahakan pendidikan bagi anak, akan tetapi menyiapkan anak menjadi SDM yang berkualitas.

Kemunculan kyouiku mama dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, kurangnya SDM yang dimiliki Jepang pasca pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki1. Sebagian besar mereka menjadi korban dalam pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki. Secara otomatis ini melumpuhkan produktivitas kerja di Jepang. Hal ini kemudian mendorong para wanita di Jepang turut serta dalam kegiatan ekonomi, sekaligus mendorong para ibu di Jepang mengambil alih pendidikan bagi anak mereka. Kedua, runtuhnya bangunan-bangunan sekolah dan tidak adanya dana dari pemerintah untuk membangun kembali fasilitas

1

Penyerangan Sekutu terhadap Jepang dimulai dari pulau Ryukyu di Okinawa(1 April-22 Juni 1945)kemudian meluaskan wilayah serangan ke Kyushu hingga menjatuhkan bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki yang mengakibatkan Jepang menyerah tanpa syarat.

(3)

pendidikan.Sedikitnya fasilitas pendidikan menjadi faktor pendorong para ibu di Jepang mengambil alih pendidikan anaknya2.

Hal yang mencolok dari kyouiku mama adalah semangat para ibu di Jepang yang terus mengusahakan pendidikan terbaik bagi anaknya sekalipun fasilitas pendidikan yang ada sangat terbatas. Para ibu ini tidak hanya memikirkan bagaimana anaknya saat ini, namun juga memikirkan masa depan negara. Hal ini telah dipikirkan secara jauh oleh ibu di Jepang tentang bagaimana mencapai masyarakat yang sejahtera. Untuk mewujudkannya, maka para ibu di Jepang menyiapkan pendidikan terbaik bagi anaknya.

Di antara faktor kemunculan dan dampak yang ditimbulkan tentunya terdapat peran atau tindakan yang dilakukan. Peran kyouiku mama dalam peningkatan ekonomi Jepang pasca PD II ini menjadi latar belakang untuk mengkaji lebih lanjut mengenai peran para ibu di Jepang dalam mengusahakan pendidikan bagi anaknya yang berdampak pada perkembangan ekonomi negara Jepang.

“Peran kyouiku mama dalam peningkatan ekonomi Jepang pasca PD II” adalah judul skripsi yang akan menganalisis mengenai peran para ibu di Jepang terhadap pendidikan bagi anaknya sehingga terwujud peningkatan ekonomi sebagai hasil pembangunan pasca PD II.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah bentuk peran kyouiku mama dalam pembangunan ekonomi Jepang pasca PD II?

2

Reiko Kage, Civic Engagement in Postwar Japan (New York: Cambridge University Press, 2011), 150

(4)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah menjawab dari rumusan masalah yang dituliskan, yaitu, menganalisis bentuk peran kyouiku mama dalam rangka pembangunan ekonomi Jepang pasca PD II.

1.4 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori perubahan sosial Karl Marx dan Feminisme Marxis.

1.4.1 Teori Perubahan Sosial Karl Marx

Teori perubahan sosial Karl Marx menyatakan bahwa perubahan sosial bergantung pada tingkat produktifitas suatu masyarakat. Tingkat produktifitas yang tinggi tentu akan memperngaruhi pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat. Teori ini menyoroti kapitalisme dalam perubahan. Marx menyatakan bahwa Jepang merupakan negara kapitalis yang kaya.

Marx menjelaskan pembangunan ekonomi mendorong suatu masyarakat menjadi masyarakat kapitalis yaitu masyarakat dengan kebudayaan yang bebas dan tidak lagi dengan aturan-aturan pembatasan yang dibuat oleh kaum kelas atas/ bangsawan. Masyarakat kapitalis menjadikan tenaga kerja sebagai komoditi yang dapat menghasilkan sesuatu yang berguna3.

Teori ini digunakan untuk menganalisis kemajuan ekonomi dan bagaimana keadaan masyarakat Jepang pasca PD II. Kemajuan ekonomi adalah hasil dari

3 Dede Mulyanto,Antropologi Marx (Bandung:Ultimus, 2011), 164

(5)

pendidikan karakter yang diberikan oleh ibu dan hasil dari kemajuan pendidikan. Peran kyouiku mama tersebut akan dikaji dalam teori feminisme marxis.

1.4.2 Feminisme Marxis

Teori ini merupakanteori yang memfokuskan diri pada permasalahan pentingnya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam segala bidang. Teori ini lahir disebabkan adanya ketimpangan gender antaralaki-laki dan perempuan seperti munculnya konflik ras, kelas, dan gender.

Gender adalah konstruksi sosial yang memiliki makna sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang terbentuk secara sosial maupun kultural. Laki-laki dianggap kuat,rasional, dan jantan, sementara perempuan dianggap lemah lembut, keibuan, dan emosional. Konstruksi sosial yang terjadi lebih menindas perempuan daripada laki-laki4. Prosesnya terjadi cukup panjang melalui interaksi sosial, ajaran agama, interaksi antar kultur.

Ketimpangan gender merupakan suatu keadaan di mana masyarakat memberikan porsi yang lebih sedikit pada kaum perempuan dibandingkan kaum laki-laki. Dapat diartikan juga sebagai diskriminasi pada kaum perempuan.

Ketimpangan gender dalam kajian feminisme liberal menyatakan bahwa subordinasi yang terjadi pada perempuan berakar dari kebiasaan budaya yang menghambat akses perempuan untuk berkompetisi dengan laki-laki. Hal ini sering dimaknai masyarakat bahwa ketimpangan yang terjadi merupakan hal yang harus dijalani perempuan sebagai kodratnya juga bahwa perempuan harus meyakini

4

Stevi Jackson dan Jackie Jones, Teori-teori Feminis Kontemporer (Yogyakarta:Jalasutra, 2009),331

(6)

bahwa kehidupannya tidak akan lebih dari sekedar menjadi seorang istri bagi suaminya dan ibu bagi anaknya.

“women have been conditioned to believe that they must marry and become

keepers of the house5.

“ Wanita telah dikondisikan untuk percaya bahwa mereka harus menikah dan mengurus rumah tangga”

Teori Feminisme Marxis menyatakan bahwa meskipun perempuan berada dalam budaya patriarkal dan dikesampingkan keberadaannya, namun sesungguhnya pekerjaan rumah tangga yang dilakukan oleh ibu rumah tangga adalah kontribusi besar yang diberikan dalam kapitalisme. Kebutuhan negara terhadap tenaga kerja yang terus diperbarui membuatperempuan kemudian berada pada posisi yang utama6.

“mereka memasak dan mencuci pakaian yang dibutuhkan agar tenaga kerja yang ada selalu siap setiap hari (suami) dan mereka juga merawat generasi tenaga kerja berikutnya (anak)7.”

Teori Feminisme Marxis juga menyatakan bahwa perempuan memang tidak berkecimpung langsung dalam kegiatan produktif dunia kerja namun perempuan adalah sumber yang membentuk daya kerja8.

“mereka yang menghasilkan keturunan yang menjadi ahli waris (pemilik masa depan sarana sarana produksi) dan mereka menghasilkan keturunan yang menjadi para pekerja masa depan9.”

5

Mikiso Hane, Modern Japan: a History Survey (Oxford: Westview Press, 1991),400

6

Jackson dan Jones, op.cit , halaman 27

7 Ibid, halaman 27 8 Ibid, halaman 32 9 Ibid, halaman 33

(7)

Teori ini juga menekankan pendidikan sebagai hal yang penting dalam mengubah keadaan masyarakat bukan masyarakat yang berubah karena keadaan, yang terombang-ambing tidak tahu peradaban seperti apa yang akan diciptakan bagi kemajuan bangsanya.

“doktrin kaum matrialis bahwa manusia adalah hasil keadaan dan pendidikan, dan bahwa manusia yang berubah merupakan hasil keadaan dan didikan yang berubah, ini menafikkan bahwa manusialah yang mengubah keadaan, dan bahwa pendidik pun membutuhkan pendidikan.10”

Pendekatan Feminisme Marxis yang digunakan pada skripsi ini bertujuan untuk menggambarkan peran wanita terhadap perubahan sosial yang terjadi dalam rangka pembangunan Jepang Pasca PD II. Feminisme Marxis juga digunakan untuk menganalisis bagaimanakah peran ibu dalam mempersiapkan anaknya menjadi SDM yang dibutuhkan dalam usaha peningkatan ekonomi Jepang.

1.5 Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode pengumpulan data yang diperoleh dengan studi pustaka. Metode tersebut meliputi pencarian data kualitatif dan kuantitatif dari sumber-sumber literatur.

Penelitian pada skripsi ini menggunakan tiga buku sebagai acuan dalam penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Modern Japan: a Historical Survey

Buku tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengetahui keadaan Jepang pasca PD II.

10Mulyanto,op.cit , halaman 51

(8)

2. The Japanese Family System in Transitition: A Sociological Analysis of

Family Change in Postwar Japan

Buku tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengetahui perubahan sistem keluarga di Jepang. Buku tersebut juga digunakan untuk mengetahui peran ibu dalam sitem keluarga ie dan sistem keluarga inti. 3. The Japanese Educational Challenge: A Commitment to Children

Buku tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana peran pendidikan terhadap kemajuan Jepang. Buku tersebut juga digunakan untuk mengetahui peran kyouiku mama terhadap keberhasilan pendidikan bagi anaknya.

Pada penyusunan skripsi ini juga digunakan data penunjang yang memiliki relevansi terhadap tema yang dibahas.Data penunjang tersebut berupa diagram peningkatan pendidikan dan peningkatan SDM yang diperoleh dalam buku The

New Paradox for Japanese Women: Greater Choice, Greater Inequality. Data

penunjang selanjutnya adalah diagram peningkatan GNP Jepang pasca PD II diperoleh dalam buku The Contemporary Japanese Economy.

Penelitian ini juga menggunakan referensi lain, seperti jurnal, artikel, dan sumber internet yang masih berkaitan dengan tema penelitian ini. Selanjutnya, data tersebut dianalisis dan ditarik kesimpulan. Kesimpulan berupa ikhtisar yang diperoleh berdasarkan penelaahan dan penguraian data yang digunakan.

(9)

1.6 Tinjauan Pustaka

Kemunculan kyouiku mama dilatarbelakangi oleh keadaan masyarakat Jepang pasca PD II. Gambaran masyarakat Jepang pasca PD II sangat buruk dalam segala aspek. Pengeboman terhadap Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika dan Sekutunya membuat Jepang benar-benar lumpuh. Untuk membangun ekonomi pasca PD II maka pemerintah gencar membangun sektor industri seperti industri kapal, kereta api, dan listrik. Gambaran masalah-masalah sosial Jepang pasca PD II dijelaskan dalam buku 100 Million Japanese Postwar Experience yang ditulis oleh Masataka Kosaka.

Dalam skripsi Widya Astuti mengenai Proses Pembentukan Konstitusi Baru

Jepang 1947, diciptakannya Konstitusi 1947 (Undang Undang Showa) merupakan

salah satu langkah awal yang dilakukan Jepang dalam mewujudkan negara maju berbasis industri. Konstitusi 1947 sebagai peralihan undang-undang berdasarkan putusan Kaisar pun melatarbelakangi pembangunan ekonomi pasca PD II. Pembangunan ekonomi diwujudkan pemerintah melalui bidang pendidikan dengan membebaskan biaya pendidikan bagi setiap anak. Penelitian ini telah ditulis dalam skripsi Nahary Latifah dengan judul Sekolah Bebas Sebagai

Alternatif Pendidikan: Kritik Terhadap Sistem Pendidikan Jepang.

Standarisasi pendidikan di Jepang melatarbelakangi kemunculan kyouiku

mama sebagai salah satu pihak yang turut andil dalam pendidikan anak.

Kemunculan kyouiku mama perlahan menggeser peran ryousai kenbo atau sering disebut dengan istilah good wife,wise mother sebagai sosok istri dan ibu yang ideal bagi sebagian orang Jepang. Ryousai kenbo adalah sosok istri dan ibu yang

(10)

memiliki peran penting dalam keluarga. Ia sebagai nahkoda rumah tangga yang mengemban tugas dalam keberlangsungan rumah tangganya, menjalankan kewajiban melayani suami, dan segala sikap yang bijaksana untuk mendidik anak-anaknya. Namun kemunculan kyouiku mama memiliki cakupan lebih luas dalam hal mengarahkan pendidikan anak dan mempersiapkan kesuksesan masa depannya yang juga berarti mempersiapkan kesuksesan bangsanya. Seperti dituliskan dalam skripsi Muftia Farihati 2012, Ryousai kenbo bukan merupakan orang tua tunggal dalam menentukan pendidikan formal maupun informal seorang anak. Ryousai kenbo masih berada pada sistem ie/ keluarga tradisional Jepang, maka tentunya ada campur tangan dari ibu mertua dalam mendidik sang anak. Hal ini berkebalikan dengan kyouiku mama yang memiliki andil sepenuhnya terhadap masa depan sang anak sehingga dapat dikatakan memiliki hak otoritas anak dibandingkan ayahnya.

Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang ditulis oleh Muftia Farihati adalah fokus penelitian pada skripsi yaitu membahas faktor dan dampak kemunculan

kyouiku mama, sementara penulisan pada skripsi ini akan memfokuskan pada

langkah konkret peran kyouiku mama dalam membangun perekonomian Jepang pasca PD II. Pada skripsi Muftia Farihati tidak dikaji lebih lanjut mengenai peran

kyouiku mama juga tidak dijelaskan hasil konkret dari peran kyouiku mama

terhadap pembangunan ekonomi Jepang. Pembahasan pada dampak kemunculan hanya sebatas kelebihan dan kekurangan kyouiku mama, tidak dijelaskan secara detail mengenai keberhasilan kyouiku mama dalam bidang ekonomi. Skripsi ini dilengkapi dengan analisis data dalam bentuk tabel yang menunjukkan prosentase

(11)

keberhasilan kyouiku mama dalam peningkatan angka pendidikan di Jepang, peningkatan jumlah SDM di sektor pekerjaan, juga kenaikan GNP Jepang. Teori yang digunakan untuk membahas skripsi Muftia Farihati adalah teori tentang kebudayaan Koentjaraningrat, sementara analisis data pada skripsi ini menggunakan teori perubahan sosial Karl Marx.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan skripsi ini terdapat lima bab, yaitu :

Bab I berupa pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II berisi deskripsi mengenai keadaanJepang pasca PD II serta peran wanita pasca PD II.

Bab III berupa deskripsi mengenai gambaran umum ibu di Jepang.

Bab IV berupa analisis data mengenai peran kyouiku mama dalam pembangunan ekonomi Jepang pasca PD II.

Referensi

Dokumen terkait

yang berdasarkan realita bencana gempa yang terjadi di Jepang pada Gempa Bumi Hanshin-Awaji 1995 dengan pembelajaran dari Gempa Bumi Kanto 1923, seperti

Membahas tentang peran kedua orangtua dalam memberikan pendidikan kepada anaknya adalah merupakan tanggung jawab yang sangat besar, karena anak juga dapat menjadi penentu

Penelitian yang dilakukan terutama akan berfokus pada keadaan ekonomi politik Jepang pasca resesi tahun 1998 sampai dengan tahun 2000-an, terutama dalam melihat urgensi

Berdasarkan persoalan penelitian tersebut maka tujuan penelitian ini untuk menganalisis peran hasil usaha Pedagang Kaki Lima Sayur dalam memenuhi ekonomi rumah

Menjelaskan kondisi industri Jepang pada masa krisis minyak 1973 hingga tahun 1980, dan pengaruh dari krisis minyak yang berakibat terjadinya resesi ekonomi dunia

Berkembangnya peran aktor non-negara dalam hubungan internasional juga disadari oleh pemerintah Jepang sehingga dalam pelaksanaan diplomasi kebudayaanya, artor negara

Di negara maju seperti Jepang, memiliki binatang peliharaan sudah sangat umum.Saat ini, jumlah kepemilikan binatang peliharaan di Jepang sudah semakin meningkat.Kenaikan

Kerja praktik dilakukan di tiga kelas yang mendapat mata pelajaran wajib Bahasa Jepang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, dengan perincian sebagai berikut: Pukul