• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar A.1. Tomografi 4 D berdasarkan data gempa pada periode waktu , , dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar A.1. Tomografi 4 D berdasarkan data gempa pada periode waktu , , dan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

190 Lampiran A: Tomografi 4−D

Dalam lampiran ini akan ditampilkan hasil tomografi 4-D Gunung Guntur menggunakan data gelombang P dari tiga periode waktu, yaitu tahun 1995−2001, 1999−2003, dan 2002−2007 (Gambar A.1).

Gambar A.1. Tomografi 4−D berdasarkan data gempa pada periode waktu 1995−2001, 1999−2003, dan 2002−2007.

Model tomografi yang ditampilkan adalah waktu tunda, atenuasi, dan geotermal. Jumlah data pada masing-masing periode dibuat tumpang tindih. Tujuannya adalah untuk mencapai liputan sinar gelombang yang berimbang. Distribusi hiposenter gempa masing-masing periode waktu cukup merata pada semua periode (Gambar A.2), begitu pula densitas sinar gelombang gempa relatif berimbang (Gambar A.3).

(2)

191

Gambar A.2. Hiposenter gempa pada irisan vertikal barat timur pada periode waktu 1995−2001 (kiri), 1999−2003 (tengah), dan 2002−2007 (kanan).

Gambar A.3. Densitas sinar gelombang pada irisan vertikal barat timur melalui Kaldera Kamojang dan Puncak Guntur pada periode waktu 1995−2001 (kiri), 1999−2003 (tengah), dan 2002−2007 (kanan).

Model geotermal diturunkan berdasarkan perubahan kecepatan dV dipengaruhi oleh berubahan temperatur dT dan perubahan Q−factor dQ, dan dirumuskan sebagai berikut. ) 1 -Q V(T, V= (A.1.1) 1 -1 - dQ Q V dT T V dV ∂ ∂ + ∂ ∂ = (A.1.2) dimana

(3)

192 km/det/K 5,4x10 T V = −4 ∂ ∂ (A.1.3) 1 1 - 2 )Q 1 cot( 2 1 Q V − = ∂ ∂ απ (A.1.4)

T=To+dT dan To adalah model geotermal. Harga α=0,2 berdasarkan hasil pengamatan data seismik (Nugraha, 2008). Harga dQ adalah perbedaan antara harga Q di elemen volume dengan harga Q rata-rata di setiap lapisan. Menurut hasil pengukuran temperatur pada lubang bor sampai kedalaman 100−400 m dari permukaan di area panas bumi Kamojang dan Yellowstone, Amerika Serikat (Fenner, 1936, Mahon, 1974, dan Hochstein, 1976) serta berdasarkan model perhitungan global sampai kedalaman 20 km (Howell, 1959), maka dapat diturunkan model termal di Kompleks Guntur seperti terlihat dalam Gambar A.4.

(4)

193

Gambar A.5. Tomogram deviasi kecepatan pada irisan vertikal barat timur melalui Kaldera Kamojang dan Puncak Guntur pada periode waktu 1995−2001 (kiri), 1999−2003 (tengah), dan 2002−2007 (kanan).

Gambar A.6. Tomogram atenuasi kecepatan irisan vertikal barat timur melalui Kaldera Kamojang dan Puncak Guntur pada periode waktu 1995−2001 (kiri), 1999−2003 (tengah), dan 2002−2007 (kanan).

Gambar A.7. Tomogram geotermal pada irisan vertikal barat timur melalui Kaldera Kamojang dan Puncak Guntur pada periode waktu 1995−2001 (kiri), 1999−2003 (tengah), dan 2002−2007 (kanan).

(5)

194

Hasil inversi tomografi 4−D terlihat pada tomogram deviasi kecepatan gelombang P (Gambar A.5), tomogram atenuasi gelombang P (Gambar A.6), dan tomogram geotermal (Gambar A.7) dalam irisan vertikal barat timur melalui Kamojang-Guntur. Pada periode 1995−2001 dan 1999−2003 menunjukkan lokasi anomali berada pada kedalaman yang sama. Temperatur maksimum di daerah anomali sekitar 1000o C mendekati temperatur magma.

Pada periode 2002−2007 anomali deviasi kecepatan terlihat berubah kurang negatif tetapi luasnya bertambah. Anomali di bawah Kamojang terlihat lebih dalam kemudian seolah-olah mengalir ke tempat yang lebih dangkal di bawah Puncak Guntur. Model tomogram geotermal terlihat temperaturnya juga menurun mencapai 600o C sesuai dengan tomogram deviasi kecepatan. Berbeda halnya dengan anomali negatif pada tomogram atenuasi pada periode 2002−2007 tampak tambah negatif dan begitu pula dimensi anomali negatif tampak bertambah luas ke arah Kamojang.

(6)

195 Lampiran B: Simbol Persamaan Matematika

Simbol-simbol yang digunakan pada persamaan matematika di dalam disertasi ini ditampilkan halaman demi halaman. Kadang-kadang satu simbol mewakili beberapa satuan fisis atau sebaliknya satu satuan fisis diwakili oleh beberapa simbol.

Simbol Keterangan Halaman

v Kecepatan gelombang 25, 26

dl Panjang segmen lintasan gelombang 25, 49, 50, 59 i Lokasi sumber sinar gelombang 25

j Lokasi penerima sinar gelombang 25

dr Vektor perpindahan 26

ds Panjang perpindahan 26

T Vektor satuan tangensial 26

N Vektor satuan normal 26

∇ ∇ ∇

∇v Vektor gradien kecepatan 26

n Vektor satuan berlawanan arah dengan vektor normal

27 α Sudut antara vektor gradien dan tangensial 27 (xs,ys,zs) Koordinat sumber getararan dalam koordinat

Cartesian

27 (xr,yr,zr) Koordinat penerima getararan dalam koordinat

Cartesian

27 R Jarak perpindahan titik searah vektor satuan n 29

t Waktu tempuh dari sumber ke penerima 29, 42, 43, 44, 45, 46, 55

vk Kecepatan gelombang di titik tengah dalam

gangguan tiga titik 29

(xmid,ymid,zmid) Koordinat titik tengah 29 β Sudut antara vektor gradien dan satuan n 29, 30 R1,2 Harga R didapat dari persamaan kwadrat 30

(7)

196

tp Waktu tiba gelombang P 33, 34, 35

ts Waktu tiba gelombang S 33, 34

t0 Waktu terjadinya gempa 33, 34, 36

Vp Kecepatan gelombang P 33, 34, 35, 36, 72, 73, 74, 75

Vs Kecepatan gelombang S 33, 34, 35, 36, 72, 73, 74, 75

k Konstanta Omori 34, 35

tsp Beda waktu tiba gelombang P dan S 34, 35

tres Waktu residual 39

(tp)cal Waktu tiba gelombang P hasil perhitungan (calculation)

39 vi Kecepatan di dalam blok volume ke-i di dalam

model terparameterisasi 39

ttrv Waktu tempuh gelombang P dari sumber ke

penerima 39

dlij Panjang segmen lintasan gelombang ke−j di dalam blok volume ke-i di dalam model terparameterisasi

39, 50, 51 p Parameter sinar gelombang 41, 42, 43, 46

i Sudut pergi di lapisan ke−2 41, 42, 43, 44, 45, 46

i0 Sudut datang di lapisan ke−1 41, 46 v Kecepatan gelombang di lapisan ke−2 41, 42 v0 Kecepatan gelombang di lapisan ke−1 41, 43

x Jarak tempuh dari sumber ke penerima 42, 43, 46 (t0)ij Waktu tempuh gelombang dari sumber ke−i ke

penerima ke−j di dalam model kecepatan

sebenarnya 49

t0 Waktu tempuh gelombang dari sumber ke−i ke penerima ke−j di dalam model kecepatan 49 v0 Model kecepatan sebenarnya 49 s0 Model perlambatan sebenarnya 49

v Model kecepatan 49, 51

∆s Deviasi perlambatan yaitu beda perlambatan

(8)

197

δtij Beda waktu tempuh gelombang hasil pengamatan (observation) dengan hasil perhitungan (calculation) dari sumber ke−i sampai ke penerima ke−j

49 ∆ti Beda waktu tempuh gelombang hasil

pengamatan (observation) dengan hasil

perhitungan (calculation) sinar ke−i 50 ∆si Deviasi perlambatan di blok volume ke−i 50

s Perlambatan 51

v Kecepatan 51

sobs Perlambatan hasil pengamatan (observation) 51 scal Perlambatan hasil perhitungan (calculation) 51

∆s Deviasi perlambatan yaitu beda perlambatan

hasil pengamatan dengan hasil perhitungan 51 ∆v Deviasi kecepatan yaitu beda kecepatan hasil

pengamatan dengan hasil perhitungan 51 ∆tpj Beda waktu tempuh gelombang P hasil

pengamatan dengan hasil perhitungan sinar

ke−j 51

dlpij Jarak tempuh gelombang P di dalam elemen

volume ke−i untuk sinar ke−j 51

∆spi Deviasi perlambatan gelombang P di elemen

volume ke−i 51

∆ssi Deviasi perlambatan gelombang S di elemen

volume ke−i 51

∆Vp Deviasi kecepatan gelombang P 51 Vp Model kecepatan gelombang P 51 ∆sp Deviasi perlambatan gelombang P 51 ∆Vs Deviasi kecepatan gelombang S 52 Vs Model kecepatan gelombang S 52 ∆ss Deviasi perlambatan gelombang S 52 ∆tsj Beda waktu tempuh gelombang S hasil

pengamatan dengan hasil perhitungan sinar

ke−j 52

dlsij Jarak tempuh gelombang S di dalam elemen

volume ke−i untuk sinar ke−j 52

(9)

198

A(f) Spektrum sumber 53, 57

I(f) Spektrum instrumen 53

R(f) Spektrum stasiun 53

B(f) Spektrum medium 53, 57

f Frekuensi 53,54, 55, 57, 62,

63 D(f) Spektrum perpindahan di penerima 54

Mo Momen seismik. 54

R(θ,φ) Pola radiasi gelombang merupakan fungsi

daripada azimuth dan incident angle 54

θ Azimuth 54

φ incident angle 54

ρ Densitas medium di sumber 54

s Jarak hiposenter 54, 55

V Kecepatan gelombang (P atau S) 54, 55, 59 fc Frekuensi sudut sumber (corner frequency) 54, 55, 57

n Pangkat bilangan bulat pada frekuensi penyebab amplituda spektral meluruh pada frekuensi lebih besar daripada fc (n=2 atau

n=3) 54

Ω0 Faktor amplituda spektral 55, 57 Q Quality factor atau Q-factor 55, 59 t* Waktu tempuh gelombang terbobot 55, 57, 59

M(f) Spektrum model 57

tj* Waktu tempuh terbobot sinar gelombang ke−j 60 dlij Panjang lintasan sinar gelombang ke−j di

elemen volume ke−i 60

Vi Kecepatan gelombang di elemen volume ke−i 60 Qi Faktor kualitas di elemen volume ke−i 60

n Jumlah elemen blok volume di daerah penelitian

60, 61, 62, 66, 67, 68

(10)

199

tpj* Waktu tempuh terbobot gelombang P sinar ke−j

60, 61, 63, 66, 67, 68

dlpij Panjang lintasan gelombang P sinar ke−j di

elemen volume ke−i 60, 61, 66, 67, 68

Vpi Kecepatan gelombang P di elemen volume

ke−i 60, 61, 66, 67, 68

Qpi Faktor kualitas gelombang P di elemen volume

ke−i 61, 62, 66, 67, 68

tsj* Waktu tempuh terbobot gelombang S sinar ke−j

61, 62, 63, 66, 67, 68

dlsij Panjang lintasan gelombang S sinar ke−j di

elemen volume ke−i 61, 62, 66, 67, 68

Vsi Kecepatan gelombang S di elemen volume

ke−i 61, 62, 66, 67, 68

Qsi Faktor kualitas gelombang S di elemen volume

ke−i 61, 62, 66, 67, 68

Sp(f) Spektrum gempa gelombang P yang diamati 62, 63 Ap(f) Spektrum sumber gelombang P 62

Ip(f) Spektrum instrumen perekam gelombang P 62 Rp(f) Spektrum stasiun perekam gelombang P 62, 63 Bp(f) Spektrum medium gelombang P 62 Rp(θ,φ) Pola radiasi gelombang P merupakan fungsi

daripada azimuth dan incident angle 62 Ss(f) Spektrum gempa gelombang Syang diamati 62, 63 As(f) Spektrum sumber gelombang S 62

Is(f) Spektrum instrumen perekam gelombang S 62 Rs(f) Spektrum stasiun perekam gelombang S 62, 63 Bs(f) Spektrum medium gelombang S 62 Rs(θ,φ) Pola radiasi gelombang S merupakan fungsi

daripada azimuth dan incident angle 62

[A] Matriks Kernel 69, 70

[x] Matriks parameter 69, 70

[δt] Matriks data 69, 70

[AT] Tranpos matriks Kernel 69, 70

(11)

200

ξ Euclidean norm, untuk problem least square

ξ=2 70

λ2

Parameter redaman 70

[xT] Tranpos matriks parameter 70

xi Elemen matriks parameter 70

xj Elemen matriks parameter 70

M Jumlah parameter blok volume 70

Ni jumlah blok di sekitar blok ke−i 70

µ Shear modulus, Lame constant atau rigiditas 71, 72, 73, 74, 75

E Young modulus 71, 73

λ Lame constant 71, 72, 73, 74

σ Poisson’s ratio 71, 73, 74

K Bulk modulus 72, 75

ρ Densitas 72, 73, 75

φ Bulk sound velocity 72, 75

M Magnituda dalam skala Richter 76 Ar Amplituda kecepatan tanah (µm) 76 App Amplituda kecepatan peak to peak di dalam

seismogram (mm)

76 t Lama getaran gempa vulkanik 76, 77

I Pembesaran seismograf 76

E Energi gempa vulkanik (erg) 76

C1 Koefisien magnituda 76

C2 Koefisien logaritma lama gempa 76 V(T,Q-1) Kecepatan gelombang dipengaruhi oleh suhu

dan atenuasi 191 T Temperatur 191 Q-1 Atenuasi 191, 192 dV Perubahan kecepatan 191 dT Perubahan temperatur 191

(12)

201

dQ-1 Perubahan atenuasi 191

α Tetapan empiris berdasarkan pengamatan data seismik

(13)

202 Lampiran C: Daftar Istilah (Glossary)

Anomali Perbedaan sifat fisis medium dibandingkan dengan sifat fisis medium di sekitarnya.

Atenuasi Kebalikan daripada harga Q atau kemampuan suatu medium meredam energi gelombang yang lewat.

Bulk modulus Modulus volume; yaitu perbandingan antara tekanan normal dengan strain volume.

Bulk sound velocity Kecepatan gelombang yang bergantung pada modulus volume dan densitas.

Check board test Inversi anomali sintetik di daerah penelitian, anomali

dipasang berselang seling antara anomali negatif dan positif. Deformasi Perubahan jarak, ketinggian, dan kemiringan di suatu titik

ukur.

Delay time Waktu tunda atau perbedaan waktu tempuh gelombang pada model kecepatan sebenarnya dengan waktu tempuh

gelombang pada model kecepatan yang diberikan. Deviasi kecepatan Perbedaan harga kecepatan antara model kecepatan

sebenarnya dengan model kecepatan yang dberikan.

Episenter Pusat gempa yang dinyatakan dalam koordinat dua dimensi horisontal.

Frequency domain Tampilan data gempa dalam kawasan frekuensi Gelombang P Gelombang gempa yang menjalar secara longitudinal

(pressure).

Gelombang S Gelombang gempa yang menjalar secara transversal (shear). GPS Global Positioning System; alat penentu koordinat dan waktu

menggunakan satelit.

Grid search Pengujian suatu calon solusi dengan cara membuat grid setiap nilai komponen solusi kemudian membandingkan dengan data pengamatan.

Hiposenter Pusat gempa yang dinyatakan dalam koordinat tiga dimensi LSQR Least square; metoda kuadrat terkecil.

Mekanisme sumber Mekanisme terjadinya gempa akibat patahan atau pensesaran (geser, turun, naik, atau campuran).

Model kecepatan Harga kecepatan di setiap elemen blok volume yang dihitung berdasarkan best fitting kurva jarak episenter gempa dan waktu tempuh dengan kurva hasil pemodelan.

Novelty Kebaruan hasil penelitian.

Origin time Waktu gempa yaitu waktu terjadinya gempa di sumber. Parameterisasi Pembagian daerah penelitian 20x20x20 km3 menjadi 1000

elemen volume yang berukuran 2x2x2 km3. Dalam satu elemen volume sifat fisis medium dianggap sama.

(14)

203

Physical properties Sifat fisis medium dapat diketahui melalui rasio kecepatan gelombang P dengan S, Poisson’s ratio, dan rasio atenuasi gelombang P dengan S.

Poisson’s ratio Rasio strain arah transversal dengan strain arah longitudinal. Pressure source Lokasi pusat tekanan di bawah gunungapi penyebab

terjadinya deformasi di permukaan.

Pseudo bending Perhitungan travel time minimum dari sumber ke penerima dengan cara melakukan gangguan titik tengah secara bertahap.

Q-factor Kemampuan suatu medium dalam meloloskan energi gelombang.

Ray covery Cakupan sinar gelombang di bawah gunungapi.

Ray parameter Parameter sinar yang harganya tetap untuk setiap lintasan sinar.

Ray tracing Penelusuran jejak sinar gelombang dari sumber ke penerima. Spektral Komposisi frekuensi suatu gelombang.

Spectral fitting Pencocokan bentuk spektral hasil pengamatan dengan hasil perhitungan.

Spectral ratio Spektral yang diperoleh dengan cara merasiokan amplituda spektral gelombang S dengan gelombang P.

Seismogram Rekaman gelombang gempa.

Shear modulus Modulus geser; yaitu perbandingan antara tekanan geser dengan strain geser.

Shear wave velocity Kecepatan gelombang yang bergantung pada modulus geser dan densitas.

Sinar gelombang Garis lintasan gelombang dari sumber (hiposenter) ke penerima (stasiun gempa).

Strain Fraksi perubahan dimensi (panjang, lebar, diameter, dan volume).

Time domain Tampilan data gempa dalam kawasan waktu.

Timing system Sistem kalibrasi waktu seismograf digital menggunakan GPS.

Tomografi seismik Pencitraan bawah permukaan menggunakan gelombang gempa.

(15)

186

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Desember 1961di Buleleng, Bali. Ia lulus dari SMA Negeri Singaraja-Bali pada tahun 1981. Ia memperoleh gelar Sarjana pada tahun 1988 di Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Teknologi Bandung dan gelar master tahun 2002 di bidang seismologi di jurusan dan almamater yang sama.

Tahun 1991-1992 penulis bekerja di PT. Digicon-Jakarta sebagai pengolah data seismic prospecting. Sejak tahun 1992 sampai sekarang ia menjadi pegawai negeri di Direktorat Vulkanologi di bawah Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Departemen Pertambangan dan Energi. Sekarang menjadi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di bawah Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Ia pernah bertugas mengamati dan mengevaluasi aktivitas vulkanik gunungapi-gunungapi di Wilayah Sumatera, Jawa Bagian Barat, Bali, dan Nusa Tenggara. Sekarang ia bertugas di bidang mitigasi bencana gempa tektonik dan tsunami.

Penulis menikah dengan Putu Purwigiyati Sri Lestari pada tahun 1989 dan mempunyai satu orang anak perempuan bernama Putu Ayu Andhira Sekar Dini Fitriani, 19 tahun.

Penulis pernah mengikuti kursus singkat yang berkaitan dengan gunungapi di institusi luar negeri sebagai berikut:

1. Workshop Volcanology oleh UNESCO di Manila tahun 1993 selama 1 minggu.

2. Short Course Volcanology and Sabo Engineering oleh JICA di Jepang tahun1994 selama 6 bulan.

3. Kunjungan riset ke Sakurajima Volcano Observatory Universitas Kyoto di Jepang tahun 1997 selama 2 minggu.

(16)

187

Pengalaman penelitian penulis di bidang kegunungapian meliputi:

1. Pemasangan jaringan seismik digital permanen sistem telemetri di Gunung Guntur dalam rangka kerja sama Direktorat Vulkanologi dengan Sakurajima Volcano Observatory, Universitas Kyoto, Jepang tahun 1994, jabatan sebagai anggota peneliti.

2. Studi kegempaan Gunungapi Guntur dalam rangka kerja sama Direktorat Vulkanologi dengan Sakurajima Volcano Observatory, Universitas Kyoto, Jepang tahun 1994-1999, jabatan sebagai anggota peneliti.

3. Studi kegempaan beberapa gunungapi lain seperti Gede (1997), Krakatau (1998), Papandayan (1998), Kaba (2000), dan Tangkubanparahu (2000) menggunakan jaringan seismik digital temporer, jabatan sebagai peneliti utama.

4. Studi kegempaan lapangan geotermal Kawah Derajat dalam rangka kerja sama Direktorat Vulkanologi dengan Amoseas Inc. (1998) dan lapangan geotermal Gunungapi Salak bekerja sama dengan Unocal Inc.(1999) menggunakan jaringan seismik digital temporer, jabatan di kedua kerja sama ini sebagai anggota peneliti. 5. Studi kegempaan Gunungapi Batur dan Gunungapi Agung, Bali menggunakan

jaringan seismik digital temporer, tahun 2001–2002, jabatan sebagai peneliti utama. 6. Studi kegempaan Gunungapi Egon, Flores menggunakan jaringan seismik digital

temporer, tahun 2004, jabatan sebagai peneliti utama.

7. Studi kegempaan Gunungapi Rinjani, Lombok menggunakan jaringan seismik digital temporer, tahun 2005, jabatan sebagai peneliti utama.

8. Studi di bidang tomografi seismik 4-D Gunung Guntur didanai oleh proyek RUT XI, dari tahun 2004-2005, jabatan sebagai peneliti utama.

Daftar Publikasi :

1. Suantika, G., (1994): Comparison of Low Frequency Volcanic Earthquakes and Tremors among Andesitic Volcanoes: Semeru, Sakurajima and Suwanosejima, JICA Report of Short Course of Volcanology and Volcanic Sabo Engineering, Tokyo, Japan.

2. Suantika, G., Suganda, O.K., Iguchi, M., Ishihara, K. (1997): Hypocentral Distribution and Focal Mechanism of Volcanic Earthquakes around Guntur

(17)

188

Volcano, West Java, Indonesia, Ann. Of Disaster Prev. Res. Inst., Kyoto University. No. 40 IDNDR S. I, April 1997.

3. Suantika, G., Iguchi, M., Sutawidjaja, I.S., dan Yamamoto, K. (1998): Characteristic of Volcanic Earthquakes around Guntur Volcano, West Java, Indonesia: Hypocenter and Focal Mechanism from 1994-1998, Proceedings of Symposium on Japan-Indonesia IDNDR Project Volcanology, Tectonics, Flood and Sediment Hazards 1998, DPRI, Kyoto University, pp 71–80.

4. Suantika, G., Sulaeman, C., Wildan, A., Sutawidjaja, I.S., Kriswati, E., Kristianto, Solihin, A., Irawan, W., Surono, Triastuty, H., Iguchi, M. (2000): Characteristics of Hypocenter Distribution and Focal Mechanism at Some Volcanoes in Indonesia, International Workshop IAVCEI, Bali.

5. Suantika, G. dan Widiyantoro, S. (2003): Pencitraan Tomografi Seismik Tiga-Dimensi Gunung Guntur. JTM, X, No. 1,FIKTM-ITB.

6. Suantika, G., Widiyantoro, S., Priyono, A., Surono, Priyadi, B. (2008): Studi Tomografi Atenuasi Seismik Gunungapi Guntur Menggunakan Metoda Spectral Ratio dan Spectral Fitting, Prosiding PIT HAGI ke-33, Bandung. 7. Suantika, G., Puspasari, T.J., Widiyantoro, S. (2008), Pencitraan Tomografi

Atenuasi Seismik Tiga-dimensi Gunung Guntur Menggunakan Metode Rasio Spektra, Jurnal Meteorologi dan Geofisika, Vol. 9, No. 2, 082–102.

8. Iguchi, M., Ishihara, K., Takayama, T., Suantika, G., Tjetjep, W.S., Sukhyar, R., Sutawidjaja, I.S., dan Suganda, O.K. (1996): Seismic Activity at Guntur Volcano, West Jawa, Indonesia, Ann. Of Disaster Prev. Res. Inst., Kyoto University, No. 39, B-1, 1–11.

9. Iguchi, M., Ishihara, K., Eto, T., Yamamoto, K., Sutawidjaja, I.S., Suantika, G., Suganda, O.K., dan Hendrasto, M. (1998): Evaluation of the Recent Activity at Guntur Volcano, West Java, Indonesia, Ann. Of Disaster Prev. Res. Inst., Kyoto University, No. 41 B–1, April 1998, Japan.

10. Iguchi, M., Ishihara, K., Sutawidjaja, I.S., Suantika, G., Hendrasto, M., dan Suganda, O.K. (1998): Evaluation of the 1997 Activity at Guntur Volcano, West Java, Indonesia, Proc. On the Symposium on Japan-Indonesia IDNDR Project, 1998, 115-122.

(18)

189

11. Widiyantoro, S., Priyono, A., Suantika, G., Tambunan, E.S., dan Adiwiarta, A.M. (2007): New Information from Seismic Attenuation Tomography: Application to Guntur Volcano, Proceeding of Joint Convention Bali 2007, HAGI-IAGI-IATMI.

Daftar Seminar :

1. Suantika, G. (1993): Visual and Seismic Observation of Marapi Volcano, West Sumatera, Circum Pacific Volcanology Workshop 1993, Manila, Phillipine. 2. Suantika, G., (1994): Comparison of Low Frequency Volcanic Earthquakes and

Tremors among Andesitic Volcanoes: Semeru, Sakurajima and Suwanosejima, JICA Report, Short Course of Volcanology and Volcanic Sabo Engineering. 3. Suantika, G., Suganda, O. K., Iguchi, M., Ishihara, K., (1997): Hypocentral

Distribution and Focal Mechanism of Volcanic Earthquakes around Guntur Volcano, West Java, Indonesia, Ann. Of Disaster Prev. Res. Inst., Kyoto University.

4. Suantika, G., Suganda, O. K., Iguchi, M., Ishihara, K., (1998): Hypocentral Distribution and Focal Mechanism of Volcanic Earthquakes around Guntur Volcano, West Java, Indonesia, PIT HAGI 1998.

5. Suantika, G., Suganda, O. K., Iguchi, M., Ishihara, K., (2000): Hypocentral Distribution and Focal Mechanism of Volcanic Earthquakes around Guntur Volcano, West Java, Indonesia, Circum Pacific Volcanology Workshop 2000, Manila, Phillipine.

6. Suantika, G. (2003): Seismic Tomography of Guntur Volcano, IDDNR Meeting 2003, Bandung.

7. Suantika, G. (2005): Monitoring System of Volcanoes at Indonesia, Technical Cooperation between Directorate of Volcanology and Geological Hazard Mitigation and Bureau of Meteorolgy Australia, Canberra.

8. Suantika, G., Widiyantoro, S., Priyono, A., Surono, Priyadi, B. (2008): Studi Tomografi Atenuasi Seismik Gunungapi Guntur Menggunakan Metoda Spectral Ratio dan Spectral Fitting, PIT HAGI ke–33, Bandung.

Gambar

Gambar A.1.  Tomografi  4−D  berdasarkan  data  gempa  pada  periode  waktu  1995−2001, 1999−2003, dan 2002−2007
Gambar A.2.  Hiposenter  gempa  pada  irisan  vertikal  barat  timur  pada  periode  waktu  1995−2001  (kiri),  1999−2003  (tengah),  dan  2002−2007  (kanan)
Gambar A.4.  Model geotermal Kompleks Guntur (garis biru).
Gambar A.5.  Tomogram deviasi kecepatan pada irisan vertikal barat timur melalui  Kaldera  Kamojang  dan  Puncak  Guntur  pada  periode  waktu  1995−2001 (kiri), 1999−2003 (tengah), dan 2002−2007 (kanan)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui peran public relations dalam membentuk brand awareness Berrybenka.com adalah dengan melakukan

Kewajiban menerapkan SPM terkait dengan kegiatan Pra-Konstruksi harus dituangkan dalam Dokumen KAK (Kerangka Acuan.

Dengan menggunakan sistem informasi Geografis untuk layanan persampahan, maka masyararakat dapat mengetahui berbagai hal mengenai kondisi persampahan yang ada di

2) Pariwisata merupakan sektor yang tersebar hampir di semua wilayah administrasi Kecamatan Bontoharu dengan wisata situs sejarah yang banyak ditemui seperti Jangkar

Selanjutnya yaitu meninjau besarnya tekanan air pori, Pergeseran dan rembesan yang terjadi pada tubuh bendungan. Besarnya tekanan air pori yang akan ditinjau yaitu saat

Motivasi penulis melakukan penelitian ini dikarenakan terdapat hasil penelitian yang berbeda – beda oleh karena itu, penulis ingin mengetahui apakah gender, tekanan anggaran

Penelitian sebelumnya diperoleh nilai sensitivitas yang lebih tinggi (86,6%) sehingga penderita suspek malaria yang tidak mengalami demam dengan hasil mikroskopis positif lebih

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji strategi pengembangan usaha peternakan sapi perah rakyat. Metode dasar yang digunakan metode deskriptif. Penentuan daerah penelitian secara