• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLUNYA AKURASI DATA PPLS 2011 DAN PERAN TKSK DALAM VALIDASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERLUNYA AKURASI DATA PPLS 2011 DAN PERAN TKSK DALAM VALIDASI"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PERLUNYA AKURASI DATA PPLS 2011 DAN

PERAN TKSK DALAM VALIDASI

Gunarto W. Taslim

Staf Ahli LPPSP Semarang

Konsultan TKPK Provinsi JawaTengah

Disampaikan Pada Kegiatan

Koordinasi Program-program

Penanggulangan Kemiskinan secara Sinergis melalui

Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan ( TKSK )

(2)

Outline

V. Peran TKSK : Koordinasi Fasilitasi Validasi

dan Penangangan Pengaduan

IV. Data PPLS 2011 Jawa Tengah

III. Tantangan, Strategi dan Program-Program

Penanggulangan

Kemiskinan

II. Target Penurunan Angka Kemiskinan Jateng

Dalam RPJMD 20013-2018

I. Gambaran Kemiskinan Jawa Tengah

Bahan Bacaan

(3)
(4)

Kondisi seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu

memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupan yang bermartabat

“ Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan

bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran

)” yang

dikonseptualisasikan dengan Garis Kemiskinan (GK

)

Daftar Nama dan Alamat

Penduduk Miskin

Jumlah/Persentase

Penduduk Miskin

Data

Mikro

Data

Makro

Kemiskinan :

(5)

DATA MAKRO

BRS-BPS

DATA MIKRO

PPLS 2011

BY

NAME,

BY

ADDRES

S,

BY CASE

SURVEI

SENSUS

KEMISKINAN

KESEJAHTERAAN

GARIS KEMISKINAN

15 INDIKATOR

KESEJAHTERAAN

MAKANAN & NON

MAKANAN

EKONOMI, PENDIDIKAN, KESEHATA N,

INFRASTRUKTUR & LINGKUNGAN

MISKIN & TIDAK

MISKIN

TINGKAT

KESEJAHTERAAN

% PENDUDUK MISKIN

DESIL 1 S/D 3

(10 S/D 30%)

• PROFIL • GAMBARAN UMUM • KUALITATIF • PERINGATA N DINI • PENGAMBIL AN KEBIJAKAN

• INFORMASI

DETAIL

• KUANTITATI

F

• INTERVENSI

PROGRAM/

KEGIATAN

YA

TIDA

K

Perbedaan Pengertian & Pemanfaatan

Data Kemiskinan

4

KEBIJAKAN

INTERVENSI

(6)

GK

(M&NM)

Miskin

Tidak Miskin

GK merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari

dan kebutuhan pokok bukan makanan. GK terdiri dari dua komponen, yaitu

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non makanan (GKNM), di mana

GK merupakan penjumlahan dari GKM dan GKNM

.

(7)

281.570,-• Tingkat kemiskinan Provinsi

Jawa Tengah pada periode

Maret2014 mengalami

kenaikan menjadi sebesar

14,46% (4.836,45 ribu jiwa)

jika dibandingkan

denganperiode September

2013 sebesar 14,44%

(4.704,87 ribu jiwa) atau naik

sebesar 0,02% (131,58 ribu

jiwa).

• Namun pada periode

September 2014, persentase

penduduk miskin Provinsi

Jawa Tengah kembali

mengalami penurunan

menjadi sebesar 13,58% atau

sebanyak 4.561,82 ribu jiwa

dibandingkan periode

sebelumnya (Maret 2014)

1. Perkembangan Persentase & Jumlah Penduduk Miskin

Provinsi Jawa Tengah

Sumber : BPS, BRS Sept 2014, diolah.

6

19,23 (6.189,6) 18,99 (6.122,6) 17,72 (5.725,7) 17,48 (5.655,4) 16,56 (5.369,2) 16,11 (5.217,2) 15,76 (5.107,4) 16,21 (5.256,99) 15,34 (4.977,36) 14,98 (4.863,41) 14,56 (4.732,95) 14,44 (4.811,34)(4.836,46)14,46 13,58 (4.561,82) 13,00 14,00 15,00 16,00 17,00 18,00 19,00 20,00

Maret Juli Maret Juli Maret Juli Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(8)

2. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Jawa Tengah

Dibandingkan Dengan Provinsi Se Jawa – Bali & Nasional

(Maret - Sept 2014)

• Tingkat kemiskinan Provinsi Se

Pulau Jawa dan Bali pada

periode September

dibandingkan periode Maret

2014 terdapat 3 Provinsi yang

mengalami kenaikan adalah

Banten, DKI dan Bali.

• Posisi relatif persentase

penduduk miskin Provinsi Jawa

Tengah (13,58%) pada periode

September 2014 berada di atas

Nasional sebesar 10,96% dan

lebih tinggi dibandingkan

Provinsi Jawa Timur

(12,28%), Jawa Barat

(9,18%), Banten (5,51%), Bali

(4,76%) dan DKI (4,09%).

• Meskipun secara persentase

Jawa Tengah lebih rendah

dibandingkan DIY (14,55%)

namun jika dilihat secara

absolut jauh lebih tinggi.

2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 Jawa

Tengah Jawa Barat Jawa

Timur Banten DIY DKI Bali

Jawa Tengah Jawa Barat Jawa Timur Banten DIY DKI Bali Maret 14,46 9,44 12,42 5,35 15,00 3,92 4,53 Sept 13,58 9,18 12,28 5,51 14,55 4,09 4,76

(9)

• Jumlah penduduk miksin

Jawa Tengah tahun 2014

sebesar 4.561,83 ribu jiwa

menempati rangking ke 2

seluruh Indonesia

• Dibandingkan dengan

DIY , meskipun

persentasenya tinggi

namun angka absolutnya

hanya 532,59 ribu jiwa

• Semakin besar jumlah

penduduk miskin

memerlukan effort

sumberdaya yang

semakin besar untuk

pengentasannya.

67,23 84,79 124,17 148,83 154,69 189,50 195,10 195,95 197,56 225,46 252,68 281,75 307,02 314,09 316,50 354,74 381,92 387,06 412,79 498,28 532,59 649,19 806,34 816,62 837,42 864,11 991,88 1.085,80 1.143,93 1.360,60 4.238,96 4.561,83 4.748,42 - 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 3.500,00 4.000,00 4.500,00 5.000,00 Bangka Belitung Maluku Utara Kepulauan Riau Kalimantan Tengah Sulawesi Barat Kalimantan Selatan Gorontalo Bali Sulawesi Utara Irian Jaya Barat Kalimantan Timur Jambi Maluku Sulawesi Tenggara Bengkulu Sumatera Barat Kalimantan Barat Sulawesi Tengah DKI Jakarta Riau DI Yogyakarta Banten Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Barat Naggroe Aceh Darussalam Papua Nusa Tenggara Timur Sumatera Selatan Lampung Sumatera Utara Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur

(10)

3. Persentase Penduduk Miskin Kab./Kota

Di Provinsi Jawa Tengah (September 2013)

Sumber : BPS, Sept 2012, diolah

Di atas Provinsi Jawa

Tengah dan Nasional

: 15 Kabupaten

(Wonosobo 22,08%, Kebumen 21,32%, Rembang 20,97%, Brebes 20,82%, Purbalingga 20,53%, Pemalang

19,27%, Banjarnegara 18,71%, Banyumas 18,44%, Sragen 15,93%, Demak 15,72%, Klaten 15,60%, Purworejo

15,44%, Cilacap 15,24%, Grobogan 14,87%, Blora 14,64%)

Di bawah Provinsi

Jawa Tengah dan di

atas Nasional

: 10 Kabupaten/Kota

(Wonogiri 14,01%, Magelang 13,96%, Karanganyar 13,58%, Pekalongan 13,51%, Boyolali 13,27%, Pati

12,94%, Kendal 12,68%, Temanggung 12,42%, Batang 11,96%, Surakarta 11,74%)

Di bawah Provinsi

Jawa

Tengah

dan

Nasional

: 10 Kabupaten/Kota

(Tegal 10,58%, Sukoharjo 9,87%, Kota Magelang 9,80%, Jepara 9,23%, Kota Tegal 8,84%, Kudus 8,62%, Semarang

8,51%, Kota Pekalongan 8,26%, Kota Salatiga 6,40%, Kota Semarang 5,25%)

5

,2

5

6

,4

0

8

,2

6

8

,5

1

8

,6

2

8

,8

4

9

,2

3

9

,8

0

9

,8

7

1

0

,5

8

1

1

,7

4

1

1

,9

6

1

2

,4

2

1

2

,6

8

1

2

,9

4

1

3

,2

7

1

3

,5

1

1

3

,5

8

1

3

,9

6

1

4

,0

1

1

4

,6

4

1

4

,8

7

1

5

,2

4

1

5

,4

4

1

5

,6

0

15

,7

2

1

5

,9

3

1

8

,4

4

1

8

,7

1

1

9

,2

7

2

0

,5

3

2

0

,8

2

2

0

,9

7

2

1

,3

2

2

2

,0

8

14,44

11,47

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

(11)

: Kin. di atas Nas 11,47% & di bawah prov 14,44%

(10 Kab./Kota)

: Kin. di bawah Nas 11,47% & prov 14,44%

(10 Kab./Kota)

: Kin. di atas Nas 11,47% & prov 14,44%

(15 Kab./Kota)

Persebaran Peta Kemiskinan Kabupaten Kota

(12)

• GK merupakan

representasi dari jumlah

rupiah minimum yang

dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan

pokok minimum makanan

yang setara dengan 2.100

kilo kalori per kapita per

hari dan kebutuhan pokok

bukan makanan. GK terdiri

dari dua komponen, yaitu

garis Kemiskinan Makana

n (GKM) dan Garis

Kemiskinan Non

makanan (GKNM),

• Garis Kemiskinan Provinsi

Jawa Tengah pada tahun

2014 naik sebesar 3,12%

dari Rp. 273.056,-/kap/bln

(Maret) menjadi Rp.

281.570,-/kap/bln (Sept).

• Garis Kemiskinan di daerah

perkotaan lebih tinggi

dibanding garis kemiskinan

perdesaan.

3. Garis Kemiskinan (GK) Provinsi Jawa Tengah

184.704 196.478 205.606 222.430 231.046 234.799 245.817 254.800 268.397 279.036 286.014 152.531 169.312 179.982 198.814 205.981 211.823 223.622 235.202 256.368 267.991 277.802

168.168

182.515

192.435

209.611

217.440

222.327

233.769

244.161

261.881

273.056

281.570

140.000 160.000 180.000 200.000 220.000 240.000 260.000 280.000 300.000

Maret Maret Maret Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(13)

No. Komoditi Kota

(%) Komoditi

Desa (%)

1

Beras

34,37

Beras

38,28

2

Rokok kretek filter

16,07

Rokok kretek filter

10,60

3

Telur ayam ras

5,29

Tempe

5,56

4

Tempe

5,02

Telur ayam ras

4,61

5

Gula pasir

3,95

Gula pasir

4,34

6

Tahu

3,73

Tahu

3,90

7

Mie Instan

3,64

Mie Instan

3,45

8

Daging ayam ras

3,15

Bawang merah

2,58

9

Bawang merah

1,96

Daging ayam ras

2,46

10 Susu kental manis

1,57

Kopi

1,54

No. Komoditi Kota (%) Komoditi Desa (%)

1

Perumahan

20,26

Perumahan

21,20

2

Listrik

9,45

Bensin

9,15

3

Pendidikan

9,21

Pakaian jadi anak-anak

7,92

4

Bensin

9,11

Listrik

7,32

5

Pakaian jadi anak-anak

7,84

Pakaian jadi perempuan

dewasa

7,00

(14)

GK

Penduduk Miskin

P1

P2

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) & Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) dan Garis Kemiskinan (GK),

Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index – P1) merupakan ukuran rata‐rata

kesenjangan pengeluaran masing‐ masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.

Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index– P2) memberikan gambaran

mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.

(15)

• Indeks Kedalaman

Kemiskinan (

Poverty

Gap Index

– P1)

merupakan ukuran rata‐

rata kesenjangan

pengeluaran masing‐

masing penduduk

miskin terhadap garis

kemiskinan.

• Nilai P1 Jawa Tengah

angkanya fluktuatif

meskipun menunjukkan

adanya penurunan jika

dibandingkan antara

2010-2014

4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Provinsi Jawa Tengah

Sumber : BPS, BRS Sept 2014, diolah

2,56

2,09

2,46

2,57

2,115

2,059 2,011 2,058

1,854

1,689

3,34

2,86

2,64

2,59

2,404

2,665

2,377

2,642

2,592

2,424

2,96

2,49

2,56 2,58

2,272

2,388

2,209

2,374

2,254

2,087

1,50

1,90

2,30

2,70

3,10

3,50

Maret

Maret

Maret

Sept

Maret

Sept

Maret

Sept

Maret

Sept

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Kota

Desa

Kota+Desa

(16)

• Indeks Keparahan

Kemiskinan (Poverty

Severity Index–

P2) memberikan

gambaran mengenai

penyebaran pengeluaran

di antara penduduk

miskin

• Nilai P2 Jateng angkanya

fluktuatif meskipun jika

diperbandingkan antara

2009 sampai dengan

2014 menunjukkan

penurunan

5. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Provinsi Jawa Tengah

0,62

0,50

0,66

0,73

0,506 0,498

0,525 0,514

0,453

0,425

0,85

0,69

0,66

0,61 0,548

0,627

0,559

0,661 0,660

0,579

0,74

0,60

0,66 0,67

0,529

0,568

0,543

0,594

0,565

0,508

0,40

0,50

0,60

0,70

0,80

0,90

Maret Maret Maret

Sept

Maret

Sept

Maret

Sept

Maret

Sept

2009

2010

2011

2012

2013

2014

(17)

Angka P1 Jateng pada

tahun 2014 berada pada

rangking ke 20 nasional

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Angka P2 Jateng pada

tahun 2014 berada pada

rangking ke 19 nasional

(18)

II. Target Penurunan Angka Kemiskinan

Jateng Dalam RPJMD 20013-2018

(19)

INDIKATOR

KONDISI KINERJA PADA AWAL RPJMD TARGET KINERJA

KONDISI KINERJA PADA AKHIR RPJMD 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Persentase Penduduk Miskin (%) 14,98% 4.863,41 ribu jiwa (Sept) 14,44% 4.704,87 ribu jiwa (Sept) 11,58 - 11,37 9,05 - 8,75 8,60 - 8,35 8,25 - 8,00 7,80 - 7,60 7,80 - 7,60

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA

PERSENTASE PENDUDUK MISKIN & TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT)

PROVINSI JAWA TENGAH

Target Penurunan Kemiskinan dari 14,44% di tahun

2013 menjadi 7,80-7,60 % pada akhir periode RPJMD

yaitu tahun 2018, merupakan penurunan target yang

sangat berat. Sebanyak 6,84% selama 5 tahun atau

1,36% per tahun. Semetara capaian setiap tahun

selama 5 tahun dibawah angka 1%

(20)

Penjelasan Perhitungan Target Penurunan Angka Kemiskinan

RPJMD 2008–2013 dan RAD MDGs 2011–2015

Realisasi

Target RAD MDGs

1990 1996 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 17,49 21,61 28,46 25,10 24,21 23,06 21,78 21,11 20,49 22,19 20,43 19,23 - - 15,00 13,44 11,88 10,32 8,75

1. Perhitungan penentuan target penurunan kemiskinan pada Dokumen RAD MDGs Jawa

Tengah 2011-2015 dilakukan dengan memperhatikan pedoman penyusunan berupa Buku

Pedoman Penyusunan yang diterbitkan oleh Bappenas tahun 2010.

2. Targert angka kemiskinan tahun 2015 sebesar 8,75% adalah setengah dari angka awal

tahun 1990 sebesar 17,49% (merupakan kesepakatan global MDGs).

Realisasi

16,56 16,21 14,98 14,44 14,46

Target RPJMD

2010 2011 2012 2013 2014 18,59 15,49 14,34 13,27 11,58 - 11,37

Perlu Upaya Keras dan Partisipasi Segenap Pemangku Kepentingan

(Stakeholder) Dalam Penanggulangan Kemiskinan Jawa Tengah ...

(21)

III. Tantangan, Strategi dan

Program-Program Penanggulangan

(22)

• Kemiskinan menurun tetapi dalam laju yang

melambat

• Makin rendah tingkat kemiskinan makin sulit

penanggulangannya (kemiskinan yang tersisa

umumnya kronis dan lokasinya makin tersebar)

KEMISKINAN (KRONIS)

Tantangan Penanggulangan Kemiskinan

• Penduduk dengan tingkat konsumsi di sekitar

Garis Kemiskinan (GK) sangat besar jumlahnya

• Jika GK naik 20% , jumlah penduduk miskin

akan bertambah 100%

KERENTANAN

• Laju pertumbuhan pendapatan kelompok

penduduk 40% terbawah cenderung rendah

(sekitar 2% per tahun).

• Beda kelompok penduduk beda intervensi

kebijakan yang dibutuhkan

(23)

Pokok Penyebab Masalah

(24)

1

2

3

4

1

2

3

4

STRATEGI DAN PROGRAM

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

(Pepres No.15 tahun 2010)

STRATEGI DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

(ERA BARU UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KURANG MAMPU)

KKS

Strategi Dan Program Penanggulangan

Kemiskinan

Perpres No.

166/2014

(25)

Era Baru Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Kurang

Mampu (Pemerintahan Jokowi-jk, Perpres No. 166/2014)

Raskin,

PKH, BSM,

BLSM, JKN

PROGRAM KELUARGA PRODUKTIF

HARAPAN:

Dapat melindungi dan

memberdayakan

masyarakat kurang mampu

melalui:

1. Simpanan Produktif

2. Kesempatan berusaha &

bekerja

3. Keberlanjutan pendidikan

anak

4. Jaminan Kesehatan

Sumber Pendanaan:

1. KKS dan KSKS  Dana Cadangan Perlindungan Sosial dan Dana Cadangan

Resiko Fiskal

2. KIP  Bantuan Siswa Miskin, DIPA Kemendikbud dan Kemenag tahun 2014,

6,2 Triliun

(26)

Program Penciptaan Keluarga Produktif

Program Simpanan Keluarga

Sejahtera:

yaitu merupakan program

bantuan tunai melalui

pembukaan rekening simpanan

bagi masyarakat kurang mampu

melalui Kartu Keluarga Sejahtera

yang disertai dengan SIM Card

untuk Layanan Keuangan Digital

(LKD).

Penciptaan Kegiatan Produktif

Keluarga:

yang merupakan program

pembentukan kelompok usaha

untuk menjalankan kegiatan

produktif.

Program Indonesia Pintar:

yang merupakan program

pemberian dana tunai bagi anak

sekolah dari keluarga kurang

mampu melalui Kartu Indonesia

Pintar.

Program Indonesia Sehat:

yang merupakan pemberian

Jaminan Kesehatan melalui

BPJS Kesehatan bagi

masyarakat kurang mampu

melalui Kartu Indonesia Sehat.

Dan

Mendapatkan

Jika

memiliki

anak usia

sekolah

SD/MI s/d

SMA/MA/S

MK

Program

Penciptaan

Kegiatan

Produktif

Keluarga

1.

Target: 15,5 juta keluarga kurang

mampu di Indonesia,

2.

Rp. 200.000/Klg/Bln (Tahun 2014,

dibayarkan Rp. 400.000 (2 bulan).

3.

2014 1 jt melalui LKD (KSKS),

14,5 jt Giro Pos (KPS)

1.

Target: 86,4 juta jiwa tetap dari

keseluruhan PBI (Penerima Bantuan

Iuran) JKN,

2.

Tahap awal (2014)  4.520.174 jiwa

dari 1 juta kepala keluarga kurang

mampu

1.

Target: 11,1 juta siswa sekolah umum

dan madrasah s/d lulus SMA/MA/SMK,

2.

Tahap awal (2014)  161.840 jiwa

dari 1 juta kepala keluarga kurang

mampu

1.

Target: kelompok usaha yang

beranggotakan 8-10 keluarga kurang

mampu penerima KKS.

2.

Didampingi Fasilitator dan membuka

rekening bersama.

3.

Program eksisting: PKH, PUP-PKH,

PUP pemegang KPS, dan PUP

Akses

(27)

IV. Data PPLS 2011 Jawa Tengah

(28)

Dari PSE 2005 ke PPLS 2011

Pendataan Rumah Tangga Sasaran (RTS) by name by address dari

PSE 2005 ke PPLS 2011:

Pendataan Sosial Ekonomi (PSE) 2005

BPS menentukan siapa yang memperoleh Bantuan Langsung

Tunai (BLT) dengan Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebanyak

19,1 juta.

PPLS 2008

Updating PSE 2005 dengan RTS sebanyak 17,5 juta atau 60,4

juta anggota rumah tangga.

PPLS 2011

Basis Data Terpadu (BDT) atau Unifikasi data targeting

pelbagai perlindungan sosial.

Agar bantuan efektif mengurangi kemiskinan, maka sasaran

perlu mencakup 40% kelompok masyarakat bawah.

(29)

BADAN PUSAT STATISTIK

Sistem

Pentargetan

Nasional

 Program Keluarga

Harapan (PKH)

 Jamkesmas

 Raskin

 Bantuan Pendidikan

 Program Pro-Rakyat

Lainnya

Program Perlindungan Sosial

Database

Terpadu

PPLS 2011

Suatu sistem penetapan sasaran

keluarga yang berhak mendapatkan

program perlindungan/ jaminan sosial

dari Pemerintah.

By Name By Address

Merealisasikan sistem pentargetan

nasional dan database terpadu untuk

program-program perlindungan

sosial.

Simulasi Target

Sasaran

UNIFIKASI DATA

KEMISKINAN

(30)

Pendataan PPLS 2011

1. Nama dan alamat kepala rumah

tangga/keluarga, jumlah keluarga, & jumlah

anggota rumah tangga.

2. Hubungan dgn kepala rumah tangga dan

kepala keluarga.

3. Jenis kelamin, umur, status perkawinan,

kepemilikan kartu identitas.

4. Partisipasi sekolah, kelas tertinggi yang

pernah/sedang diduduki, ijazah tertinggi

yang dimiliki.

5. Jenis cacat, penyakit kronis/menahun yang

diderita.

6. Lapangan usaha dari pekerjaan utama dan

status pekerjaan utama.

1. Status penguasaan tempat tinggal,

luas lantai, jenis dinding, jenis atap,

sumber air minum, cara memperoleh

air minum, sumber penerangan utama,

bahan bakar utama, tempat

pembuangan air tinja.

2. Kepemilikan aset dan keikutsertaan

pada Program Keluarga Harapan

(PKH), Jamkesmas, Raskin, dan

Keluarga Berencana (KB).

INFORMASI RUMAH

TANGGA/KELUARGA

(31)

No.

KRITERIA

RINCIAN

DATA

1.

Informasi Kepala

Rumah Tangga

Perempuan

1. Jumlah Kepala Rumah Tangga Perempuan

Usia dibawah 45

2. Jumlah Kepala Rumah Tangga Perempuan

Usia 45 - dibawah 60

3. Jumlah Kepala Rumah Tangga Perempuan

Usia 60+

Jumlah Kepala Rumah Tangga

Perempuan

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan 30%

terendah di Indonesia

2.

Informasi Status

Kesejahteraan

Individu

berdasarkan

kelompok usia

1. Usia dibawah 6 tahun

2. Usia 6 - dibawah 15 tahun

3. Usia 15 - dibawah 45 tahun

4. Usia 45 - dibawah 60 tahun

5. Usia 60+

Individu Laki-Laki & Perempuan

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan 30%

terendah di Indonesia

3.

Informasi Anak

Bersekolah dan

Tidak Bersekolah

1. Jumlah Anak yang Bersekolah Usia 7-12

2. Jumlah Anak yang Bersekolah Usia 13-15

3. Jumlah Anak yang Bersekolah Usia 16-18

4. Jumlah Anak yang Tidak Bersekolah Usia

7-12

5. Jumlah Anak yang Tidak Bersekolah Usia

13-15

6. Jumlah Anak yang Tidak Bersekolah Usia

16-18

Individu Laki-Laki & Perempuan

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan 30%

terendah di Indonesia

4.

Informasi Jenis

Sekolah Individu

yang Bersekolah

1. SD/SDLB/Paket A

2. M.Ibtidaiyah

3. SMPT/SMPLB/Paket B

4. M. Tsanawiyah

5. SMA/SMK/SMALB/Paket C

6. M. Aliyah

7. Perguruan Tinggi

Individu Laki-Laki & Perempuan

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan 30%

terendah di Indonesia

(32)

No.

KRITERIA

RINCIAN

DATA

5.

Data Kecatatan

1. Tidak cacat

2. Tuna daksa / cacat tubuh

3. Tuna netra

4. Tuna rungu

5. Tuna wicara

6. Kecacatan ganda

7. Kecacatan mental

Individu Laki-Laki & Perempuan

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan

30% terendah di Indonesia

6.

Informasi Pekerjaan

Individu

1. Bekerja Usia 5-dibawah 15

2. Bekerja Usia 15-dibawah 60

3. Bekerja Usia 60+

4. Tidak Bekerja Usia 5-dibawah 15

5. Tidak Bekerja Usia 15-dibawah 60

6. Tidak Bekerja Usia 60+

Individu Laki-Laki & Perempuan

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan

30% terendah di Indonesia

7.

Informasi Lapangan

Usaha dari

Pekerjaan Utama

Kepala Rumah

Tangga

1. Pertanian tanaman padi & palawija

2. Hortikultura

3. Perkebunan

4. Perikanan tangkap

5. Perikanan budidaya

6. Peternakan

7. Kehutanan/pertanian lainnya

8. Pertambangan/penggalian

9. Industri pengolahan

10. Listrik dan gas

11. Bangunan/konstruksi

12. Perdagangan

13. Hotel dan rumah makan

14. Transportasi dan pergudangan

15. Informasi & komunikasi

16. Keuangan dan asuransi

17. Jasa

Kepala Rumah Tangga yang

Bekerja

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan

30% terendah di Indonesia

(33)

No.

KRITERIA

RINCIAN

DATA

8.

Informasi

Lapangan Usaha

dari Pekerjaan

Utama Individu

Usia 18-60

1. Pertanian tanaman padi & palawija

2. Hortikultura

3. Perkebunan

4. Perikanan tangkap

5. Perikanan budidaya

6. Peternakan

7. Kehutanan/pertanian lainnya

8. Pertambangan/penggalian

9. Industri pengolahan

10. Listrik dan gas

11. Bangunan/konstruksi

12. Perdagangan

13. Hotel dan rumah makan

14. Transportasi dan pergudangan

15. Informasi & komunikasi

16. Keuangan dan asuransi

17. Jasa

18. Lainnya

Individu

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan 30%

terendah di Indonesia

9.

Status Tempat

Tinggal

1. Status Penguasaan (Milik sendiri, Kontrak/Sewa &

Lainnya)

2. Jenis Atap Terluas (Beton, genteng, sirap, seng,

asbes, Ijuk/Rumbai & lainnya)

3. Jenis Dinding Terluas (Tembok, Kayu, Bambu &

Lainnya)

4. Jenis Lantai (Bukan tanah/bambu, tanah dan

bambu)

Rumah Tangga

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan 30%

terendah di Indonesia

10.

Informasi Sumber

Air Minum Rumah

Tangga

1. Air Kemasan

2. Air Ledeng

3. Sumber Terlindung

4. Sumber Tidak Terlindung

Rumah Tangga

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan 30%

terendah di Indonesia

(34)

No.

KRITERIA

RINCIAN

DATA

11.

Informasi Sumber

Penerangan Utama

Rumah Tangga

1. Listrik PLN

2. Listrik non-PLN

3. Tidak ada listrik

Rumah Tangga

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan 30%

terendah di Indonesia

12.

Informasi Bahan

Bakar Utama untuk

Memasak Rumah

Tangga

1. Listrik/Gas/Elpiji

2. Lainnya

Rumah Tangga

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan 30%

terendah di Indonesia

13.

Informasi

Penggunaan

Fasilitas Tempat

Buang air besar

Rumah Tangga

1. Sendiri

2. Bersama/Umum

3. Tidak Ada

Rumah Tangga

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan 30%

terendah di Indonesia

14.

Informasi Tempat

Pembuangan Akhir

Tinja Rumah

Tangga

1. Tangki/SPAL

2. Lainnya

Rumah Tangga

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan 30%

terendah di Indonesia

15.

Informasi Penyakit

Kronis

1. Tidak ada

2. Hipertensi

3. Rematik

4. Asma

5. Masalah jantung

6. Diabetes

7. Tuberculosis

8. Stroke

9. Kanker /tumor

Individu Laki-Laki & Perempuan

Kelompok 1,2,3 : Rumah

Tangga/Individu dengan kondisi

kesejahteraan sampai dengan 30%

terendah di Indonesia

(35)

Persebaran Permasalahan Berdasarkan

Kondisi Kesejahteraan di Jawa Tengah

(36)

Permasalahan Kondisi Kesejahteraan Di Jawa Tengah

(Berdasarkan Data PPLS 2011)

• KEPALA RUMAH TANGGA (KRT) PEREMPUAN USIA PRODUKTIF : 267.267 JIWA

• KRT BEKERJA DI SEKTOR PERTANIAN : 1.461.686 JIWA

• KRT DGN PENDIDIKAN DI BAWAH 9 TH : 2.389.393 JIWA

• PENDUDUK USIA PRODUKTIF TDK BEKERJA : (LK: 467.191 JIWA; PR: 1.498.374 JIWA)

• BAHAN BAKAR MEMASAK SELAIN LISTRIK/GAS/ELPIJI : 2.401.695 RUTA

EKONOMI

• PENDUDUK USIA SEKOLAH TDK BERSEKOLAH : 703.097 JIWA

• PENDUDUK USIA SEKOLAH YG BEKERJA : 279.605 JIWA

PENDIDIKAN

• KECACATAN : 198.629 JIWA (ANAK USIA < 18 TH: 19.185 JIWA)

• PENYAKIT KRONIS : 337.568 JIWA (ANAK USIA < 18 TH: 12.282 JIWA)

KESEHATAN

• RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH) : 1.723.500 RUTA

• SUMBER AIR MINUM TIDAK TERLINDUNG : 679.975 RUTA

• TIDAK ADA LISTRIK : 36.610 RUTA

INFRASTRUKTUR

• TIDAK ADA FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR : 1.024.076 RUTA

• PEMBUANGAN AKHIR TINJA SELAIN TANGKI/SPAL : 1.821.190 RUTA

(37)
(38)

1. Kepala Ruta Perempuan Usia Produktif (18-64

Tahun)

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (12.475 jiwa)

: 6 Kab.

SEDANG

diantara batas min (6.575 jiwa) & batas mak (12.475

jiwa)

: 14 Kab.

No. Kab./Kota Kepala Ruta Perempuan Usia Produktif (18-64 Tahun) 1 BREBES 18.376 2 PATI 16.433 3 GROBOGAN 15.217 4 CILACAP 14.682 5 JEPARA 14.297 6 TEGAL 12.483 7 KLATEN 11.013 8 DEMAK 10.153 9 PEMALANG 9.363 10 MAGELANG 8.613 11 BANYUMAS 8.599 12 SRAGEN 8.317 13 KEBUMEN 7.895 14 REMBANG 7.740 15 BLORA 7.383 16 PURBALINGGA 7.286 17 BANJARNEGARA 7.251 18 PEKALONGAN 7.151 19 BATANG 7.073 20 KUDUS 6.794 21 WONOGIRI 6.503 22 KENDAL 6.216 23 KOTA SEMARANG 5.842 24 KARANGANYAR 5.694 25 WONOSOBO 5.529 26 PURWOREJO 5.052 27 BOYOLALI 4.938 28 KOTA SURAKARTA 4.708 29 SUKOHARJO 4.332 30 TEMANGGUNG 4.314 31 SEMARANG 3.886 32 KOTA TEGAL 1.635 33 KOTA SALATIGA 971 34 KOTA PEKALONGAN 854 35 KOTA MAGELANG 674

37

(39)

2. Kepala Ruta Dengan Pendidikan Di Bawah 9

Tahun

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (111.934 jiwa)

: 5 Kab.

SEDANG

diantara batas min (56.485 jiwa) & batas mak (111.934

jiwa)

: 17 Kab.

No. Kab./Kota Pendidikan Di Bawah 9 Kepala Ruta Dengan Tahun 1 BREBES 167.384 2 CILACAP 151.654 3 BANYUMAS 141.244 4 GROBOGAN 126.596 5 KEBUMEN 114.514 6 DEMAK 104.604 7 PATI 103.379 8 MAGELANG 100.812 9 PEMALANG 96.933 10 KLATEN 94.203 11 TEGAL 91.320 12 PURBALINGGA 89.745 13 JEPARA 87.685 14 WONOSOBO 77.546 15 REMBANG 72.709 16 BLORA 71.861 17 BANJARNEGARA 71.538 18 PEKALONGAN 65.740 19 BATANG 62.717 20 BOYOLALI 59.143 21 KENDAL 58.590 22 TEMANGGUNG 57.841 23 WONOGIRI 55.035 24 SRAGEN 52.754 25 PURWOREJO 51.026 26 KARANGANYAR 47.620 27 SEMARANG 46.862 28 SUKOHARJO 43.836 29 KOTA SEMARANG 41.208 30 KUDUS 39.038 31 KOTA SURAKARTA 24.983 32 KOTA TEGAL 11.032 33 KOTA PEKALONGAN 9.206 34 KOTA SALATIGA 6.764 35 KOTA MAGELANG 4.525

38

(40)

3. Jumlah Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Di Sektor Pertanian

Dalam Arti Luas

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (71.558 jiwa)

: 3 Kab.

SEDANG

diantara batas min (35.827 jiwa) & batas mak (71.558

jiwa)

: 19 Kab.

No. Kab./Kota Jumlah Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Di Sektor Pertanian 1 BREBES 107.290 2 GROBOGAN 96.105 3 CILACAP 81.648 4 PATI 65.825 5 KEBUMEN 64.001 6 BLORA 62.726 7 DEMAK 61.868 8 MAGELANG 60.165 9 BANYUMAS 58.419 10 WONOSOBO 56.612 11 PEMALANG 55.622 12 BANJARNEGARA 52.275 13 WONOGIRI 50.852 14 BOYOLALI 46.246 15 KLATEN 45.368 16 REMBANG 45.356 17 SRAGEN 44.256 18 TEGAL 43.712 19 PURBALINGGA 43.619 20 TEMANGGUNG 43.251 21 KENDAL 39.715 22 BATANG 39.499 23 PURWOREJO 35.539 24 SEMARANG 32.367 25 JEPARA 31.574 26 KARANGANYAR 30.491 27 PEKALONGAN 27.626 28 SUKOHARJO 19.574 29 KUDUS 12.976 30 KOTA SEMARANG 3.763 31 KOTA TEGAL 1.525 32 KOTA SALATIGA 1.122 33 KOTA PEKALONGAN 405 34 KOTA SURAKARTA 199 35 KOTA MAGELANG 95

39

(41)

4. Penduduk Usia Produktif Tidak Bekerja (18-64 Tahun)

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (114.242 jiwa)

: 4 Kab.

SEDANG

diantara batas min (59.601 ruta) & batas mak (114.242

jiwa)

: 7 Kab.

No. Kab./Kota Produktif Tidak Penduduk Usia Bekerja (18-64 Tahun) 1 BREBES 168.883 2 CILACAP 122.758 3 BANYUMAS 117.372 4 TEGAL 115.748 5 PEMALANG 111.995 6 PATI 101.412 7 KLATEN 86.566 8 DEMAK 83.967 9 KEBUMEN 75.271 10 PEKALONGAN 68.430 11 JEPARA 65.382 12 PURBALINGGA 58.860 13 GROBOGAN 55.544 14 BANJARNEGARA 54.802 15 KENDAL 54.620 16 MAGELANG 53.034 17 BATANG 52.057 18 REMBANG 51.625 19 KOTA SEMARANG 44.999 20 WONOSOBO 43.333 21 SUKOHARJO 38.849 22 SRAGEN 38.491 23 KARANGANYAR 33.168 24 BLORA 32.561 25 KOTA SURAKARTA 30.697 26 KUDUS 30.290 27 WONOGIRI 29.316 28 BOYOLALI 28.732 29 TEMANGGUNG 27.528 30 SEMARANG 27.503 31 PURWOREJO 27.470 32 KOTA TEGAL 13.483 33 KOTA PEKALONGAN 9.953 34 KOTA SALATIGA 5.906 35 KOTA MAGELANG 4.960

40

(42)

5. Rumah Tangga Dengan Bahan Bakar Memasak

Selain Listrik/Gas/Elpiji

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (95.257 ruta)

: 8 Kab.

SEDANG

diantara batas min (48.665 ruta) & batas mak (95.257

ruta)

: 19 Kab.

No. Kab./Kota Bahan Bakar Memasak (Ruta) Selain Listrik/ Gas/Elpiji 1 CILACAP 141.860 2 BREBES 137.764 3 BANYUMAS 129.115 4 GROBOGAN 127.704 5 KEBUMEN 115.150 6 KLATEN 108.058 7 MAGELANG 106.412 8 PATI 97.421 9 JEPARA 90.420 10 PURBALINGGA 85.509 11 BLORA 82.566 12 BANJARNEGARA 81.204 13 SRAGEN 79.419 14 WONOSOBO 79.208 15 TEGAL 78.446 16 PEMALANG 76.975 17 BOYOLALI 75.100 18 WONOGIRI 72.154 19 DEMAK 68.252 20 BATANG 67.266 21 REMBANG 64.104 22 PURWOREJO 60.001 23 KENDAL 59.367 24 TEMANGGUNG 59.012 25 KARANGANYAR 55.590 26 SEMARANG 53.368 27 PEKALONGAN 49.212 28 SUKOHARJO 39.439 29 KUDUS 24.730 30 KOTA SEMARANG 14.351 31 KOTA SURAKARTA 8.695 32 KOTA SALATIGA 4.777 33 KOTA TEGAL 3.672 34 KOTA PEKALONGAN 3.322 35 KOTA MAGELANG 2.052

41

(43)

2. Pendidikan

(44)

1. Penduduk Usia Sekolah yang Tidak Bersekolah (7-18

Tahun)

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (53.492 jiwa)

: 1 Kab.

SEDANG

diantara batas min (27.133 jiwa) & batas mak (53.492

jiwa)

: 7 Kab.

No. Kab./Kota

Penduduk Usia Sekolah yang Tidak

Bersekolah (7-18 Tahun) 1 BREBES 79.850 2 PEMALANG 47.749 3 TEGAL 44.101 4 CILACAP 36.461 5 PEKALONGAN 33.411 6 GROBOGAN 31.275 7 BANYUMAS 27.622 8 DEMAK 27.370 9 MAGELANG 25.762 10 KEBUMEN 25.731 11 PURBALINGGA 25.156 12 BANJARNEGARA 24.781 13 PATI 23.168 14 JEPARA 22.228 15 BATANG 21.201 16 WONOSOBO 20.761 17 KENDAL 18.155 18 BLORA 16.336 19 KLATEN 16.107 20 REMBANG 15.094 21 TEMANGGUNG 14.052 22 BOYOLALI 12.850 23 WONOGIRI 12.660 24 SRAGEN 12.521 25 SEMARANG 10.229 26 KARANGANYAR 9.890 27 KUDUS 9.579 28 PURWOREJO 8.837 29 SUKOHARJO 8.425 30 KOTA SEMARANG 8.197 31 KOTA SURAKARTA 4.811 32 KOTA TEGAL 3.850 33 KOTA PEKALONGAN 3.098 34 KOTA SALATIGA 1.004 35 KOTA MAGELANG 775

(45)

2. Penduduk Usia Sekolah yang Bekerja (7-18 Tahun)

44

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (17.088 jiwa)

: 2 Kab.

SEDANG

diantara batas min (8.655 jiwa) & batas mak (17.088

jiwa)

: 11 Kab.

No. Kab./Kota Sekolah yang Bekerja Penduduk Usia (7-18 Tahun) 1 BREBES 25.520 2 GROBOGAN 18.842 3 PEMALANG 14.805 4 TEGAL 14.330 5 PEKALONGAN 14.231 6 KEBUMEN 14.052 7 CILACAP 13.436 8 MAGELANG 12.702 9 PURBALINGGA 11.616 10 BLORA 10.924 11 BANJARNEGARA 10.086 12 WONOSOBO 8.796 13 BANYUMAS 8.720 14 JEPARA 8.193 15 BOYOLALI 7.554 16 DEMAK 7.235 17 WONOGIRI 6.772 18 REMBANG 6.744 19 TEMANGGUNG 6.602 20 BATANG 6.464 21 PATI 6.150 22 KLATEN 5.977 23 SRAGEN 5.844 24 KENDAL 5.309 25 KARANGANYAR 5.120 26 SEMARANG 4.499 27 PURWOREJO 4.473 28 SUKOHARJO 3.521 29 KUDUS 3.147 30 KOTA SEMARANG 2.682 31 KOTA SURAKARTA 1.717 32 KOTA TEGAL 1.546 33 KOTA PEKALONGAN 1.392 34 KOTA SALATIGA 381 35 KOTA MAGELANG 223

(46)
(47)

1. Individu yang Menderita Kecacatan

46

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (9.522 jiwa)

: 4 Kab.

SEDANG

diantara batas min (4.915 jiwa) & batas mak (9.522

jiwa)

: 18 Kab.

No. Kab./Kota Menderita KecacatanIndividu yang

1 BREBES 14.129 2 CILACAP 11.631 3 BANYUMAS 10.245 4 PATI 9.975 5 KLATEN 9.120 6 KEBUMEN 8.869 7 GROBOGAN 8.863 8 TEGAL 8.655 9 DEMAK 7.086 10 PURBALINGGA 7.006 11 MAGELANG 6.916 12 SRAGEN 6.699 13 JEPARA 6.598 14 WONOGIRI 6.453 15 PEMALANG 6.051 16 PURWOREJO 5.257 17 KENDAL 5.253 18 BOYOLALI 5.245 19 REMBANG 5.237 20 BANJARNEGARA 5.157 21 PEKALONGAN 5.148 22 KARANGANYAR 5.039 23 BLORA 4.587 24 SUKOHARJO 4.361 25 WONOSOBO 4.268 26 SEMARANG 4.170 27 BATANG 4.070 28 TEMANGGUNG 3.657 29 KUDUS 2.969 30 KOTA SEMARANG 2.487 31 KOTA SURAKARTA 1.288 32 KOTA TEGAL 849 33 KOTA PEKALONGAN 552 34 KOTA SALATIGA 431 35 KOTA MAGELANG 308

(48)

2. Individu Dengan Penyakit Kronis

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (16.521 jiwa)

: 5 Kab.

SEDANG

diantara batas min (8.577 jiwa) & batas mak (16.521

jiwa)

: 12 Kab.

No. Kab./Kota Individu Dengan Penyakit Kronis

1 BREBES 24.464 2 CILACAP 22.302 3 TEGAL 19.575 4 JEPARA 19.112 5 PATI 17.124 6 BANYUMAS 16.478 7 DEMAK 15.261 8 GROBOGAN 13.937 9 PURBALINGGA 13.613 10 KLATEN 12.980 11 KEBUMEN 12.025 12 PEKALONGAN 9.745 13 SRAGEN 9.623 14 KENDAL 9.125 15 PEMALANG 9.038 16 REMBANG 8.991 17 KARANGANYAR 8.706 18 WONOGIRI 8.501 19 BOYOLALI 8.318 20 BLORA 8.052 21 WONOSOBO 7.784 22 MAGELANG 7.778 23 SUKOHARJO 7.008 24 KOTA SEMARANG 6.719 25 BANJARNEGARA 6.570 26 KUDUS 6.485 27 SEMARANG 5.655 28 BATANG 5.495 29 PURWOREJO 4.525 30 TEMANGGUNG 4.478 31 KOTA SURAKARTA 3.442 32 KOTA TEGAL 2.261 33 KOTA PEKALONGAN 967 34 KOTA SALATIGA 797 35 KOTA MAGELANG 634

(49)

4. Infrastruktur

(50)

1. Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (86.436 ruta)

: 5 Kab.

SEDANG

diantara batas min (43.419 ruta) & batas mak (86.436

ruta)

: 13 Kab.

No. Kab./Kota Rumah Tidak Layah Huni (RTLH)

1 GROBOGAN 129.454 2 CILACAP 108.546 3 PATI 99.800 4 BREBES 92.329 5 DEMAK 89.849 6 BLORA 82.096 7 BANYUMAS 81.680 8 JEPARA 73.756 9 MAGELANG 72.242 10 REMBANG 66.618 11 SRAGEN 65.343 12 BOYOLALI 61.493 13 KEBUMEN 58.841 14 PEMALANG 55.589 15 BATANG 52.064 16 KLATEN 50.161 17 PURBALINGGA 49.324 18 KENDAL 49.136 19 TEGAL 41.447 20 WONOGIRI 40.871 21 BANJARNEGARA 40.446 22 SEMARANG 38.621 23 PURWOREJO 36.561 24 TEMANGGUNG 34.962 25 WONOSOBO 34.439 26 SUKOHARJO 28.000 27 PEKALONGAN 26.352 28 KARANGANYAR 25.999 29 KUDUS 16.909 30 KOTA SEMARANG 11.004 31 KOTA SURAKARTA 3.844 32 KOTA SALATIGA 2.036 33 KOTA TEGAL 1.896 34 KOTA PEKALONGAN 1.391 35 KOTA MAGELANG 401

(51)

2. Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Tidak

Terlindung

50

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (45.293 ruta)

: 3 Kab.

SEDANG

diantara batas min (22.696 ruta) & batas mak (45.293

ruta)

: 10 Kab.

No. Kab./Kota Sumber Air Minum Tidak Terlindung

1 GROBOGAN 67.891 2 BANYUMAS 54.424 3 CILACAP 52.839 4 JEPARA 43.089 5 PURBALINGGA 40.859 6 KEBUMEN 33.352 7 BANJARNEGARA 32.663 8 BATANG 26.875 9 MAGELANG 26.284 10 WONOSOBO 25.562 11 PEMALANG 24.760 12 PURWOREJO 24.331 13 BREBES 24.003 14 PEKALONGAN 19.743 15 DEMAK 19.393 16 TEGAL 19.089 17 PATI 18.306 18 BOYOLALI 16.276 19 KLATEN 15.615 20 TEMANGGUNG 15.558 21 BLORA 15.218 22 SEMARANG 14.485 23 KENDAL 12.537 24 WONOGIRI 12.366 25 REMBANG 6.487 26 SRAGEN 5.260 27 KARANGANYAR 3.565 28 KUDUS 2.268 29 KOTA SEMARANG 2.250 30 SUKOHARJO 2.131 31 KOTA SURAKARTA 1.033 32 KOTA SALATIGA 633 33 KOTA PEKALONGAN 536 34 KOTA MAGELANG 196 35 KOTA TEGAL 98

(52)

3. Rumah Tangga Tidak ada listrik

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (2.293 ruta)

: 5 Kab.

SEDANG

diantara batas min (1.179 ruta) & batas mak (2.293

ruta)

: 6 Kab.

No. Kab./Kota Rumah Tangga Tidak ada listrik

1 CILACAP 3.407 2 PEMALANG 3.372 3 PURBALINGGA 2.883 4 BANYUMAS 2.732 5 KEBUMEN 2.705 6 BANJARNEGARA 2.048 7 BREBES 1.819 8 PURWOREJO 1.544 9 TEGAL 1.536 10 WONOSOBO 1.517 11 MAGELANG 1.313 12 PEKALONGAN 1.137 13 KLATEN 1.021 14 WONOGIRI 839 15 KOTA SEMARANG 798 16 BLORA 784 17 SRAGEN 770 18 BATANG 711 19 KOTA SURAKARTA 662 20 PATI 624 21 GROBOGAN 596 22 KENDAL 564 23 BOYOLALI 533 24 KARANGANYAR 487 25 SUKOHARJO 404 26 SEMARANG 376 27 REMBANG 357 28 TEMANGGUNG 296 29 DEMAK 248 30 JEPARA 132 31 KUDUS 122 32 KOTA TEGAL 75 33 KOTA PEKALONGAN 68 34 KOTA SALATIGA 65 35 KOTA MAGELANG 65

(53)

5. Lingkungan

(54)

1. Rumah Tangga Tidak ada Fasilitas Tempat BAB

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (80.999 ruta)

: 2 Kab.

SEDANG

diantara batas min (40.725 ruta) & batas mak (80.999

ruta)

: 10 Kab.

No. Kab./Kota Rumah Tangga Tidak ada Fasilitas Tempat BAB 1 BREBES 121.274 2 BANYUMAS 88.946 3 PEMALANG 55.321 4 TEGAL 50.949 5 PURBALINGGA 49.192 6 KEBUMEN 47.762 7 CILACAP 46.001 8 DEMAK 44.354 9 BANJARNEGARA 42.595 10 KLATEN 41.237 11 PEKALONGAN 41.168 12 BATANG 40.761 13 REMBANG 39.379 14 GROBOGAN 38.396 15 KENDAL 37.436 16 MAGELANG 35.163 17 PATI 30.772 18 PURWOREJO 25.754 19 BOYOLALI 21.057 20 BLORA 19.840 21 SEMARANG 19.639 22 JEPARA 18.102 23 TEMANGGUNG 15.022 24 SRAGEN 14.714 25 SUKOHARJO 14.289 26 KARANGANYAR 14.260 27 WONOSOBO 11.349 28 WONOGIRI 9.407 29 KUDUS 9.172 30 KOTA SEMARANG 3.955 31 KOTA TEGAL 1.964 32 KOTA PEKALONGAN 1.105 33 KOTA MAGELANG 799 34 KOTA SALATIGA 487 35 KOTA SURAKARTA 450

(55)

2. Rumah Tangga dengan Pembuangan Akhir Tinja Selain Tangki/ SPAL

54

KATEGORI PENILAIAN

TINGGI

> batas mak (102.964 ruta)

: 5 Kab.

SEDANG

diantara batas min (52.521 ruta) & batas mak (102.964

ruta)

: 18 Kab.

No. Kab./Kota

Rumah Tangga Dengan Pembuangan

Akhir Tinja (Ruta) Selain Tangki/ SPAL

1 BREBES 149.881 2 BANYUMAS 113.159 3 CILACAP 92.370 4 KLATEN 79.867 5 DEMAK 75.822 6 PEMALANG 74.546 7 MAGELANG 73.571 8 PATI 73.250 9 GROBOGAN 73.034 10 TEGAL 70.792 11 BANJARNEGARA 67.785 12 KEBUMEN 67.534 13 PURBALINGGA 65.485 14 JEPARA 61.299 15 WONOSOBO 58.015 16 BATANG 57.005 17 PEKALONGAN 56.942 18 REMBANG 53.051 19 KENDAL 50.852 20 BOYOLALI 46.585 21 BLORA 43.571 22 TEMANGGUNG 40.411 23 SRAGEN 39.832 24 PURWOREJO 39.201 25 SUKOHARJO 38.469 26 KARANGANYAR 31.266 27 SEMARANG 30.508 28 KOTA SURAKARTA 21.296 29 KOTA SEMARANG 21.224 30 WONOGIRI 20.342 31 KUDUS 19.022 32 KOTA TEGAL 5.994 33 KOTA PEKALONGAN 3.873 34 KOTA MAGELANG 2.669 35 KOTA SALATIGA 2.667

(56)

B. Persepsi Masyarakat Terkait Ketidaktepatan

Ketepatan Sasaran Penerima KPS

Faktor Penyebab

1. Perbedaan Siapa Yg Berhak & Tidak Berhak Dlm Penerima Kps Tidak Bisa Dilihat

Scr Kasat Mata.

2. Adanya Kemungkinan Kesalahan Pada Saat Pencacahan Sehingga Terjadi

Kesalahan Inklusi Dan Ekslusi.

3. KPS Hanya Diberikan Kepada 25% Rumah Tangga Dgn Status Sosial Ekonomi Terendah

Karateristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Sedikit Di Atas 25% Tidah Berbeda Jauh

Sehingga Tidak Terhindarkan Adanya Anggapan Bahwa Banyak Rumah Tangga Miskin

Yang Tidak Menerima KPS.

4. Adanya Dinamika Sosial Ekonomi Yang Terjadi Dari Tahun 2011 K E Tahun 2013

Yg Memungkinkan Terjadinya Perubahan Status Sosial Ekonomi Masyarakat,

(57)

CONTOH :

Rumah Tangga Mana Yg Lebih Berhak Menerima KPS

?

RT A

RT B

RT-B Lebih berhak menerima KPS karena kondisi anggota keluarga lain tidak bekerja,

dan memiliki jumlah tanggungan lebih banyak, dan kondisi pasangan tidak bekerja.

PERBEDAAN RTS PENERIMA KPS TIDAK DAPAT DILIHAT SECARA

(58)

0

25

50

75

100

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Persent

ase

Peneri

ma

B

ant

uan

Kelompok Rumah Tangga menurut tingkat

kesejahteraannya

1: paling miskin 10: paling kaya

Hanya sekitar 30% penduduk

miskin yang menerima ketiga

program bantuan sosial

(Raskin, BLT, Jamkesmas)

Raskin

BLT

Jamkesmas

Ketepatan sasaran program dapat

diperbaiki apabila seluruh program

menggunakan sumber data yang

sama untuk menentukan sasaran

BASIS DATA TERPADU yang

AKURAT

Ketepatan Sasaran Program Bantuan Sosial

Selama Ini

Daerah

Pentargetan

Efektif

(59)

STUDI KASUS :

EFEKTIFITAS PENTARGETAN PROGRAM RASKIN SELAMA INI

KAB. MAGELANG – PROV. JAWA TENGAH

96,8%

91,6%

79,3%

73,9%

60,7%

44,6%

41,5%

21,9%

12,7%

18,4%

,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

100,0%

120,0%

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

P

er

sen

tase

Rum

ah

Tang

ga

Men

erima

Ra

skin

Kelompok Rumah Tangga Menurut Tingkat Kesejahteraannya

(Desil-1 paling miskin; Desil-10 paling kaya)

(60)

V. Peran TKSK : Koordinasi Fasilitasi

(61)

Pedoman Pelaksanaan Pembagian Kartu

Perlindungan Sosial (KPS) & Penanganan

(62)

Isi Instruksi Menteri Dalam Negeri

NOMOR 541/3150/SJ TANGGAL 17 JUNI 2013

GUBERNU

R

BUPATI &

WALIKOT

A

1. Mengambil Langkah Dalam Rangka Mendukung Kelancaran Pelaksanaan

Pembagian KPS (Kartu Perlindungan Sosial)

(63)

GUBERNU

R

1. Melaksanakan

fungsi pemantauan

secara reguler terhadap keseluruhan proses

pelaksanaan pembagian Kartu Perlindungan

Sosial (KPS);

5. Melaporkan hasil rekapitulasi kepada

Menteri Dalam Negeri cq. Dirjen

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dengan

tembusan kepada TNP2K.

2. Mengoptimalkan kelompok kerja (pokja)

pengaduan masyarakat TKPK Provinsi;

3. Mengoptimalkan dan memfasilitasi

pembentukan kelompok kerja (pokja)

pengaduan masyarakat TKPK

Kabupaten/Kota;

4. Merekapitulasi laporan

hasil

penanganan pengaduan masyarakat yang

(64)

BUPATI &

WALIKOT

A

1. Melaksanakan

fungsi pemantauan

secara reguler terhadap keseluruhan proses

pelaksanaan pembagian Kartu Perlindungan

Sosial (KPS);

4. Melaporkan hasil rekapitulasi kepada

Gubernur dan tembusan kepada Ketua TKPK

Provinsi;

2. Mengoptimalkan kelompok kerja (pokja)

pengaduan masyarakat TKPK

Kabupaten/Kota, memfasilitasi pembentukan

FPPM di Kecamatan & POSDUMAS di

Desa/Kelurahan;

3. Merekapitulasi laporan

hasil

penanganan pengaduan masyarakat yang

dilaporkan oleh Camat;

5

.

Memerintahkan Camat dan Kepala

Desa/Lurah untuk membentuk/mengaktifkan

kembali FPPM dan

POSDUMAS,

Berkoordinasi dgn

TKSK

dan

PT. Pos Indonesia dan menangani dan

menyelesaikan pengaduan masyarakat;

(65)

Peran & Tanggungjawab Pemerintah Daerah:

1. Mensosialisasikan Program Percepatan dan Perluasan

Perlindungan Sosial (P4S) kepada seluruh masyarakat.

7. Bupati dan Walikota menerbitkan instruksi kepada Camat dan Kepala Desa/Lurah

sebagai tindak lanjut dari Instruksi Mendagri.

2. Memastikan Musdes/Muskel terlaksana di semua daerah

dengan baik untuk memastikan ketepatan sasaran penerima KPS dan Program P4S.

3. Memantau pelaksanaan pembagian KPS dan penyaluran P4S di daerahnya

masing-masing dengan memfungsikan TKPK, Camat,

TKSK

dan Kepala Desa /

Lurah.

4. Menyelesaikan penanganan pengaduan masyarakat dalam pelaksanaan P4S dan

pembagian KPS secara berjenjang dari tingkat Desa/Kelurahan sampai

Kabupaten/Kota.

5. Meningkatkan koordinasi internal (Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, dan Timkor

Raskin) dan koordinasi eksternal dengan PT. Pos, kelompok masyarakat dan

kepolisian dalam pelaksanaan P4S dan pembagian KPS serta penanganan

pengaduan masyarakat.

6. Mengoptimalkan inisiatif daerah dalam penyelesaian masalah terkait P4S dan

KPS sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan daerah.

(66)

Instruksi Menteri Dalam Negeri Ini Secara Khusus

Memeritahkan :

1. Camat Dan Kepala Desa/Lurah Untuk Membentuk Posko Pengaduan

KPS Di Kecamatan Dan Desa/Kelurahan.

4. Kepala Desa/Lurah Untuk Mensosialisasikan Kartu Perlindungan Sosial

(KPS).

2. Camat Untuk Berkoordinasi Dengan

Tenaga Kesejahteraan Sosial

Kecamatan (TKSK)

Menangani Dan Menyelesaikan Pengaduan

Masyarakat.

3. Kepala Desa/Lurah Untuk Melaksanakan Musdes/Muskel Dalam

Menangani Dan Menyelesaikan Pengaduan Masyarakat Mengenai

Kepesertaan  Musdes/Muskel Adalah Forum Untuk Memutakhirkan Dan

Menetapkan Rumah Tangga Yang Diganti Dan Pengganti.

(67)

Penanganan Pengaduan

Masyarakat

PREVENTI

F

REPRESIF

Camat & Kepala Desa/Lurah:

• Melakukan koordinasi & sosialiasi P4S.

• Membentuk/mengaktifkan kembali

posko pengaduan masyarakat.

• Melaksanakan Musdes/Muskel dalam

menangani dan menyelesaikan

pengaduan masyarakat.

Penegak Hukum:

• Melakukan pembinaan dan sosialisasi

dalam pelaksanaan P4S.

PPPNS (Pejabat Penyidik PNS) :

• Memberikan sanksi terhadap aparatur

pemerintah yang melakukan tindak

penyelewengan dalam pelaksanaan

P4S.

Penegak Hukum :

• Menindak sesuai dengan ketentuan

hukum yg berlaku terhadap

pelanggaran dalam pelaksanaan P4S.

LEBIH

DIUTAMAKAN

SOLUSI

(68)
(69)
(70)

Referensi TKSK

Pelaksanaan Pembagian KPS dan

Penanganan Pengaduan

Permensos 24 2013 Tentang

TKSK

(71)

Referensi TKSK

Modul Verifikasi dan Validasi Rumah

Tangga Pengganti Penerima KPS

Solusi Masalah Kepesertaan &

(72)

Referensi Dalam Penanganan Pengaduan

Masyarakat

Kumpulan Tanya-jawab

Program-program Penanggulangan

Kemiskinan

Panduan TKSK

(73)

Referensi Dalam Penanganan Pengaduan

Masyarakat

Kinerja TKSK

(Hasil Penelitian 2013)

Pedoman Umum Raskin

2015

(74)

Terimakasih...

Gunarto W Taslim

Mobile : 08122877120

Email :

gunarto.semarang@gmail.com

g_gunarto @yahoo.com

Referensi

Dokumen terkait

Tubuh mengalami retensi cairan sehingga naiknya osmolalitas, kemudian pengaktifan sel hipotalamus anterior dan mengakibatkan rasa haus. Rasa haus untuk  meningkatkan

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

DISASOSIATIF PRANATA SOSIAL DALAM MEDIA ( Studi Wacana Disasosiatif Pranata-Pranata Sosial Negara Timor Leste Pasca Referendum 1999 yang direpresentasikan dalam Film Dokumenter

Uji efektivitas biofungisida secara in vitro menunjukkan bahwa semua konsentrasi tidak berbeda nyata sedangkan pada uji efektivitas secara in vivo menunjukkan

Kabupaten Pacitan masih menggunakan alat bantu konvensional yaitu masih menggunakan buku besar sehingga menimbulkan permasalahan yaitu lamanya proses pencatatan data, sering

Jumlah butir valid pada dimensi responsiveness terdiri dari 3 pertanyaan. Kategorisasi untuk variable emphaty

lebih disalurkan ke masyarakat dalam hal pengabdian. “Kalau aksi nyatanya dulu yang besar itu waktu jadi. Ya kebetulan dulu saya ikut organisasi mapalsa. Ya salah satu wadah

Untuk mengatasi hal tersebut maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Naskah Drama Melalui Model