• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Pendahuluan

No Judul / Penulis Metode Penelitian Temuan Penelitian Kesimpulan

1 Foltz, John; Wilson, Christine (2007). Communicating in The Feed and Grain Business: Are you Getting What I’m Saying? 1. Pendekatan Kualitatif 2. Deskriptif 3. Pengumpulan data observasi Suatu proses pertukaran informasi yang melibatkan individu melalui source, sender, medium, dan receiver.

Komunikasi merupakan kunci keberhasilan untuk berinteraksi antar individu dan lingkungan. Melalui kemampuan mendengarkan yang baik maka akan memudahkan individu untuk mengetahui maksud dan arti pesan yang disampaikan sehingga mengurangi kesalah pahaman dalam proses komunikasi.

2 Age, A I; Obinne, CPO; Demenongu, TS (2012). Communication for sustainable Rular and Agricultural Development in Benue State, Nigeria 1. Pendekatan Kualitatif 2. Deskripif 3. Pengumpulan data observasi Komunikasi sebagai alat sosiologis ampuh bagi pembangunan

pedesaan dan

pertanian. Hal tersebut merupakan konsep komunikasi, pembangunan pedesaan dan pertanian. Dalam pembangunan pedesaan menyoroti prinsip komunikasi, jenis komunikasi, hambatan komunikasi dan peran komunikasi dalam holistik dan pembangunan pedesaan dan pertanian berkelanjutan di Benue State, Nigeria. Dikarenakan manusia merupakan mahluk sosial maka manusia tidak dapat hidup sendiri. Sebagai manusia pasti melakukan komunikasi, dengan adanya lingkungan yang dikelilingi oleh pesan diantaranya yang menimbulkan feedback dari pesan yang sudah disampaikan sehingga merubah keputusan individu dalam bertindak. 3 Julie, N;Phillip,U (2013). Functions of Interpersonal Communication in Rendering Reference Services in Two University Libraries in Nigeria 1. Pendekatan Kualitatif 2. Studi area 3. Analisis data Proses dasar komunikasi dimulai ketika adanya fakta atau ide diciptakan oleh seseorang. Sender memilih untuk menguraikan persepsi ke dalam pesan,

Komunikasi interpersonal melibatkan pengiriman dan penerimaan pesan

antara dua orang atau lebih, Komunikasi mengacu pada proses pertukaran informasi,

(2)

dan kemudian menyampaikan pesan melalui beberapa media komunikasi kepada orang lain (receiver). Receiver kemudian harus menafsirkan pesan dan menyampaikan umpan balik kepada pengirim menunjukkan bahwa pesan telah dipahami dan tindakan yang diambil sesuai dengan keinginan.

dan emosi melalui pidato, sinyal, tulisan, atau behavior. Komunikasi dapat ditingkatkan secara efektif melalui pengirim dan penerima serta tanggung jawab untuk mendengarkan secara efektif. 4 Swidan, Sarah B; Hassaballah, Ahmed F (2013). The Impact of Information Technology and Social Networks in the Integrated

Marketing Communication Process for Products and Services 1. Pendekatan Kualitatif 2. Deskriptif 3. Pengumpulan data observasi

Sebagai media sosial berbasis internet dapat

dengan cepat

meyebarkan informasi. Dalam beberapa tahun terakhir dan jumlah pengguna media sosial telah tumbuh dan dimungkinkan bagi

orang untuk

berkomunikasi dengan ratusan atau bahkan ribuan orang lain tentang produk dan perusahaan yang akan diperkenalkaan. Program Integrated Marketing

Communication bagi setiap perusahaan harus diubah agar sesuai dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang serta mengikuti kebutuhan masyarakat.

Internet sudah menjadi channel (saluran) kebutuhan terpenting dalam menjalankan bisnis untuk memperkenalkan suatu jasa/ produk melalui pesan yang ingin disampaikan. Pada saat ini internet sangat memudahkan suatu perusahaan untuk melakukan kegiatan pemasaran dibandingkan dengan televisi ataupun radio. Hal itu dikarenakan keefektifan dalam penyampaian pesan melalui channel kemudian dapat dengan mudah diterima oleh target audience atau receiver.

(3)

5 Rajasekhar, Sadhya; Makesh, Deepa (2013). Impact of Advertising on Brand Preference of High Involment Products 1. Pendekatan kualitatif 2. Deskriptif 3. Pengumpulan data observasi Media advertising merupakan salah satu

media untuk

melakukan tindakan persuasive kepada konsumen atau audience. Hal tersebut merupakan salah satu proses komunikasi yang termasuk dalam interpretasi. Yang menimbulkan konsumen atau audience menafsirkan berdasarkan lingkungan, sosial, budaya, serta faktor lain yang dipahami.

Komunikasi merupakan penyampaian informasi yang mengubah ide atau proses pembentukan dari kedua belah pihak yaitu sender dan receiver. Hal terpenting dalam komunikasi adalah fungsi dan proses dimana encoding dan decoding termasuk didalamnya. Dalam proses komunikasi source atau sender adalah seorang individu atau organisasi yang memiliki

tujuan untuk

menyampaikan suatu informasi sehingga dapat diterima dan dimengerti oleh receiver.

Dari tabel diatas telah dijelaskan beberapa penelitian sebelumnya yang berbentuk jurnal. Pada jurnal kolom pertama (Foltz, John; Wilson, Christine (2009). Communicating in The Feed and Grain Business: Are you Getting What I’m Saying?). Membahas proses pertukaran informasi yang melibatkan individu melalui source, sender, medium, dan receiver. Dalam jurnal tersebut memaparkan kesamaan dalam teori komunikasi sebagai arus informasi untuk pertukaran ide atau sebagai proses pembentukan kesatuan pemikiran antara pengirim pesan dan penerima pesan.

Pada jurnal yang berada pada kolom ketiga Julie, N; Phillip,U (2013).

Functions of Interpersonal Communication in Rendering Reference Services in Two University Libraries in Nigeria. Membahas Dua elemen umum dalam setiap

pertukaran komunikasi yang melibatkan sender dan receiver. Sender adalah orang yang memiliki kebutuhan atau keinginan untuk menyampaikan ide atau konsep kepada orang lain. Receiver adalah individu kepada siapa pesan dikirim. Pengirim mengkodekan ide dengan memilih kata-kata, simbol, atau gerakan. Pesan yang tercipta adalah hasil dari encoding, yang mengambil bentuk bahasa verbal, nonverbal, atau tertulis. Pesan dikirim melalui media atau saluran, yang merupakan pembawa komunikasi. Media bisa menjadi percakapan tatap muka, panggilan telepon, e-mail, atau laporan tertulis. Penerima menerjemahkan pesan yang diterima ke informasi yang berarti.

(4)

Dengan adanya kedua jurnal tersebut menjadi refrensi bagi penelitian ini, dimana dalam tahapan komunikasi melibatkan sender untuk menerima message kemudian menterjemahkan serta mengkodekan menjadi sebuah pesan yang tercipta hasil dari encoding dan diterima oleh receiver kemudian menimbulkan hasil timbal balik atau feedback.

2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Teori Komunikasi

Komunikasi adalah hal yang dilakukan sehari-hari. Komunikasi memiliki peran yang signifikan dalam menunjang hubungan antar manusia. Dengan melakukan kegiatan komunikasi, maka pesan, maksud, dan gagasan seseorang atau organisasi dapat diterima dan dipahami oleh pihak lain. Secara sederhana, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seorang komunikator (pemilik pesan) kepada komunikan (objek komunikasi). Pesan yang ingin disampaikan tersebut harus dilakukan seefektif mungkin agar dapat dimengerti pihak lain. West dan Turner (2007:4) berpendapat bahwa sebagai manusia, kita perlu berkomunikasi secara efektif dengan banyak individu-individu lain.

Komunikasi yang efektif dapat mempermudah segala aspek kehidupan manusia, terutama dalam pendidikan dan pekerjaan. Komunikasi memiliki berbagai macam definisi dengan ruang lingkup yang luas. Wilcox dan Cameron (2009:171) mencoba mendefinisikan komunikasi sebagai implementasi dari sebuah keputusan, proses, dan maksud untuk mencapai tujuan. Menurut Raymond S. Ross, komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa yang dapat membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan apa yang dimaksud komunikator (Mulyana, 2007: 69).

Ilmu komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antar manusia, dan karenanya, kita nyatakan ilmu ini sebagai ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan antar manusia (Vardiansyah, 2004 : 8).

Belch dan Belch (2004:139) mendefinisikan komunikasi sebagai arus informasi untuk pertukaran ide atau sebagai proses pembentukan kesatuan pemikiran antara pengirim pesan dan penerima pesan. Berdasarkan definisi ini, bahwa untuk terjadi suatu komunikasi, pertama-tama diperlukan kesamaan pikiran antara pengirim pesan dan penerima pesan. Secara umum, komunikasi memiliki empat fungsi utama,

(5)

yaitu menginformasikan (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to

entertaint), dan mempengaruhi (to persuade).

Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini, komunikasi adalah proses penyampaian pesan antar manusia. Keterkaitan dengan penelitian ini adalah bagaimana institusi yang memberikan pembekalan soft skill dapat melakukan proses komunikasi antara trainer dengan student agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan mudah.

Untuk menjalankan keempat fungsi tersebut, komunikasi berjalan dengan adanya unsur-unsur yang saling berkaitan. Unsur-unsur yang terdapat dalam proses komunikasi :

1. Pengirim pesan (sender atau source), yaitu pihak atau seseorang yang mengirimkan pesan.

2. Pesan (message) adalah informasi yang disampaikan oleh pengirim pesan. Pesan bisa dalam bentuk verbal maupun non-verbal.

3. Penerima pesan (receiver), yaitu pihak, bisa individu atau sekelompok orang yang menerima pesan.

4. Saluran (channel) yaitu media atau perantara yang digunakan pengirim pesan untuk mengirimkan pesan

5. Pengkodean (encoding), yaitu proses dimana pengirim pesan mengubah pesan atau menjabarkan pesan ke dalam bentuk simbol. Simbol yang dimaksud dapat berupa bahasa non verbal seperti isyarat, gambar atau bisa dalam bentuk kata-kata.

6. Penerjemahan (decoding) adalah proses ketika penerima pesan mencoba memahami pesan yang dikirimkan oleh pengirim pesan.

7. Respon (Response) adalah berupa tanggapan penerima setelah menerima pesan.

8. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan yang disampaikan penerima kepada penerima pesan setelah pesan diterima.

9. Gangguan (Noise) adalah berupa hambatan yang muncul selama proses komunikasi berlangsung. Hambatan ini mengakibatkan pesan yang sampai ke penerima tidak sesuai dengan yang disampaikan oleh pengirim pesan. Sehingga bisa mengakibatkan salah pengertian atau bahkan pesan tidak sampai sama sekali ke audiens atau penerima pesan.

(6)

Sembilan elemen yang dikemukakan oleh West dan Turner tersebut bila dirangkai akan membentuk sebuah proses komunikasi yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Transaksional West dan Turner (2007 : 14)

Model ini merupakan model dasar komunikasi dimana sumber atau pengirim mengkodekan informasi atau pesan berdasarkan bidang pengirim pengalaman secara terus menerus. Pengirim dan penerima pesan sama-sama bertanggung jawab terhadap dampak dan keefektifitasan komunikasi. Kemudian pesan dikirim melalui channel. Setelah itu, pesan tersebut akan diterjemahkan oleh receiver berdasarkan pengalamannya. Proses ini sangat dipengaruhi oleh gambaran penerima pesan terhadap sesuatu atau disebut field experience, yakni berbagai pengalaman, persepsi, sikap dan nilai yang diberikan seseorang dalam situasi komunikasi. Proses komunikasi setelah penerima menerima dan memahami pesan, dia menghendaki respon dan memberikan umpan balik ke sumbernya(West dan Turner, 2008:14).

(7)

Grafe, Ulmar , Doris, Dehling & Maximiliann (2012) mendefinisikan, mengenai proses penyampaian pesan yaitu

“In any message, signals need to be successfully processed through either

single or multiple channels to effectively convey information from senders to receivers. Clear reception is a minimum requirement for a successful communication system. Signal detectability depends on signal design, conditions of the environment, and the receiver's sensory system. Additional sensory stimulation in the environment can cause information to be lost”.

Bedasarkan uraian jurnal tersebut menjelaskan bahwa dalam berkomunikasi dan penyampaian pesan yang dikirim oleh sender melalui channel komunikasi kepada receiver atau ke beberapa penerima. Pengirim harus menyandikan pesan (informasi yang disampaikan) menjadi bentuk yang sesuai dengan saluran komunikasi, dan receiver kemudian menerjemahkan pesan untuk memahami makna secara signifikan.

Berikut ini beberapa pemahaman mengenai komunikasi seperti yang dinyatakan oleh dua pakar sebagai berikut: Rogers (2005: 62), Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

Albig (2005:1) berpendapat“Communication is the process of trasmitting

meaningful symbols between individuals” Komunikasi adalah proses penyampaian

dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna diantara individu-individu. Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat kita golongkan ada tiga pengertian utama komunikasi yaitu: pengertian secara etimologis, terminologis, paradigmatis

1. Secara etimologis, komunikasi dipelajari menurut asal-usul kata, yaitu komunikasi berasal dari bahasa latin ‘communicatio’ dan perkataan ini bersumber pada kata ‘comminis’ yang berarti sama makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan.

2. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Secara paradigmatis, komunikasi berarti pola yang meliputi sejumlah komponen berkorelasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

(8)

Contohnya adalah ceramah, kuliah, dakwah, diplomasi, dan sebagainya. Demikian pula pemberitaan surat kabar dan majalah, penyiaran radio dan televisi atau pertunjukan film di gedung bioskop, dan lain-lain.

3. Secara Paradigmatis, Komunikasi berarti pola yang meliputi sejumlah komponen berkorelasi satu dengan yang lain secara fungsional untuk mencapai tujuan tertentu. (Suprapto, 2011: 7)

2.2.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahami oleh komunikan. Komunikasi adalah sebuah proses, sebuah kegiatan yang berlangsung secara berlanjut. Proses Komunikasi dikategorikan menjadi dua perspektif, yaitu:

1. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis

Proses Komunikasi Perspektif ini terjadi pada diri komunikator dari komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Proses “mengemas” atau “membungkus” pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding berupa pesan itu kemudian ia transmisikan atau operkan atau kirimkan kepada komunikan. Sedangkan, proses dalam diri komunikan disebut decoding seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang ia terima dari komunikator tadi. Isi pesan yang telah dibungkus tadi adalah pikiran komunikator. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi. Sebaliknya, bilamana komunikan tidak mengerti, maka komunikasi pun tidak terjadi.

2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau

“melemparkan” dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator oleh komunikan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata, atau indera-indera lainnya (Onong Uchjana, 2004:31).

Dalam buku Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, Vito berpendapat mengemukakan komunikasi adalah transaksi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, dimana komponen-komponen saling terkait.

(9)

Bahwa para pelaku komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan dan keseluruhan (Suprapto, 2011: 7).

Terkait dengan pernyataan proses komunikasi tersebut Ramaraju (2012:68-73) memaparkan sebagai berikut :

“Communication is a dynamic transactional behavior affecting process in

which people behave intentionally in order to induce or elicit a particular response from another person. A channel, through which the communication takes place: a responder, who observe the communicative behaviour, encoding and decoding, the processes of producing and interpreting information and feedback, which refers to the information available to a source that permits him or her to make qualitative judgements about communication effectiveness. Communication is complete only when the intended behaviour is observed by the intended receiver and that person responds to and is affected by the behaviour”.

Berdasarkan pemaparan jurnal diatas menjabarkan bahwa komunikasi bersifat transaksional. Model ini menggaris bawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah proses komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional adalah proses kooperatif. Pengirim dan penerima bertanggung jawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi sehingga adanya

feedback dari komunikasi tersebut.

Setiap elemen komunikasi saling bergantung dengan yang lainnya, masing-masing komponen saling saling mengait dengan komponen yang lain. Dalam aplikasinya, langkah-langkah dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1.2 Proses Komunikasi

(10)

1. Langkah pertama, ide/ gagasan diciptakan oleh sumber/ komunikator. 2. Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialih bentukan

menjadi lambang-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirimkan.

3. Langkah ketiga, pesan yang telah di-encoding selanjutnya dikirimkan melalui saluran/ media yang sesuai dengan karakteristik lambang-lambang komunikasi ditujukan kepada komunikan.

4. Langkah keempat, penerimaan menafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya unuk mengartikan maksud pesan tersebut.

5. Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding, khalayak akan megirim kembali pesan tersebut ke komunikator (Suprapto, 2011:9).

Wilbur Schramm menyatakan bahwa untuk terjadinya proses komunikasi paling sedikit harus memiliki tiga unsur komunikasi, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan. Akan tetapi Harold D Laswell memperkenalkan lima formula untuk terjadinya suatu proses komunikasi, yaitu:

a. Who, yakni berkenaan dengan siapa yang mengatakan.

b. Says What, yakni berkenaan dengan menyatakan apa.

c. In Which Channel, yakni berkenaan dengan saluran apa.

d. To Whom, yakni berkenaan dengan ditujukan kepada siapa.

e. With what effect, yakni berkenaan dengan pengaruh apa. (Suprapto, 2011

: 9)

Berdasarkan formula Laswell tersebut, maka terdapat lima komponen komunikasi agar dapat terjadi proses komunikasi, yaitu:

a. Komunikator b. Pesan

c. Media

d. Komunikan

(11)

Gambar 2.1.3 Model Komunikasi Laswell (Balaswamy, 2006: 62)

Komunikasi merupakan suatu proses, dan biasanya dalam setiap proses itu terdapat hal-hal yang dapat mempengaruhi jalannya proses tersebut (Heath, 2010: 271). Adanya lima faktor yang mempengaruhi proses komunikasi, diantaranya adalah:

1. The Act (Perbuatan)

Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang-lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubungan-hubungan yang dilakukan oleh manusia.

2. The Scene (Adegan)

Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini menekankan hubungan dengan lingkungan komunikasi.

3. The Agent (Pelaku)

Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan komunikasi dinamakan pelaku-pelaku komunikasi.Pengirim dan penerima pesan yang terlibat dalam hubungan komunikasi ini, adalah contoh dari pelaku-pelaku komunikasi tersebut.

4. The Agency (Perantara)

Alat yang digunakan dalam komunikasi dapat membangun terwujudnya perantara. Alat tersebut selain dapat berwujud komunikasi lisan, tatap muka, juga alat komunikasi tertulis, seperti surat perintah, memo, bulletin, nota, surat tugas.

(12)

5. The Purpose (Tujuan)

Ada empat macam tujuan yaitu: a. Tujuan fungsional b. Tujuan manipulasi c. Tujuan keindahan d. Tujuan keyakinan

2.2.3 Model Komunikasi

Komunikasi antar manusia merupakan kajian integral dalam aktivitas kehidupan manusia. Keseharian manusia yang melakukan kegiatan dengan lingkungan melibatkan pertukaran pesan verbal dan non verbal. Maka dalam berkomunikasi dibagi menjadi tiga bagian:

West dan Turner berpendapat, dalam buku ‘Pengantar Teori dan Manajemen

Komunikasi’ (Suprapto, 2011:10) terdapat beberapa model komunikasi diantaranya :

a. Model komunikasi linear yaitu komunikasi satu arah yang biasanya individual.

b. Model komunikasi interaksi yaitu dengan umpan balik.

c. Model transaksional yaitu meliputi sikap, kepercayaan, konsep diri, nilai, dan kemampuan berkomunikasi.

Dalam penelitian ini terfokus dengan model komunikasi transaksional bahwa pengembangan dari komunikasi sebagai proses interaksi. Komunikasi transaksional lebih mendalam dan tepat dalam tipe komunikasi interpersonal karena pengirim dan penerima pesan berbagai makna bersama mencapai kebersamaan dan kesepakatan bersama.

Contohnya, ketika komunikan mendengarkan komunikator berbicara, maka pada saat bersamaan komunikator dengan komunikan mengirimkam pesan secara non verbal (menganggukan wajah, nada suara, dan ekspresi wajah) serta melakukan komunikasi verbal saling bertanya dan berkomentar. Model transaksional menuntut untuk menyadari pengaruh satu pesan dengan pesan lainnya, serta adanya asumsi bahwa saat adanya pengiriman dan penerimaan pesan secara terus menerus dengan adanya komunikasi verbal dan non verbal. Dengan kata lain komunikator berusaha menegosiasikan makna pesan.

(13)

2.2.4 Encoding (Proses Pengiriman Pesan)

Encoding adalah proses pengorganisasian ide menjadi serangkaian

simbol-simbol, seperti kata-kata dan gerak tubuh, yang dirancang untuk berkomunikasi dengan penerima (receiver). Proses encoding menimbulkan pengembangan pesan yang berisikan informasi atau pesan yang diharapkan dapat disampaikan oleh sumber atau pengirim pesan. Pesan-pesan dapat diberikan dalam berbagai bentuk dan bisa juga dalam bentuk simbol atau tanda. Pilihan kata sangat mempengaruhi efektivitas berlangsungnya komunikasi. Pemilihan yang tepat dari kata-kata atau simbol meningkatkan kemungkinan bahwa pengkodean dan komunikasi akan mengalir dengan lancar.

Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya. Komunikasi berawal dari sumber yang mengirimkan pesan ke penerima. Proses pengiriman pesan dimulai dengan source sebagai pemberitahu, ingin menyampaikan pesan atau ide kepada bagian lain yaitu penerima. Source dapat memiliki atau tidak memiliki pengetahuan mengenai receiver atau penerima pesan. Source dapat dimaksudkan sebagai individu, group bahkan organisasi (Dominick, 2012: 43).

Proses encoding didasarkan pada tujuan komunikasi dan hubungan antara pengirim dan penerima. Dalam situasi formal, encoding meliputi:

a) Memilih bahasa

b) Memilih media komunikasi

c) memilih bentuk komunikasi yang tepat

Memilih bahasa yang tepat sangat penting untuk proses encoding yang efektif diantaranya ada dua bentuk bahasa:

1. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran.

2. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Pesan verbal

(14)

memerlukan kode bahasa yang umum, yang dapat dengan mudah diterjemahkan oleh penerima.

Jika penerima tidak mampu membaca sandi atau memahami pesan, komunikasi akan gagal. Seperti memilih media yang tepat dari komunikasi, melibatkan atau membuat pilihan yang tepat dari banyak pilihan yang tersedia, menentukan efektivitas encoding. Memilih media dimana pesan komunikasi dapat mengalir dari sumber atau pengirim ke pada penerima. Dalam cakupan yang lebih luas, saluran komunikasi mencakup dua bentuk, yaitu :

1. Saluran Pribadi (Personal Channels) yang melibatkan kontak

interpersonal langsung dengan individu atau kelompok yang menjadi target. Sebagai contoh, seorang sales berperan sebagai saluran pribadi pada saat menyampaikan sebuah presentasi penjualan.

2. Saluran Non-pribadi (Nonpersonal channels) merupakan saluran-saluran yang membawa pesan tanpa melibatkan kontak perorangan antara pengirim dan penerima pesan. Saluran ini sering dirujuk kepada media masa sebagai pengirim pesan di mana mereka mengirim pesan kepada banyak individu dalam satu waktu secara bersamaan. Dua kategori utama dari saluran non-pribadi adalah media cetak dan media penyiaran.

Hal ini penting karena ada begitu banyak pilihan mengirim pesan interpersonal yang memungkinkan membuat penerima tidak mengerti isi pesan tersebut. Pemilihan bentuk yang tepat sangat bergantung kepada sender-receiver serta hubungan dan tujuan keseluruhan situasi yang komunikatif. Komunikasi lisan, tatap muka, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi terhadap

audience, atau komunikasi melalui telepon merupakan pilihan yang dapat

disesuaikan kepada kebutuhan dan tujuan komunikasi (Rizvi, 2005 :6).

Hinner (2009) mendefinisikan, “Komunikasi adalah proses penyampaian ide, informasi, perasaan, dan keinginan dikodekan dalam simbol-simbol dari satu orang ke orang lain. Simbol-simbol ini bisa verbal, nonverbal, musik, dan matematika. Bahasa adalah seperangkat simbol dan aturan untuk menggabungkan simbol-simbol yang digunakan dan dipahami oleh komunitas besar orang. Sementara bahasa lisan

(15)

adalah bentuk paling umum dari komunikasi, perlu dicatat bahwa beberapa orang berkomunikasi cukup berhasil tanpa mengucapkan satu kata “

Encoding mengacu pada aktifitas bahwa pengiriman pesan (source),

menterjemahkan gagasan-gagasan dan dalam satu bentuk yang mungkin dapat dirasakan. Ketika anda memiliki sesuatu yang ingin dikatakan, otak dan lidah anda bekerja berkerja bersama-sama (biasanya) untuk membentuk kata dan mengucapkan satu kalimat. Jadi encoding dalam communication setting dapat diletakkan satu atau beberapa kali.

Pesan adalah produk fisik yang aktual yang diencode dari source. Ketika kita berbicara, yang kita bicarakan adalah pesan. Ketika menulis sebuah surat, apa yang kita tuliskan dikertas adalah pesan. Beberapa pesan lebih dapat dikontrol oleh penerima pesan dari pada oleh yang lainnya (DuBrin, 2011: 32).

2.2.5 Decoding (Proses Penerimaan Pesan)

Kegiatan penerimaan pesan diawali dengan proses decoding yang merupakan kegiatan yang berlawanan dengan proses encoding. Decoding adalah kegiatan untuk menerjemahkan atau menginterprestasikan pesan-pesan fisik ke dalam suatu bentuk yang memiliki arti bagi penerima (Morissan, 2008:43).

Decoding merupakan proses mentransformasi (merubah) dan

menginterpretasi pesan- pesan pengirim menjadi pendapat penerima dan sangat dipengaruhi oleh kerangka berpikir atau keluasan pengalaman penerima. Komunikasi yang efektif akan dapat dicapai jika suasana setara atau berbagai arti atau pengertian dapat dihadirkan atau telah dibangun sebelumnya antara pengirim dan penerima pesan. Dalam decoding , penerima menafsirkan pesan dan diterjemahkan menjadi informasi yang berarti. Hambatan komunikasi yang sering muncul pada langkah

decoding, Dikarenakan penerima (receiver) menafsirkan pesan sesuai dengan

kebutuhan fisiologis dan motif (DuBrin, 2011).

Decoding adalah proses transformasi pesan yang mana pengiriman kembali

kepikiran. Proses ini sangat dipengaruhi oleh pandangan atau referensi penerima. Komunikasi yang efektif dapat terjadi, ketika proses decoding pesan penerima harus sesuai dengan pengkodean dari pengirim. Sederhananya, penerima memahami dan benar menafsirkan apa yang sumber sedang mencoba untuk komunikasikan. Semakin banyak pengetahuan pengirim ketahui tentang penerima, semakin baik pengirim

(16)

dapat memahami kebutuhan mereka, berempati dengan mereka dan berkomunikasi secara efektif (Belch, 2011).

Feedback

Gambar 2.1.4 Model Komunikasi Klasik (Mooij 2010 :164)

Dalam proses komunikasi ini, sebuah pesan akan dipilih dan dikodekan dalam rangka untuk mentransfer makna. Penerima pesan harus dapat menerima pesan melalui media dan meng-decode pesan itu. Secara umum, pengirim pesan ingin mendapatkan umpan balik untuk mengetahui apakah pesan telah diterima dan dipahami (Mooij, 2010: 164).

Hinner (2009, 18-45) memaparkan “Untuk mencapai transmisi yang sukses, perlu untuk memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses decoding. Gudykunst dan Kim memparkan, decoding melibatkan proses tiga langkah: Keterangan, Interpretasi, dan Evaluasi (195-196). Keterangan mengacu pada apa yang benar-benar melihat penerima, mendengar, atau membaca. Interpretasi adalah apa penerima mengasumsikan untuk melihat, mendengar, atau membaca dan evaluasi adalah penilaian penerima tentang apa yang diasumsikan dilihat, didengar, atau membaca. Ini merupakan tiga langkah proses decoding dipengaruhi secara langsung oleh faktor-faktor kepribadian latar belakang pribadi penerima”

2.2.6 Noise (Gangguan)

Noise (gangguan) merupakan sinyal lain yang tidak diharapkan dalam sistem telekomunikasi karena bersifat mengganggu terhadap sinyal asli serta kehadirannya tidak bisa ditentukan (acak). Banyaknya noise tidak dapat ditentukan secara pasti, hanya dapat dirumuskan probabilitas ataupun kisaran nilai (range) nya saja.

Gangguan yang diakibatkan oleh noise dapat mengubah sinyal informasi, yang menyebabkan gelombang sinus mempunyai sinyal derau yang kecil yang bergabung didalamnya. Sehingga penerima tidak dapat membedakan sinyal

(17)

informasi yang sebenarnya. Didalam komunikasi melibatkan gangguan atau noise merupakan semua hal yang tidak dimaksutkan oleh sumber informasi. Terdapat empat gangguan atau noise, diantaranya:

1. Gangguan semantic (Semantic Noise) berhubngan dengan slang, jargon atau bahasa-bahasa spesialisasi yang digunakan secara perorangan dan kelompok.

2. Gangguan fisik (Physical Noise) merujuk pada gangguan yang disebabkan oleh adanya suara atau kebisingan lain di sekitar tempat pengiriman pesan, seperti adanya desingan suara mobil atau radio.

3. Gangguan psikologis (Phsylogical Noise) merujuk pada prasangka, bias, dan kecendrungan yang dimiliki oleh komunikator terhadap satu sama lain atau terhadap pesan itu sendiri.

4. Gangguan fisiologis (Physiological Noise) adalah gangguan yang bersifat biologis terhadap proses komunikasi. Gangguan seperti ini muncul apabila pembicara sedang sakit, lelah atau lapar (West&Tuner, 2008).

2.3 Kerangka pemikiran

Fenomena kegagalan dalam menghadapi interview kerja yang terjadi dalam lingkungan menjadi bukti bahwa masih banyak job seeker yang menghadapi kesulitan dalam menghadapi proses interview kerja, serta bagi para klien masih kesulitan untuk mendapatkan calon pegawai yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Sehingga dengan terciptanya Interview First School of Interview, dengan memberikan pelatihan soft skill maka fakta tersebut menjadi proses encoding, kemudian diterima menjadi pesan dan informasi sehingga diolah oleh student sebagai proses decoding.

Dalam melakukan proses komunikasi atau penyampaian materi maupun penerimaan materi dalam proses belajar dan mengajar di dalam kelas mengalami adanya gangguan atau noise yang berupa gangguan fisik, psikologis dan sebagainya. Maka dengan adanya penelitian ini ingin memahi gangguan atau noise yang terjadi.

Setelah menerima pelatihan soft skills yang diberikan oleh Interview First School of Interview para student menjadi lebih siap dalam menghadapi dunia kerja, dan bagi sebagian yang sudah mendapatkan pekerjaan telah membuktikan bahwa Interview First School of Interview telah berhasil mencapai visi nya yang bertujuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih siap dalam dunia kerja.

(18)

Hal tersebut dapat diterangkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:

2.3.1 Gambar Kerangka Pemikiran

Menciptakan Sumber Daya Manusia Indonesia Untuk Siap Memasuki Dunia Kerja

Gambar

Gambar 2.1 Model Transaksional   West dan Turner (2007 : 14)
Gambar 2.1.3 Model Komunikasi Laswell  (Balaswamy, 2006: 62)
Gambar 2.1.4 Model Komunikasi Klasik  (Mooij 2010 :164)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meningkatkan dan menunjang pelaksanaan proses manajemen output, maka harus didukung oleh input pendidikan, seperti : kebijakan, tujuan dan sasaran, mutu yang

(1) Yang  dimaksud  dengan  Surat  Perjanjian  Kerja  Sama  ini  adalah  perjanjian  dimana  PIHAK  KESATU  mengikat  PIHAK  KEDUA    sebagaimana  pula  PIHAK 

Apabila setelah diadakan segala usaha di mana pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindarkan, maka pengusaha harus merundingkan maksudnya untuk memutuskan hubungan

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Kemtan 112 Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 0216-9959 Pertanian Kedokteran Hewan dan

Dalam rangka memberikan gambaran mengenai ketersediaan sumber air sebagai sumber air baku di Kota Makassar dan juga mengenai seberapa besar tingkat kebutuhan air bersih

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya perencanaan komunikasi yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Web direktori adalah aplikasi internet atau teknologi lain yang berkaitan di pelayanan publik yang bertujuan untuk meningkatkan akses, efisiensi, efektivitas, dan kualitas dari

Isolat bakteri penambat N non-simbiotik pada sampel tanah HTA1 memperlihatkan bentuk, tepian dan elevasi yang berbeda-beda dengan warna koloni yang didominasi oleh