• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA CALON GURU MELALUI KEGIATAN PRAMUKA SECARA DARING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA CALON GURU MELALUI KEGIATAN PRAMUKA SECARA DARING"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

41

PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA CALON GURU MELALUI KEGIATAN PRAMUKA SECARA DARING

Naniek Sulistya Wardani1

Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga naniek.wardani@uksw.edu

Abstract:Artikel ini merupakan hasil penelitian tentang pembentukan karakter mahasiswa

calon Guru melalui kegiatan Pramuka online. Hal ini dilatar belakangi oleh pencapaian kompetensi guru yang salah satu adalah kompetesi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru. Pembentukan kepribadian terkait dengan karakter, perlu proses dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan dilatihkan melalui kegiataan kepramukaan. Dalam masa pandemik covid 19 menemui kendala dalam praktek kepramukaan karena dilaksanakan secara daring. Oleh karena itu, apakah pelaksanaan kegiatan pramuka melalui daring ini dapat membentuk karakter mahasiswa, perlu dilakukan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) bagaimanakah pelaksanaan kegiatan Pramuka secara daring, 2) apakah kegiatan Pramuka secara daring dapat membentuk karakter mahasiswa. Metode penelitian dalam teknik pengumpulan data menggunakan portofolio dan angket, dengan teknik analisis menggunakan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pramuka secara daring dapat membentuk karakter mahasiswa yang dibuktikan oleh 86,34% dari seluruh responden memiliki karakter sedang sampai tinggi dan 13,67 % dari seluruh responden memiliki karakter rendah. Kegiatan Pramuka meliputi kegiatan teori 60 % dan kegiatan praktik 40 %. Hasil dari analisis factor, telah menunjukkan variabel yang digunakan adalah layak dengan KMO 0.706 ≥ 0,5 dan hasil analisis factor memiliki nilai Eigenvalues>1, artinya ada 3 faktor yang dapat terbentuk; dan 2) pelaksanaan kegiatan pramuka secara daring menggunakan platform whatshap group (WAG), goole form, google meeting, video, youtube dan facebook baik dalam mengkaji teori Pramuka maupun praktek dalam Pramuka.

Keywords: Karakter, Kegiatan Pramuka, Online

A. PENDAHULUAN

Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional), meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Pencapaian kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah melalui pembentukan karakter.

Pembentukan karakter diupayakan dapat dilakukan di sekolah, sehingga pembentukan karakter siswa dituangkan dalam kurikulum 2013 melalui kompetensi religius, kompetensi sosial, kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan. Pelaksanaan pembentukan karakter dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di sekolah. Upaya pencapaian kompetensi melalui karakter, terus menerus dilakukan. Namun pengukuran karakter belum mencapai hasil optimal.

Helen Keller (1990) menyatakan bahwa karakter tidak dapat dibentuk dengan cara mudah dan murah Perlu mengalami ujian dan penderitaan jiwa

▸ Baca selengkapnya: sk kegiatan pramuka

(2)

42 karakter dikuatkan, visi dijernihkan, dan sukses diraih. Seorang mahasiswa yang ingin menyelesaikan studinya membutuhkan perjuangan yang kuat. Sehingga memerlukan energi yang besar pula. Membentuk karakter mahasiswa yang mengedepankan sikap sebagai intelektual yang mengandalkan kecerdasan berpikir, kedewasaan dalam bertutur kata dan bertindak, anti kekerasan, berbudaya, bermartabat, inspiratif, serta menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.

Pramuka adalah wadah untuk pembentukan karakter. Pramuka (Praja Muda Karana) berjiwa muda yang suka berkarya, yang proses pendidikannya menyenangkan bagi anak muda. Pelaksanaan pendidikan di bawah tanggung jawab anggota dewasa, kegiatan dilakukan di luar lingkungan sekolah dan keluarga, dengan tujuan, prinsip dasar dan metode pendidikan tertentu. (Permendikbud No. 63 Tahun 2014 kegiatan ekstrakurikuler). Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Secara konstitusional, pendidikan nasional: “...berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa…..

Tantangan pendidikan di masa depan terletak pada usaha menyiapkan calon guru yang memiliki karakter sehingga dapat menjawab berbagai permasalahan zaman. Pendidikan guru di perguruan tinggi perlu menyiapkan calon guru berkarakter dengan mengintegrasikan pendidikan karakter.

Pengembangan pendidikan karakter mendasarkan pada tujuan pendidikan nasional, yang merumuskan bahwa kualitas manusia Indonesia harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Watak serta peradaban bangsa yang bermartabat adalah karakter bangsa Indonesia yang diidealkan oleh Undang-Undang Sisdiknas. Kata bijak yang menjadi inspirasi bagi kita semua adalah “tanamkanlah buah pikiran dan perilaku baik, maka kita akan menuai tindakan yang baik, tanamkan tindakan dan kita akan menuai kebiasaan, tanamkan kebiasaan dan kita akan menuai karakter, tanamkan karakter dan kita akan menuai kemenangan dan kebahagiaan” (diadaptasi dari Charles Reade dalam Michele Borba,2008). Karakter dapat dikembangkan melalui kegiatan Pramuka.

Pendidikan karakter melalui kegiatan ekstra kurikuler dipandang sangat relevan dan efektif. Nilai-nilai karakter seperti kemandirian, kerjasama, sabar, empati, cermat dan lainya dapat diinternalisasikan dan direalisasikan dalam setiap kegiatan ekstra kurikuler. Ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka.

Coronavirus disease 2019 atau disingkat COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah satu jenis koronavirus. Dalam situasi wabah virus korona di Indonesia ini berdampak pada dunia pendidikan, pemerintah pusat hingga daerah memberi kebijakan meliburkan seluruh lembaga pendidikan. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencegah penularan virus korona. Akan tetapi pendidikan tidak berhenti begitu saja contohnya, saat ini seluruh perguruan tinggi menerapkan kuliah online. Hal ini sebenarnya tidak masalah bagi perguruan tinggi yang memiliki sistem akademik berbasis daring. Kuliah online dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh warga Indonesia untuk

(3)

43 menikmati pendidikan dimana saja yang dia suka. Kuliah online tidak menjadikan masalah apabila materi yang diberikan adalah materi praktek. Bagaimana dengan Pramuka yang banyak praktek? Oleh karena itu penelitian tentang pengembangan karakter bagi mahasiswa calon guru melalui kegiatan Pramuka secara online perlu dilaksanakan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kegiatan pramuka secara daring dapat membentuk karakter mahasiswa, dan bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pramuka secara daring.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Titis Kholifah (2020, 140) dengan judul upaya guru mengembangkan karakter peserta didik sekolah dasar melalui pendidikan ramah anak menjelaskan bahwa, peran guru dalam mengembangkan karakter peserta didik melalui pendidikan ramah anak sangat penting dalam membantu mengembangkan karakter peserta didik. Hal itu diwujudkan dengan berbagai indikator pendukung, seperti dari pemaparan visi dan misi sekolah, sarana dan prasarana yang mendukung, budaya sekolah, program ekstrakurikuler, pembelajaran pembiasaan, sarana bermain, minat bakat dan berbagai indikator yang lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru berperan untuk mengembangkan karakter peserta didik, yang salah satunya melalui program ekstrakurikuler. Dengan demikian mahasiswa calon guru, perlu dipersiapkan untuk dapat mengembangkan karakter melalui dirinya sendiri bersama teman melalui program ekstrakurikuler Pramuka.

Penelitian yang sejalan dilakukan oleh Jito Subianto (2013, 343) yang hasil penelitiannya menjelaskan bahwa sekolah bertanggungjawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian. Sekolah terdiri dari stakeholder, satu diantaranya adalah guru. Guru bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter. Dengan demikian karakter memang harus terbentuk dari dalam diri peserta didik, dimana butuh keterlibatan guru dalam pendampingan dan pembentukannya.

Pendidikan diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar orang tersebut mencapai kedewasaan (Winkel;2012). Pendidikan harus mampu mengemban misi pembentukan karakter (character building) sehingga peserta didik dan lulusan dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan di masa mendatang tanpa meninggalkan nilai karakter mulia (Zuchdi, dkk., 2012:14). Berkaitan dengan kemampuan mendidik di Indonesia telah diatur dalam UU no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik adalah kompetensi kepribadian.

Helen Keller (1880-1968), mengatakan bahwa ”character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired and success achieved” (karakter tidak bisa berkembang dalam kemudahan dan cukup. Hanya melalui pengalaman ujian dan penderitaan jiwa dapat diperkuat, visi dibersihkan, terinspirasi ambisi dan keberhasilan yang dicapai). Dengan demikian pencapaian karakter tidak dapat instan, perlu waktu dan proses.

(4)

44 Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-beda dan unik antara satu dengan yang lainnya. Karakter menurut Muchlas Samani (2011, 43) berpendapat bahwa karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendapat senada juga disampaikan oleh Agus Wibowo (2012,33), bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.

Jadi, karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Dari karakter yang ada pada diri manusia, terdapat nilai-nilai karakter berdasarkan budaya dan bangsa seperti religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Karakter pendidikan juga berarti melakukan usaha yang sungguh-sungguh, sistematik dan tentunya berkelanjutan untuk membangun dan menguatkan kesadaran pada keyakinan semua orang di Indonesia, untuk masa depan yang lebih baik akan hilang tanpa dibangunnya dan dikuatkannya karakter rakyat Indonesia. Seperti halnya, tidak akan nada masa depan yang lebih baik yang dapat diwujudkan tanpa kegigihan, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kejujuran, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa mengembangkan rasa tanggungjawab, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, dan serta tanpa optimisme.

Dalam Kurikulum 2013, pendidikan kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib. Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan kepramukaan merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang secara sistemik diperankan sebagai wahana penguatan psikologis-sosial-kultural (reinfocement) perwujudan sikap dan keterampilan kurikulum 2013 yang secara psikopedagogis koheren dengan pengembangan sikap dan kecakapan dalam pendidikan kepramukaan. Dengan demikian pencapaian Kompetensi Inti Sikap Spiritual (KI-1), Sikap Sosial (KI-2), dan Keterampilan (KI-3) memperoleh penguatan bermakna (meaningfull learning) melalui fasilitasi sistemik-adaptif pendidikan kepramukaan di lingkungan satuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut,

(5)

45 dilakukan kegiatan–kegiatan melalui lingkungan sekolah (intramural) dan di luar sekolah (ekstramural) sebagai upaya memperkuat proses pembentukan karakter bangsa yang berbudi pekerti luhur sesuai dengan nilai dan moral Pancasila. Pendidikan Kepramukaan dinilai sangat penting. Melalui pendidikan kepramukaan akan timbul rasa memiliki, saling tolong menolong, mencintai tanah air dan mencintai alam.

Kementrian Diknas (2011) telah melakukan kajian empiric dengan melakukan identifikasi 18 nilai pembentuk karakter yaitu 1) Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain; 2) Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan; 3) Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya; 4) Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan; 5) Kerja keras, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan; 6) Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki; 7) Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas; 8) Demokratis, cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain; 9) Rasa ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar; 10) Semangat kebangsaan, cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya; 11) Cinta tanah air cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya; 12) Menghargai prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain; 13) bersahabat/komunikatif, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain; 14) cinta damai, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain; 15) Gemar membaca, kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya; 16) Peduli lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi; 17) Peduli social, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan; 18) Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. ( Kementrian Pendidikan Nasional berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, 2011).

(6)

46 Pembentukan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai (values education) melalui sekolah merupakan usaha mulia yang mendesak untuk dilakukan. Sekolah bertanggungjawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian. Dan hal ini relevan dan kontekstual bukan hanya di negara-negara yang tengah mengalami krisis watak seperti Indonesia, tetapi juga bagi negara-negara maju sekalipun (Fraenkel 1977: 2).

Mahasiswa calon Guru yang nantinya akan menjadi guru akan mempunyai peran untuk membentuk karakter siswa melalui program ekstrakurikuler Pramuka. Pembinaan mahasiswa dalam pembentukan karakter dapat mendasarkan pada Surat Keputusan Kwartir Nasional No. 200 Tahun 2011 Tentang Panduan Kursus Pembina Pramuka Mahir yang meliputi:

1. Modul 1: Upacara Pembukaan Kursus; Orientasi Kursus; Dinamika Kelompok; Pengembangan Sasaaran Kursus

2. Modul 2: Kepramukaan, Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka terdiri dari AD dan ART Gerakan Pramuka; Kepramukaan, Sejarah dan Pendidikan; Sejarah Kepramukaan; Pendidikan dalam Gerakan Pramuka; Prinsip Dasar Kepramukaan; Metode Kepramukaan; Kode Kehormatan Pramuka; Kiasan Dasar dalam Kepramukaan; Motto Gerakan Pramuka;

3. Modul 3: Program Kegiatan Peserta Didik (Prodik) terdiri dari Prodik Pramuka Siaga; Prodik Pramuka Penggalang; Prodik Pramuka Penegak; Prodik Pramuka Pandega; Memahami Peserta Didik dan Kebutuhannya; Menciptakan Kegiatan yang Menarik, Menantang dan Mengandung Pendidikan;

4. Modul 4: Membina Dengan Sistem Among terdiri dari Cara Membina dan Sistem Among; Peran, Tugas dan Tanggungjawab Pembina Pramuka; Komunikasi dan Bergaul dengan Peserta didik; Mengelola Satuan Pramuka; Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD);

5. Modul 5: Organisasi terdiri dari. Struktur Organisasi Gerakan Pramuka; Satuan Karya Pramuka (SAKA); Organisasi dan Administrasi Gugus Depan; Dewan Satuan; Forum S,G,T,D; Majelis Pembimbing;

6. Modul 6: SKU/SKK/TKK, SPG/TPG dan Alat Pendidikan terdiri dari SKU/ TKU, SKK/TKK, SPG/TPG; Cara menguji SKU/TKU, SKK/TKK, SPG/TPG; Upacara sebagai Alat Pendidikan; Permainan Sebagai Alat Pendidikan; Api Unggun Sebagai Alat Pendidikan;

7. Modul 7: Kegiatan Di Alam Terbuka (Outdoor Activity) terdiri dari Keterampilan Kepramukaan; Keterampilan Kepramukaan Pramuka Siaga; Keterampilan Kepramukaan Pramuka Penggalang; Keterampilan Kepramukaan Pramuka Penegak; Keterampilan Kepramukaan Pramuka Pandega Pandega; Penjelajahan;

8. Modul 8 : Pelengkap 8.1. Lambang Gerakan Pramuka,WOSM, NKRI, Lagu Kebangsaan, Bendera, dan Pakaian seragam; Pilihan: Perlindungan Anak; Kewiraan; Pengembangan Kewirausahaan; Muatan local; Muatan Nasional; Global Warming; Jam Pimpinan;

9. Modul 9 : Penutup terdiri dari Api Unggun; Forum Terbuka; Rencana Tindak Lanjut (RTL); Tes akhir dan evaluasi; Upacara Penutupan Kursus.

Strategi pelaksanaan kegiatan Pramuka terdiri dari teori dan praktek. Teori dilakukan di dalam kelas, dan praktek dilakukan di luar kelas. Dalam pelaksanaan masa pandemic covic 19 kegiatan pramuka dilaksanakan secara online.

(7)

47 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kegiatan pramuka secara daring dapat membentuk karakter mahasiswa, dan bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pramuka secara daring. Sedangkan manfaat penelitian adalah meningkatnya karakter mahasiswa melalui kegiatan Pramuka secara daring dan mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan Pramuka dengan baik.

B. PENDEKATAN & METODE PENELITIAN

Pendekatan dalam penelitian ini adalah campuran antara pendekatan kuantitatif dan kualititatif. Subjek penelitian adalah mahasiswa PGSD angkatan tahun 2018 sebanyak 50 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan portofolio (tugas-tugas) dan angket (check list). Tugas terdiri dari pembuatan 6 makalah dan 4 praktek pramuka. Pemberian tugas berupa kajian terhadap materi Pramuka, yang dibuat dalam bentuk makalah, dipresentasikan dan tanya jawab melalui perkuliahan daring. Pembuatan makalah dilaksanakan secara offline, kemudian dishare dan dipelajari teman lain secara offline dan tanya jawab menggunakan whatshap group. Adapun materi dan karakter yang dikembangkan disajikan secara rinci melalui table berikut:

Tabel 1 Tugas Materi dan Karakter

Tugas Materi Karakter Indikator

1 Upacara Disiplin

Ketepatan waktu, Kerapian pemakaian seragam, ketepatan pembentukan kelompok

2

Kepramukaan, AD

dan ART Demokratis

Kelancaran diskusi kelompok, Keterlibatan peserta dalam diskusi, Dikerjakan secara bersama

3

Program Kegiatan

Peserta Didik Rasa ingin tahu

Menghasilkan program kegiatan Siaga, Menghasilkan program kegiatan Penggalang, menciptakan latihan yang bervariasi

4

Membina Dengan

Sistem Among Kreatif

Membuat desain membina Pramuka, menerapkan 2 contoh system among, memberi contoh membina Pramuka

5 Organisasi Mandiri

Membuat struktur organisasi, menjelaskan struktur organisasi, membuat job description

6 Ujian SKU/SKK

Menghargai prestasi

Mengucapkan selamat kepada peserta ujian, Mengucapkan selamat kepada peserta ujian yang sukses, meniru aktivitas peserta sukses

Indikator tersebut di atas, telah dituangkan oleh responden dalam makalah yang merupakan hasil kajian materi. Hasil pengukuran indicator yang diperoleh, kemudian diklasifikasikan ke dalam range nilai yang hasil pengolahan dan disajikan dalam bentuk table. Range nilai untuk karakter adalah 78-80 karakter rendah, 81-83 karakter sedang dan 84-86 karakter tinggi.

Teknik pengumpulan data yang ke dua menggunakan angket yang berbentuk chek list (V) adalah pernyataan2 tentang karakter yang dijawab ya atau tidak, dengan indikator di table 2.

Semua data karakter dari yang telah terkumpul melalui check list, di analisis menggunakan tehnik analisis faktor eksporatori. Teknik pengumpulan

(8)

48 data untuk 12 karakter menggunakan check list dengan alternative jawaban ya dan tidak dan diberi skor 1 untuk jawaban ya dan 0 untuk jawaban tidak.

Tabel 2 Karakter dan Indikator

NO KARAKTER INDIKATOR

1 Religius Berdoa pada awal kegiatan, berdoa pada akhir kegiatan, beribadah

2 Jujur Berkata dengan jujur, berbuat dengan jujur, mengisi link daftar hadir dengan jujur

3 Toleransi Menyapa teman saat bertemu, menanyakan teman yang jarang merespon WA, mengijinkan teman yang jauh rumahnya untuk memberi masukan namun tidak hadir latihan

4 Kerja keras Mengerjakan 6 tugas, mengerjakan 4 praktek Pramuka, mengupload youtube/facebook

5 Semangat Semangat mengerjakan tugas, semangat berdiskusi, semangat melaksanakan praktek

6 Cinta tanah air Memakai masker, jaga jarak, cuci tangan

7 Bersahabat Memiliki kelompok, menyapa dalam WA, mempraktekkan pramuka dalam kelompok

8 Cinta damai Mau mengirim wa, mau menerima Wa, mau menjawab pertanyaan

9 Gemar membaca Membaca dalam satu hari minimal 1 jam, mengkaji materi sehari 1 jam, dalam seminggu membaca literature minimal 2 10 Peduli lingkungan Mengambil sampah yang tercecer, menyapu kamar,

membersihkan meja dan kursi

11 Peduli social Menyapa teman lewat wa, mendorong teman untuk berdiskusi, mendgajak teman melakukan praktek bersama

12 Tanggung jawab Telah menyelesaikan tugas makalah, menyelesaikan praktek, berdiskusi

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang pembentukan karakter mahasiswa calon guru melalui kegiatan pramuka secara daring telah dilakukan terhadap 50 responden dari mahasiswa PGSD pengambil program kegiatan ekstrakurikuler (PKE) Pramuka, yang dilakukan selama 1 semester antara yaitu dari bulan Mei 2020 sampai Agustus 2020, selama 4 bulan.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified (menentukan angkatan) quota (menentukan jumlah) random (acak) sampling, artinya sampel diambil untuk angkatan 2018 pengambil mata kuliah PKE, dan mengambil 3 kelas, setiap kelas diambil 16-17 responden yang pengambilannya secara acak.

Strategi pelaksanaan kegiatan pramuka secara daring meliputi 60 % teori dan 40 %. praktik Dalam teori pramuka, mahasiswa mengkaji 6 materi Pramuka dan dipresentasikan, dan menyampaikan pendapat secara daring. Dalam praktek pramuka, mahasiswa melaksanakan praktek 4 jenis kegiatan kepramukaan, yang kemudian direkam dan membuat video serta dipublish melalui youtube dan facebook.

(9)

49

Tabel 3 Penskoran Karakter melalui Tugas Materi Pramuka

Range TUGAS 1 TUGAS 2 TUGAS 3 TUGAS 4 TUGAS 5 TUGAS 6 Jumlah Persentase

78-80 8 11 9 13 41 13,67

81-83 20 17 33 24 7 27 128 42,67

84-86 22 22 8 13 43 23 131 43,67

Jumlah 50 50 50 50 50 50 300

Sumber : Data Primer

Klasifikasi karakter terbagi menjadi 3 yaitu antara skor 78-80 adalah karakter rendah, antara skor 81-83 adalah karakter sedang dan antara skor 84-86 adalah karakter tinggi Mencermati table yang diungkapkan di atas, nampak distribusi skor yang menyebar tidak merata, dan porsi terbesar justru pada karakter tinggi. Jika skor tugas 1 sampai skor tugas 6 ditotalkan, maka 43,67% responden memiliki karakter tinggi, 42,67% dari seluruh responden berkarakter sedang dan 13,67% dari seluruh responden berkarakter rendah. Ini menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran yang diberikan berupa teori secara daring mendukung pembentukan karakter. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Siswati, Cahyo Budi Utomo, Abdul Muntholib (2018, 5) yang menjelaskan bahwa pelaksanaan pendidikan karakater yang dapat membentuk sikap dan perilaku sosial peserta didik SMA PGRI 1 Pati dimulai dari proses pembiasaan terhadap peserta didik yang dilakukan oleh pihak sekolah setiap harinya. Kegiatan yang dilakukan setiap hari ini akan berdampak positif terhadap peserta didik yang nantinya membentuk sikap-sikap sosial peserta didik itu sendiri seperti bentuk penerapan 5 S (senyum, sapa, salam, sopan, dan santun). Artinya bahwa pembentukan karakter harus dilakukan dalam kehidupan. Oleh karena situasi pandemic, maka dalam penelitian ini, perilaku yang dilakukan ditunjukkan dengan cara menulis. Menulis merupakan hasil piker, sehingga hal ini dapat dipahami.

Pelaksanaan Karakter. Pendidikan karakter meliputi ruang lingkup seperti

tergambar melalui gambar 1 berikut ini.

Gambart 1 Ruang Lingkup Pendidikan Karakter

(10)

50 Karakter merupakan hasil olahan dari pikir, hati, raga dan rasa. Olah pikir meliputi cerdas, kritis, kreatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi ipteks dan reflektif. Olah hati meliputi beriman dan bertaqwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban dan berjiwa patriotik. Olah raga meliputi bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetetif, ceria dan gigih. Olah rasa meliputi ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras dan beretos kerja. Ke empat olahan tersebut ada yang saling beririsan, sehingga ke 4 olahan dapat disimpulkan dalam 18 nilai karakter seperti yang telah disebut di atas.

Dalam penelitian ini, responden yang digunakan sebanyak 50 mahasiswa yang diambil secara acak di tiga kelas pengambil mata kuliah PKE Pramuka. Masing2 kelas ditentukan jumlah responden yang diambil yakni kelas A sebanyak 16 responden, kelas B 17 responden dan kelas C sebanyak 17 responden. Dari 50 responden diminta untuk mengisi google form (mengingat pandemik) sebanyak 12 variabel atau 36 pertanyaan yang sudah valid dan reliabel, dengan menjawab ya atau tidak. Dari data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis faktor, yang hasilnya sebagai berikut.

Variabel karakter meliputi 12 indikator yakni religius, jujur, toleransi, kerja keras, semangat cinta tanah air, bersahabat, cinta damai, gemar membaca peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Data dianalisis menggunakan analisis eksploratory factor (EFA) dengan mengikuti persyaratan :

1. Kelayakan variabel . Nilai Keiser Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy ≥ 0,5. Hasil perhitungan menunjukkan nilai Keiser Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy sebesar 0.706, artinya 0.706 ≥ 0,5 dan pada Chi-Square nilai sig yang diperoleh sebesar 0.000<0,05. Persyaratan KMO and Bartlett’s Test terpenuhi

2. Menentukan variabel mana saja yang dapat diproses lebih lanjut menggunakan Measures of Sampling Adequacy (MSA) yang bertanda a* sudah≥0,50.

Jadi persyaratan 1 dan 2 terpenuhi. Data dapat dilanjutkan dengan proses analisis faktor.

(11)

51 Gambar 2 Scree Plot

Gambar Scree Plot ini dapat juga menunjukkan jumlah factor yang terbentuk. Nampak dalam Scree Plot di atas, dari factor ke 1, factor ke 2 dan factor ke 3 menurun nilai eigenvalue meski nilai Eigenvalue masih di atas angka 1. Namun faktor ke 4 dan seterusnya sampai factor ke 12, nilai eigenvalue di bawah 1. Jadi jumlah factor, ada 3 titik Component yang memiliki nilai Eigenvalues>1, artinya ada 3 faktor yang dapat terbentuk. Angka eigenvalues menunjukkan kepentingan relative masing-masing factor dalam menghitung varians ke dua belas butir yang dianalisis. Jumlah angka eigenvalues untuk ke dua belas butir adalah sama dengan total varians ke dua belas butir. Jadi variable layak untuk merangkum kedua belas variabel yang dianalisis.

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis factor ini adalah:

Tabel 4 Faktor dan Variabel

Faktor Variabel

1 Religius, jujur, toleransi, kerja keras, semangat

2 Cinta tanah air, bersahabat, cinta damai, gemar membaca 3 Peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab

Sumber : Olahan data primer

Mendasarkan pada table di atas, maka 12 variabel yang digunakan untuk membentuk karakter adalah layak artinya 12 variabel dapat membentuk karakter. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Suparno (2018, 70) yang menjelaskan bahwa interaksi teman sebaya dalam kelompok mempunyai pengaruh dominan dalam membentuk karakter siswa. Interaksi teman sebaya dapat ditunjukkan dengan peduli social, peduli lingkungan, toleransi.Dengan demikian hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian orang lain, sehingga hasil penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan.

Hasil penelitian pembentukan karakter mahasiswa calon guru melalui kegiatan pramuka secara daring terbukti dengan ditemukannya hasil penelitian dengan teori Pramuka dan Praktek Pramuka melalui daring.

(12)

52

D. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, simpulan yang dapat dirumuskan adalah 1) kegiatan pramuka secara daring dapat membentuk karakter mahasiswa yang dibuktikan oleh 86,34% dari seluruh responden memiliki karakter sedang sampai tinggi dan 13,67 % dari seluruh responden memiliki karakter rendah. Dalam analisis factor, telah menunjukkan variabel yang digunakan adalah layak dengan KMO 0.706 ≥ 0,5 dan hasil analisis factor memiliki nilai Eigenvalues>1, artinya ada 3 faktor yang dapat terbentuk; dan 2) pelaksanaan kegiatan pramuka secara daring menggunakan platform WAG, google meeting, video, youtube dan facebook baik dalam mengkaji teori Pramuka maupun praktek dalam Pramuka.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 200 Tahun 2011 tentang Panduan Teknis Kursus Pembina Pramuka Mahir. Kwarnas Gerakan Pramuka

Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional.

Fraenkel, Jack R. 1977. How to Teach about Values: An Analytical Approach, Englewood, NJ: Prentice Hall.

Jito Subianto. 2013. Peran Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat Dalam Pembentukan Karakter Berkualitas. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam. Vol. 8, No. 2, Agustus 2013

Kemendikbud. 2017. Konsep dan Pedoman PPK. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Permendikbud No. 63 Tahun 2014 tentang Program Ekstrakurikuler

Samani Muchlas & Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Siswati, Cahyo Budi Utomo, Abdul Muntholib. 2018. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Membentuk Sikap dan Perilaku Sosial Peserta Didik Melalui Pembelajaran Sejarah di SMA PGRI 1 Pati Tahun Pelajaran 2017/2018. Indonesian Journal of History Education, 6 (1), 2018: p.1-13

Suparno. 2018. Analisis Faktor-Faktor Pembentuk Karakter SMART Siswa Di Sekolah Islam Terpadu. Jurnal Pendidikan Karakter.Tahun VIII. Nomor 1, April 2018.: p. 62-73

Wahyu Titis Kholifah.2020. Upaya Guru Mengembangkan Karakter Peserta Didik Sekolah Dasar Melalui Pendidikan Ramah Anak. Jurnal Pendidikan Dan Konseling Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

Wibowo Agus. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

WS Winkel. 2012. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Zuchdi, Darmiyati, dkk. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep Dasar dan Implementasi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press

Gambar

Tabel 1 Tugas Materi dan Karakter
Tabel 2 Karakter dan Indikator
Gambar 2 Scree Plot

Referensi

Dokumen terkait

Ditambahkan air kedalam molasses dengan perbandingan air dengan molases 1 : 5 kemudian aduk hingga merata.. Histogram konsumsi ransum kelinci (g/ekor/hari)

Dengan menggunakan supercharger, maka didapat performansi sebagai berikut: Daya tertinggi terjadi pada Akra Sol yaitu sebesar 4,396kW, torsi maksimum pada pembebanan 4.5kg

ini akan memfokuskan pada hasil wawancara dengan guru dan siswa yang. mengacu pada ekstrakurikuler kitab kuning fiqih wadhih jilid 1 di

Dampak yang telah dirasakan oleh Indonesia dari sistem riba ini yaitu kondisi krisis ekonomi pada tahun 1997, dimana hutang negara meningkat dari beban bunga

Tujuan penulisan skripsi ini ialah menciptakan game multiplayer pada telepon seluler dengan data yang tersentralisasi, dan memberikan alternatif game bagi gamers

Berdasarkan latar belakang yang ada maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana membangun sebuah Sistem Informasi Inventaris Berbasis Web Mobile

Untuk menunjang panelitian ini, teori yang digunakan adalah teori Vroom yang terdiri dari tiga elemen yaitu Pertautan, Valensi, Harapan yang natinya akan menghubungkan

2. Apersepsi : Siswa diminta mencoba membuat kurve harga keseimbangan. 2) Tiap kelompok belajar terdiri dari 5 anggota yang merupakan kelompok. 3) Setiap kelompok belajar diberi