• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dan mekanisme WTO (World Trade Organizations) dengan bentuk salah satu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dan mekanisme WTO (World Trade Organizations) dengan bentuk salah satu"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini perdagangan internasional dipengaruhi oleh sistem, ketentuan dan mekanisme WTO (World Trade Organizations) dengan bentuk salah satu aturan main adalah TRIMs (Agrement on Trade Related Investment Measures). Atas dasar ketentuan tersebut, kegiatan penanaman modal di Indonesia secara logis-yuridis terikat kepada prinsip-prinsip penanaman modal internasional dari WTO dan TRIMs yaitu prinsip nondiskriminasi, prinsip most favoured nations (MFN), prinsip national treatment.1

Sebagai negara yang turut ambil bagian dalam perdagangan multilateral, Indonesia sudah meratifikasi Agreement Establishment The WTO baik ketentuan-ketentuan establishing maupun ketentuan-ketentuan- ketentuan-ketentuan annexes WTO melalui Undang-Undang nomor 7 Tahun 1994 pada 2 November 1994. Dengan ratifikasi tersebut, maka negara-negara anggota WTO, dalam hal ini juga Indonesia, harus menyesuaikan peraturan nasionalnya dengan ketentuan yang ada dalam persetujuan-persetujuan WTO.2

Bagi Indonesia, baik itu penanaman modal asing maupun dalam negeri (domestik) memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian, pertumbuhan lapangan kerja dan juga sumber dana peningkatan pembangunan

1

Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 109-110.

2

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, (Bandung: Books Terrace & Library, 2007), hal. 3.

(2)

seperti melalui pembayaran pajak, membawa tenaga manajemen, entrepreneur, keahlian teknik, dan pengetahuan mengenai pasar dan pemasaran dari barang-barang yang dihasilkan.

Dalam jangka panjang, hal ini akan melatih masyarakat lokal mendapat keahlian dalam bidang-bidang yang diusahakan. Selain itu, perusahaan-perusahaan asing dapat mempercepat proses alih teknologi yang baru (transfer of

technology) ke negara berkembang karena dalam mendirikan

perusahaan-perusahaan di negara-negara itu, teknologi yang akan digunakan adalah teknologi yang jauh lebih baik dari yang ada di negara berkembang. Terlebih lagi kegiatan penanaman modal asing sering kali berperan dalam membuka pasar baru dan mendorong masuknya teknologi dan keterampilan baru. Hal tersebut memungkinkan masyarakat untuk memperoleh barang-barang dengan harga yang lebih murah dan lebih baik mutunya. 3

Namun perlu disadari bahwa penanaman modal juga dapat memberi pengaruh negatif, seperti dengan banyaknya perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia yang menguasai aset-aset penting milik publik, seperti pertambangan minyak dan gas, listrik, sektor transportasi dan lain sebagainya, yang kemudian menimbulkan kerawanan sosial yang selanjutnya dapat memicu benturan sosial yang biaya sosialnya (social cost) sangat tinggi.4 Disisi lain, ketika kegiatan penanaman modal berkurang akan terasa menyebabkan turunnya daya tarik, dan memperlemah hubungan antara ekonomi negara dengan pasar internasional. Akan

(3)

tetapi harus tetap memandang pada nilai positifnya, sehingga penanaman modal harus terus didorong untuk menciptakan daya saing perekonomian nasional, mendorong integrasi perekonomian Indonesia menuju perekonomian global. Sehingga mampu bersaing dalam perekonomian dunia yang terus menghasilkan kompetisi antar bangsa yang semakin ketat.

Pembangunan merupakan proses yang meliputi kegiatan, tindakan, dan keputusan yang diambil dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan ketahanan bangsa. Agar pembangunan memberikan hasil yang sebesar-besarnya, maka sumber daya dan kesempatan yang tersedia perlu dimanfaatkan secara bijaksana dan rasional. Penanaman modal merupakan salah satu unsur penggerak yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah. Hal ini dimaksudkan untuk menghimpun dan menggerakkan modal swasta guna menggali potensi sumber daya daerah yang akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan menciptakan pemerataan pembangunan. Untuk tujuan ini, maka pemerintah memberikan keleluasan bagi para investor untuk menanamkan modalnya, baik dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA).5

Atas dasar hal tersebut, pembentukan Undang-Undang Penanaman Modal harus didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga dapat meningkatkan daya tarik sehingga Indonesia menjadi negara tujuan investasi. Hal tersebut mulai dilakukakan dengan mengganti

5

Adi Saputra Habeahan, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi

Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap Promosi Dalam Negeri Di Sumatera Utara,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27742/5/Chapter I.pdf, diakses pada 25 April 2012 pukul 10.52 WIB

(4)

kebijakan investasi yang dulunya tertutup atau sangat dibatasi dengan kebijakan yang lebih terbuka; menerapkan asas nondiskriminasi dan perlakuan yang sama antara modal dalam negeri dan modal asing. Diikuti dengan dihasilkannya daftar negatif investasi hingga mencakup sejumlah kecil bisnis saja yang terkait dengan kesehatan, pertanahan, keamanan dan lingkungan hidup.6

Kemudian dilanjutkan dengan Undang-Undang Penanaman Modal yang mengatur hal-hal yang penting, yang mencakup semua kegiatan penanaman modal langsung disemua sektor yang meliputi kebijakan dasar penanaman modal, bentuk keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dengan pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal dan tanggung jawab penanam modal serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang didalamnya mengatur mengenai kelembagaan urusan pananaman modal dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa.

Dalam Pasal 18 sampai degan Pasal 24 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, ditentukan bahwa investor, baik domestik maupun asing yang menanamkan investasinya di Indonesia diberikan fasilitas atau kemudahan-kemudahan. Fasilitas penanam modal itu diberikan kepada penanam modal yang:7

1. Melakukan perluasan usaha; atau 2. Melakukan penanaman modal baru

(5)

Kriteria investor yang akan mendapat fasilitas penanam modal telah ditentukan oleh Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007. Adapun sepuluh kriteria itu meliputi:

1. Menyerap banyak tenaga kerja; 2. Termasuk skala prioritas tinggi; 3. Termasuk pembangunan infrastruktur; 4. Melakukan alih teknologi;

5. Melakukan industri pionir

6. Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan; 7. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

8. Melaksanakan kegiatan penelitian; 9. Bermitra dengan UKM atau koperasi;

10. Industri yang menggunakan barang modal atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri.

Apabila salah satu kriteria itu dipenuhi, maka telah dianggap cukup bagi pemerintah untuk memberikan fasilitas atau kemudahan kepada investor. Ada sepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada penanam modal (investor) asing maupun domestik. Kesepuluh fasilitas yang disajikan itu adalah:

1. Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh)

2. Pembebasan atau Keringanan Bea Impor Barang Modal yang Belum Bisa Diproduksi di Dalam Negeri

3. Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk Bahan Baku atau Bahan Penolong untuk Keperluan Produksi

(6)

4. Pembebasan atau Penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Impor Barang Modal atau Mesin, yang belum dapat Diproduksi di dalam Negeri 5. Penyusutan dan Amortisasi yang Dipercepat

6. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

7. Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan 8. Fasilitas Hak atas Tanah

9. Fasilitas Keimigrasian 10. Perizinan Impor

Pemberian fasilitas tersebut membutuhkan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Pemerintah daerah memiliki otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan penyelenggara dan penanaman modal. Oleh karena itu, peningkatan koordinasi harus dapat diukur kecepatannya dengan pemberian perizinan dan fasilitas penanaman modal yang memiliki daya saing.

Selanjutnya fasilitas penanaman modal diberikan dengan pertimbangan tingkat daya saing perekonomian dan kondisi keuangan negara dan harus promotif dibandingkan dengan fasilitas yang diberikan oleh negara lain. Pentingnya kepastian fasilitas penanaman modal ini mengharuskan pengaturan yang lebih detail terhadap bentuk fasilitas fiskal, fasilitas hak atas tanah, imigrasi dan fasilitas perizinan impor. Pemberian fasilitas tersebut setidaknya merupakan upaya untuk mendorong penyerapan tenaga kerja.

(7)

Dalam memberdayakan penanaman modal, Indonesia harus melalui beberapa tantangan, yaitu:8

1. Persaingan kebijakan investasi yang dilakukan oleh negara pesaing seperti Cina, Vietnam, Thailand, dan Malaysia;

2. Lemahnya insentif investasi

3. Kualitas SDM yang rendah dan terbatasnya infrastruktur

4. Tidak adanya kebijakan yang jelas untuk mendorong pengalihan teknologi dari PMA

5. Masih tingginya biaya ekonomi karena tingginya kasus korupsi, keamanan dan penyalahgunaan wewenang;

6. Meningkatnya nilai tukar riil efektif rupiah

7. Belum optimalnya pemberian insentif dan fasilitas

Hingga tahun 2012 ini, dalam rangka menarik penanam modal asing maupun dalam negeri serta dalam memberikan kepastian hukum dalam berinvestasi di Indonesia, pemerintah Indonesia telah dan terus menetapkan serangkaian peraturan baru di bidang penanaman modal, yang akan memudahkan para investor untuk berinvestasi di Indonesia. Kemudahan tersebut tercermin antara lain dalam penerapan mekanisme Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan penyederhanaan prosedur perijinan investasi. Arah baru regulasi di bidang penanaman modal ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing Indonesia ditengah persaingan global sehingga mampu membawa Indonesia menjadi negara tujuan investasi terdepan.

8

(8)

Akan tetapi, mulai banyak juga kasus-kasus yang terungkap, yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan bidang penanaman modal yang dilatarbelakangi karena penanaman modal tersebut dirasakan tidak berpihak kepada masyarakat banyak, khususnya masyarakat di sekitar daerah itu. Hal ini terjadi karena penyelenggaraan penanaman modal di Indonesia belum dapat menjawab tantangan-tantangan tersebut sehingga rakyatlah yang menjadi korban dari para penguasa dan pengusaha. Banyak masyarakat jadi beranggapan bahwa pemerintah lebih memihak kepada penanam modal daripada rakyatnya karena lebih mengutamakan kontrak yang telah mereka sepakati. Bahkan penanam modal (investor) seperti mendapat kekebalan hukum dan perlindungan khusus yang berlebihan.

Misalnya dalam pemberian fasilitas hak atas tanah kepada penanam modal, yang justru semakin banyak memunculkan kasus-kasus pertanahan. Semakin bertambahnya status tanah-tanah milik masyarakat adat maupun perorangan dengan status tanah sengketa. Hal tersebut seharusnya menjadi menjadi tanda tanya besar dan juga menjadi perhatian pemerintah. Bahkan dengan terungkapnya Kasus Mesuji, yang memakan korban jiwa baik dari masyarakat setempat dan dari pihak perusahaan karena status kepemilikan lahan yang tidak jelas. Hal tersebut disebabkan oleh Pemerintah yang tidak melakukan kontrol yang berkala atau terus menerus. Pemerintah seharusnya dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan cepat, penuh tanggung jawab dan bijaksana khususnya dipandang dari segi hukum ekonominya, baik itu Pemerintah Pusat, maupun

(9)

Pemerintah Daerah yang telah diberi kewenangan khusus oleh UU Otonomi Daerah.

Untuk itu, penting rasanya mengkaji kembali tentang perlakuan dan pemberian fasilitas kepada penanam modal. Sehingga dengan memahami hal-hal tersebut, dapat diketahui dengan jelas tentang perlakuan dan fasilitas apa saja yang diberikan kepada penanam modal menurut prespektif UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Sehingga, akan lebih mudah menyikapi dan menganalisa perkembangan dunia penanaman modal di Indonesia bahkan untuk kasus-kasus yang terjadi dan kewenangan pemerintah yang seharusnya dilaksanakan dalam mengawasi dan menangani masalah-masalah yang terjadi itu, sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.

B. Perumusan Masalah

Tulisan ini terutama merupakan kajian secara yurudis normatif terhadap pelaksanaan penanaman modal yang ada di Indonesia yang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang dan peraturan pendukung lain yang berkenaan dengan perlakuan dan pemberian fasilitas kepada penanam modal dalam kegiatan penanaman modal.

Suatu pengajuan permasalahan adalah untuk membatasi ruang lingkup permasalahan agar tidak melebar sehingga akan mengaturkan tujuan pembahasan dapat menjawab permasalahan tersebut.

Adapun masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

(10)

1. Bagaimana perlakuan yang diberikan pemerintah kepada penanam modal berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal?

2. Bagaimana ketentuan fasilitas yang diberikan pemerintah kepada penanam modal berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal? 3. Bagaimana pengawasan pemerintah terhadap penanam modal yang

diberikan fasilitas penanaman modal?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan utama penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan yang dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui perlakuan yang diberikan pemerintah kepada penanam modal berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 2. Untuk mengetahui ketentuan fasilitas yang diberikan pemerintah kepada

penanam modal berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

3. Untuk mengetahui bentuk pengawasan pemerintah terhadap penanam modal yang diberikan fasilitas penanaman modal dan perekmbangannya. Manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

(11)

Secara Teoritis, pembahasan terhadap perlakuan dan pemberian fasilitas yang akan dibahas akan menimbulkan pengertian baru bagi pembaca tentang perlakuan dan pemberian fasilitas dalam penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah terhadap penanam modal baik asing maupun domestik. 2. Secara Praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pembaca terutama bagi para penanam modal di Indonesia, juga sebagai bahan bagi para akademisi dalam menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perlakuan terhadap penanam modal dan pemberian fasilitas penanaman modal.

D. Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui keaslian penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi berjudul “Perlakuan dan Pemberian Fasilitas Kepada Penanam Modal Menurut Prespektif UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal”,

Layaknya suatu karya ilmiah, penulisan skripsi ini didasarkan pada ide-ide, gagasan maupun pemikiran dari penulis pribadi dan bukan hasil karya penggandaan dari karya tulis orang lain. Adapun kutipan atau pendapat yang berasal dari sumber lain hanyalah sebagai referensi guna menambah manfaat dan kesempurnaan tulisan ini.

Dalam proses pengajuan judul skripsi ini penulis harus terlebih dahulu mendaftarkan judul tersebut kebagian Departemen Hukum Ekonomi dan setelah diperiksa dan dipastikan judul yang diangkat oleh penulis dinyatakan disetujui oleh bagian Departemen Hukum Ekonomi.

(12)

Atas dasar pemikiran tersebut, penulis yakin bahwa judul yang diangkat beserta pembahasannya belum pernah ada penulisannya pada bagian Hukum Ekonomi khususnya dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada umumnya, sehingga keaslian penulisan yang penulis tuangkan dijamin keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan

Perlakuan terhadap penanam modal diatur dalam Bab V UU No. 25 Tahun 2007, Pasal 6, 7, 8, dan 9. Negara Indonesia yang menganut sistem ekonomi yang bebas terkendali atau mixed economy tidak terlepas dan sangat tergantung pada sistem perdagangan internasional.

Dewasa ini perdagangan internasional dipengaruhi oleh sistem, ketentuan dan mekanisme WTO (World Trade Organizations) dengan bentuk salah satu aturan main adalah TRIMs (Agrement on Trade Related Investment

Measures). Atas dasar ketentuan tersebut, kegiatan penanaman modal di Indonesia

secara logis-yuridis terikat kepada prinsip-prinsip penanaman modal internasional dari WTO dan TRIMs yaitu prinsip nondiskriminasi, prinsip Most Favoured

Nations (MFN), prinsip National Treatment.9

Indonesia telah meratifikasi segenap peraturan dalam TRIMs dan GATS, atas dasar ketentuan tersebut penanaman modal di Indonesia secara logis-yuridis

(13)

terikat kepada prinsip-prinsip penanaman modal international dari WTO dan TRIMs, prinsip-prinsip tersebut adalah: 10

a. Prinsip Nondiskriminasi, prinsip ini mengharuskan negara tempat investasi untuk memperlakukan secara sama setiap penanam modal baik penanam modal asing atau penanam modal domestik di negara tempat penanaman modal dilakukan;

b. Prinsip Most Favoured Nations (MFN), prinsip ini menuntut perlakuan sama dari negara tempat investasi terhadap penanam modal dari negara asing yang satu dengan penanam modal asing dari negara lainnya yang melakukan aktivitas penanaman modal dinegara mana penanam modal tersebut dilakukan; dan

c. Prinsip National Treatment, prinsip ini mengharuskan negara tempat investasi untuk tidak membedakan perlakuan antara penanam modal asing dengan domestik.

TRIMs memuat ketentuan peraturan di bidang investasi yang mempengaruhi perdagangan bebas yang dapat dibagi atas TRIMs positif yang merupakan pemberian incentives dan TRIMs negatif karena izin investasi dikaitkan dengan persyaratan pemilikan saham nasional; penggunaan kandungan lokal; ketentuan ekspor, kapasitas produksi, jenis, alih teknologi, dll. Ketentuan

TRIMs bertentangan dengan WTO karena ada mengatur keharusan membeli

produk dalam negeri; tidak sejalan dengan penghapusan quantitative restriction

10

Saepudin, http:// www.binatalentabangsa.com/Saepudin Online, diakses pada 25 April 2012, pukul 10.56 WIB

(14)

yakni dengan pembatasan produk yang dipakai dalam proses produksi atau produk senilai ekspor.11

Berdasarkan prinsip tersebut, Indonesia memberikan perlakuan yang sama antara penanam modal dalam negeri dengan penanam modal asing yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.12

Fasilitas penanaman modal diatur dalam Bab X Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, Pasal 18, 19, 20, 21, 22, 23, dan 24. Fasilitas penanam modal diberikan dengan pertimbangan tingkat daya saing perekonomian dan kondisi negara dan harus promotif dibandingkan dengan fasilitas yang diberikan negara lain. Pentingnya kepastian fasilitas penanaman modal ini mendorong peraturan secara lebih detail terhadap bentuk fasilitas perpajakan, fasilitas fiskal, fasilitas perizinan impor, fasilitas imigrasi dan fasilitas hak atas tanah. 13

Penanaman modal menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri mapun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.

Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanaman modal asing adalah kegiatan mananam modal untuk mlakukan usaha

(15)

di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing sepenuhnya maupun yeng berpatungan dengan penanam mosal dalam negeri.14

Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. Modal tersebut dibagi menjadi modal dalam negeri dan modal asing. Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha ang berbentuk badan hukm atu tidak berbadan hukum. Sedangkan modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukm dan/atau badan hukum Indonesia yan sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.15

Prosedur perizinan penanaman modal perlu bagi seorang penanam modal yang akan menanamkan modalnya di suatu negara, perlu mengetahui bagaimana prosedur atau tata cara penanaman modal di negara tersebut baik dalam bentuk penanaman modal asing ataupun dalam negeri.

Pelayanan terpadu satu pintu adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perisinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara daerah.

14

Lihat Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1

15

(16)

F. Metode Penulisan

Dalam Dalam skripsi ini untuk membahas masalah sangat membutuhkan adanya data dan keterangan yang dapat dijadikan bahan analitis. Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dan keterangan tersebut penulis menggunakan metode sebagai berikut.

1. Spesifikasi Penelitian

Tipe penelitian hukum yang dilakukan adalah yuridis normative dengan pertimbangan bahwa titik tolak penelitian analisis terhadap perlakuan dan pemberian fasilitas kepada penanam modal menurut prespektif UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Maka tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian juridis normatif, yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif mengenai perlakuan dan pemberian fasilitas kepada penanam modal.

Hal ini ditempuh dengan melakukan penelitian kepustakaan walaupun penelitian ini tidak lepas pula dari sumber lain selain sumber kepustakaan, yakni penelitian terhadap media massa ataupun dari internet. Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan. Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan perlakuan dan pemberian fasilitas kepada penanam modal.

2. Bahan Penelitian

(17)

Berbagai bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan di bidang hukum perdata yang mengikat, antara lain Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2007 tentang Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan persyaratan di bidang Penanaman Modal, Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang-Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu :

Bahan-bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen yang dapat menjadi sumber informasi mengenai perlakuan dan pemberian fasilitas kepada penanam modal, seperti hasil seminar atau makalah dari pakar hukum, Koran, majalah, kasus-kasus yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini, dan juga sumber-sumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang dibahas.

c. Bahan Hukum Tertier, yaitu :

Mencakup kamus bahasa untuk pembenahan tata Bahasa Indonesia dan juga sebagai alat bantu pengalih bahasa beberapa istilah asing.

(18)

3. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka perlu adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam setiap bab yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:

(19)

BAB I : Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar yang di dalamnya terurai mengenai latar belakang pemilihan judul/penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, kemudian diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II : Merupakan bab yang membahas perkembangan ketentuan penanaman modal di Indonesia, tujuan dan manfaat penanaman modal, faktor- faktor yang mempengaruhi penanaman modal, kebijakan dasar dan prinsip penanaman modal, perlakuan terhadap penanam modal.

BAB III : Merupakan bab yang membahas tentang pengertian dan penggolongan fasilitas dalam penanaman modal, syarat dan ketentuan dalam memperoleh fasilitas penanaman modal, bentuk-bentuk fasilitas yang diberikan pemerintah kepada penanam modal.

BAB IV : Merupakan bab yang membahas tentang perkembangan kondisi pengawasan pemerintah terhadap penanam modal yang diberikan fasilitas penanam modal, kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah dalam penanaman modal, bentuk pengawasan pemerintah terhadap penanam modal.

(20)

BAB V : Kesimpulan dan saran

Bagian penutup dalam skripsi ini merupakan bab terakhir, dimana dikemukakan mengenai kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan pembahasan sebelumnya dalam skripsi ini.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan potensi batubara Kalimantan seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dipastikan realisasi pembangunan PLTU Madura tidak a kan mengala mi kesulitan

Tid Refund Marital Status Taxable Income Cheat 1 Yes Single 125K No 2 No Married 100K No 3 No Single 70K No 4 Yes Married 120K No 5 No Divorced 95K Yes 6 No Married 60K No 7

Merupakan faktor paling penting dalam kepemimpinan. Jelasnya, pada diri seorang pemimpin harus terdapat kematangan emosional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam

Menurut Kartini (26-27:2013), “Xampp merupakan tool yang menyediakan paket perangkat lunak ke dalam satu buah paket”.Dalam paketnya sudah terdapat Apache (web server), MySQL

Namun sangat disayangkan dari dulu sampai saat ini belum mampu mencapai target yang harapkan karena selalu dihadapkan pada permasalahan yang sama, yaitu penempatan transmigran

Selama Undang-undang mengenai hak milik sebagai tersebut dalam pasal 50 ayat (1) belum terbentuk, maka yang berlaku adalah ketentuan-ketentuan hukum adat setempat

Untuk mencapai Visi, Misi dan Tujuan Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia Propinsi Jawa Barat, maka telah ditetapkan Prioritas Strategi Pengurus Daerah IBI Propinsi Jawa

merupakan salah satu bentuk aktivitas utama dalam diplomasi komersial, maka terwujudnya promosi investasi smelter bauksit oleh Indonesia ke Jepang dan China yang