• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metode Pendistribusian Air

Didalam pendistribusian air diperlukan suatu metode pendistribusian agar air dapat mengalir dari sumber air ke para pelanggang. Adapun metode pendistribusian air terdiri dari tiga tipe sistem yaitu :

2.1.1 Sistem Gravitasi

Metode pendistribusian dengan sistem gravitasi bergantung pada topografi sumber daya air yang ada dan daerah pendistribusiannya.Biasanya sumber air ditempatkan pada daerah yang tinggi dari daerah distribusinya.Air yang didistribusikan dapat mengalir dengan sendirinya tanpa pompa.Adapun keuntungan dengan sistem ini yaitu energi yang dipakai tidak membutuhkan biaya, sistem pemeliharaannya murah.

2.1.2 Sistem Pemompaan

Metode ini menggunakan pompa dalam mendistribusikan air menuju daerah distribusi.Pompa langsung dihubungkan dengan pipa yang menangani pendistribusian.Dalam pengoperasiannya pompa terjadwal untuk beroperasi sehingga dapat menghemat pemakaian energi.Keuntungan dari metode ini yaitu tekanan pada daerah distribusi dapat terjaga.

2.1.3 Sistem gabungan keduanya

Metode ini merupakan gabungan antara metode gravitasi dan pemompaanyang biasa digunakan untuk daerah distribusi yang berbukit-bukit.

(2)

2.2. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida

Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampangmemungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga pengukuran kecepatan merupakan fase yang sangat penting dalam menganalisa suatu aliran fluida.Kecepatan dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap waktu yang dibutuhkan suatu partikel yang dikenali untuk bergerak sepanjang jarak yang telah ditentukan.

Besarnya kecepatan aliran fluida pada suatu pipa mendekati nol padadinding pipa dan mencapai maksimum pada tengah-tengah pipa.Kecepatan biasanya sudah cukup untuk menempatkan kekeliruan yang tidak serius dalam masalah aliran fluida sehingga penggunaan kecepatan sesungguhnya adalah pada penampang aliran. Bentuk kecepatan yang digunakan pada aliran fluida umumnya menunjukkan kecepatan yang sebenarnya jika tidak ada keterangan lain yang disebutkan.

Gambar 2.1 Profil kecepatan pada saluran tertutup

Gambar 2.2 Profil kecepatan pada saluran terbuka

Besarnya kecepatan akan mempengaruhi besarnya fluida yang mengalirdalam suatu pipa. Jumlah dari aliran fluida mungkin dinyatakan sebagai volume, berat atau massa fluida dengan masing-masing laju aliran ditunjukkan sebagai laju aliran

(3)

volume (m3/s), laju aliran berat (N/s) dan laju aliran massa (kg/s). Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang incompressible, Menurut [1], yaitu :

Q = A .v... (2.1) Dimana:

Q = laju aliran fluida (m3/s) A = luas penampang aliran (m2)

v = kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)

Laju aliran berat fluida (W), menurut [1] dirumuskan sebagai :

W = γ .A .v ... (2.2) Dimana:

W = laju aliran berat fluida (N/s) γ = berat jenis fluida (N/m3)

Laju aliran fluida massa (M), menurut [1] dinyatakan sebagai :

M = ρ .A .v ...(2.3) Dimana:

M = laju aliran massa fluida (kg/s) ρ = massa jenis fluida (kg/m3) 2.3.Jenis Aliran

Aliran fluida dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu aliran laminar, aliran transisi, dan aliran turbulen. Jenis aliran ini didapatkan dari hasil eksperimen yang dilakukan oleh Osborne Reynold tahun 1883 yang mengklasifikasikan aliran menjadi 3 jenis: 1. Aliran Laminar

Aliran dikatakan laminar jika partikel-partikel fluida yang bergerak mengikuti garis lurus yang sejajar pipa dan bergerak dengan kecepatan sama pada Re < 2300, aliran bersifat laminar.

(4)

2. Turbulen

Aliran disebut turbulen jika tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-rata saja yang mengikuti sumbu pipa.Aliran ini terjadi apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil. Bilangan Reynold (Re) menurut [2] dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

𝑅𝑅𝑅𝑅 =𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌𝜇𝜇 ... (2.4) dimana:

ρ = massa jenis fluida (kg/m3) d = diameter pipa (m)

V= kecepatan aliran fluida (m/s) μ = viskositas dinamik fluida (Pa.s)

Karena viskositas dinamik dibagi dengan massa jenis fluida merupakan viskositas kinematik (v) maka bilangan Reynold dapat juga dinyatakan:

3. Transisi

Apabila angka Reynolds berada di antara kedua nilai tersebut (2000 < Re < 4000) disebut aliran transisi.

2.4. Persamaan Bernoulli

Hukum kekekalan energi menyatakan energi tidak dapat diciptakan dantidak dapat dimusnahkan namun dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lain. Energi yang ditunjukkan dari persamaan energi total di atas, atau dikenal sebagai head pada suatu titik dalam aliran steady adalah sama dengan total energi pada titik lain sepanjang aliran fluida tersebut. Hal ini berlaku selama tidak ada energy yang ditambahkan ke fluida atau yang diambil dari fluida.

Konsep ini dinyatakan ke dalam bentuk persamaan yang disebut denganpersamaan Bernoulli,menurut [1] yaitu :

𝑝𝑝1 𝛾𝛾 + 𝑣𝑣12 2𝑔𝑔+ 𝑧𝑧1 = 𝑝𝑝2 𝛾𝛾 + 𝑣𝑣22 2𝑔𝑔+ 𝑧𝑧2 ... (2.5)

(5)

Dimana:

𝑝𝑝1dan𝑝𝑝2= tekanan pada titik 1 dan 2

𝑣𝑣1dan𝑣𝑣2= kecepatan aliran pada titik 1 dan 2

𝑧𝑧1dan𝑧𝑧2= perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2

𝛾𝛾= berat jenis fluida

g = percepatan gravitasi = 9,81 m/s2

Persamaan di atas digunakan jika diasumsikan tidak ada kehilangan energy antara dua titik yang terdapat dalam aliran fluida, namun biasanya beberapa head losses terjadi diantara dua titik. Jika head losses tidak diperhitungkan maka akanmenjadi masalah dalam penerapannya di lapangan. Jika head losses dinotasikan dengan “hl” maka persamaan Bernoulli di atas dapat ditulis menjadi persamaan baru, menurut [1] dirumuskan sebagai :

𝑝𝑝1 𝛾𝛾 + 𝑣𝑣12 2𝑔𝑔+ 𝑧𝑧1 = 𝑝𝑝2 𝛾𝛾 + 𝑣𝑣22 2𝑔𝑔+ 𝑧𝑧2+ ℎ𝑙𝑙 ... (2.6)

(6)

Persamaan di atas digunakan untuk menyelesaikan banyak permasalahantipe aliran, biasanya untuk fluia inkompressibel tanpa adanya penambahan panas atau energi yang diambil dari fluida.Namun, persamaan ini tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan aliran fluida yang mengalami penambahan energi untuk menggerakkan fluida oleh peralatan mekanik, misalnya pompa, turbin dan peralatan lainnya.

2.5. Energi dan Head

Energi biasanya didenefisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja.Kerja merupakan hasil pemanfaatan tenaga yang dimiliki secara langsung pada suatu jarak tertentu.Energi dan kerja dinyatakan dalam satuan N.m (Joule).

Setiap fluida yang sedang bergerak selalu mempunyai energi.Dalam menganalisa masalah aliran fluida yang harus dipertimbangkan adalah mengenai energi potensial, energi kinetik dan energi tekanan.Energi potensial menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu aliran fluida karena adanya perbedaan ketinggian yang dimiliki fluida dengan tempat jatuhnya.menurut [1]Energi potensial (Ep) dirumuskan sebagai:

Ep = W .z ... (2.7) dimana:

W = berat fluida (N) z = beda ketinggian (m)

Energi kinetik menunjukkan energi yang dimiliki oleh fluida karena pengaruh kecepatan yang dimilikinya.menurut [1]Energi kinetik dirumuskan sebagai:

Ek = 1

2𝑚𝑚𝑣𝑣2 ... (2.8)

dimana:

m = massa fluida (kg)

v = kecepatan aliran fluida (m/s2) Jika 𝑚𝑚 = 𝑊𝑊 𝑔𝑔 Maka, = 1 2 𝑊𝑊𝑣𝑣2 𝑔𝑔 ... (2.9)

(7)

Energi tekanan disebut juga dengan energi aliran yaitu jumlah kerja yang dibutuhkan untuk memaksa elemen fluida bergerak menyilang pada jarak tertentu dan berlawanan dengan tekanan fluida. Besarnya energi yang disebabkan tekanan (Ef), menurut [1]dirumuskan sebagai:

Ef = p .A .L ... (2.10) dimana:

p = tekanan fluida (N/m2) A = luas penampang aliran (m2) L = panjang pipa (m)

Besarnya energi tekanan dapat juga dirumuskan sebagai berikut:

𝐸𝐸𝐸𝐸 =𝑝𝑝𝑊𝑊𝛾𝛾 ... (2.11) dimana:

γ = berat jenis fluida (N/m3

) W = berat fluida (N)

Total energi yang terjadi merupakan penjumlahan dari ketiga macam energi diatas, menurut [1] dirumuskan sebagai:

𝐸𝐸 = 𝑊𝑊𝑧𝑧 +12𝑊𝑊𝑣𝑣𝑔𝑔2+𝑝𝑝𝑊𝑊𝛾𝛾 ... (2.12)

Persamaan ini dapat dimodifikasi untuk menyatakan total energi dengan head (H) dengan membagi masing-masing variabel di sebelah kanan persamaan dengan W (berat fluida), menurut [1] dirumuskan sebagai:

𝐻𝐻 = 𝑧𝑧 +𝑣𝑣2𝑔𝑔2 +𝑝𝑝𝛾𝛾... (2.13) Dengan: z = head elevasi (m) 𝑣𝑣2 2𝑔𝑔 = head kecepatan (m) 𝑝𝑝 𝛾𝛾 = head tekanan (m)

(8)

2.6. Kerugian Head( Head Loss )

Kerugian head (Head Loss)merupakan kerugian energi dan setiap fluida yang mengalir melalui saluran pipa, total energi yang dimiliki cenderung menurun pada arah aliran kapasitas. Head Loss umumnyaterbagi menjadi dua macam, yaitu head loss mayor dan head loss minor.Head loss sendiri (Ht) merupakan penjumlahan dari

head loss mayor dan head loss minor, seperti dituliskan dalam rumus sebagai berikut:

H

t

= H

lf

+ H

lm ... (2.14) 2.6.1 Head Loss Mayor (Hlf )

Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami kerugian head. Halini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (kerugian kecil).Kerugian head akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari dua rumus berikut, yaitu :

1. Persamaan Darcy – Weisbachmenurut [4]

ℎ𝐸𝐸 = 𝐸𝐸𝜌𝜌𝐿𝐿2𝑔𝑔𝑣𝑣2 ... (2.15) Dimana:

hf= kerugian head karena gesekan (m) f = faktor gesekan

d = diameter dalam pipa (m) L = panjang pipa (m)

v = kecepatan aliran rata-rata fluida dalam pipa (m/s) g = percepatan gravitasi (m/ s2)

(9)

Gambar 2.4 Diagram Moody

Diagram Moody telah digunakan untuk menyelesaikan permasalahanaliran fluida di dalam pipa dengan menggunakan faktor gesekan pipa (f) dari rumus Darcy – Weisbach. Untuk aliran laminar dimana bilangan Reynold kurang dari 2000, faktor gesekan dihubungkan dengan bilangan Reynold, dinyatakan dengan rumus :

fe=64/Re

Untuk aliran turbulen dimana bilangan Reynold lebih besar dari 4000, maka hubungan antara bilangan Reynold, faktor gesekan dan kekasaran relatif menjadi

(10)

lebih kompleks. Faktor gesekan untuk aliran turbulen dalam pipa didapatkan dari hasil eksperimen, antara lain :

a.Untuk daerah complete roughness, menurut [1] rough pipes yaitu :

1 �𝐸𝐸= 2.0 log � 3.7 𝜀𝜀𝜌𝜌� ... (2.16) Dimana: f = faktor gesekan ε = kekasaran (m)

b. Untuk pipa sangat halus seperti glass dan plastik, hubungan antara bilangan Reynold dan faktor gesekan, menurut [5] dirumuskan sebagai :

a. Blasius : 𝐸𝐸 = 0.316

𝑅𝑅𝑅𝑅0.25 ... (2.17)

untuk Re = 3000-100.000 Re = 𝜌𝜌𝑣𝑣𝜌𝜌

𝜇𝜇

Dimana, ρ = massa jenis (kg/m3

) v = laju aliran (m/s) D = diameter (m) µ = viskositas (N.S/m2) b. Von Karman : 1 𝐸𝐸 = 2.0 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑔𝑔 � 𝑅𝑅𝑅𝑅�𝐸𝐸 2.51 � = 2.0 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑔𝑔�𝑅𝑅𝑅𝑅�𝐸𝐸� – 0,8 ...(2.18) Untuk Re sampai dengan 3.106

c. Untuk pipa kasar, menurut [5] yaitu: Von Karma n: 1

𝐸𝐸 = 2,0 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑔𝑔 𝜌𝜌

𝜀𝜀 + 1,74 ... (2.19)

Dimana harga f tidak tergantung pada bilangan Reynold.

d. Untuk pipa antara kasar dan halus atau dikenal dengan daerah transisi, menurut [5] yaitu : corelbrook – White : 1 �𝐸𝐸= −2,0 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑔𝑔 � 𝜀𝜀/𝜌𝜌 3,7 + 2,51 𝑅𝑅𝑅𝑅�𝐸𝐸� ...(2.20)

(11)

2. Persamaan Hazen – Williams

Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head dalampipa yang relatif sangat panjang seperti jalur pipa penyalur air minum.Bentuk umum persamaan Hazen – Williams, menurut [6] yaitu :

𝐻𝐻𝑙𝑙𝐸𝐸 =10,666𝑄𝑄𝐶𝐶1,85𝜌𝜌4,851,85𝐿𝐿 ... (2.21) Dimana:

𝐻𝐻𝑙𝑙𝐸𝐸 = kerugian gesekan dalam pipa (m) Q = laju aliran dalam pipa (m3/s) L = panjang pipa (m)

C = koefisien kekasaran pipa Hazen – Williams d = diameter dalam pipa (m)

Tabel 2.1 Koefisien kekasaran pipa hazen- Williams Material Pipa Koefisien C Brass, Copper, Aluminium 140

PVC 150

Cast Iron new and old 130

Galvanized Iron 100

Asphalted Iron 120

Commercial and Welded Steel 120

Riveted Steel 110

Concrete 130

Wood stave 120

Sumber : Ram Gupta. S, “Hydrology & Hydraulic Engineering Systems. Pearson. New Jersey. 1989. Hal. 550.

(12)

2.6.2. Head loss Minor (Hlm)

Selain kerugian yang disebabkan oleh gesekan, pada suatu jalur pipa jugaterjadi kerugian karena kelengkapan pipa seperti belokan, siku, sambungan, katup dan sebagainya yang disebut dengan kerugian kecil (minor losses).

Gambar 2.5.koefisien kerugian sisi masuk.

Sumber: Munson, Young dan Okiishi, Mekanika Fluida, 2003, hal. 53

Besarnya kerugian minor akibat adanya kelengkapan pipa, menurut [3] dirumuskan sebagai: ℎ𝐿𝐿= 𝐾𝐾𝐿𝐿𝜌𝜌 2 2𝑔𝑔... (2.22) dimana: g = gravitasi

V = kecepatan aliran fluida dalam pipa KL= koefisien kerugian ( Tabel 2.2)

Berikut tabel 2.2 yang memperlihatkan nilai koefisien kerugian (k) berdasarkan bentuk dan jenis komponen yang ada pada pipa.

(13)

Tabel 2.2 Koefisen Kerugian Komponen Pipa

Komponen Pipa Koefisien Kerugian (K)

Sambungan T (Line Flow) 0.2

Sambungan T (Branched Flow) 1.0

Elbow 45° 0.2 Katup Pintu: ¼ Terbuka 17 ½ Terbuka 2.1 ¾ Terbuka 0.26 Terbuka Penuh 0.15 Elbow 90° 0.3 Elbow Pengembalian 180o 2.2

Katup Bola Terbuka

Terbuka 0.05

1/3 Terbuka 20

2/3 Terbuka 5.5

Sumber: J.M.K Dake, Endang P.Tachyan, Y.P. Pangaribuan, Hidrolika Teknik, Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.1985. Hal.78

Dalam rumah tangga terdapat berbagai fasilitas atau alat kelengkapan sanitasi (Plumbing) besarnya kecepatan aliran air dalam plambing antara lain dapat dilihat dalam tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kecepatan Aliran Air Bersih pada Sanitasi /Plambing Jenis Sanitasi (Plambing) Kecepatan aliran minimum

(m/s). 10-5 Keran Westafel 6.67 Shower 16.667 Bak pantry 2.5 Keran bak 8.333 Keran biasa 5 Gelontor kloset 10

(14)

2.7. Persamaan Empiris untuk Aliran di dalam Pipa

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa permasalahan aliran fluida dalam pipa dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan Bernoulli, persamaan Darcy dan diagram Moody. Penggunaan rumus empiris juga dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan aliran. Dalam hal ini digunakan model rumus yaitu persamaan Hazen – Williams

1. Persamaan Hazen – Williams dengan menggunakan satuan internasional menurut [1] yaitu:

𝑣𝑣 = 0,849.𝐶𝐶. 𝑅𝑅0,63. 𝑠𝑠0,54 ... (2.23)

dimana:

v = kecepatan aliran (m/s)

C = koefisien kekasaran pipa Hazen – Williams R = jari-jari hidrolik = 𝜌𝜌

4 untuk pipa bundar

S = slope dari gradient energi (head losses/panjang pipa) = hl/l

Persamaan Hazen – Williams umumnya digunakan untuk menghitung head loss yang terjadi akibat gesekan. Persamaan ini tidak dapat digunakan untuk liquid lain selain air dan digunakan khusus untuk aliran yang bersifat turbulen. Persamaan Darcy – Weisbach secara teoritis tepat digunakan untuk semua rezim aliran semua jenis liquid. Persamaan Manning biasanya digunakan untuk aliran saluran terbuka (open channel flow).

2.8. Sistem Perpipaan Ganda

Analisa suatu sistem perpipaan yang terdiri dari berbagai pipa atau jalur harus mengikuti beberapa aturan dasar.Suatu sistem perpipaan ganda membentuk suatu rangkaian. Berbagai kemungkinan membangun sistem perpipaan ganda yang sederhana terdiri dari:

a. Sistem perpipaan susunan seri b. Sistem perpipaan susunan paralel

(15)

2.8.1 Sistem Pipa Seri

Bila dua pipa atau lebih yang ukuran atau kekasarannya berlainan dihubungkan sedemikian rupa sehingga fluida mengalir melalui sebuah pipa dan kemudian melalui pipa yang lain, dikatakan bahwa pipa-pipa itu dihubungkan seri.

Gambar 2.6. Pipa Yang Dihubungkan Secara Seri

Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara seri maka pipa akan dialiri oleh aliran yang sama. Total kerugian head pada seluruh sistem adalah jumlah kerugian pada setiap pipa dan perlengkapan pipa, menurut [7]dirumuskan sebagai berikut:

Q0 = Q1 = Q2 = Q3... (2.25) Q0 = A1V1 = A2V2 = A3V3

Σhl = hl1 + hl2 + hl3... (2.26)

Persoalan aliran yang menyangkut pipa seri sering dapat diselesaikan dengan mudah dengan menggunakan pipa ekuivalen, yaitu dengan menggantikan pipa seri dengan diameter yang berbeda-beda dengan satu pipa ekuivalen tunggal. Dalam hal ini, pipa tunggal tersebut memiliki kerugian head yang sama dengan sistem yang digantikannya untuk laju aliran yang spesifik.

2.8.2 Sistem Perpipaan Susunan Paralel

Kombinasi dua atau lebih pipa yang dihubungkan seperti Gambar 2.7, sedemikian rupa sehingga alirannya terbagi antara pipa-pipa itu kemudian berkumpul lagi adalah sistem pipa paralel.

Dalam analisa sistem pipa paralel, diasumsikan bahwa kerugian-kerugian kecil ditambahkan pada panjang masing-masing pipa sebagai panjang ekivalen.

(16)

Gambar 2.7. Pipa Yang Dihubungkan Secara Paralel

Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara paralel, total laju aliran sama dengan jumlah laju aliran yang melalui setiap cabang dan rugi head pada sebuah cabang sama dengan pada yang lain,menurut [7]dirumuskan sebagai berikut:

Q0 = Q1 + Q2 + Q3... 2.27 Q0 = A1V1 + A2V2 + A3V3

hl = hl1 = hl2 = hl3... 2.28

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa persentase aliran yang melalui setiap cabang adalah sama tanpa memperhitungkan kerugian head pada cabang tersebut. Rugi head pada setiap cabang boleh dianggap sepenuhnya terjadi akibat gesekan atau akibat katup dan perlengkapan pipa, diekspresikan menurut panjang pipa atau koefisien losses kali head kecepatan dalam pipa.

2.9 .Metode Hardy Cross

Analisis untuk kasus jaringan pipa dikembangkan oleh Hardy Cross, metoda ini dapat digunakan untuk menentukan head loss di setiap pipa dalam jaringan (networks).

Penyediaan air bersih yang direncanakan dengan sistem jaringan utama, sedangkan sistem jaringan yang digunakan adalah sistem jaringan melingkar (Loop). Pola jaringan ini dimaksudkan agar pipa-pipa distribusinya saling berhubungan, air mengalir dalam banyak arah, dan area konsumen disuplai melalui banyak jalur pipa utama.

(17)

Gambar 2.8. Jaringan pipa

Syarat kondisi untuk metoda Hardy Cross adalah aliran dalam jaringan pipa harus memenuhi hubungan dasar dari prinsip energi dan kontinuitas, yaitu:

1. Aliran yang menuju titik pertemuan harus sama dengan aliran yang keluar.

2. Aliran pada masing-masing pipa harus memenuhi hukum gesekan pipa untuk satu pipa.

3. Jumlah total head loss pada loop tertutup harus sama dengan nol. Langkah-langkah metodeHardy Cross adalah sebagai berikut:

1. Memberikan perkiraan atau asumsi awal aliran yang memenuhi prinsip energi dan kontinuitas pada poin 1 di atas.

2. Menuliskan kondisi 2 pada masing-masing pipa dengan rumus:

... (2.30) 3.Untuk memeriksa kondisi 3, hitung keseluruhan head loss dengan rumus:

... (2.31) Asumsi: untuk head loss positif searah jarum jam, dan untuk head loss negative berlawanan arah jarum jam.

n L KQ h =

= n L KQ h

(18)

4. Lalu mencari koreksi debit (ΔQ) dengan rumus:

... (2.32)

5. Setelah koreksi pertama, iterasi masih belum setimbang, prosedurnya adalah mengulangi iterasi sampai mencapai atau mendekati nol.

2.10. Sistem Jaringan Pipa

Jaringan pipa pengangkut air kompleks dapat dianalisis dengan cepatmenggunakan persamaan Hazen – Williams atau rumus geseskan lain yang sesuai.

Perhitungan distribusi aliran pada suatu jaringan biasanya rumit karena harusmemecahkan serangkaian persamaan hambatan yang tidak linear melalui prosedur yang iteratif.Kesulitan lainnya adalah adanya kenyataan bahwa kebanyakan jaringan, arah aliran pipa tidak diketahui sehingga losses antara dua titik menjadi sukar untuk ditentukan. Dalam perancangan sebuah jaringan, aliran dan tekanan di berbagai titik menjadi persyaratan utama untuk menentukan ukuran pipa, sehingga harus diselesaikan dengan cara berurutan dan iterasi.

Gambar 2.9 Sistem Jaringan Pipa

Sebuah jaringan yang terdiri dari sejumlah pipa mungkin membentuksebuah loop, dimana pipa yang sama dipakai oleh dua loop yang berbeda, seperti terlihat

| / | | 0 1 0 0 Q h n h KnQ KQ Q L L n n

− = − = ∆

(19)

pada gambar di atas. Ada dua syarat yang harus diperhatikan agar aliran dalam jaringan tersebut setimbang, yaitu :

a. Aliran netto ke sebuah titik harus sama dengan nol. Ini berarti bahwa laju aliran ke sebuah titik perrtemuan harus sama dengan laju aliran dari titik pertemuan yang sama.

b. Head losses netto di seputar sebuah loop harus sama dengan nol. Jika sebuah loop ditelusuri ke arah manapun, sambil mengamati perubahan head akibat gesekan atau losses yang lain, kita harus mendapatkan aliran yang seimbang ketika kembali ke kondisi semula (head dan tekanan) pada kondisi awal. Prosedur untuk menentukan distribusi aliran dalam suatu jaringan meliputi penentuan aliran pada setiap pipa sehingga kontinuitas pada setiap pertemuan terpenuhi (syarat 1). Selanjutnya head losses dari setiap loop dihitung dan jika tidak sama dengan nol maka aliran yang telah ditetapkan harus dikoreksi kembali dengan perkiraan dan metode iterasi yang disebut metode Hardy Cross.

Untuk sebuah loop tertentu dalam sebuah jaringan misalkan Q adalah laju aliran sesungguhnya atau laju aliran seimbang dan Q0 adalah laju aliran yang diandaikan sehingga Q = Q0 + ΔQ. dari persamaan Hazen-Williams hl =nQx

, maka fungsi Q dapat dikembangkan dalam deret Taylor sebagai :

𝐸𝐸(𝑄𝑄 + Δ𝑄𝑄) = 𝐸𝐸(𝑄𝑄) +𝜌𝜌𝐸𝐸 (𝑄𝑄)𝜌𝜌𝑄𝑄 + ⋯... (2.33)

Jika hanya orde pertama yang digunakan, kemudian ∆Q dihitung dengan f(Q) = ∑hl, maka:

Δ𝑄𝑄 = −Σ𝜌𝜌ℎ𝑙𝑙/𝜌𝜌𝑄𝑄Σℎ𝑙𝑙 = −Σ𝑛𝑛𝑄𝑄𝑙𝑙Σ𝑛𝑛𝑄𝑄𝑙𝑙𝑥𝑥 −1𝑥𝑥 = −1,85Σℎ𝑙𝑙/𝑄𝑄𝑙𝑙Σℎ𝑙𝑙 ... (2.34)

Harga x adalah eksponen dalam persamaan Hazen-Williams apabila digunakan untuk menghitung hl dan besarnya adalah 1

0,54= 1,85 dan n menyatakan

(20)

𝑛𝑛 =𝐶𝐶1,854,73𝐿𝐿𝜌𝜌4,85

Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan persamaan Darcy-Weisbach dengan x = 2 dan 𝑛𝑛 = 8𝐸𝐸𝐿𝐿

𝑔𝑔𝑔𝑔2𝜌𝜌5. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa faktor

gesekan selalu berubah untuk setiap iterasi. Prosedur pengerjaannya adalah, sebagai berikut:

1. Andaikan distribusi aliran yang paling wajar, baik besar maupun arahnya dalam setiap pipa sehingga total aliran ke setiap titik pertemuan mempunyai jumlah aljabar nol. Ini harus ditunjukkan dari diagram jaringan pipa yang bersangkutan.

2. Buat sebuah tabel untuk menganalisa setiap loop tertutup dalam jaringan yang semi-independent.

3. Hitung head looses pada setiap pipa.

4. Untuk tiap loop, anggap bahwa laju aliran Qo dan head losses (hl) positif untuk aliran yang searah dengan jarum jam dan negatif untuk aliran yang berlawanan arah jarum jam.

5. Hitung jumlah aljabar head losses (Σhl) dalam setiap loop.

6. Hitung total head losses persatuan laju aliran hl / Qo untuk tiap pipa.Tentukan jumlah besaran Σ �ℎ𝑙𝑙

𝑄𝑄𝑙𝑙� = Σ𝑛𝑛𝑥𝑥𝑄𝑄𝑙𝑙0,85. Dari defenisi tentang

head losses dan arah aliran, setiap suku dalam penjumlahan ini harus bernilai positif.

7. Tentukan koreksi aliran dari tiap loop, dirumuskan sebagai berikut : Δ𝑄𝑄 =𝑛𝑛Σℎ𝑙𝑙/𝑄𝑄𝑙𝑙−Σℎ𝑙𝑙 ... (2.35)

dimana:

ΔQ = koreksi laju aliran untuk loop

(21)

n = harga yang bergantung pada persamaan yang digunakan untuk menghitung laju aliran.

n = 1,85 bila digunakan persamaan Hazen-Williams. n = 2 bila digunakan persamaan Darcy dan Manning.

Koreksi diberikan untuk setiap pipa dalam loop.Sesuai dengan kesepakatan, jika ΔQ bernilai positif ditambahkan ke aliran yang searah jarum jam dan dikurangkan jika berlawanan arah jarum jam. Untuk pipa yang digunakan secara bersama dengan loop lain, maka koreksi aliran untuk pipa tersebut adalah harga netto dari koreksi untuk kedua loop.

8. Tuliskan aliran yang telah dikoreksi pada diagram jaringan pipa seperti pada langkah 1. untuk memeriksa koreksi pada langkah 7 perhatikan kontinuitas pada setiap pertemuan pipa.

9. Ulangi langkah 1 sampai 8 sampai koreksi aliran = 0.0000... Prosedur di atas dapat digambarkan pada sebuah tabel berikut : Tabel 2.4 Cara mencari head losses

1 2 3 4 5 6 7

No. pipa Panjang Pipa (l) Diameter Pipa (d) Laju Aliran (Qo) Unit Head Losses (hf) Head Losses (hl) ℎ𝑙𝑙 𝑄𝑄0 m m m3/s m s/m2

Diketahui Diketahui Diketahui Ditaksir Diagram

Pipa hf1 x l 1 2 3 ∑hl ℎ𝑙𝑙 𝑄𝑄0

Gambar

Gambar 2.3 Ilustrasi persamaan Bernoulli
Gambar 2.4 Diagram Moody
Tabel 2.1 Koefisien kekasaran pipa hazen- Williams  Material Pipa  Koefisien C  Brass, Copper, Aluminium  140
Gambar 2.5.koefisien kerugian sisi masuk.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari uji usability testing pada antarmuak sistem informasi praktek industri dan tugas akhir dapat disimpulkan sesuai kriteria usability yang diujikan meliputi

Hubungan yang erat atau korelasi yang tinggi antara lebar pubis dengan produksi telur pada itik Tegal betina, bobot badan itik jantan dengan volume semen dan bobot

Metode yang digunakan untuk pengukuran produktivitas pada penelitian ini yaitu metode produktivitas parsial POSPAC, keuntungan model tersebut menyajikan secara

Dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2004, terjadi peningkatan pada semua komponen penggunaan kecuali pengeluaran konsumsi pemerintah, yakni: pembentukan modal

Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang kemudian membentuk individu baru. Fragmentasi terutama pada ganggang Oscillatoria. Pada filamen yang panjang,

Pembagian jam mengajar terkadng mengalami kontraversi, kadang menjurus kekonfilik, ada sebagian guru yang puas, ada juga yang tidak puas. Seperti yang dikatakan seorang guru

Setelah penulis membahas dan menarik kesimpulan penulis akan mencoba memberikan saran, dari hasil penelitian di dapat hanya beberapa indikator program periklanan dan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis struktur pendapatan rumahtangga pengrajin keripik nenas di Desa Kualu Nenas (2)menganalisis pola pengeluaran