• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2010 Tentang Miopia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2010 Tentang Miopia"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI SMA

SANTO THOMAS 1 MEDAN TAHUN 2010 TENTANG MIOPIA

Oleh :

AXEL IVANDER NAINGGOLAN

070100135

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

(2)

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

AXEL IVANDER NAINGGOLAN

070100135

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

Tahun 2010 Tentang Miopia

Nama : Axel Ivander Nainggolan

(3)

Pembimbing Penguji I

(dr. Aryani Atiyatul Amra, Sp.M) (dr. Nurfida Khairina Arrasyid,

M.Kes.)

NIP : 19640502 199203 2 003 NIP : 19700819 199903 2 001

Penguji II

(dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK

(K))

NIP : 19630320 198902 2 001

Medan, 30 November 2010

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH)

NIP : 19540220 198011 1 001

ABSTRAK

Salah satu penyakit mata yang cenderung meningkat dan menjadi masalah di masyarakat adalah miopia yang merupakan kesalahan refraksi dengan berkas sinar memasuki mata yang sejajar dengan sumbu optik dibawa ke fokus di depan retina.

(4)

Hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas pengetahuan responden mengenai miopia adalah cukup, yaitu sebanyak 64 orang (64%). Sedangkan sebanyak 35 orang (35%) berpengetahuan baik dan 1 orang (1%) berpengetahuan kurang. Responden dengan pengetahuan cukup berdasarkan kelas mayoritas adalah kelas 12 SMA, yakni 23 orang (35,9%). Sedangkan responden dengan pengetahuan baik yakni 14 orang (40%) dan pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (100%) mayoritas terdapat dikelas 11 SMA.

Responden dengan pengetahuan cukup dan baik berdasarkan usia, mayoritas berada pada kelompok usia 15 tahun, yakni 28 orang (43,8%) untuk berpengetahuan cukup dan 21 orang (60%) untuk berpengetahuan baik. Dan responden dengan pengetahuan kurang terdapat pada usia 14 tahun, yakni 1 orang (100%). Pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden laki-laki memiliki pengetahuan baik, yakni 22 orang (62,9%). Sedangkan responden berjenis kelamin perempuan, mayoritas memiliki pengetahuan kurang, yakni 1 orang (100%) dan 37 orang (57,8%) memiliki pengetahuan cukup.

Kata kunci : Pengetahuan, Siswa SMA, Miopia

ABSTRACT

One of the eye disease that tends to increase and become a problem in society is the myopia which is a refractive error with a laser beam entering the eye is parallel to the optical axis was brought into focus in front of the retina.

This research aims to know the description of myopia knowledge from senior high school student’s of St. Thomas 1 Medan. This study is a descriptive cross sectional design. The population was student’s aged 14-18 year’s who attend school in senior high school level of St. Thomas 1 Medan student’s and obtained a sample of 100 person’s stratified random sampling. Data were collected through questionnaires.

(5)

Respondent’s with sufficient and good knowledge on the basis of age, the majority are in the age group 15 years, is 28 people (43.8%) to have solid and 21 people (60%) for the knowledgeable good. And respondents with less knowledge are at the age of 14, is 1 person (100%). Knowledge of respondent’s by gender, the majority of male respondent’s have good knowledge, is 22 people (62.9%). While female respondent’s, the majority have less knowledge, is 1 person (100%) and 37 person (57.8%) had sufficient knowledge.

Keywords: Knowledge, Senior high school student’s, Myopia

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Bapa di Surga dan juga

Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan

Siswa-Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2010 Tentang Miopia”.

Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai tugas akhir dalam pemenuhan persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis mengakui adanya kekurangan dalam tulisan ini sehingga laporan

hasil penelitian ini tidak mungkin disebut sebagai suatu karya yang sempurna.

Kekurangan dan ketidak sempurnaan tulisan ini tidak lepas dari berbagai macam

rintangan dan halangan yang selalu datang baik secara pribadi pada penulis

(6)

suatu ujian dan pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan penulis yang

kelak dapat memberi manfaat di kemudian hari.

Oleh karena kekurangan pada diri penulis dalam merampungkan karya

tulis ini, maka semua itu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya

untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran USU

Medan.

2. Ibu dr. Aryani A. Amra, Sp.M dan juga Ibu dr. Masita Dewi, Sp.M, sebagai

dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukkan kepada penulis

dalam rangka menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Bapak dr. Zulkifli, Msi, Ibu dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes., dan Ibu

dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK (K), sebagai dosen penguji yang telah

banyak memberikan masukkan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini.

4. Kepala Sekolah SMA Santo Thomas 1 Medan, Bapak Drs. Johannes O. Fian,

seluruh pegawai, dan guru-guru SMA Santo Thomas 1 Medan yang telah

memberikan kesempatan serta membantu, dan memberikan sarana untuk

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

5. Seluruh pegawai dan staf pengajar bagian IKK Fakultas Kedokteran USU

yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

6. Teman-teman kelompok KTI dengan dosen pembimbing Ibu dr. Aryani A.

Amra, Sp.M, Finera Winda, Michael B. Wijaya, dan Tinton Bastanta yang

telah mendukung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, saya ucapkan

terima kasih.

7. Teman-teman satu kelompok belajar “sok Kompak” angkatan 2007 di

(7)

Tobing, Berry E. P. Bancin, Cerah W. P. Purba, Charles A. Meliala, Christine

N. S. Sinaga, Citra A. Sembiring, Debby K. Girsang, Gerald A. Harianja,

Katerin N. Nainggolan, Laurent E. Hutagalung, Listra I. Barus, Margareth R.

M. Hutabarat, Otneil Karnianta, Paul A. Khoman, Sarah H. N. Giri, Septi N.

M. Ginting, Shanti L. Tahmasebian, Sheba J. Tarigan, Silvia T. Brahmana,

Threesa S. Sinurat, dan Todung A. W. Tobing yang telah mendukung dalam

penyelesaian karya tulis ilmiah ini, saya ucapkan terima kasih atas kerja

samanya.

8. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Kedokteran USU, Adeline Leo, Aida

Siregar, Biondi J. H. Siahaan, Dina O. Marpaung, Ella Rhinsilva, Elvi

Hasanah, Isti A. Parinda, Jane T. Silitonga, Josuadi Siregar, Kamal K. Ilyas,

Nurina, Petrus S. Pinem, Suhenda B. H. Ginting, Tina Reisa, Yan I. F. Sitepu,

dan Vitri Alya yang juga telah mendukung saya dalam penyelesaian karya

tulis ilmiah ini, saya ucapkan terima kasih.

9. Teman-teman “Utipat 34”, Kakak Cita P. Sinulingga, Abang David Y. Kaban,

Abang Ekaprana A. Sutan, Labora M. M. A. Samosir, Merry Y. Munthe,

Kakak Nova T. Sitorus, Sarinah Rambe, Tika E. Purba, dan Kakak Tri

Sinulingga yang juga telah mendukung saya dalam penyelesaian karya tulis

ilmiah ini, saya ucapkan terima kasih.

10.Kakak Grace Christine Sidabutar (Senior FK USU angkatan 2006) yang telah

banyak membantu memberikan ide, saran, dan juga kritik dalam penyelesaian

karya tulis ilmiah ini, saya ucapkan terima kasih.

11.Teman-teman “Kelompok Tumbuh Bersama” di Gereja HKBP Soeprapto

Jakarta, Raynard Daniel F. Manik, Surya Daniel J. Manurung, Torang

Yohanes Napitupulu, dan Abang Paian Simalango yang juga telah mendukung

saya dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, saya ucapkan terima kasih.

12.Terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Berkat

Nainggolan, S.E. dan Magdalena Sianturi, yang telah memberikan dukungan,

motivasi, dan juga semangat dalam menyelesaikan studi saya termasuk dalam

(8)

13.Terima kasih juga saya sampaikan kepada kedua adik-adik saya, Emma Ika

Margaretha Nainggolan dan Willy Heri Tri Carolus Nainggolan yang tetap

mendukung saya dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

14.Terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga dan teman-teman saya yang

lain yang berada di Jakarta, Medan, Bandung dan Bandar Lampung. Terutama

keluarga dr. Kristo A. Nababan, Sp.KK dan dr. Donna Erika Sianturi, beserta

anak-anaknya dan juga Opung Boru (orangtua dari dr. Kristo A. Nababan,

Sp.KK) yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan

studi saya termasuk dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

tidak dapat saya tuliskan yang telah memberikan bantuan kepada saya dalam

pengerjaan karya tulis ini. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa selalu membalas

semua kebaikan yang selama ini di berikan kepada penulis dan melimpahkan

rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, November

2010

Penulis

,

Axel Ivander

Nainggolan

NIM :

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan…………... ii

Abstrak………... iii

Abstract……... iv

Kata Pengantar………... v

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel... xi

Daftar Gambar... xii

Daftar Singkatan... xiii

Daftar Lampiran... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

(10)

2.2.5.1. Genetika... 9

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep... 17

3.2. Definisi Operasional... 17

3.2.1. Pengetahuan... 17

3.2.2. Siswa-Siswi... 18

3.2.3. Miopia... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian…... 24

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 24

5.1.2. Karakteristik Siswa-Siswi (Responden)... 24

5.1.3. Hasil Analisa Data…... 25

5.2. Pembahasan... 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 30

6.2. Saran... 31

DAFTAR PUSTAKA... 33

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan relibilitas kuesioner……… 22

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di SMA Santo

Thomas 1 Medan tahun 2010……… 25

Tabel 5.2 Pengetahuan Responden mengenai Miopia di SMA

Santo Thomas 1 Medan tahun 2010……….. 25

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan mengenai Miopia

(Rabun Jauh) di SMA Santo Thomas 1 Medan

berdasarkan Kelas Responden……….. 26

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan mengenai Miopia

(Rabun Jauh) di SMA Santo Thomas 1 Medan

berdasarkan Usia Responden……… 27

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan mengenai Miopia

(Rabun Jauh) di SMA Santo Thomas 1 Medan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Tabel Halaman

(13)

DAFTAR SINGKATAN

AC = Air Conditioning

D = Dioptri

DBD = Demam Berdarah Dengue

IPA = Ilmu Pengetahuan Alam

IPS = Ilmu Pengetahuan Sosial

PMMA = Polimetilmetacrilat

SMA = Sekolah Menengah Atas

SPSS = Statistical Product and Service Solution

USG = Ultrasonografi

UV = Ultraviolet

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Kuesioner

Lampiran 3. Lembar Penjelasan (Informed Consent)

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

(15)

Pembimbing Penguji I

(dr. Aryani Atiyatul Amra, Sp.M) (dr. Nurfida Khairina Arrasyid,

M.Kes.)

NIP : 19640502 199203 2 003 NIP : 19700819 199903 2 001

Penguji II

(dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK

(K))

NIP : 19630320 198902 2 001

Medan, 30 November 2010

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH)

NIP : 19540220 198011 1 001

ABSTRAK

Salah satu penyakit mata yang cenderung meningkat dan menjadi masalah di masyarakat adalah miopia yang merupakan kesalahan refraksi dengan berkas sinar memasuki mata yang sejajar dengan sumbu optik dibawa ke fokus di depan retina.

(16)

Hasil penelitian ditemukan bahwa mayoritas pengetahuan responden mengenai miopia adalah cukup, yaitu sebanyak 64 orang (64%). Sedangkan sebanyak 35 orang (35%) berpengetahuan baik dan 1 orang (1%) berpengetahuan kurang. Responden dengan pengetahuan cukup berdasarkan kelas mayoritas adalah kelas 12 SMA, yakni 23 orang (35,9%). Sedangkan responden dengan pengetahuan baik yakni 14 orang (40%) dan pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (100%) mayoritas terdapat dikelas 11 SMA.

Responden dengan pengetahuan cukup dan baik berdasarkan usia, mayoritas berada pada kelompok usia 15 tahun, yakni 28 orang (43,8%) untuk berpengetahuan cukup dan 21 orang (60%) untuk berpengetahuan baik. Dan responden dengan pengetahuan kurang terdapat pada usia 14 tahun, yakni 1 orang (100%). Pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden laki-laki memiliki pengetahuan baik, yakni 22 orang (62,9%). Sedangkan responden berjenis kelamin perempuan, mayoritas memiliki pengetahuan kurang, yakni 1 orang (100%) dan 37 orang (57,8%) memiliki pengetahuan cukup.

Kata kunci : Pengetahuan, Siswa SMA, Miopia

ABSTRACT

One of the eye disease that tends to increase and become a problem in society is the myopia which is a refractive error with a laser beam entering the eye is parallel to the optical axis was brought into focus in front of the retina.

This research aims to know the description of myopia knowledge from senior high school student’s of St. Thomas 1 Medan. This study is a descriptive cross sectional design. The population was student’s aged 14-18 year’s who attend school in senior high school level of St. Thomas 1 Medan student’s and obtained a sample of 100 person’s stratified random sampling. Data were collected through questionnaires.

(17)

Respondent’s with sufficient and good knowledge on the basis of age, the majority are in the age group 15 years, is 28 people (43.8%) to have solid and 21 people (60%) for the knowledgeable good. And respondents with less knowledge are at the age of 14, is 1 person (100%). Knowledge of respondent’s by gender, the majority of male respondent’s have good knowledge, is 22 people (62.9%). While female respondent’s, the majority have less knowledge, is 1 person (100%) and 37 person (57.8%) had sufficient knowledge.

Keywords: Knowledge, Senior high school student’s, Myopia

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Bapa di Surga dan juga

Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan

Siswa-Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan Tahun 2010 Tentang Miopia”.

Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai tugas akhir dalam pemenuhan persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis mengakui adanya kekurangan dalam tulisan ini sehingga laporan

hasil penelitian ini tidak mungkin disebut sebagai suatu karya yang sempurna.

Kekurangan dan ketidak sempurnaan tulisan ini tidak lepas dari berbagai macam

rintangan dan halangan yang selalu datang baik secara pribadi pada penulis

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penglihatan merupakan indera yang sangat penting dalam menentukan kualitas

hidup manusia. Indera penglihatan yang dimaksud adalah mata. Tanpa mata,

manusia mungkin tidak dapat melihat sama sekali apa yang ada disekitarnya.

Dalam penglihatan, mata mempunyai berbagai macam kelainan refraksi. Kelainan

refraksi tersebut antara lain seperti emetropia, miopia, ametropia, presbiopia,

hipermetropia, dan afakia. Kelainan refraksi merupakan gangguan yang banyak

terjadi di dunia tanpa memandang jenis kelamin, usia, maupun kelompok etnis

(Ilyas, 2009).

Dalam hal ini dari semua kelainan refraksi yang ada, angka kejadian miopia di

dunia terus meningkat, data WHO pada tahun 2004 menunjukkan angka kejadian

10% dari 66 juta anak usia sekolah menderita kelainan refraksi yaitu miopia.

Puncak terjadinya miopia adalah pada usia remaja yaitu pada tingkat SMA dan

miopia paling sering banyak terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki,

dengan perbandingan perempuan terhadap laki-laki 1,4 : 1. Perbandingan serupa

pada miopia tinggi adalah 3,5 : 1. Sebanyak 30% penderita miopia berasal dari

keluarga dengan golongan ekonomi menengah ke atas (Supartoto, 2006).

Di Indonesia terutama anak-anak remaja yang golongan ekonomi keluarganya

menengah keatas mempunyai angka kejadian miopia yang semakin meningkat.

Banyak faktor-faktor yang menyebabkan miopia, salah satu faktor yang

berpengaruh dalam perkembangan miopia adalah aktivitas melihat dekat atau

nearwork. Adanya kemajuan teknologi dan telekomunikasi, seperti televisi,

komputer, video game, dan lain-lain, secara langsung maupun tidak langsung akan

meningkatkan aktivitas melihat dekat (Sahat, 2006).

Faktor gaya hidup mendukung tingginya akses anak terhadap media visual yang

(19)

televisi (94,5%), video game (39,4%), dan komputer (15,7%). Tingginya akses

terhadap media visual ini apabila tidak diimbangi dengan pengawasan terhadap

perilaku buruk, seperti jarak lihat yang terlalu dekat serta istirahat yang kurang,

tentunya dapat meningkatkan terjadinya miopia (Sahat, 2006).

Oleh karena latar belakang inilah maka diperlukan penelitian-penelitian lebih

lanjut tentang gambaran pengetahuan tentang miopia terutama siswa-siswi di

SMA Santo Thomas 1 Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan penelitian untuk menjawab

pertanyaan yaitu bagaimana gambaran pengetahuan siswa-siswi SMA Santo

Thomas 1 Medan tentang miopia.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

tentang miopia.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Santo

Thomas 1 Medan tentang miopia menurut tingkat pendidikan, umur,

dan jenis kelamin.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

a. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam

(20)

b. Bagi peneliti, dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan

masyarakat.

c. Bagi peneliti, dapat meningkatkan dalam mengaplikasikan dan

menerapkan pengetahuan statistik kedokteran ke dalam penelitian.

d. Bagi peneliti, dapat juga meningkatkan daya nalar, minat, dan

kemampuan dalam meneliti bidang penelitian.

e. Bagi mahasiswa, dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

masukan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan penulis.

f. Bagi masyarakat, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka

akan pentingnya kegunaan alat penglihatan yaitu mata dalam kehidupan

sehari–hari.

g. Bagi siswa–siswi SMA Santo Thomas 1 Medan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan mereka mengenai kelainan refraksi yaitu

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi

Pengetahuan adalah hasil ’tahu’, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup di dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yan telah diterima. Oleh sebab itu,

‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein

pada anak balita.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

(22)

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya

dapat menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya

dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil

penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah

(problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus

yang diberikan.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis dapat dilihat dari pengunaan kata-kata kerja: dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau

(23)

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara

anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat

menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan

sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut.

2.2. Miopia

2.2.1. Definisi

Miopia atau rabun jauh merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar

yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan

retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena

sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai

diretina sinar-sinar ini menjadi divergen, membentuk lingkaran yang difus dengan

akibat bayangan yang kabur (Curtin, 1997).

Dalam kamus kedokteran Dorland disebutkan bahwa arti dari miopia

adalah kesalahan refraksi dengan berkas sinar memasuki mata yang sejajar dengan

sumbu optik dibawa ke fokus di depan retina (Hartanto, 2002).

2.2.2. Etiologi

Faktor genetik dapat menurunkan sifat miopia ke keturunannya, baik

secara autosomal dominan maupun autosomal resesif. Penurunan secara sex linked

sangat jarang terjadi, biasanya terjadi pada miopia yang berhubungan dengan

(24)

tinggi diturunkan secara autosomal resesif (Sidarta, 2005).

Selain faktor genetik, menurut Curtin (2002) ada 2 mekanisme dasar yang

menjadi penyebab miopia yaitu :

a. Hilangnya bentuk mata (hilangnya pola mata), terjadi ketika kualitas

gambar dalam retina berkurang.

b. Berkurangnya titik fokus mata maka akan terjadi ketika titik fokus cahaya

berada di depan atau di belakang retina.

Miopia akan terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang pada saat

masih bayi. Dikatakan bahwa semakin dini mata seseorang terkena sinar terang

secara langsung, maka semakin besar kemungkinan mengalami miopia. Ini karena

organ mata sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan.

Akibatnya, para penderita miopia umumnya merasa bayangan benda yang

dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina matanya, melainkan didepannya (Curtin,

2002).

2.2.3. Klasifikasi

Dikenal beberapa bentuk miopia terdiri dari :

a. Miopia aksial

Dalam hal ini, terjadinya miopia akibat panjangnya sumbu bola mata

(diameter antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa

normal (Ilyas, 2009).

b. Miopia kurvatura

Dalam hal ini terjadinya miopia diakibatkan oleh perubahan dari

kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa

seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi

lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola

(25)

c. Perubahan index refraksi

Perubahan indeks refraksi atau miopia refraktif, bertambahnya indeks

bias media penglihatan seperti yang terjadi pada penderita diabetes

melitus sehingga pembiasan lebih kuat (Ilyas, 2009).

Menurut Ilyas (2009), derajat beratnya miopia dibagi dalam :

a. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.

b. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri.

c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.

Menurut Ilyas (2009), perjalanan miopia dikenal bentuk :

a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa.

b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat

bertambah panjangnya bola mata.

c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat

mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan miopia

pernisiosa = miopia maligna = miopia degeneratif.

2.2.4. Patofisiologi

Pada saat baru lahir, kebanyakan bayi memiliki mata hiperopia, namun saat

pertumbuhan, mata menjadi kurang hiperopia dan pada usia 5-8 tahun menjadi

emetropia. Proses untuk mencapai ukuran emetrop ini disebut emetropisasi. Pada

anak dengan predisposisi berlanjut, namun mereka menderita miopa derajat

rendah pada awal kehidupan. Saat mereka terpajan pada faktor miopigenik seperti

kerja jarak dekat secara berlebihan yang menyebabkan bayangan buram dan tidak

terfokus pada retina. Miopisasi berlanjut untuk mencapai titik fokus yang

menyebabkan elongasi aksial dan menimbulkan miopia derajat sedang pada late

(26)

Dua mekanisme patogenesis terhadap elongasi pada miopia yaitu :

1. Menurut tahanan sklera

a. Mesodermal

Abnormalitas mesodermal sklera secara kualitas maupun kuantitas

dapat mengakibatkan elongasi sumbu mata. Percobaan Columbre

dapat membuktikan hal ini, dimana pembuangan sebagian mesenkim

sklera dapat menyebabkan terjadi ektasia pada daerah ini karena

adanya perubahan tekanan dinding okular (Sativa, 2003).

b. Ektodermal-Mesodermal

Vogt awalnya memperluasnya konsep bahwa miopia adalah hasil

ketidak harmonisan pertumbuhan jaringan mata dimana pertumbuhan

retina yang berlebihan dengan bersamaan ketinggian perkembangan

baik koroid maupun sklera menghasilkan peregangan pasif jaringan.

Meski alasan Vogt pada umumnya tidak dapat diterima, telah diteliti

ulang dalam hubungannya dengan miopia bahwa pertumbuhan koroid

dan pembentukan sklera dibawah pengaruh epitel pigmen retina

(Sativa, 2003).

2. Meningkatnya suatu kekuatan yang luas

a. Tekanan intraokular basal

Contoh klasik miopia sekunder terhadap peningkatan tekanan basal

terlihat pada glaukoma juvenil dimana bahwa peningkatan tekanan

berperan besar pada peningkatan pemanjangan sumbu bola mata (Sativa,

2003).

b. Susunan peningkatan tekanan

Secara anatomis dan fisiologis sklera memberikan berbagai respon

(27)

perubahan pada stress. Kedipan kelopak mata yang sederhana dapat

meningkatkan tekanan intraokular 10 mmHg, sama juga seperti

konvergensi kuat dan pandangan ke lateral. Pada valsava manuver

dapat meningkatkan tekanan intraokular 60 mmHg (Sativa, 2003).

2.2.5. Faktor Resiko

2.2.5.1.Genetika

Beberapa penelitian telah melaporkan pengaruh ras terhadap prevalensi miopia.

Pada populasi kulit putih, prevalensi miopia dilaporkan 17-26,2% sedangkan pada

populasi kulit hitam prevalensi miopia sebesar 13-21,5%. Prevalensi miopia yang

cenderung lebih tinggi lebih banyak dijumpai pada penduduk ras Asia Timur

(Wong T.Y. et al, 2003).

2.2.5.2.Lingkungan

Bahwa membaca atau kerja dekat dalam waktu yang lama menyebabkan miopia.

Terdapat korelasi kuat antara tingkat pencapaian pendidikan dan prevalensi serta

progresitivitas gangguan refraksi miopia. Individu dengan profesi yang banyak

membaca seperti pengacara, dokter, pekerja dengan mikroskop, dan editor

mengalami miopia derajat lebih tinggi. Miopia dapat berkembang tidak hanya

pada usia remaja, namun melewati usia 20-30 tahun (Seet B. et al, 2001).

Iluminasi atau tingkat penerangan juga dianggap sebagai faktor pencetus yang

mempengaruhi timbulnya miopia pada faktor lingkungan. Gangguan penerangan

dapat menimbulkan gangguan akomodasi mata, kontraksi otot siliar secara

terus-menerus akan menimbulkan gangguan refraksi mata yaitu miopia (Fredrick,

2002).

2.2.6. Gambaran Klinis

Gejala utama adalah gangguan penglihatan jarak jauh (buram). Tanda-tanda mata

miopik antara lain adalah bola mata memanjang, kamera okuli anterior dalam, dan

(28)

terlihat jelas, atrofi sebagian koroid sehingga sklera tampak terbayang putih,

cakram optik lebar dan pucat, pada sisi temporal terdapat tanda myopic crescent,

sedangkan pada sisi nasal terdapat supertraction crescent. Perubahan degeneratif

pada retina biasanya terjadi pada miopia progresif yang sebanding dengan derajat

miopia, bercak atrofi putih biasanya timbul di makula, namun perdarahan koroid

tiba-tiba dapat menimbulkan bercak bulat merah gelap berbentuk kasar dibagian

luar makula (Abrams D.A., 1993).

2.2.7. Diagnosis

2.2.7.1.Pengukuran Status Refraksi

Pengukuran status refraksi terlebih dahulu ditentukan dengan penentuan tajam

penglihatan. Tajam penglihatan dinilai melalui bayangan terkecil yang terbentuk

di retina, dan diukur melalui obyek terkecil yang dapat dilihat jelas pada jarak

tertentu. Makin jauh obyek dari mata, maka makin kecil bayangan yang terbentuk

pada retina sehingga ukuran bayangan tidak hanya merupakan fungsi ukuran

obyek namun juga jarak obyek dari mata (Abrams D.A, 1993).

Pemeriksaan kelainan refraksi secara obyektif dilakukan dengan menggunakan

retinoskopi untuk melihat refleks fundus dan ultrasonografi (USG) untuk

mengukur panjang aksis bola mata sehingga dapat dipastikan bahwa miopia yang

tejadi bersifat aksial, namun pemeriksaan dengan USG memerlukan biaya yang

relatif mahal (Muhdahani, 1994).

2.2.8. Komplikasi

a. Abalasio retina

Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0 D – (-4,75) D sekitar

1/6662. Sedangkan pada (-5) D – (-9,75) D resiko meningkat menjadi

1/1335. Lebih dari (-10) D resiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain

penambahan faktor resiko pada miopia rendah tiga kali sedangkan

miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali (Sativa, 2003).

(29)

Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98%

air dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair

secara perlahan-lahan, namun proses ini akan meningkat pada penderita

miopia tinggi. Hal ini berhubungan dengan hilangnya struktur normal

kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat bayangan-bayangan

kecil (floaters). Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan viterus

sehingga kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan

beresiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan retina

(Sativa, 2003).

c. Miopic makulopaty

Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh

darah kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga

lapangan pandang berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan

koroid yang bisa menyebabkan kurangnya lapangan pandang (Sativa,

2003).

d. Glauko ma

Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada

miopia sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada

miopia terjadi dikarenakan stress akomodasi dan konvergensi serta

kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada trabekula (Sativa,

2003).

e. Katarak

Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Bahwa pada orang dengan

(30)

f. Skotokmata

Komplikasi timbul pada miopia derajat tinggi. Jika terjadi bercak atrofi

retina maka akan timbul skotomata (sering timbul jika daerah makula

terkena dan daerah penglihatan sentral menghilang). Vitreus yang telah

mengalami degenerasi dan mencair berkumpul di muscae volicantes

sehingga menimbulkan bayangan lebar di retina yang sangat mengganggu

pasien dan menimbulkan kegelisahan. Bayangan tersebut cenderung

berkembang secara perlahan dan selama itu pasien tidak pernah

menggunakan indera penglihatannya dengan nyaman sampai akhirnya

tidak ada fungsi penglihatan yang tersisa atau sampai terjadi lesi makula

berat atau ablasio retina (Abrams D.A., 1993).

2.2.9. Prognosis

Miopia sangat dipengaruhi oleh usia. Setiap derajat miopia pada usia kurang dari

4 tahun harus dianggap serius. Pada usia lebih dari 4 tahun dan terutama 8-10

tahun, miopia sampai dengan -6 D harus diawasi dengan hati-hati. Jika telah

melewati usia 21 tahun tanpa progresivitas serius maka kondisi miopia dapat

diharapkan telah menetap dan prognosis dianggap baik. Pada derajat lebih tinggi,

prognosis harus dipertimbangkan dengan hati-hati berdasarkan gambaran fundus

dan tajam penglihatan setelah koreksi. Pada semua kasus harus diperhatikan

kemungkinan perdarahan tiba-tiba atau ablasio retina (Abrams D.A., 1993).

2.2.10. Penatalaksanaan

Pengobatan terhadap miopia dapat dilakukan diantaranya dengan :

a. Kacamata

Terapi yang diberikan pada pasien yang menderita miopia adalah

dengan pemakaian kacamata negatif untuk memperbaiki penglihatan

jarak jauh. Perubahan refraksi terkecil dimana kebanyakan klinik

(31)

2000).

b. Lensa kontak

Lensa kontak yang biasanya digunakan ada 2 jenis yaitu, lensa kontak

keras yang terbuat dari bahan plastik polimetilmetacrilat (PMMA) dan

lensa kontak lunak terbuat dari bermacam-macam plastik hidrogen.

Lensa kontak keras secara spesifik diindikasikan untuk koreksi

astigmatisma ireguler, sedangkan lensa kontak lunak digunakan untuk

mengobati gangguan permukaan kornea. Salah satu indikasi

penggunaan lensa kontak adalah untuk koreksi miopia tinggi, dimana

lensa ini menghasilkan kualitas bayangan lebih baik dari kacamata.

Namun komplikasi dari penggunaan lensa kontak dapat mengakibatkan

iritasi kornea, pembentukan pembuluh darah kornea atau

melengkungkan permukaan kornea. Oleh karena itu, harus dilakukan

pemeriksaan berkala pada pemakai lensa kontak (Fredrick, 2002).

c. Bedah keratoretraktif

Bedah keratoretraktif mencakup serangkaian metode untuk mengubah

kelengkungan permukaan anterior bola mata diantaranya adalah

keratotomy radial, keratomileusis, keratofakia, dan epikeratofakia

(Fredrick, 2002).

d. Lensa intraoculer

Penanaman lensa intraokuler merupakan metode pilihan untuk koreksi

kesalahan refraksi pada afakia (Fredrick, 2002).

e. Operasi laser refraktif

Dapat mengurangi kondisi refraksi miopia, namun tidak menurunkan

laju kondisi kebutaan karena ablasio retina, degenerasi makula dan

(32)

f. Farmakologi

Antikolinergik seperti atropin telah digunakan dengan kombinasi

kacamata bifokus untuk menghambat progresivitas miopia. Walaupun

progresivitas miopia terhambat selama terapi namun efek jangka

pendek nampaknya dengan perbedaan ukuran tidak lebih dari 1-2 D dan

tidak ada kasus miopia patologis yang telah dicegah dengan terapi ini

(Seet B. et al, 2001).

g. Non-Farmakologi

Menjaga higiene visual dengan iluminasi yang adekuat, postur tubuh

yang nyaman dan alami saat melakukan kerja, dan menghindari

kelelahan mata (Abrams D.A., 1993).

2.2.11. Pencegahan

Menurut Curtin (2002) ada cara untuk mencegah terjadinya miopia, yaitu dengan:

1. Mencegah kebiasaan buruk seperti

a. Biasakan anak duduk dengan posisi tegak sejak kecil.

b. Memegang alat tulis dengan benar.

c. Lakukan istirahat setiap 30 menit setelah melakukan kegiatan

membaca atau menonton televisi.

d. Batasi jam untuk membaca.

e. Atur jarak membaca buku dengan tepat (kurang lebih 30 centimeter

dari buku) dan gunakan penerangan yang cukup.

f. Membaca dengan posisi tidur atau tengkurap bukanlah kebiasaan

(33)

2. Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha untuk melatih jauh atau

melihat jauh dan dekat secara bergantian dapat mencegah terjadinya

miopia.

3. Jika ada kelainan pada mata, kenali dan perbaiki sejak awal. Jangan

menunggu sampai ada gangguan mata. Jika tidak diperbaiki sejak awal,

maka kelainan yang ada bisa menjadi permanen. Contohnya bila ada

bayi prematur harus terus dipantau selama 4-6 minggu pertama di ruang

inkubator supaya dapat mencegah tanda-tanda retinopati.

4. Untuk anak dengan tingkat miopia kanan dan kiri tinggi, segera lakukan

konsultasi dengan dokter spesialis mata anak supaya tidak terjadi juling.

Dan selama mengikuti rehabilitasi tersebut, patuhilah setiap perintah

dokter dalam mengikuti program tersebut.

5. Walaupun sekarang ini sudah jarang terjadi defisiensi vitamin A, ibu

hamil tetap perlu memperhatikan nutrisi, termasuk pasokan vitamin A

selama hamil.

6. Periksalah mata anak sedini mungkin jika dalam keluarga ada yang

memakai kacamata.

7. Dengan mengenali keanehan, misalnya kemampuan melihat yang

kurang, maka segeralah melakukan pemeriksaan.

Selain Curtin (2002) Menurut Wardani (2009) ada cara lain untuk mencegah

terjadinya miopia, yaitu dengan:

1. Melakukan pemeriksaan mata secara berkala setiap 1 tahun sekali atau

sebelum 1 tahun bila ada keluhan (terutama yang telah memakai

kacamata).

(34)

3. Kurangi kebiasaan yang kurang baik untuk mata, misalnya membaca

sambil tiduran dengan cahaya yang redup. Jarak aman untuk membaca

adalah sekitar 30 cm dari mata dengan posisi duduk dengan penerangan

yang cukup baik (tidak boleh terlalu silau atau redup). Lampu harus

difokuskan pada buku yang dibaca.

4. Jaga jarak aman aman saat menonton televisi. Jarak yang ideal adalah 2

meter dari layar televisi dan usahakan posisi layar sejajar dengan mata

dan pencahayaan ruangan yang memadai.

5. Bila bekerja di depan komputer, usahakan setiap 1-1,5 jam sekali

selama 5-10 menit untuk memandang ke arah lain yang jauh, dengan

maksud untuk mengistirahatkan otot-otot bola mata. Dan jangan lupa

untuk sering berkedip supaya permukaan bola mata selalu basah.

6. Perbanyak konsumsi makanan, baik sayuran maupun buah-buahan yang

banyak mengandung vitamin A, C, E dan lutein yang berfungsi sebagai

antioksidan karotenoid pemberi warna kuning jingga pada sayuran dan

buah-buahan.

7. Tidak merokok dan hindari asap rokok, karena rokok dapat

mempercepat terjadinya katarak dan asap rokok dapat membuat mata

menjadi cepat kering.

8. Gunakanlah sunglasses yang dilapisi dengan anti UV bila beraktifitas di

luar ruangan pada siang hari. Hal ini untuk mencegah paparan sinar

matahari yang berlebihan oleh karena sinar matahari mengandung sinar

ultraviolet (UV) yang tidak baik untuk sel-sel saraf di retina.

9. Aturlah suhu ruangan bila menggunakan pendingin ruangan (AC).

Kelembaban yang baik untuk permukaan mata berkisar antara 22-25⁰ C. Jadi bila menggunakan AC jangan terlalu dingin karena penguapan

(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan menunjukkan seberapa besar siswa-siswi mengetahui kelainan

refraksi yaitu tentang miopia. Pengetahuan adalah jawaban responden yang

berkaitan dengan miopia. Pengetahuan disini akan mencakup mengenai

pengertian miopia, tanda-tanda miopia, penyebab miopia, dan cara pencegahan

kelainan refraksi.

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan kaum siswa-siswi tersebut digunakan

kuesioner sebagai instrumen. Dalam kuesioner tersebut diajukan 15 pertanyaan

dengan bentuk pertanyaan pilihan berganda, dimana total nilai 75, apabila

responden menjawab pertanyaan dengan benar diberi nilai 5 dan apabila salah

tidak dinilai (diberi nilai 0). Gambaran Pengetahuan

Siswa-Siswi

1. Tingkat Pendidikan 2. Umur

3. Jenis Kelamin

(36)

Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Tingkat pengetahuan “BAIK” apabila responden dapat menjawab dengan

benar ≥ 75% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang diberikan.

b. Tingkat pengetahuan “CUKUP” apabila responden dapat menjawab

dengan benar 40% sampai 75% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang

diberikan.

c. Tingkat pengetahuan “KURANG” apabila responden dapat menjawab

dengan benar ≤ 40% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang diberikan

(Hadi dan Sudarti, 1990).

3.2.2. Siswa-siswi

Dalam penelitian ini siswa-siswi yang ingin diteliti yaitu siswa-siswi SMA yang

mencakup dari seluruh jenis kelamin baik pria maupun wanita dan dengan

rata-rata usia 15 hingga 18 tahun.

3.2.3. Miopia

Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki

mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam

keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang

datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai diretina

sinar-sinar ini menjadi divergen, membentuk lingkaran yang difus dengan akibat

bayangan yang kabur (Curtin, 1997).

Dalam kamus kedokteran Dorland disebutkan bahwa arti dari miopia

adalah kesalahan refraksi dengan berkas sinar memasuki mata yang sejajar dengan

(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif dengan desain

cross-sectional bertujuan untuk menilai siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

tentang miopia.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medan. Penelitian dilakukan

pada tanggal 31 Agustus 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi yang berumur 14-18 tahun

yang bersekolah di SMA Santo Thomas 1 Medan. Menurut data dari kantor tata

usaha SMA Santo Thomas 1 Medan, jumlah seluruh siswa-siswi SMA tersebut

adalah 1522 orang.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Semua siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan yang terdaftar di

sekolah tersebut.

2. Siswa-siswi yang berusia 14-18 tahun.

3. Bersedia untuk menjadi responden penelitian.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

(38)

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode Stratified Random

Sampling. Karakteristik siswa-siswi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berdasarkan tingkat pendidikan, usia, dan jenis kelamin. Penggunaan metode ini

dilakukan dengan pertimbangan agar sampel yang terkumpul dapat mewakili

semua populasi yang akan diteliti.

4.3.2. Besar Sampel Penelitian

Perkiraan besar sampel minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan

rumus dibawah ini (Notoatmodjo, 2005). Melalui rumus tersebut, maka diperoleh

100 sampel.

Keterangan rumus :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan/ketepatan absolut yang diinginkan

(Peneliti menetapkan d = 10% atau 0,1)

Terdapat 33 ruang kelas di SMA Santo Thomas 1 Medan, yaitu kelas X berjumlah

12 kelas, kelas XI berjumlah 11 kelas yang terdiri dari 9 kelas XI IPA dan 2 kelas

XI IPS, dan kelas XII berjumlah 10 kelas yang terdiri dari 8 kelas XII IPA dan 2

kelas XII IPS. Survei akan mengambil data dari 3 subjek di tiap kelas, sehingga

(39)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengambilan data adalah metode wawancara dengan

menggunakan teknik angket, suatu cara pengumpulan data suatu penelitian yang

berisi pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dan relevan terhadap masalah penelitian

(Notoadmodjo, 2005). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah kuesioner yang diberikan kepada subjek penelitian.

Untuk bobot penilaian dan interpretasi hasil ukur dapat dilihat pada bab 3.

Kuesioner yang diberikan kepada responden akan terlebih dahulu dilakukan uji

validitas dan uji realibilitas kepada beberapa orang responden yang berada di

SMA Santo Thomas 1, Medan, Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah data

primer, yaitu data yang diperoleh melalui kuesioner yang berisikan daftar

pertanyaan yang disusun sesuai dengan masalah penelitian yang meliputi berbagai

aspek. Data ini langsung dari responden saat penelitian berlangsung.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan

reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji

Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS. Sampel yang

digunakan dalam uji validitas memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel

dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini

(40)

Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan realibilitas kuesioner

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Dalam penelitian ini, data penelitian yang diperoleh dari hasil kuesioner

berupa jawaban dari responden diubah menjadi data kuantitatif dalam bentuk skor

nilai. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dilakukan pengolahan.

Langkah-langkah dalam pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut :

a. Editing

Adalah langkah untuk meneliti apakah isian kuesioner sudah lengkap atau

belum sehingga apabila ada kekurangan dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Adalah suatu usaha memberikan kode/menandai jawaban-jawaban responden

atas pertanyaan yang ada pada kuesioner yang nantinya akan memudahkan

(41)

c. Entry data

Memasukkan data melalui pengolahan komputer dengan menggunakan

program software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0

d. Cleaning

Adalah pembersihan data. Kegiatan meneliti kembali data yang sudah ada,

apakah ada kesalahan atau tidak.

Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif untuk

mengetahui gambaran pengetahuan siswa-siswi tentang miopia di SMA Santo

Thomas 1 Medan. Hasil dari analisa data tersebut akan disajikan dalam bentuk

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Katolik Santo Thomas 1 Medan berdiri pada tahun 1955 oleh Vikariat

Apolostik Medan. SMA ini berada di pusat kota tepatnya bertempat di Jalan

Jendral S.Parman No.109 Medan. SMA ini merupakan salah satu SMA di Medan

yang statusnya terakreditasi dengan peringkat A (sangat baik).

Sekolah ini memiliki bangunan yang berbentuk persegi dan memiliki satu

lapangan. Sebelah barat sekolah ini adalah kompleks perumahan, sebelah timur

adalah SMA Santo Thomas 2 Medan dan SMP Santo Thomas 4 Medan.

SMA ini memiliki 33 ruang kelas, 4 ruang laboratorium, perpustakaan, aula serba

guna, studio musik, kantin, ruang tata usaha, ruang guru, dan ruang kepala

sekolah. Kegiatan belajar berlangsung dari pukul 07.30 WIB hingga pukul 12.50

WIB. Setelah kegiatan belajar ini selesai terdapat kegiatan ekstrakulikuler maupun

les tambahan bagi para siswa.

5.1.2. Karakteristik Siswa-Siswi (Responden)

Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang bersekolah di SMA

Santo Thomas 1 Medan tahun 2010. Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa

usia responden yang paling banyak terdapat pada kelompok usia 15 tahun, yaitu

sebanyak 49 orang (49%), sedangkan usia responden terendah pada kelompok

usia 14 tahun yaitu sebanyak 15 orang (15%).

Kelas responden terbagi atas 3 tingkatan kelas, yaitu kelas X SMA, kelas XI SMA

(kelas XI IPA dan kelas XI IPS) dan kelas XII SMA (kelas XII IPA dan kelas XII

IPS). Melalui tabel 5.1 dapat dilihat bahwa kelas responden yang paling banyak

adalah kelas XI SMA dan XII SMA, yaitu masing-masing sebanyak 35 orang

(35%) dan kelas responden terendah adalah kelas X SMA yaitu sebanyak 30

(43)

Jenis kelamin responden terbagi atas 2 jenis, yaitu pria dan wanita. Melalui tabel

5.1 dapat dilihat bahwa jenis kelamin yang paling banyak adalah wanita, yaitu

sebanyak 51 orang (51%) dan pria, yaitu sebanyak 49 orang (49%).

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2010

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Usia

5.1.3. Hasil Analisa Data

1) Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden dinilai berdasarkan 15 pertanyaan yang mencakup

informasi yang diketahui responden mengenai miopia, antara lain pengertian

miopia, tanda-tanda miopia, penyebab miopia, dan cara pencegahan kelainan

refraksi. Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa mayoritas pengetahuan

responden mengenai Miopia adalah cukup, yaitu sebanyak 64 orang (64%).

Sedangkan sebanyak 1 orang (1%) berpengetahuan kurang dan 35 orang (35%)

berpengetahuan baik.

Tabel 5.2 Pengetahuan Responden mengenai Miopia di SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2010

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 35 35

Cukup 64 64

Kurang 1 1

(44)

2) Distribusi Frekuensi Pengetahuan berdasarkan Kelas

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden dengan pengetahuan cukup

mayoritas adalah siswa-siswi kelas XII SMA, yakni 23 orang (35,9%). Sedangkan

responden dengan pengetahuan kurang terdapat pada siswa-siswi kelas XI SMA,

yakni 1 orang (100%). Dan siswa-siswi yang berpengetahuan baik mayoritas

terdapat dikelas XI SMA, yakni 14 orang (40%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan mengenai Miopia (Rabun Jauh) di SMA Santo Thomas 1 Medan berdasarkan Kelas Responden

Kelompok Kelas

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup

(Sedang) Kurang

f % f % F %

X SMA 9 25,7% 21 32,8% 0 0 30

XI SMA 14 40% 20 31,3% 1 100% 35

XII SMA 12 34,3% 23 35,9% 0 0 35

Total 35 100% 64 100% 1 100% 100

3) Distribusi Frekuensi Pengetahuan berdasarkan Usia

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa responden dengan pengetahuan baik

terdapat paling banyak pada usia 15 tahun, yakni 21 orang (60%). Responden

dengan pengetahuan cukup (sedang), juga paling banyak berada pada usia 15

tahun, yakni 28 orang (43,8%). Dan responden dengan pengetahuan kurang

(45)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan mengenai Miopia (Rabun Jauh) di SMA Santo Thomas 1 Medan berdasarkan Usia Responden

Kelompok

4) Distribusi Frekuensi Pengetahuan berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat pengetahuan responden berdasarkan jenis

kelamin, dimana mayoritas pengetahuan baik dimiliki oleh laki-laki, yakni 22

orang (62,9%). Sedangkan mayoritas responden pengetahuan kurang dimiliki oleh

perempuan, yakni 1 orang (100%) dan pengetahuan cukup juga mayoritas dimiliki

oleh perempuan, yakni 37 orang (57,8%).

(46)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan Responden

Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan, diketahui bahwa dari 100 responden

yang diteliti di SMA Santo Thomas 1 Medan, didapatkan 35 responden (35%)

dengan pengetahuan baik, 64 responden (64%) dengan pengetahuan yang cukup

(sedang), dan sebesar 1 responden (1%) dengan pengetahuan kurang. Melalui data

tersebut, dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang

cukup mengenai miopia. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan faktor pendidikan

terakhir responden yaitu selama di SD dan SMP mereka telah mempelajari

tentang miopia.

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden dengan pengetahuan baik

mayoritas berada pada kelas XI SMA (40%), pengetahuan cukup mayoritas

terdapat pada kelas XII SMA (34,3%), sedangkan pengetahuan kurang hanya

terdapat pada kelas XI SMA (100%). Hal diatas menunjukkan bahwa mayoritas

kelas XI SMA memiliki pengetahuan lebih baik daripada kelas XII SMA.

Menurut Koenraadt (2006) melalui hasil penelitiannya di Thailand yang

menyatakan bahwa seseorang dengan pendidikan lebih tinggi berpeluang untuk

memanfaatkan lebih banyak sarana informasi untuk meningkatkan

pengetahuannya. Seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan baik,

pada umumnya akan lebih mudah untuk menyerap informasi baru. Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Koenraadt (2006). Hal ini bisa

saja terjadi karena pemilihan sample yang kurang banyak sehingga mempengaruhi

hasil penelitian.

Namun demikian, dengan mengetahui pengetahuan yang baik tidak berarti dapat

memprediksi tindakan yang dilakukan, ketika pengetahuan seseorang baik/positif

(47)

Peningkatan pengetahuan responden mengenai miopia sangat diperlukan, karena

dengan pengetahuan yang baik akan mendorong responden dalam tindakannya

untuk melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit ini, sehingga melalui

tindakan yang baik, jumlah morbiditas dapat ditekan. Dengan dasar pengetahuan

sederhana dan benar, maka diharapkan siswa-siswi akan bersikap dan bertindak

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengetahuan siswa-siswi

SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2010 mengenai miopia diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Sebanyak 64 orang (64%) siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan

memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakit miopia dan 1 orang

(1%) memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyakit miopia.

2. Siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan yang berpengetahuan cukup

berdasarkan kelas terdapat dikelas XII SMA, yaitu sebanyak 23 orang

(35,9%). Sedangkan yang berpengetahuan kurang, yaitu 1 orang (100%)

dan berpengetahuan baik, yaitu 14 orang (40%), mayoritas terdapat dikelas

XI SMA.

3. Siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan yang berpengetahuan cukup,

yaitu 28 orang (43,8%) dan juga baik, yaitu 21 orang (60%) berdasarkan

usia, mayoritas berada pada usia 15 tahun dan yang berpengetahuan

kurang terdapat pada usia 14 tahun, yaitu 1 orang (100%).

4. Siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan yang berpengetahuan cukup,

yaitu 37 orang (57,8%) dan juga kurang, yaitu 1 orang (100%)

berdasarkan jenis kelamin, mayoritas berjenis kelamin perempuan.

Sedangkan yang berpengetahuan baik terdapat pada jenis kelamin

(49)

6.2. Saran

1. Bagi siswa-siswi

Siswa-siswi turut berperan dalam usaha pencegahan miopia dengan cara yaitu :

a. Lakukan istirahat setiap 1 jam setelah melakukan kegiatan membaca,

menonton televisi, atau bermain komputer.

b. Atur jarak membaca buku dengan tepat (kurang lebih 30 centimeter

dari buku) dan gunakan penerangan yang cukup.

c. Istirahat yang cukup supaya mata tidak cepat lelah.

d. Perbanyak konsumsi makanan, baik sayuran maupun buah-buahan

yang banyak mengandung vitamin A, C, dan E.

2. Bagi peneliti

Bagi peneliti di masa yang akan datang agar penelitian dapat dilakukan juga di

beberapa lokasi lain dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

3. Bagi masyarakat

a. Melakukan pemeriksaan mata secara berkala setiap 1 tahun sekali

atau sebelum 1 tahun bila ada keluhan (terutama yang telah

memakai kacamata).

b. Untuk anak dengan tingkat miopia kanan dan kiri tinggi, segera

lakukan konsultasi dengan dokter spesialis mata anak supaya tidak

terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Dan selama mengikut i

rehabilitasi tersebut, patuhilah setiap perintah dokter dalam

mengikuti program tersebut.

c. Walaupun sekarang ini sudah jarang terjadi defisiensi vitamin A,

ibu hamil tetap perlu memperhatikan nutrisi, termasuk pasokan

vitamin A selama hamil untuk bayi didalam kandungan.

d. Periksalah mata anak sedini mungkin jika dalam keluarga ada yang

memakai kacamata.

(50)

Tenaga kesehatan agar lebih sering memberikan penyuluhan mengenai miopia

kepada masyarakat. Dan tenaga kesehatan harus lebih baik dalam mendeteksi

penyakit mata, sehingga tidak sampai menyebabkan kebutaan. Karena miopia

adalah pencetus utama terjadinya kebutaan yang menduduki peringkat pertama di

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abrams D.A., 1993. Duke – Elder’s Practice of refraction 10th Edition.

Edinburgh: Churchill Livingstone. 50-145.

Curtin B.J., 1997. The Myopias Basic and Clinical Management. Philadelphia: Harper & Row Publisher, 16-26, 277-84.

Curtin B.J., 1997. The Optics of Myopia, in Duane’s Clinical Ophthalmology,

chapter 42. Volume 1. New York: Lippincott–Raven Publisher Philadelphia,

1-10.

Curtin B.J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row, 348-38.

Fredrick Dr., 2002. Myopia Clinical Review. BMJ 2002: 324: 1195-9.

Goss D.A., 2000. Nearwork and Myopia. The Lancet 2000. 356 : 1456-7.

Hadi, P. & Sudarti, 1990. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hartanto, Huriawati, dkk, 2000. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi ke-29. Jakarta: EGC, 1423.

Ilyas, Sidarta, 2005. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga cetakan ke-2. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ilyas, Sidarta, 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga cetakan ke-6. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 72 - 83.

Koenraadt CM, Tuiten W, Sithiprasna R, Kijchalao U, Kones JW, Scott TW.

Dengue knowledge and practices and their impact on Aedes Aegypti populations in Kamphaeng Phet, Thailand. Am J Trop Med Hyg 2006; 74(4):692-700.

Available from : November 2010]

Muhdahani, 1994. Pengaruh Monitor Komputer Terhadap Timbulnya Miopia

pada Operator Komputer. Tesis, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Notoadmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Masyarakat. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

(52)

Notoadmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Edisi 1. Jakarta: Rineka Cipta.

Sahat, Ferry, 2006. Miopia, Menurunnya Prestasi Belajar Anak Perkotaan.

Jakarta: Koran Kompas. Available from:

[Accessed 14 Maret 2010].

Sativa, Oriza, 2003. Tekanan Intraokular Pada Penderita Myopia Ringan dan

Sedang. Bagian Ilmu Penyakit Mata Universitas Sumatra Utara. Available from:

Seet B. et al, 2001. Myopia in Singapore Taking a Public Health Approach. Br.J Opthalmology 2001. 85 ; 521-6.

Supartoto, Agus, 2006. Anak Perempuan di Yogyakarta lebih banyak Menderita

Myopia. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Available from: Maret 2010].

Wardani, Retno, 2009. Kelainan Penglihatan/Refraksi Pada Anak. Poliklinik

Mata-RSIA Permata Cibubur. Available from:

2010].

Wong T.Y. et al, 2003. Refractive Errors, Intraocular Pressure, and Glaucoma in

(53)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Axel Ivander Nainggolan

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 19 April 1989

Agama : Kristen Protestan

Alamat : 1. Sumatera Utara (Medan) :

Jalan Sisingamangaraja Gg. Purnama No.3, Medan

20217.

2. DKI Jakarta (Jakarta Pusat) :

Jalan Sumur Batu Raya Gg. Sumba 2 Rt.06/Rw.03

No.36, Jakarta Pusat 10640.

Riwayat Pendidikan : 1. TK Chandra Jakarta (1994-1995)

2. SD Santo Mikael Jakarta (1995-2001)

3. SMP Paskalis 3 Jakarta (2001-2004)

4. SMA Negeri 5 Jakarta (2004-2007)

(54)

KUESIONER

Identitas Responden (wajib diisi)

Nama : Jenis Kelamin : (L/P) (Lingkari salah satu)

Usia : Kelas :

I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat di bawah ini dan

berilah tanda silang (x) pada jawaban yang menurut Anda benar

1. Menurut Anda, Miopia adalah :

a. Sejenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang mengenai mata.

b. Kesalahan refraksi dengan berkas sinar memasuki mata yang sejajar

dengan sumbu optik dibawa ke fokus di depan retina.

c. Sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus yang mengenai mata.

2. Nama lain dari Miopia adalah :

a. Rabun senja. b. Rabun dekat. c. Rabun jauh.

3. Menurut Anda, tanda-tanda apakah yang sering terjadi pada

penderita Miopia dalam hal penglihatan ?

a. Kabur bila melihat benda-benda yang terlihat jauh.

b. Kabur bila melihat benda-benda yang terlihat dekat.

c. Kabur bila melihat benda-benda yang terlihat jauh dan dekat.

4. Menurut Anda, kapan miopia bisa terjadi?

a. Bayi. b. Anak-Anak. c. Remaja.

5. Menurut Anda, faktor lingkungan seperti apa yang bisa

menyebabkan terjadinya miopia?

a. Penerangan yang terang.

b. Penerangan yang redup.

(55)

6. Menurut Anda, penyakit yang akan timbul setelah miopia adalah:

a. Katarak.

b. Sakit kepala sebelah (Migrain).

c. Demam Berdarah Dengue (DBD).

7. Menurut Anda, kacamata yang cocok untuk penderita miopia adalah:

a. Positif.

b. Silindris.

c. Negatif.

8. Menurut Anda, Untuk mencegah penyakit miopia, Vitamin apa yang

baik untuk kesehatan mata?

a. Vitamin A, B, & K.

b. Vitamin A, C, & E.

c. Vitamin A, B, & C.

9. Menurut Anda, berapa lama waktu istirahat bagi mata untuk selesai

melakukan aktivitas seperti membaca buku atau menonton televisi?

a. 15 menit.

b. 30 menit.

c. 60 menit.

10. Menurut Anda, bila kita selesai bekerja di depan komputer lalu

beristirahat selama 60 – 90 menit lalu usahakan memandang ke arah

lain yang jauh selama:

a. 5-10 menit.

b. 30-40 menit.

c. 60-70 menit.

11. Untuk mencegah terjadinya Miopia, jarak membaca buku yang tepat

adalah:

a. 15 cm dari buku.

b. 30 cm dari buku.

(56)

12. Menurut Anda, Untuk mencegah terjadinya miopia, sebaiknya jarak

Anda dengan televisi sewaktu menonton adalah:

a. 2 meter dari televisi.

b. 1 meter dari televisi.

c. 50 centimeter dari televisi.

13. Menurut Anda, selain kacamata alat apa yang dapat membantu

mencegah terjadinya miopia ?

a. Teleskop.

b. Mikroskop.

c. Kontak Lens.

14. Menurut Anda, cahaya yang cocok untuk mencegah terjadinya

miopia adalah :

a. Gelap.

b. Terang.

c. Remang – remang.

15. Menurut Anda, suhu ruangan yang cocok untuk kelembaban mata

bila menggunakan pendingin ruangan (AC) adalah:

(57)

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Salam sejahtera,

Terimakasih atas kesediaan anda meluangkan waktu untuk membaca dan mengisi

surat persetujuan ini. Sebelumnya, perkenankan saya memperkenalkan diri. Nama

saya Axel Ivander Nainggolan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara angkatan tahun 2007. Saya sedang melakukan pengumpulan data

penelitian untuk melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang merupakan tugas akhir sebagai

salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran USU.

Adapun judul penelitian saya adalah “Gambaran Pengetahuan Siswa-Siswi SMA

Santo Thomas 1 Medan Tentang Miopia Tahun 2010“. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengetahuan anda mengenai miopia.

Oleh karena itu, saya memohon kesediaan anda untuk mengisi data identitas dan

menjawab setiap pertanyaan mengenai pengetahuan tentang miopia melalui

kuesioner yang saya berikan. Bagi anda yang bersedia, mohon untuk mengisi lembar

persetujuan yang tertera dihalaman berikutnya.

Setiap data yang anda berikan adalah rahasia, tidak akan disebarluaskan, dan hanya

akan digunakan untuk mendukung penelitian saja. Saya harap anda dapat mengisi

data-data tersebut dengan benar dan jujur. Atas kerjasama anda pada penelitian ini

sangat saya hargai.

Demikian saya beritahukan, terima kasih atas kesediaan dan kerjasama anda, saya

ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

Gambar

Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan realibilitas kuesioner
Tabel 5.2 Pengetahuan Responden mengenai Miopia di SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2010
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan mengenai Miopia (Rabun Jauh) di SMA Santo Thomas 1 Medan berdasarkan Kelas Responden
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan mengenai Miopia (Rabun Jauh) di SMA Santo Thomas 1 Medan berdasarkan Usia Responden

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dapat digunakan untuk menyusun dan membuat program aplikasi pada sistem operasi windows.. Program aplikasi dapat berupa program

Jenis penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan teknik estimasi kemungkinan maksimum menggunakan model pengukuran rasio keuangan likuiditas dengan indikator current

Faktor yang paling dominan memengaruhi volume impor kacang kedelai nasional adalah produksi dalam negeri dengan nilai standardized coefficients beta sebesar -0,753, diikuti oleh

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga.. Skripsi PENGEMBANGAN

 Batas kelas dalam suatu interval kelas terdiri dari dua.

Implemented quality measures are a histogram depicting the deviations, a function to colour the registered point clouds differently in order to check the result manually

20 ANALIS TATA PRAJA S1/ILMU PEMERINTAHAN III/a 1 DISTRIK NGGUTI. 21 ANALIS TATA PRAJA S1/ILMU PEMERINTAHAN III/a 1

[r]