• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi para wisatawan yang merupakan petualang-petualang yang ingin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi para wisatawan yang merupakan petualang-petualang yang ingin"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia setelah Brasil memiliki banyak kekayaan alam berupa flora, fauna maupun keindahan alam. Kondisi demikian menjadikan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata potensial bagi para wisatawan yang merupakan petualang-petualang yang ingin menikmati keindahan alam Indonesia dan ingin mengetahui lebih banyak tentang keanekaragaman hayati Indonesia. Potensi ini harus dapat direspon dengan strategi pengembangan kawasan potensial sebagai daerah tujuan wisata yang dapat memberikan nilai ekonomi secara nasional maupun bagi masyarakat lokal dengan tetap memperhatikan keberlanjutan ekosistem yang ada (Fandeli, 2000:3). Tidak hanya kaya akan keanekaragam hayati, Indonesia juga kaya akan keanekaragam budaya. Hal bisa dilihat dari banyaknya suku/etnis yang ada di Indonesia. Budaya-budaya yang ada merupakan asset yang berharga ketika mampu diberdayakan sedemikian rupa untuk mensejahterakan masyarakat. Oleh karenaya keberadaan alam dan budaya ini harus terus dilestarikan.

Selain kaya akan keanekaragaman biologi dan budaya, Indonesia juga terkena dengan keanekaragaman geologinya (geodiversity). Sebagaimana disebutkan oleh Arif (2011) dalam situs National Geographic Indonesia, Nusantara diberkahi dengan bentang alam elok, tanah subur, hutan kaya satwa endemis dan berlimpah mineral, meskipun Indonesia hanya meliputi 1,3 % luas

(2)

2 daratan di Bumi, tidak satu negara pun yang mempunyai begitu banyak mamalia (500 jenis atau 1/8 dari jumlah seluruh mamalia di dunia). Segenap kekayaan tersebut merupakan berkah dari kondisi geologi pulau-pulau penyusun negeri yang hiperaktif ini.

Salah satu upaya potensial yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya dan alam dalam bingkai pariwisata adalah dengan membuat geopark. Konsep geopark ini berfungsi sebagai daerah tujuan wisata yang dapat mengakomodasi fenomena pariwisata yang berorientasi pada keanekaragaman atau keindahan alam dan budaya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dewi (2011) yang mengatakan, “Dengan keunggulan branding daya tarik wisata Indonesia yang berbasis alam dan budaya, maka pembangunan destinasi yang berkelanjutan menjadi pilihan yang strategis untuk membangun kepariwisataan Indonesia sekaligus merespon tren eco-wisatawan yang semakin menguat.”

Geopark sebagai alternatif pembangunan pariwisata akan semakin menguatkan image pariwisata berkelanjutan di Indonesia. Saat ini, Indonesia terus berusaha membangun Geopark dan telah berhasil meloloskan salah satu geoparknya untuk diakui oleh UNESCO yaitu Geopark Gunung Batur Bali. Keberhasilan Gunung B atur Bali masuk ke dalam jajaran Global Geopark Network tidak bisa dilepaskan dari kerjasama dari berbagai pihak sekaligus penelitian, analisis potensi dan sebagainya.

Seperti halnya Pemerintah Provinsi Bali, Provinsi Jambi juga tengah bertekad untuk menjadikan Geoparknya yaitu Geopark Merangin Jambi masuk ke dalam Geopark Global Network (GGN). Sebagaimana dirilis oleh Badan Geologi

(3)

3 Kementrian ESDM, Geopark Merangin telah ditetapkan sebagai Geopark Nasional. Masih di website yang sama, ada 6 geopark termasuk Merangin yang sedang diproses yaitu 2 yang sudah pernah diusulkan (Rinjani dan Pacitan) dan 4 yang baru (Merangin Jambi, Raja Ampat, Kaldera Toba dan Jawa Barat).

Memang ke-tiga faktor Geopark yaitu Geodiversity, Biodiversity, dan Cultural-Diversity sudah diteliti dan diinventarisasi sebagai usaha agar geopark Merangin diakui oleh Jaringan Geopark Global sebagaimana dinyatakan dalam Zainul (2013) dalam situs berita online:

“Pada Tahun 2012, memang sudah dilakukan persiapan dan pematangan. Berupa Inventarisasi, Identifikasi, dan Karakterisasi Geodiversity, Biodiversity, dan Cultural-Diversity pada empat lokasi. Kawasan Air Batu, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Kompleks Danau Toba, Sumatera Utara. Kompleks Kars Rajaampat, Papua Barat, dan Kompleks Gunung Rinjani, Lombok.”

Dari penjelasan di atas bisa dilihat bahwa penekanan usaha pemerintah untuk menjadikan Geopark diakui oleh UNESCO masih berkutat pada faktor pembentuk geopark, belum ada kajian mengenai wisatawan yang berkunjung ke Geopark Merangin Jambi.

Salah satu aspek pariwisata dalam sebuah objek wisata adalah wisatawan. Keberadaan wisatawan di sebuah objek wisata merupakan unsur yang tidak terpisahkan. Salah satu indikator keberhasilan sebuah objek wisata berhasil mengembangkan atraksi-atraksinya salah satunya adalah banyaknya wisatawan yang datang. Sehingga faktor wisatawan/pengunjung akan menjadi bagian utama dalam penelitian ini untuk menganalisis lebih jauh khususnya tentang persepsi wisatawan terhadap potensi Geopark Merangin Jambi.

(4)

4 1.2 Rumusan Masalah

Mengingat saat ini Geopark Merangin sedang dalam perjalanannya menuju Global Geopark Network, serta pentingnya keberadaan wisata di sebuah geopark, ditambah belum adanya kajian mengenai persepsi wisatawan di dalam kerangka pariwisata, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja potensi geodiversity, biodiversity dan cultural diversity yang ada di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi?

2. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap potensi wisata di Geopark Merangin Jambi?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi Geopark Merangin Jambi sebagai destinasi pariwisata, sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi potensi geodiversity, biodiversity dan cultural diversity yang ada di Kabupaten Merangin Jambi.

2. Mengkaji persepsi wisatawan terhadap produk wisata di Geopark Merangin Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian

Terdapat dua macam manfaat dari penelitian ini, yaitu manfaat teoritis (theoretical contribution) dan manfaat praktis (practical contribution). Penelitian ini bermanfaat secara teoritis mengingat sampai saat ini penelitian tentang geopark yang dilakukan oleh akademisi masih kurang sehingga dengan penelitian

(5)

5 ini diharapkan ada sumbangsih pemikiran dalam memperkaya teori tentang geopark dan geotourism di Indonesia. Sehingga diharapkan pula ada dorongan untuk melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut terkait ilmu geopark dan geowisata di Indonesia.

Selain manfaat teoritis, penelitian ini juga diharapkan paling tidak dapat berkontribusi secara praktis, yaitu:

1) sebagai referensi bagi para pemangku kepentingan khususnya pemerintah dalam mengembangkan pariwisata di Geopark Merangin (geowisata). 2) sebagai pengayaan kajian bagi pemerintah dalam usahanya memasukan

Geopark Merangin sebagai bagian dari Global Geopark Network (GGN).

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang Geopark di Indonesia pernah dilakukan di Indonesia oleh Eko Haryono and Suratman (2010) dengan judul “Significant Features Of Gunung Sewu Karst As Geopark Site”. Penelitian ini mengambil lokasi di daerah Karst Pegunungan Sewu yang membentang dari Pantai Parang Tritis Yogyakarta sampai Pantai Teleng Ria Pacitan. Hasil dari penelitian tersebut mengindikasikan bahwa daerah tersebut memiliki posisi penting dalam sejarah manusia, karena daerah tersebut dianggap sebagai ibu kota pra-sejarah dari Asia Tenggara. Saat ini daerah tersebut juga sedang mengalami kerusakan lingkungan sehingga dibentuk Karst Gunung Sewu Management Forum pada tahun 2008 oleh Kementrian Lingkungan Hidup.

Sementara itu, penelitian tentang Geopark juga telah dilakukan oleh Farsani, dkk (2011) dengan judul “Geotourism and Geoparks as Novel Strategies

(6)

6 for Socio-economic Development in Rural Areas”. Dengan menganalisa strategi geowisata di 25 geopark di dunia, penelitian ini menemukan bahwa pembentukan geopark dapat menghasilkan peluang kerja baru, kegiatan perekonomian baru, dan sumber tambahan pendapatan, terutama di daerah pedesaan. Pembentukan itu mendorong produksi lokal dan kerajinan lokal yang terlibat dalam Geotourism.

Penelitian tentang geowisata yang lain juga dilakukan oleh Nemanja (2011) dengan judul “The Potential of Lazar Canyon (Serbia) as a Geotourism Destination: Inventory and Evaluation”. Dengan lokasi penelitian Lazar Canyon di Serbia, peneliti berusaha mendapatkan informasi mengenai potensi objek wisata tersebut sebagai destinasi geowisata. Hasilnya adalah daerah Lazar Canyon merupakan calon yang layak untuk menjadi Geopark dimasa depan. Akan tetapi wilayah ini tidak memiliki infrastruktur dan staf yang berkualitas sehingga diperlukan pengembangan lebih lanjut.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini, lokasi penelitian akan difokuskan di Kabupaten Merangin. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, luasnya wilayah Geopark Merangin Jambi dimana lokasinya secara administratif berada di 4 Kabupaten dengan total luas 20,360 km2. Sebagaimana kita ketahui, luas sebuah Kabupaten di provinsi-provinsi di pulau Sumatra memiliki wilayah yang jauh lebih luas daripada Kabupaten-Kabupaten di pulau Jawa. Sebagai perbandingan, luas Kabupaten Merangin adalah 7.668 km² sementara luas Kabupaten Sleman hanya 574 km2 (13 kali luas Kabupaten Sleman). Kedua, dari ke-empat Kabupaten yang merupakan lokasi Geopark Merangin, hanya

(7)

7 Kabupaten Merangin lah yang serius mengelola Geopark ini. Bahkan, logo geopark Merangin diambil atau mirip dengan logo Kabupaten Merangin. Hal ini menandakan dominansi Kabupaten tersebut dalam usaha pembentukan dan pengelolaan Geopark Merangin. Selain itu, dominansi tersebut juga terlihat dari nama geopark itu sendiri yaitu Merangin.

Selain memfokuskan pada lokasi, agar tidak terlalu melebar, penelitian ini akan membatasi analisisnya dengan menggunakan konsep geopark, dan produk wisata secara umum (4A).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengaplikasikan penelitian yang dilakukan Kartika Wijayanti, Heni Setyowati Esti Rahayu (2016) yang

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan pada analisis komputasi untuk EKG ini diharapkan menghasilkan suatu metode komputasi cerdas yang berguna untuk kepentingan dunia

Dengan memperhatikan pendapat dua tokoh kualitas di atas, nampak bahwa mereka menawarkan beberapa pandangan yang penting dalam bidang kualitas, pada intinya dapat

Untuk melihat pengaruh penggunaan substrat yang berbeda terhadap daya tetas telur pada ikan lele sangkuriang ternyata terdapat perbedaan persentase penetasan telur, dimana

10 hari: Andal & RKL-RPL 3 hari: UKL-UPL Paling lama 2 (Tiga) hari kerja terhitung sejak dokumen persyaratan administratif serta UKL-UPL yang dimohonkan dinyatakan lengkap

SNV mengembangkan teknologi mengubah limbah menjadi energi untuk industri kecil dan rumah tangga di sektor tahu, singkong, kelapa dan sawit.. SNV memperkenalkan teknologi ini

Agar informasi dalam tabel, diagram, atau grafik dapat dengan cepat kamu ketahui, ada beberapa teknik yang harus kamu perhatikan.. Teknik membaca tabel, diagram, atau grafik

(2) Kebijakan peningkatan kualitas prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata untuk mendukung pertumbuhan dan daya saing destinasi pariwisata sebagaimana dimaksud