• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL AKUNTANSI MULTI DIMENSI (JAMDI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL AKUNTANSI MULTI DIMENSI (JAMDI)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

468

JURNAL AKUNTANSI MULTI DIMENSI (JAMDI)

Volume 3, Nomor 3, Mei, 2021 (455 – 474) e - Journal ISSN: 2614 – 4239

DOI: http://dx.doi.org/10.96964/jamdi.v.3i1

SIKAP, PERILAKU APARATUR DESA MENGADOPSI AKUNTANSI KEUANGAN

DAERAH DAERAH KE AKUNTANSI PEMERINTAH DESA

Rony Padliansyah

1

, La Ode Hasiara

2 Email : padliansyah@gmail.com; hasiara@polnes.ac.id Program Studi Akuntansi1, Program Studi Akuntansi Manajerial2 1Alamat : Jl.Amal Lama No. 01 Kota Tarakan Kalimantan Utara-Indonesia

2Jurusan Akuntansi. Politeknik Negeri Samarinda. Alamat: Jl. Dr. Sucipto Mangun Kusumo Kampus Gunung Lipan, Telp.0541-260588 Samarinda 75131, Kalimatan Timur-Indonesia.

. Abstrak.Tujuan yang ingin dicapaidari penelitian ini adalah untuk: (a) mengadopsi akuntansi

keuangan pemerintah daerah ke dalam akuntansi keuangan pemerintah desa. (b) merekonstruksi pemahaman SDM atas pelaksanaan akuntansi keuangan pemerintah daerah ke dalam pelaksanaan akuntansi keuangan pemerintah desa, dan (c) memahami kemapuan sumber daya desa dalam melaksanakan akuntansi keuangan pemerintah desa. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jumlah informan sebanyak 25 (dua puluh lima) orang. Metode pengambilan data dengan cara: (a) observasi, peneliti berusaha membangun persepsi berdasarkan hasil observasi lapangan. (b) wawancara, mendalam dengan informen (kepada desa dan sekretaris desa) yang dianggap mampu, dan (c) dokumentasi, menyatakan, dokumen catatan atas peristiwa, kejadian-kejadian yang telah berlalu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sikap positif yang ditunjukkan aparatur pemerintah desa Rappoa, sikap positif diikuti dengan perilaku yang positif. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh pemerintah desa dan aparaturnya menyikapi secara postif, yang menyatakan bahwa semua peraturan yang dibuat pemerintah, baik dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah daerah, dan pemerintah kecamatan sekalipun, itu harus diikuti oleh pemerintah di bawahnya. Implementasi dari sikap positif tersebut desa sebagai pemerintah yang duduk di level paling bawah harus melaksanakan semua Undang-Undang dan semua Peraturan di atas, yang masih berlaku.

The aims of the research were to: (a) adopt local government financial accounting into village

government financial accounting, (b) reconstruct the understanding of human resources on the implementation of localgovernment financial accounting into village government financial accounting, and (c) understand the ability of village resources in the implementation of village government financial accounting. Research method used was qualitative approach using 25 (twenty five) informants. Data collection methods used were (a) observation where researcher tried to build perception based on field observation result, (b) interview through in-depth interview with capable informants (head of village and village secretary), and (c) documentation, which was record on past events or incidents. Result. Research result indicated that generally, village officials at Rappoa Village indicated positive attitude followed with positive behavior.

Conclusion. Based on research result, village government as well as its officials indicated

positive attitude and behavior stating that all regulations from government, central, provincial, local or sub district should be followed by the lower government. The implementation of the positive attitude was that village as the lowest level of government should implement all prevailing laws or regulation

PENDAHULUAN

Perhatian pemerintah pusat kepada pemerintah desa dimuali akhir Tahun 2014. Oleh karena itu, pemerintah desa bersikap positif dan antusias terhada kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat. Sikap dapat diterjemahkan dalam dua sudut pandang yang berbeda. Pertama, sikap merupakan suatu keadaan dimana seseorang menerima/menolak berbagai simbol-simbol yang datang dari berbagai unsur dengan respon positif [1]. Respon postif, itu dapat ditejemahkan dengan sikap yang positif, dan akan

Informasi JAMDI

Masuk diJAMDI : Maret 2021 Review : April 2021 Terbit : Mei 2021 Publish : Juni 2021

Kata kunci:

sikap dan perilaku adopsi, akuntansi keuangan pemerintah daerah,

keakuntansikeuangan pemerintah desa.

Keywords:

Attitude and behavior of adoption, local government accounting, village government accounting a t t i t u d e a n d b e h a v i o r o f a d o p t i o n

(2)

469

menghasilkan perilaku yang positif. Kedua, sikap merupakan suatu keadaan dimana seseorang menerima berbagai simbol-simbol yang datang dari berbagai unsur dengan respon negatif [1]. Tempaknya kepala desa Rappoa menerima Undang-Undang Nomo [2], dan [3] tentang dana desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan Peraturan Menteri dalam [4], tentang pengelolaan keuangan desa kepala desa Rappoa secara positif.

Undang-Undang, dan Peraturan Pemerintah tersebut merupakan objek sikap dan perilaku pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, pemerintah kecamatan dan terakhir pemerintah desa. Alasan penulis memilih desa Rap-poa sebagai objek penelitian, karena desa RapRap-poa merupakan desa percontohan di Indonesia. Berdasarkan hasil survey dan Wawancara dengan Kepada desa Rappoa Darfin (15 Februari, 2016) menyatakan bahwa desa Rappoa sejak Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2016 sudah 6.500 (enam ribu lima ratus) desa yang berkunjung ke desa Rappoa untuk melakukan studi banding. Informasi tersebut sikap positif sikap positif desa lain untuk berkunjung ke desa. Desa Rappoa meruapakan desa percontohan di bagian Timur Indonesia [2] tentang dana desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan Per-aturan Menteri dalam Negeri [3] tentang pengelolaan keuangan desa. Dari UU dan PP di atas merupakan objek sikap dan perilaku pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah kecamatan dan terakhir peme-rintah desa. Dan desa sering kali diidentikkan dengan masyarakat tertinggal, dan miskin, tradesional, dan bodoh. Namun, demikian desa mempunyai keluhuran dan penuh kearifan lokal yang luar biasa. Dan desa merupakan pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Oleh karena itu [5] memberi pengertian tentang desa dalam Pemerintah Daerah, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Itu dilihat dan dipahami dari asal-usul seta adat istiadat setempat. Hal ini diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut kacamata politik, desa dipahami sebagai organisasi kekuasaan yang memiliki kewenangan tertentu dalam struktur pemerintahan negara [6]. Dengan adanya pemberian kewenangan untuk pengelolaan keuangan desa sesuai dengan kewenangan terkait dengan alokasi dana desa hendaknya dikelola dengan transparan[7].

KAJIAN PUSTAKA

Kepala desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desasebagaimana dimaksud pada ayat (1), bahwa ada desa mempunyai kewenangan untuk: (a) menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa; (b) menetapkan PTPKD; (c) mene-tapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa; (d) menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditemene-tapkan dalam APBDesa;dan (e) melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas bebanAPBDesa. Penjelasan [3] di atas merupakan gambaran sikap dan perilaku yang muncul secara psikologi. Pengertian sikap menurut kamus bahasa Indonesia [8] dijelaskan bahwa sikap sama dengan berdiri tegak. Namun sikap yang dibahas dalam penelitian ini diarahkan pada aspek psikologi sebagai sumber dari akuntansi keperilakuan. Sehingga [9] mengartikan sikap merupakan proses psikologi berdasarkan kesan yang diterima melalui berbagai jenis-jenis simbol. Simbol tersebut dapat disamakan dengan UU, PP, dan semua peraturan yang ada di bawahnya.

Pengertian dana menurut [10] adalah kekayaan/aset yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan selalu berputar dari waktu ke waktu, dengan harapan perbuputaran tersebut berdampak positif. Dampak positif yang dimaksud di sini adalah mem-berikan manfaat kepada masyarakat setempat guna membiayai kebutuhan masyarakat. Sementara pengertian desamenurut Peraturan [11] adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain. Selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masya-rakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia. [12] menyatakan bahwa aparatur (manusia) merupakan perangkat desa sekaligus sebagai modal utama desa. Karena unsur manusia sebagai aparatur desa berperan penting dalam pusat-pusat pelayanan masyarakat desa. Berdasarkan pengertian di atas sehingga aparatur dapat diartikan sebagai perangkat desa, baik yang diangkat Bupati maupun Walikota, termasuk perangkat desa yang diangkat kepala desa, maupun masyarakat desa melalui Musyawarah desa. Selanjutnya [3], tentang pengelolaan keuangan desa. Menerjamahkan bahwa aparatur desa merupakan Petugas Perangkat Kepala Desa (PTPKD) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) berasal dari perangkat desa,terdiri dari: (a) Sekretaris Desa; (b) Kepala Seksi; dan (c) Bendahara. Hal di atas dijelaskan bahwa PTPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan KeputusanKepala Desa. Di dalam proses adopsi, dapat juga berlangsung proses penyesuaian, tetapi adaptasi itu sendiri lebih merupakan proses yang berlangsung secara alami untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi tertentu. Sedang adopsi, benar-benar merupakan proses penerimaan sesuatu yang "baru" (inovasi), yaitu menerima sesuatu yang "baru" yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain [13]. Pengertian standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan

(3)

470

metode yang disusun berdasarkan consensus semua pihak yang terkait dengan memerhatikan syarat-syarat keselamatan, ke-amanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya [14]. Pengertian akuntabilitas, istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris accountability yang berarti pertanggungjawaban atau mempertanggungjawabkan kepada siapa minta pertanggungjawaban.Akuntabilitas terkait erat dengan instrument, terutama dalam hal pencapaian hasil di unit-unit pelayanan public atau masyarakat umum [14]. Berdasarkan pendahuluan yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah: “bagaimana sikap dan perilaku aparatur pemerintah desa dalam mengadopsi akuntansi keuangan pemerintah daerah ke akuntansi keuangan pemerintah desa di Indonesia”. Sesuai dengan rumusalan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah ingin (a) mengadopsi akuntansi keuangan pemerintah daerah ke dalam akuntansi keuangan pemerintah desa, (b) merekonstruksi pemahaman SDM atas pelaksanaan akuntansi keuangan pemerintah daerah ke dalam pelaksanaan akuntansi keuangan pemerintah desa, dan (c) mengetahui kemapuan sumber daya desa dalam melaksanakan akuntansi keuangan pemerintah desa [4].

METODE

Metode [15] menyatakan bahwa masalah penelitian harus diselesaikan dengan metode atau cara. Dan metode/cara tersebut harus didekati dengan ilmu pengetahuan yang sama dengan ilmu sedang diteliti. Oleh karena itu, kebenaran ilmu pengetahuan diteliti benar, jika menggunakan alat dan metode yang sesuai dengan ilmu sedang diteliti [16]. Metode tersebut dilakukan dengan berbagai cara untuk penggabungkan teknik/cara, seperti: (1) observasi, (2) wawancara mendalam, (3) dokumentasi, dan (4) triangulasi ber-bagai sumber termasuk teori, serta UU yang relevan. Ada beberapa pendapat yang menyatakan [15] misalnya data penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif harus menggunakan metode: (1) observasi, (2) wawancara mendalam dengan berbagai nara-sumber di lapangan, (3) dokumentasi, dan (4) triangulasi data yang diperoleh dari berbagai nara-sumber, misalnya: (a) laporan pengeluar-an dpengeluar-ana desa, (b) laporpengeluar-an pengeluarpengeluar-an pembpengeluar-angunpengeluar-an desa ypengeluar-ang terkait dengpengeluar-an pengalokasipengeluar-an dpengeluar-ana desa, laporpengeluar-an pertpengeluar-ang- pertang-gungjawaban penggunaan dana desa.

Metode Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan,pemantauan dan pencatatan yang sistematik berdasarkan fenomena-fenomena yang diamati peneliti. Penelitian ini,penulis melakukan kegiatan observasi pada desayang menjadi obyek penelitian. Merujuk pada pen-dapat Lincoln dan Guba dalam [17] pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Dalam metode observasi, peneliti berusaha membangun persepsi berdasarkan hasil observasi yang diamati di lapangan. Pengumpulan data meng-haruskan peneliti membenamkan diri dalam realita sehari-hari untuk memahami fenomena yang dihadapi di lapangan. Pada tahap awal, dilakukan observasi. Dalam hal ini peneliti masih melakukan penjajakan dan pengenalan, atas aktivitas masyarakat setempat [15]. Berdasarkan hasil observasi tersebut, diperoleh berbagai informasi, terutama informasi dan kegiatan yang yang dilakukan organisasi secara umum. Atas dasar pernyataan tersebut sehingga lahirlah informasi yang lebih dalam diperoleh peneliti.

Metode Interview

Interview [15] menyatakan, pengumpulan data melalui wawancara tidak lain adalah sebuah proses interview dengan berbagai cara yang ditempuh peneliti. Wawancara tersebut paling tidak dilakukan dalam tiga tahapan [17], pengumpulan data melalui : (1) peneliti melakukan pengumpulan data awal melalui pengamatan dan mewawancarai beberapa masyarakat desa yang terlibat dengan kegiatan pengelolaan dana desa, (2) peneliti melakukan wawancara secara mendalam dengan informan, yaitu kepada desa.Informan tersebut di samping memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pemilihan alternatif evaluasi, juga memiliki pengalaman yang cukup tentang pengelolaan dana desa selama ini dilakukan desa Rappoa.

Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi [15] menyatakan, dokumen merupakan catatan atas peristiwa atau kejadian-kejadian yang telah berlalu. Dokumen memiliki banyak ragam, ada yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan seperti surat perjanjian antara kedua belah pihak, laporan keuangan desa, laporan realisasi pembayaran jasa

outsorcing, legalitas desa secara umum, neraca desa, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan desa. Sedangkan

doku-men berbentuk gambar, seperti foto, gambar, sketsa, dan lain-lain. Data dokudoku-men me-rupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara [17].

Metode Triangulasi

(4)

471

dari berbagai teknik observasi, wawancara, dan dokumen dapat dilakukan triangulasi sehingga lebih kredibel dan dapat dipercaya, jika didukung berbagai data penunjang lain yang lengkap [1]. Metode dokumentasi tersebut merupakan teknik atau metode pengum-pulan data yang penyelidikannya ditujukan pada penguraian dan pengumpengum-pulan data terkait dengan sumber dokumen [15].

PEMBAHASAN

Berdasarkan kerangka pemecahan masalah yang dikemukakan diatas, maka tahapan-tahapan yang harus dilakukan sehu-bungan dengan diadakannya perubahan mengenai laporan keuangan desa adalah pada tahapan ini pelaksanaan akuntansi dana desa disampaikan akuntansi yang berlaku umum, untuk memberikan pemahaman kepada staf desa dalam memahami debit dan kredit. Dengan tetap mengadakan buku kas umum, namun harus memiliki sistem double-entry untuk menyajikan laporan keuangan desa yang lengkap dan akuntanbel. Artinya catatan akuntansi yang diterapkan di desa Rappoa, dapat dipertanggungjawabkan, karena semua cacatan akuntansi yang ada didukung oleh bukti-bukti yang sesuai dengan transaksinya. Penjelasan tersebut sesuai dengan [18]. Dengan penerapan Akunransi Dasar yang kuat se-bagai wujud ketahanan masyarakat desa ditinajau dari administasi keuangan desa [19]. Bersadasarkan hasil wawancara dengan kepala desa Rappoa, yang menyatakan bahwa.

“respon kami pada UU 6/2014, UU 23/2014, PP 43/2014 jo PP 47/2015, PP 60/2014 jo PP 22/2015, PP 60/2008, PMK 93/2015 jo 247/2015, Perka LKPP 13/2013 jo 22/2015. Permendagri 113/2014, Permendagri 114/2014, serta Permendagri 52/2015, serta Permen.Desa PDTT 1/2015, 3/2015, dan 5/2015 jo 21/2015, kami disikapi secara positif, yaitu dengan cara menyajikan dan menyampaikan semua yang menjadi kewajiban pemerintah desa, salah di antaranya adalah menyajikan dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban dana desa setiap saat, memasang pengumuman di tempat yang telah disediakan, dan diumukan disetiap selesai melaksanakan ibadah sholat Jum’at oleh kepada desa Rappoa”.

Berdasarkan penjelasan informan di atas menghasilkan beberapa sikap dan perilaku positif, hal ini terkait dengan pengelolaan dana desa oleh pemerintah desa. Hasil wawancara di atas dijelaskan bahwa sikap positif yang ditunjukkan pemerintah desa adalah merespon secara keseluruhan, bahwa pemerintah desa dan aparaturnya, baik UU, maupun peraturan lainnya yang mendukung pelaksanaan pembangunan pedesaan [20]. Berdasarkan sikap positif tersebut, maka muncul beberapa berilaku.Pertama,menyajikan dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban dana desa setiap saat. Perilaku demikian merupakan perilaku yang patut dicontoh oleh seluruh kepada desa, dan aparatur pemerintah desa yang ada di Indonesia. Kedua, adalah menyampaikan laporan peng-gunaan dana desa, dan pencapaian program kegiatan yang telah dilakukan, hal ini dimuat disetiap papan pengumuman yang telah disediakan oleh pemerintah desa [21]. Selain itu, internet juga dimanfaatkan sebagai media yang dimanfaatkan oleh pemerintah dalam menyampaikan informasi terkait dengan kegiatan desa. Ketiga, selain kedua perilaku di atas, juga kepala desa menyam-paikan pengumuman setelah melaksanakan ibadah Sholat Jum’at di Masjid desa Rappoa. Selanjutnya berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan kepala desa Rappoa menyatakan bahwa.

“sebetulnya pertaturan sekarang dengan yang dulu adalah sama saja, dan tugas kepala Desa harus menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RPJMDes. Dan sekarang sudah ada Menteri Desa, dan dia berada di bawah naungan Menteri dalam Negeri. Selain RPJMDes, juga ada RKPDes Tahunan, dan semua peraturan yang terkait dengan pembangunan, juga diatur dalam Peraturan Menteri dalam Negeri No.113 Tahun 2014, tentang Pengelolaan Keuangan Desa (kepala desa Rappoa).

Pernyataan informan di atas, dapat dijelaskan setidaknya ada dua perilaku yang tampak. Pertama, kepala desa bersama aparatur desa menyusun rencana program pembangunan desa yang bersifat jangka menengah, disingkat RPJMDes. Kedua, pemerintah desa, jugamelibatkan masyarakat dalam proses penyusunan rencana program pembangunan desa. Hal ini menunjukkan perilaku yang demokratis telah ditunjukkan oleh seorang kepada desa Rappoa.

Pelaksanaan Akuntansi Dana Desa

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah dimaksudkan dalam pembahasan ini, agar kualitas laporan yang disajikan pemerintah desa sesuai kebutuhan pemerintah desa. Karena didalam tahapan ini dapat diberlakukan hal yang sama,tentang peraturan pemerintah. Bedasarkan hasil wawancara yang dikutip dari kepala desa menyatakan bahwa.

“desa kami telah melakukan Standar Akuntansi Pemerintahan sesuai dengan (SAP), yaitu PP. 71 Tahun 2010. Juga dapat memberika n pemahaman yang memadai tentang penerapan PSAP No. 1, tentang Penyajian Laporan Keuangan, PSAP No. 2,tentang Laporan Realisasi Anggaran, PSAP No.5,tentang Persediaan, PSAP No. 6,tentang Investasi, PSAP No.7,tentang Aset tetap, dan PSAP No.8,tentangKontruksi dalam Pengerjaan, serta PSAP No.9,tentang Kewajiban.

Brdasarkan pernyataan informan di atas, dapat dijelaskan beberapa perilaku yang tampak. Pertama, desa telah melakukan penyusunan akuntansi keuangan desa sesuai standar akuntansi keuangan pemerintah daerah. Pernyataan ini tampak bahwa desa

(5)

472

telah mengadopsi akuntansi keuangan pemerintah daerah ke dalam akuntansi pemerintah desa. Kedua,menyajikan laporan realisasi anggaran desa. Laporan realisasi tersebut, juga mengadopsi PSAP No.2, tentang laporan realisasi anggaran desa. Ketiga, perilaku berikutnya bahwa semua transaksi yang terkait dengan transaksi dana desa mereka bukukan sesuai standar akuantansi keuangan daerah yang di PSAP. Selanjutnya transaksi-transaksi yang memengaruhi neraca dan laporan realisasi anggaran, juga diaplikasikan di desa Rappoa.Implementasi dari semua peraturan di atas, merupakan wujud kemandirian desa Rappoa ([22]. Berdasarkan hasi wawancara dengan Sekretaris Desa selaku koordinator pelaksana teknis pengelolaan keuangandesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa Sekdes mempunyai tugas.

“bahwa (a) menyusun dan melaksanakan Kebijakan Pengelolaan APBDesa; (b). menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa, perubahanAPBDesa dan pertanggung jawaban pelaksanaan APBDesa; (c) melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telahditetapkan dalam APBDesa; (d) menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa;dan (e) melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APBDesa.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat ditemukan beberapa perilaku yang melekat pada diri aparatur pemerintah desa. Pertama, perilaku Sekdes dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDes, itu merupakan perilaku yang dilak-sanakan terkait dengan penyusunan dan pelaksanaan APBDes. Kedua, perilaku menyusun rancangan peraturan desa tentang APBDesa, perubahan APBDes dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa, hal ini merupakan perilaku yang baik ditunjukkan oleh aparatur desa. Ketiga, perilaku melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telahditetapkan dalam APBDesa. Perilaku tersebut merupakan salah satu bentuk perilaku kehati-hatian yang dilaksanakan oleh aparatur desa. Keempat, perilaku menyu-sun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa, juga merupakan perilaku yang baik ditunjukkan oleh apa-ratur desa, se-hingga diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Kelima, perilaku melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti peneri-maan dan pengeluaran APBDesa, merupakan bukti adanya perilaku yang menunjukkan adanya kehati-hatian atas pengelolaan dana desa Rappoa. Semua perilaku yang tampak di atas merupakan perwujudan dari sikap positif yang ditunjukkan oleh aparatur pemerin-tah desa.Selanjutnyakepala seksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b menyatakan bahwa Sekdes bertindak sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya bahwa kepala Seksi mempunyai tugas untuk.

(a) menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya; (b) melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga KemasyarakatanDesa yang telah ditetapkan di dalam APBDesa; (c) melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas bebananggaran belanja kegiatan berkurang; (d) mengendalikan pelaksanaan kegiatan; (e) melaporkan perkem-bangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa;dan (f) menyiapkandokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaanke-giatan.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dimaknai bahwa terdapat beberapa perilaku yang dapat dianalisis. Pertama, perilaku yang ditunjukkan aparatur desa adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan menjadi tanggungjawabnya, hal ini merupakan perilaku yang terpuji, karena semua bentuk-bentuk kegiatan yang telah dilakukan harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat melalui berbagai media seperti papan pengumuman, juga melalui penyampaian setiap hari Jum’at di Masjid oleh kepada desa. Kedua, perilaku melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan di dalam APBDesa, hal ini menun-jukkan adanya budaya lokal masih menonjol di desa rappoa, bahwa desa Rappoa masih menanamkan sifat nilai-nilai rasa kegotong-royongan kepada seluruh lapisan masyarakat yang ada di desa Rappoa. Sifat ini merupakan budaya nenekmoyang kita dahulu, bahwa sifat ini tampak dimaknai sebagai kekayaan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia. Ketiga, perilaku melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas bebananggaran belanja kegiatan menjadi beerkurang. Pernyataan tersebut meru-pakan perilaku arau kegiatan penggunaan dana desa terkait dengan kebutuhan masyarakat desa, sehingga dana tersebut harus dikeluarkan. Pengeluaran dana seperti tersebut, juga harus dipertanggungajawabkan melalui media-media yang telah disediakan oleh pemerintah desa. Keempat, perilaku mengendalikan pelaksanaan kegiatan; perilaku semacam ini merupakan tindakan kehati-hatian dalam melaksanakan berbagai jenis kegiatan sehingga masyarakat dapat mengetahui bahwa semua kegiatan melalui pengen-dalian. Kata pengendalian, jika dihayati sec ara mendalam, maka mengandung makna bahwa pengendalian lebih dalam daripada pengawasan, karena pengendalian diterjemahkan mulai dari rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, sampai kegiatan tersebut selesai itu tetap dilakukan pengawasan atas kegiatan tersebut. Kelima, perilaku melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada kepala Desa; perilaku tersebut juga sebagai sebuah bentuk tenggungjawab yang diemban aparatur desa, sehingga hasil dari kegiatan tersebut harus dilaporkan melalui pertanggung-jawaban. Dan pertanggungjawaban yang dimaksud adalah bentuk pertanggjawaban baik secara langsung melalui lisan, juga melalui laporan kegiatan dalam bentuk operaonal, dan juga diumumkan melalui berbagai media yang telah disediakan oleh pemerintah desa. Jadi bukan saja kepada kepala desa tetapi juga kepada seluruh

(6)

473

lapisan masyarakat desa Rappoa. Keenam, perilaku menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaankegiatan. Perilaku tersebut menunjukkan adanya unsur tanggungjawab yang melekat pada diri aparatur pemerintah desa. Ungkapan lain disampaikan oleh kepada desa Rappoa bahwa pelayanan sudah menjadi kebutuhan dasar seperti:

Pengabdiandi kantor desa untuk menerapkan service publik, surat keterangan dan pengantar di gratiskan, fasilitas untuk pengabdi/staf di tingkatkan sehingga jam pelayanan di kantor desa bisa bertambah, kegiatan keagamaan setiap Tahun dianggarkan melalui APBDes, inventarisasi aset, memfasilitasi kreatifitas remaja fasilitas tenda dan kursi gratis, bantuan rahabilitasi Rumah Masyarakat miskin pembentukan kelompok-kelompok belajar, menyiapkan tenaga kebersihan untuk jalan raya, kuburan dan penjaga pintu air.

Pada tahapan ini harusnya dilakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan mengenai asset yang dimiliki oleh desa, sehingga dibutuhkan rancangan sebuah formulir-formulir yang dibutuhkan untuk inventarisasi persediaan, formulir tanah, formulir peralatan dan mesin, formulir gedung dan bangunan, formulir jalan, jaringan dan irigasi, serta formulir kontruksi dalam pengerjaannya. Guna sebagai pedoman untuk menghitung kekayaan desa, secara rinci dapat memudahkan pengawasan, dan pengendalian barang desa, sesuai kewengan desa, dan regulasi desa [19].

Penyusunan Neraca Desa

Penyusunan neraca desa haruslah sesuai dengan tahapan-tahapan yang benar. Guna memberikan gambaran umum tentang keuangan desa secara akurat. Di dalam penerapan penyususnan neraca desa harus menyiapkan neraca awal, dan mengumpulkan bukti-bukti transaksi yang dapat dipertanggung jawabkan. Hal lain yang dapat penulis himpun berdasarkan hasil wawancara terkait dengan penyusunan laporan keuangan desa, salah satunya adalah neraca kepala desa dan aparturnya menyatakan bahwa:

“neraca kami susun apa adanya, yang penting kita harus mengikuti PP No.24 tahun 2005 dan PP No.71 Tahun 2010. Dan jika kami mengalami kesulitan, maka kami mencari jalan kelua dengan menanyakan kepada lembaga-lembaga pendidikan tinggi, misal kami bertanya kepada akademisi di Fakutal Ekonomi Jurusan Akuntansi, atas dasar inilah kami menyusun laporan keuangan apa adanya, (15 Februari, 2020)”

Berdasarkan informasi yang disampaikan informan di atas, dapat dijelaskan sikap dan perilaku yang muncul adalah sikap yang muncul dari pernyataan tersebut adalah adanya keinginan untuk belajar. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku bertanya kepada pusat dan sumber ilmu pengetahuan, misalnya mendatangai lembaga pendidikan di Fakutas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Hasanuddin untuk menanyakan sesuatu yang mereka kurang fahami. Perilaku yang muncul dari sikap di atas adalah (1) aparatur desa Rappoa membuat jurnal sehubungan dengan transaksi tersebut,(2) berdasarkan jurnal tersebut, staf keuangan desa memposting kedalam buku besar yang sebelumnya diklasifikasikan sesuai dengan tanggal transaksi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mutasi transaksi berdasarkan akun-akun tersebut, seperti aset lancar (kas, piutang, persediaan, perlengkapan, dan lain-lain). Aset tetap yang meliputi tanah, bangunan, kontruksi dalam pengerjaan, serta ekuitas dan kewajiban pemerintah desa. Dari proses pemostingan dalam buku besar, maka dapat dibuat penyusunan neraca awal dan realisasi anggaran, sehingga diperoleh saldo akhir masing-masingi akuntersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dihimpun, maka simpulan yang dapat ditarik atas pengadopsian pelaksanaan akuntansi keuangan pemerintah desa, maka desa Rappoa dapat mengadopsi akuntansi keunagan pemerintah daerah di Indonesia. Pengadosian tersebut memunculkan sikap dan perilaku aparatur sebagai berikut. (a) Sikap positif yang ditunjukkan pemerintah desa adalah merespon secara keseluruhan bahwa pemerintah desa dan aparaturnya, baik UU maupun peraturan lainnya yang mendukung pelaksanaan pembangunan desa. Berdasarkan sikap tersebut maka perilaku yang muncul. Pertama, menyajikan dan penyampaikanlaporan pertanggungjawaban dana desa setiap saat. Kedua, menyampaikan laporan penggunaan dana desa dan pencapaian program kegiatan yang telah dilaksanakan, (3) kepala desa menyampaikan pengumuman setelah pelaksanaan ibadah Sholat Jum’at di Masjid, pengumuman tersebut berisikan tentang jumlah dana dan peng-gunaanya dapat dilihat dari berbagai media, baik papan pengumuman maupun di web site desa Rappoa.(b) Sikap taat dan patuh kepada peraturan yang berlaku, baik peraturan dulu mapun sekarang adalah sama, yaitu semua yang ditetapkan pemerintah, itu harus dilaksanakan. Dari pernyataan sikap patut tersebut memunculkan beberapa perilaku, yaitu. Pertama, kepala desa bersama aparatur desa menyusun Rrencana Program Pembangunan Desa yang bersifat Jangka Mmenengah, yang disingkat dengan RPJMDes. Kedua, pemerintah desa juga melibatkan masyarakat dalam proses penyusunan rencana program pembangunan desa Rappoa. (a) Sikap positif yang lain adalah munculnya PP. 71 Tahun 2010. Juga dapat memberikan pemahaman yang memadai tentang penerapan PSAP No. 1, tentang Penyajian Laporan Keuangan, PSAP No. 2,tentang Laporan Realisasi Anggaran, PSAP No.5,tentang Persediaan, PSAP No. 6,tentang Investasi, PSAP No.7,tentang Aset tetap, dan PSAP No.8,tentang Kontruksi dalam Pengerjaan, serta PSAP No.9,tentang Kewajiban menyampaikan laporan pertanggungjawaban. Dari sikap tersebut memunculkan beberapa perilaku yang tampak. Pertama, desa mereka telah melakukan penyusunan akuntansi keuangan desa sesuai standar akuntansi keuangan pemerintah daerah. Pernyataan tampak bahwa desa mengadopsi akuntansi keuangan pemerintah daerah. Kedua,menyajikan laporan realisasi anggaran desa. Laporan realisasi tersebut, juga mengadopsi PSAP No.2, tentang laporan realisasi anggaran desa. Ketiga, perilaku berikutnya bahwa semua transaksi yang terkait dengan transaksi dana desa mereka bukukan sesuai standar akuantansi keuangan daerah yang di PSAP. Keempat, perilaku yang ditunjukkan aparatur desa adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan menjadi tanggungjawabnya, hal ini merupakan perilaku yang terpuji, karena semua bentuk-bentuk kegiatan yang telah dilakukan harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat

(7)

474

melalui berbagai media seperti papan pengumuman, juga melalui penyampaian setiap hari Jum’at di Masjid oleh kepada desa. Kelima, perilaku melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga KemasyarakatanDesa yang telah ditetapkan di dalam APBDesa, hal ini menunjukkan adanya budaya lokal menonjol di desa rappoa, bahwa desa Rappoa masih menanamkan sifat-safat resa kegotongroyongan kepada seluruh lapisan masyarakat di desa Rappoa. Sifat ini merupakan budaya nenekmoyang kita dahulu kala, bahwa sifat tampak dimaknai sebagai kekayaan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia. Keenam, perilaku melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas bebananggaran belanja kegiatan menjadi beerkurang. Pernyataan tersebut merupakan perilaku arau kegiatan penggunaan dana desa terkait dengan kebutuhan masyarakat desa, sehingga dana tersebut harus dikeluarkan. (b) Sikap kehati-hatian terkait dengan Pengeluaran dana, sehingga salah satu bentuk kehati-hatian tersebut, maka dana yang telah digunakan, juga harus dipertanggungajawabkan melalui media-media yang telah disediakan oleh pemerintah desa. Dari sikap tersebut maka perilaku yang muncul. Pertama, perilaku mengendalikan pelaksanaan kegiatan; perilaku semacam ini merupakan tindakan kehati-hatian dalam melaksanakan berbagai jenis kegiatan sehingga masyarakat dapat mengetahui bahwa semua kegiatan melalui pengendalian. Kedua, perilaku melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada kepala Desa; perilaku tersebut juga sebagai sebuah bentuk tenggungjawab yang diemban aparatur desa, sehingga hasil dari kegiatan tersebut harus dilaporkan melalui pertanggungjawaban. Ketiga, perilaku menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaankegiatan. Perilaku tersebut menunjukkan adanya unsur tanggungjawab yang melekat pada diri aparatur pemerintah desa.

Daftar Rujukan

[1] Hasiara, La Ode, "“Akuntansi Pemerintahan Implementasi di Satuan Kerja Perangkat Daerah (ISKPD).” Darkah Media, Malang, pp. 1–246, 2013.

[2] K. Gunungkidul, “Peraturan desa pulutan,” 2016.

[3] P. K. D. PP No.113 Tahun 2014, “PP Menteri Dalam Negeri No.113 Tahun 2014,” vol. 7, no. 3, pp. 219–232, 2014. [4] M. Silahuddin, Kewenangan Desa dan Regulasi Desa. 2015.

[5] I. G. A. Purnamawati and N. K. K. S. Adnyani, “Peran Komitmen, Kompetensi, Dan Spiritualitas Dalam Pengelolaan Dana Desa,” J.

Akunt. Multiparadigma, vol. 10, no. 2, pp. 227–240, 2019, doi: 10.18202/jamal.2019.08.10013.

[6] Hasiara, La Ode, "Akuntansi Sektor Publik (Teori & Praktik, Bernuansa Keperilakuan), 1st ed. Malang: Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, 2009.

[7] T. Indah and P. Hariyanti, “Implementasi Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik pada Dinas Kominfo Kota Tasikmalaya,” J.

Komun., vol. 12, no. 2, pp. 127–140, 2018, doi: 10.20885/komunikasi.vol12.iss2.art3.

[8] P. B. D. P. Nasional, Kamus Bahasa Indonesia. 2015.

[9] Hasiara, La Ode, "Sikap dan Perilaku Wajib Pajak, atas Praktek Pembayaran dan Melaporkan SPT Tahunan, dan Masa PPh, PPn dan PPnBm di Kota Samarinda,” Pros. Sentrinov, no. 1, pp. 453–466, 2015, doi: 10.16309/j.cnki.issn.1007-1776.2003.03.004. [10] Hasiara, La Ode, “Sikap dan Perilaku Aparatur dalam Melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Butas,” J. Apl.

Manaj., vol. 11, no. 1, pp. 105–114, 2013.

[11] N. Amanulloh, Demokratisasi desa. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Jl., 2015.

[12] Hasiara, La Ode, “Sikap dan Perilaku Pejabat, Unit SKPD Dalam Pengelolaan APBD dan Aset Daerah,” vol. 3, no. 1, pp. 1–260, 2012.

[13] Hasiara, La Ode, "Cakrawala Menuju Psikologi Akuntansi, vol. 1, no. 1. 2009.

[14] M. M. Ihsan, “Ketahanan Masyarakat Desa,” Kementeri. Keuang. Republik Indones., vol. 53, no. 9, p. 53, 2015, [Online]. Available: file:///C:/Users/User/Downloads/fvm939e.pdf.

[15] Hasiara, La Ode, "Penelitian Multi Kasus dan Multi Situs. Malang: Internasional Research and Development for Human Beings, 2019.

[16] Hasiara, La Ode; Ahyar M.Diah; Sudarlan, "Metode Penelitian Terapan Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Pendidikan Vokasi Khusus

Humaniora, 1st ed. Malang, 2019.

[17] Hasiara, La Ode, "Buku Metode Penelitian Multi-Paradigma Satu (Membangun Reruntuhan Metode Penelitian Yang Berserakan), 1st ed. Malang, 2012.

[18] P. Kemampuan, K. Daerah, P. O. Daerah, D. I. Kabupaten, and H. Utara, “Pengaruh Kemampuan Keuangan Daerah Terhadap Penyelenggaraan Otonomi Daerah Di Kabupaten Halmahera Utara,” J. Adm. Publik UNSRAT, vol. 2, no. 044, pp. 1–14, 2016. [19] A. S. Putra, “Badan Usaha Milik Desa,” 2015.

[20] P. Adi, “Kemampuan Keuangan Daerah dalam Era Otonomi dan Relevansinya dengan Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa – Bali),” no. 22, pp. 1–19, 2012.

[21] Baihaqi, “Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kemandirian Daerah Pada Kabupaten Bengkulu Tengah,” Fairness, vol. 2, no. 1, pp. 1–14, 2012.

[22] Mustakim, Muhammad Zain, “Kepemimpinan Desa", Diterbitkan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

dengan respon emosi dan daerah yang berhubungan dengan fungsi visual (Wilson, 2008). Tidur NREM biasa disebut juga sebagai tidur gelombang lambat karena gelombang

 Peserta didik mencoba berdiskusi tentang perbedaan gerakan melempar bola lambung dan melempar bola datar..  Guru menayangkan kembali video yang tadi sudah

Hasil Penelitian: uji Wilcoxon Test pada regio hip, knee, dan ankle menunjukan hasil p < 0,05 yang berarti ada pengaruh NDT dan mobilisasi trunk terhadap

Teater didefinisikan serupa oleh banyak pakar. Soemanto (2001: 8) mengatakan, “Teater berasal dari kata theatron, sebuah kata Yunani yang mengacu kepada sebuah tempat di mana aktor mementaskan lakon dan orang-orang menontonnya”.

Kesimpulannya, bagi memastikan pelajar dapat menggunakan strategi berfikir ini secara efektif, guru harus memberikan lebih banyak peluang kepada pelajar menggunakan

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh kepala pendidikan anak usia dini dalam rangka peningkatan kemampuan profesional guru yang dipimpinnya, adalah supervisi

Informasi hanya untuk bahan spesifik yang telah ditentukan dan mungkin tidak berlaku jika bahan tersebut digunakan dalam kombinasi dengan bahan. lain atau dalam proses lain,

1) Kegunaan teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dan menambah khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan dalam bidang akuntansi