BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan Kala I
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir. yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Prawirohardjo,1997, hlm. 180).
2. Gejala yang dialami pada Kala I
Kala I persalinan mulai ketika telah tercapainya kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi
serviks yang progresif. Kala I persalinan selesai ketika serviks sudah membuka lengkap
(sekitar 10 cm) sehingga memungkinkan kepala janin lewat. oleh karena itu, kala I persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks (Prawirohardjo, 2009, hlm. 297).
3. Asuhan Persalinan Kala I
Merupakan asuhan yang dibutuhkan ibu saat proses persalinan. Asuhan ini bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Asuhan sayang ibu antara lain memberi dukungan emosional, mengatur posisi yang nyaman bagi ibu, cukup asuhan cairan dan nutrisi, keleluasaan
untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil, penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai.
B. Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Bare dan Smeltzer, 2001, hal. 212). Menurut Telfer (1997), nyeri merupakan fenomena
multifaktorial, yang subjektif, personal, dan kompleks yang dipengaruhi oleh faktor
psikologis, biologis, sosial budaya, dan ekonomi (Cooper dan Fraser, 2009, hal. 461). Nyeri adalah perasaan tertekan, menderita atau kesakitan yang disebabkan oleh stimulasi ujung-ujung saraf tertentu (O’Toole,1997 dalam Myles, 2009:416). Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional yang tidak menyenangkan yang diakibatkan dari kerusakan jaringan potensial atau aktual (Brunner &Suddarth’s,2001, hlm.212). 2. Teori Nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya ransangan nyeri, diantaranya :
1. Transmisi nyeri, impuls nyeri berjalan sepanjang saraf sensorik ke ganglion akar dorsal dari saraf spinal terkait dan masuk ke dalam kornu posterior medula spinalis. Hal ini disebut neuron pertama. Neuron kedua muncul di kornu posterior, melintang di dalam medula spinalis (persimpangan sensorik) dan mengantarkan impuls melalui
medula oblongata, pons varolli dan otak tengah ke talamus. Dari sini impuls
berjalan sepanjang neuron ketiga menuju korteks sensorik.
2. Teori Pengendalian Gerbang (gate control theory),mekanisme hambatan neurol atau
spinal terjadi dalam substansi gelatinosa yang terdapat di kornu dorsal medula
spinalis. Impuls saraf yang diterima oleh nosiseptor, reseptor nyeri pada kulit dan jaringan tubuh dipengaruhi oleh mekanisme tersebut. Posisi hambatan menentukan apakah impuls saraf berjalan bebas atau tidak ke medula dan talamus sehingga dapat mentransmisikan impuls atau pesan sensori ke korteks sensorik. Jika hambatan tersebut tertutup, hanya terdapat sedikit konduksi atau bahkan tidak sama sekali. Jika hambatan terbuka, impuls dan pesan dapat melewatinya dan ditransmisikan secara bebas (Cooper dan Fraser, 2009, hal. 464).
3. Penyebab Nyeri Persalinan
Selama persalinan kala I, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosiseptor dalam
adneksa,uterus, dan ligamen pelvis. Nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi seviks
dan sagmen uterus bawah dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen. Faktor penyebab nyeri persalinan adalah : a) berkurangnya pasokan oksigen ke otot rahim (nyeri persalinan menjadi lebih hebat jika interval antara kontraksi
singkat, sehingga pasokan oksigen ke otot rahim belum sepenuhnya pulih), b) meregangnya leher rahim (effacement dan pelebaran), c) tekanan bayi pada saraf di
dan dekat leher rahim dan vagina, d) ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi panggul selama kontraksi dan turunnya bayi, e) Tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus, f) Meregangnya otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina, g) ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dikeluarkannya hormon stress dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan lain-lain)
yang mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang lama dan lebih berat (Keppler, Whalley dan Simkin, 2007, hlm. 150).
4. Fisiologi Nyeri Persalinan kala I
Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot uterus,
hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan serviks pada waktu
membuka, iskemia pada korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Selama kala I kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi serviks dan iskemia uteri. Impuls nyeri ditransmisikan oleh segmen saraf spinal dan asesoric thoracic bawah simpatis
lumbaris. Nervus ini berasal dari uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah nyeri visceral yang berlokasi di bawah abdomen
menyebar kearah lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya nyeri dirasakan pada saat kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi sobek dan sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi serviks, vagina dan jaringan perineum.
Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan refleks pada perilaku fisik. Nyeri persalinan memberikan gejala yang dapat diidentifikasi seperti pada sistem saraf simpatis yang dapat terjadi mengakibatkan perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan warna kulit. Ekspresi sikap juga berubah meliputi peningkatan kecemasan dengan penurunan lapangan persepsi, menangis, mengerang, tangan mengepal dan menggengam serta otot mudah teransang (Bobak,at all. 2005 ,hlm. 253).
Teori gate control atau pengendalian nyeri yang dikemukakan oleh Melzack dan Well (1965) mengemukakan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Mekanisme pertahanan dapat
ditemukan pada medula spinalis, talamus, dan sistem limbik yang mengandung
enkefalin yang menghambat tranmisi nyeri (Potter dan Perry, 2005 , hlm. 1507).
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Nyeri Persalinan
Faktor- Faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan yaitu : a) usia wanita yang sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri persalinan yang lebih tinggi, b) primipara mengalami nyeri yang lebih besar pada awal persalinan, sedangkan multipara mengalami peningkatan tingkat nyeri setelah proses persalinan dengan penurunan cepat pada persalinan Kala II, c) wanita yang mempunyai pelvis kecil, bayi besar, bayi dengan presentasi abnormal, d) wanita yang mempunyai riwayat dismenorea dapat mengalami peningkatan persepsi nyeri, kemungkinan karena produksi kelebihan prostaglandin, e)kecemasan akan meningkatkan respon individual terhadap rasa sakit, ketidaksiapan menjalani proses melahirkan, dukungan dan pendamping persalinan, takut terhadap hal yang tidak diketahui, pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan, sehingga menimbulkan peningkatan ransang nosiseptif pada tingkat korteks
serebral dan peningkatan sekresi katekolamin yang juga meningkatkan ransang nosiseptif pada pelvis karena penurunan aliran darah dan terjadi ketegangan otot, f)
faktor sosial dan budaya dimana beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan membiarkannya) sedang budaya yang lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan (Walsh, 2007, hlm. 261).
6. Klasifikasi Nyeri
Nyeri secara umum terdiri dari nyeri akut dan nyeri kronis. (a) Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan, dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot dan cemas, (b) Nyeri kronis
merupakan nyeri yang timbul secara perlahan – lahan biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan meliputi nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan psikosomatik.
Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antaranya (a) Nyeri somatic dan visceral yaitu bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (supervisial) pada otot dan tulang. Nyeri somatic dan visceral berbeda karakteristiknya terutama kualitas nyeri, lokalisasi, sebab-sebabnya, dan gejala yang menyertainya, (b) Nyeri menjalar (referrent pain) di mana nyeri terasa pada daerah lain dari pada yang mendapat ransang, misalnya pada serangan jantung akan mengeluh nyeri yang menjalar kebawah lengan kiri sedangkan jaringan yang rusak terjadi pada miokardium, (c) Nyeri psikogenik yaitu nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul dari pikiran pasien atau psikologis, (d) Nyeri phantom dar iektremitas yaitu nyeri pada salah satu ekstremitas yang telah diamputasi, (e) Nyeri neurologis yang timbul dalam berbagai bentuk, dimana neuralgia adalah nyeri yang tajam (Bare dan Smeltzer, 2001, hlm. 213) 7. Pengukuran Intensitas
Nyeri mendeskripsikan nyeri berbeda antara bidan dan pasien. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan.
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata dengan menggunakan skala 1-10. Skala analog visual
(Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri.
Skala nyeri digunakan yaitu :
a. Numerik ( 0-10 )
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri Nyeri sedang Nyeri hebat
b. Deskriptif
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri
Nyeri ringan sedang hebat sangat hebat tak tertahankan
c. Skala Analog visual (VAS)
Tidak Nyeri Nyeri
Tak tertahankan (Suddarth dan Brunner, 2002. hal. 218).
8. Penatalaksanaan Nyeri
Rasa sakit yang dialami ibu selama proses persalinan sangat bervariasi tingkatannya. Untuk itu perlu dukungan selama persalinan untuk mengurangi rasa nyeri selama proses persalinan. Penny Simpkin (2007) mengatakan cara untuk mengurangi rasa sakit ini ialah : mengurangi sakit langsung dari sumbernya, memberikan ransangan alternatif yang kuat, mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan fisik ibu terhadap
rasa sakit. Pendekatan pengurangan rasa nyeri persalinan dapat dilakukan dengan pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis.
Manajemen secara farmakologis adalah dengan pemberian obat-obatan sedangkan nonfarmakogis tanpa obatan. Cara farmakologis adalah dengan pemberian obat-obatan analgesia yang bisa disuntikan melalui infus intravena yaitu saraf yang mengantar nyeri selama persalinan. Tindakan farmakologis masih menimbulkan pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat menembus sawar plasenta, sehingga dapat berefek pada aktifitas rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat secara langsung maupun tidak langsung (Kinney, 2002).
Manajemen secara nonfarmakologis sangat penting karena tidak membahayakan bagi ibu maupun janin. Tidak memperlambat persalinan jika diberikan kontrol nyeri yang kuat,dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. Banyak teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri persalinan Kala I fase aktif. Teknik-teknik tersebut meliputi distraksi, relaksasi, teknik bernapas, terapi musik, hidroterapi, masase, dan pijat (Henderson & Jones, 2006, hlm. 336).
C. Pijat
1. Definisi pijat
D. Pijat adalah kontak fisik sumber rasa nyaman dan penghibur hati kapan saja,tetapi lebih khususnya selama kehamilan. Pemijatan bisa menjadi sarana yang membuat ibu rileks, mendekatkan ibu dengan suami dan juga berguna pada tahap pertama persalinan untuk menghilangkan sakit punggung, dan menentramkan, menenangkan dan menyejukkan si ibu (Stoppard, 2006, hlm.179).
Pijat adalah kontak fisik sumber rasa nyaman dan penghibur hati kapan saja,tetapi lebih khususnya selama kehamilan. Pemijatan bisa menjadi sarana yang membuat ibu rileks, mendekatkan ibu dengan suami dan juga berguna pada tahap pertama persalinan untuk menghilangkan sakit punggung, dan menentramkan, menenangkan dan menyejukkan si ibu (Stoppard, 2006, hlm.179). Pijatan secara umum akan membantu menyeimbangkan energi dan mencegah penyakit. Secara fisiologis, pijatan merangsang dan mengatur tubuh, memperbaiki aliran darah dan kelenjar getah bening, sehingga oksigen, zat makanan, dan sisa makanan dibawa secara efektif ke dan jaringan tubuh anda dan plasenta. Dengan mengendurkan ketegangan dan membantu menurunkan emosi pijat juga merelaksasi dan menenangkan saraf, serta membantu menurunkan tekanan darah (Balaskas, 2005, hlm 44).
Pijat dan sentuhan membantu ibu lebih rileks dan nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat selama 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit, karena pijat meransang tubuh melepaskan senyawa endhorpin yang merupakan pereda sakit alami dan menciptakan perasaan nyaman dan enak. Bagian tubuh ibu yang dapat dipijat adalah kepala, bahu, perut, kaki, tangan dan punggung dan tungkai. Saat memijat, pemijat harus memperhatikan respon ibu apakah tekanan yang diberikan sudah tepat ( Danuatmadja dan Meiliasari, 2004, hlm. 67). Gate control teory dapat diukur untuk efektifitas cara ini. Illustras Gate control teory bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri ke otak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari pada serabut sentuhan yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersama, sensasi sentuhan berjalan ke otak menutup pintu gerbang dalam otak. Dengan adanya pijatan yang mempunyai efek
distraksi juga dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem kontol desenden dan membuat relaksasi otot.
2. Teknik-teknik pijat dalam persalinan
Pijat dalam persalinan terbagi dalam atas dua teknik, yaitu: a. Teknik effluerage
Teknik effluerage adalah pemijatan berupa usapan lembut, panjang, dan tidak terputus-putus. Teknik ini menimbulkan relaksasi. Dalam persalinan, teknik effluerage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang ditekan lembut atau ringan tanpa tekanan kuat dengan tidak melepaskan jari pemijat dari permukaan kulit. Teknik
effluerage dilakukan pada bagian-bagian tubuh tertentu, seperti :bahu dan punggung.
b. Teknik counterpressure
Teknik counterpressure adalah pijatan dengaan tekanan kuat dengan meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tangan atau juga menggunakan bola tenis. Tekanan ini dapat diberikan dengan gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik pijat ini sangat efektif dalam menghilangkan rasa sakit pada punggung, kaki dan tangan ( Danuatmaja & Meiliasari, 2002, hlm 8).
D. Prosedur Penatalaksanaan Pijat Effluerage
Teknik effluerage adalah pemijatan berupa usapan lembut, panjang, dan tidak terputus-putus. Teknik ini menimbulkan relaksasi. Dalam persalinan, teknik effluerage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang ditekan lembut atau ringan tanpa
tekanan kuat dengan tidak melepaskan jari pemijat dari permukaan kulit. Teknik
effluerage dilakukan pada bagian-bagian tubuh tertentu, seperti :jari dan punggung.
Manfaat pijat effluerage pada persalinan adalah untuk memberikan rasa nyaman, menimbulkan relaksasi, menurunkan TD, meningkatkan pernapasan, memperlambat denyut jantung, dan merangsang hormon produksi hormon endorphin yang menghilangkan rasa sakit secara alamiah ( Danuatmaja & Meiliasari, 2002, hlm 69).
Persiapan yang dibutuhkan meliputi persiapan alat yaitu tempat tidur pasien, kursi dan bantal, persiapan pasien yaitu membuka sedikit pakaian yang menutupi daerah sakrum dan yang tidak sedang mendapat terapi obat-obatan seperti induksi dan persiapan bidannya yaitu mencuci tangan supaya bersih dan posisi bidan di sebelah kanan ibu. Pijatan dilakukan setiap kontraksi selama 20 menit. Indikasi pelaksanaan pijat adalah ibu inpartu Kala I fase aktif dengan nyeri persalinan sedangkan kontra indikasinya adalah memar, luka bakar, bisul, sayatan, penyakit jantung berat dan terdapat infeksi. Tahap pelaksanaan pijatan meliputi : (a) memberitahu ibu langkah yang akan dilakukan dan fungsinya, (b) menganjurkan ibu mencari posisi yang nyaman seperti posisi berbaring miring ke kiri dan ke kanan ataupun duduk, (c) anjurkan ibu untuk miring maka lakukan
Teknik effluerage saat terjadi kontraksi , teknik ini berupa pijatan lembut, panjang, dan
tidak terputus-putus dengan menggunakan ujung jari selama 20 menit selama 6 kali kontraksi pada bahu dan punggung. (d) mengajarkan kepada bidan dan tenaga kesehatan di klinik tersebut untuk melanjutkan intervensi, (e) mengevaluasi teknik pijat effluerage tersebut.