• Tidak ada hasil yang ditemukan

SENSOR GAS TGS 2610 UNTUK DETEKSI KEBOCORAN GAS. Dicky Apdilah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SENSOR GAS TGS 2610 UNTUK DETEKSI KEBOCORAN GAS. Dicky Apdilah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SENSOR GAS TGS 2610 UNTUK DETEKSI KEBOCORAN GAS

Dicky Apdilah

dicky@nusa.net.id

Abstrak

Bila terjadi kebocoran gas maka sensor akan beraksi dan akan mengaktifkan alarm sebagai tanda telah terjadi kebocoran. Sensor TGS2610 selalu ditandai dengan nomor ID yang menandakan klasifikasi pabrik yang digolongkan sesuai dengan batasan-batasan tahanan sensor. Pada saat ID sensor digunakan, proses kalibrasi bisa menjadi sangat mudah. Mempersingkat kondisi waktu yang lama dan kesulitan dalam menangani kalibrasi gas. TGS 2610 memiliki sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi propana dan butana, sehingga sensor ini ideal untuk digunakan oleh banyak orang untuk memasang gas alarm.

Kata kunci : Kebocoran gas, sensorTGS 2610, LPG Dan Butana

1. Latar Belakang

Sensor tipe TGS 2610 sudah lama digunakan untuk mendeteksi kebocoran gas. Sensor ini sensitif terhadap beberapa jenis gas, antara lain LPG dan butana. Salah satu ciri khas terjadinya kebocoran gas adalah ditandai adanya bau gas. Gas yang bocor dapat dengan mudah menyulut terjadinya kebakaran yang berakibat fatal. Untuk menghindari terjadinya hal ini maka kita dapat membuat rangkaian pendeteksi kebocoran gas menggunakan sensor TGS 2610. Bila terjadi kebocoran gas maka sensor akan beraksi dan akan mengaktifkan alarm sebagai tanda telah terjadi kebocoran.

Sensor TGS2610 selalu ditandai dengan nomor ID yang menandakan klasifikasi pabrik yang digolongkan sesuai dengan batasan-batasan tahanan sensor. Pada saat ID sensor digunakan, proses kalibrasi bisa menjadi sangat mudah. Mempersingkat kondisi waktu yang lama dan kesulitan dalam menangani kalibrasi gas.

Campuran gas terbakar tidak akan terbakar hingga mencapai suhu memanas. Tetapi, dalam media bahan kimia tertentu, gas tidak akan mulai membakar atau menyala pada suhu lebih rendah. Peristiwa ini dikenal dengan katalitis pembakaran. Kebanyakan, oxida metal dan campurannya memiliki bagian katalitik ini sebagai contoh, batu vulkanik, yang terdiri atas berbagai oksida metal, sering ditempatkan dalam perapian pembakaran gas. Bukan hanya untuk hiasan tapi juga untuk membantu proses pembakaran dan hasilnya lebih bersih dan lebih efisien membakar dalam perapian. Molekul gas mengoksidasi pada permukaan yang mengkatalisasi sensor pada suhu yang jauh lebih rendah daripada suhu penyala normalnya. Setiap bahan konduktif listrik berubah konduktifitasnya berdasarkan perubahan suhu.

Keseluruhan teknologi pembuatan sebuah sensor untuk menjual lebih dari satu seni dibanding peristiwa ilmiah yang diperkirakan. Hal ini dipilih, dipersiapkan dan diproses seluruhnya yang dibutuhkan bahan kimia untuk membuat sensor akhir. Ada banyak variable dalam proses yang menghambat pembuatan

dari perkiraan produksi akhir. Lagipula, kebanyakan pengguna sensor katalitis memilih sensor mereka berdasarkan reputasi pabriknya.

2. DASAR TEORI 2.1. Sensor gas TGS 2610

Unsur perasa yang terdiri dari lapisan semikonduktor metal oksida terbentuk pada substrasi alumunium dari lempengan perasa bersamaan dengan pemanas yang terintegrasi. Dalam pendeteksian gas, konduktivitas sensor bergantung pada kepekatan gas di udara. Rangkaian sederhana dapat dikonversikan dalam perubahan konduktivitas hingga sinyal output yang sesuai dengan kepekatan gas.

TGS 2610 memiliki sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi propana dan butana, sehingga sensor ini ideal untuk digunakan oleh banyak orang untuk memasang gas alarm.

Dalam sensitifitasnya TGS 2610 memerlukan arus pemanas sebesar 56 mA. Sensor gas berinteraksi dengan gas untuk memulai pengukuran kepekatan gas. Sensor gas lalu menyediakan keluaran untuk peralatan gas yang menunjukkan pengukuran. Umumnya gas diukur oleh sensor gas adalah ammonia, aerosol, arsine, sulfida hidrogen hidrokarbon dan masih banyak lagi.

Pengukuran yang penting dapat dipertimbangkan ketika melihat sensor gas untuk respon waktu, jarak dan laju aliran. Respon waktu adalah sejumlah waktu yang dibutuhkan dari kontak awal dengan gas hingga sensor memproses sinyalnya. Jarak adalah jarak maksimum dari sumber gas atau kebocoran gas hingga sensor dapat mendeteksi gas. Laju alir adalah laju alir yang diperlukan udara atau sensor gas untuk menghasilkan sinyal.

Sensor TGS2610 selalu ditandai dengan nomor ID seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.2 yang menandakan klasifikasi pabrik yang digolongkan sesuai dengan batasan-batasan tahanan sensor. Pada saat ID sensor digunakan, proses kalibrasi bisa menjadi

(2)

sangat mudah. Mempersingkat kondisi waktu yang lama dan kesulitan dalam menangani kalibrasi gas.

Gambar 1.ID Sensor

Untuk mengoptimalkan resolusi dari sinyal output pada konsentrasi alarm yang digunakan, diperlukan untuk menyesuaikan tahanan beban (Load Resistor RL). Hal ini menunjukkan bahwa RL dipilih

pada nilai yang sesuai dengan tahanan sensor (Sensor Resistance RS) pada konsentrasi alarm. Karena nomor ID bersesuaian untuk tahanan sensor dalam gas isobutana yang dapat ditandai pada penutup sensor, nilai tahanan beban dapat dipilih berdasar pada tabel 1.

Tabel 1. Tahanan RL yang sesuai dengan ID Sensor.

2.2. Karakteristik

Setelah mengumpulkan seluruh data dan melakukan pengujian dalam keadaan normal. Rs/Ro menyatakan rasio tahanan sensor. Dimana Rs adalah tahanan sensor yang menunjukkan jenis-jenis kepekatan gas, Ro adalah tahanan sensor dalam 1800 ppm iso-butana. Gambar karakteristik sensitifitas sensor gas dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2 Karakteristik sensitifitas Sensor Gas TGS 2610

Pada gambar 2.5, dapat dilihat bahwa Rs/Ro dinyatakan sebagai hasil tahanan sensor, dimana Rs adalah tahanan sensor pada 1800 ppm iso-butana pada berbagai macam suhu, Ro adalah tahanan sensor pada 1800 ppm iso-butana pada suhu 200 C.

Gambar 3 Karakteristik Ketergantungan Suhu

2.3. Spesifikasi Dan Struktur Sensor TGS 2610 Dalam tabel 2 dapat dilihat spesifikasi dari sensor TGS 2610

(3)

Tabel 2. Spesifikasi sensor gas TGS 2610

Dalam gambar 4 dapat dilihat struktur dan dimensi dari sensor gas TGS 2610.

Gambar 4 Struktur Sensor Gas TGS 2610

3. Komponen-Komponen Detektor Gas 3.1. Rangkaian Catu Daya :

Komponen Jumlah

IC Regulator L7805 1 buah IC Regulator TIP 42C. 1 buah Kapasitor 25 V 100 µF 1 buah Kapasitor 35V 10 µF 1 buah Kapasitor Kramik 104 3 buah

Resistor 10  1 buah

Resistor 1 K 2 buah

Led 1,5 V 2 buah

Saklar geser 1 buah

Baterai Kering 9 V 1 buah

3.2. Rangkaian Buzzer (Alarm)

Komponen Jumlah

Transistor C945PW45 1 buah

Buzzer MPB14A 1 buah

Kapasitor 104 2 buah

Resistor 10 K 2 buah

Resistor 330  2 buah

Led 1,5 V 2 buah

Saklar Tekan 1 buah

3.3. Rangkaian Sensor

Komponen Jumlah

TGS 2610 472JB#12 1 buah

Trinput 1 buah

OP-AMP LM31INKOB142 2 buah

Dioda Zener 1 buah

Transistor A733K11C 1 buah

Kapasitor 25V 100µF 1 buah Kapasitor 16V 1µF 1 buah Kapasitor 35V 10µF 1 buah Resistor 330  2 buah Resistor 10 K 6 buah Resistor 4 K 2 buah Resistor 1 K 2 buah Led 2 buah

3.4. Rangkaian Mikrokontroller AT89C52

Komponen Jumlah

Mikrokontroller AT89C52 1 buah

Kapasitor Kramik 30 2 buah

Resistor 10 K 2 buah

Transistor A733K95C 1 buah

Kristal 1 buah

Pull-up 1 buah

Led 2 buah

(4)

4. Sensor Gas TGS 2610

Sensor ini bekerja untuk mendeteksi gas yang terdapat dilingkungan sekitar sensor tersebut. Adapun gas yang dapat dideteksinya adalah LPG dan butana. Data sheet TGS 2610 dapat dilihat pada tabel 4 : 4.1. Rangkaian Alarm

Ketika konsentrasi gas berubah-ubah tepat disaat yang mengkhawatirkan, penurunan dan kenaikan, detektor dapat mengkedip-kedipkan alarm dalam waktu singkat. Dengan menambah RD,

rangkaian trigger Shmidt yang termasuk kedalam pembanding yang dapat dibuat, nilai RD dapat diatur

pada 20 – 30 kali dari nilai RC. Hasilnya range alarm

dibuat. Alarm lalu dibuat ketika range yang lebih besar dari range yang mengkhawatirkan dilampaui dan sinyal alarm akan berhenti setelah sinyal turun hingga nilai range turun.

Gambar 3.5 Rangkaian Alarm

4.2. Pengujian Gas LPG (Liquefied Petroleum Gas) 1. Hubungkan power supply atau baterai pada

rangkaian.

Sensor TGS 2610 akan memanaskan diri (self heating). Setelah cukup panas maka detektor gas siap untuk digunakan. Selama masa pemanasan sensor yang terjadi di kaki 1 dan 4, alarm (Buzzer) hidup. Yang

harus dilakukan adalah menekan saklar reset untuk menormalkan sensor TGS 2610. Jika mencapai pemanasan yang normal, besar tahanan yang terdapat di TGS 2610 normalnya adalah 56. Jika terkena gas maka besar tahanan yang terdapat di TGS 2610 akan turun, sehingga arus yang melewati TGS 2610 akan naik dan akan membunyikan alarm. Dalam sensitifitasnya TGS 2610 memerlukan arus pemanas sebesar 56 mA.

2. Mengatur sensitivitas detektor gas, dengan memutar trinput untuk mengatur sensitifitasnya hingga buzzer hidup, berarti detektor gas siap untuk digunakan.

3. Dekatkan ke sumber gas yang mudah terbakar, contohnya gas elpiji. Jarak antara gas dengan sensor adalah 10 – 20 cm. Buka penutup (kran) gas perlahan-lahan. Sebaiknya disekitar tempat pengujian tidak terdapat api yang menyala, karena dapat menyebabkan kebakaran. Sewaktu gas mulai bercampur dengan udara. Dan mencapai kepekatan yang dapat dideteksi, sensor akan mendeteksi dan melewatkan arus seiring dengan mengecilnya tahanan yang terdapat pada sensor tersebut. Tetapi besarnya arus yang dilewati masih terlalu kecil, sehingga memerlukan penguatan yang mana penguatannya adalah OP-AMP. Setelah dikuatkan maka diirimkan ke mikrokontroller untuk memerintahkan buzzer untuk bunyi. Setelah melakukan pengujian dalam jarak 10 cm antara sumber gas dengan sensor maka waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi gas tersebut selama 16 detik. Pada saat jarak 5 cm maka waktu pendeteksian gas tersebut selama 5 detik.

4. Untuk menormalkan kembali sensor maka dilakukan reset.

5. Waktu yang dibutuhkan sensor untuk kembali kekondisi normal dari saat pendeteksian gas berlangsung adalah 24 detik.

6. Bila akumulasi gas mencapai jumlah tertentu maka sensor gas TGS 2610 akan menyala. Sensor gas ini sensitif untuk gas yang mudah terbakar (Combustible gas).

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Rangkaian detektor gas yang dirancang, sensitif untuk gas-gas yang mudah terbakar (Combustible Gas).

2. Penempatan detektor gas untuk dapat mendeteksi kebocoran gas dengan baik, sebaiknya ditempatkan dekat dengan gas yang akan dideteksi, kira-kira 10 cm. Penempatan ini sangat perlu, sebab jika terlalu jauh pendeteksian akan lama oleh detektor gas. 3. Semakin dekat jarak antara sensor dengan gas

maka akan semakin cepat sensor memberi respon.

4. Penggunaan detektor gas baik di pabrik maupun dirumah-rumah yang menggunakan

(5)

atau menyimpan gas yang mudah terbakar sangat diperlukan. Karena detektor gas merupakan alat proteksi sebelum terjadinya ledakan yang diakibatkan kebocoran gas. DAFTAR PUSTAKA

1. Albert Paul Malvino, “Elektronics Principles”, Mc Graw Hill, 1984. 2. Denton, J Dailey, “OP-AMP and Linier

Integrated Circuits, Theory and Application”, Mc Graw Hill, 1989.

3. David L Trell, “OP-AMPS, Second Edition, Design Application and Troubleshooting”, Butterworth – Heinemann, 1996.

4. M. H Rashid, “Power Elektronic, Circuit Devices and System”, Prentice Hall International, 1999.

Gambar

Tabel 1.  Tahanan R L  yang sesuai dengan ID Sensor.
Gambar 4  Struktur Sensor Gas TGS 2610
Gambar 3.5  Rangkaian Alarm

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Variasi Kuat Arus Listrik dan Waktu Proses Electroplating Terhadap Kekuatan Tarik, Kekerasan dan Ketebalan Lapisan Pada Baja Karbon Rendah Dengan Krom, ³Jurnal

Dari sini diharapkan dapat diketahui siapa yang paling dominan atau lebih berperan serta lebih berpengaruh pada pelaksanaan fungsi–fungsi mereka; Kedua, akan dilihat bagaimana

per petak akibat masukan porasi bervariasi dosis tanpa atau dengan masukan inokulan Azospirillum sp. Analisis regresi komponen hasil terhadap hasil di

10 Sehubungan dengan SiLPA Tahun Anggaran 2015 terdapat beberapa fakta terkait SiLPA, yakni (1) adanya peningkatan jumlah transfer dari Pemerintah Pusat

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا, namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang

Di sebelah utara membentang pantai dari Barat sampai ke Timur sepanjang ± 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal, sementara di sebelah selatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu kualitas air dari kegiatan Keramba Jaring Apung (KJA) berdasarkan Indek Pencemar dan Baku Mutu Kualitas Air yang ditetapkan

ABSTRAK: Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai hutan mangrove terbesar di dunia .Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I Bali telah memberikan penyuluhan