• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hal Yang Perlu Anda Ketahui Ketika Berobat Ke Klinik Hipnoterapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hal Yang Perlu Anda Ketahui Ketika Berobat Ke Klinik Hipnoterapi"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Hal Yang Perlu Anda

Ketahui Ketika Berobat Ke

Klinik Hipnoterapi

(2)

HIPNOTERAPI

Baca Juga Posting Saya Tentang Teori Pikiran & Hipnoterapi

Penjelasan berikut ini perlu Anda ketahui ketika Anda berobat ke klinik hipnoterapi sehigga pengobatan hipnoterapi nya efektif.

Tentu saja, faktor hipnoterapis yang menjalankan terapi di klinik hipnoterapi nya juga sangat berpengaruh. Semakin tinggi jam terbang terapis, semakin efektif.

1. Semua hipnosis ialah self-hypnosis

Pandangan yang salah ialah bila client berpikir bahwa ia akan dihipnosis oleh terapis. Seolah-olah hipnosis ialah sesuatu yang dilakukan oleh hipnoterapis kepada client. Yang benar, hipnosis ialah sesuatu yang dilakukan oleh client kepada dirinya sendiri dengan mengikuti anjuran, saran, sugesti, atau bimbingan terapis.

2. Hipnoterapis hanya sebagai navigator sedangkan client ialah pengemudi

Saat melakukan terapi peran hipnoterapis hanya sebagai navigator yang mengarahkan & membimbing pikiran bawah sadar client untuk melakukan hal tertentu. Bila client tidak bersedia melakukan yang disarankan hipnoterapis maka terapi tidak bisa berjalan dengan baik. Dengan demikian dibutuhkan kerjasama antara hipnoterapis & client. client berperan sebagai co-therapist.

3. client tetap sadar walau telah masuk kondisi trance yang dalam

(3)

HIPNOTERAPI

Banyak yang berpikir bia seseorang masuk kondisi hipnosis maka ia akan lupa ingatan atau menjadi tidak sadar, tidak tahu apa yang terjadi di sekitarnya & begitu bangun sdh sembuh. Ini pandangan yang salah. Yang benar, saat dlm kondisi trance, sedalam apapun trance-nya, client tetap sadar & memegang kendali penuh atas pikirannya.

Namun ada juga client yang bersikeras dengan pandangannya yaitu orang dihipnosis akan tidak sadar. Bilahipnoterapissudah menjelaskan dengan gamblang apa itu kondisi hipnosis & client tetap bersikukuh dengan pandangan atau pemahamannya maka terapi tidak bisa dilanjutkan.

4. Kesembuhan client sepenuhnya ialah tanggung jawab client, bukan tanggung jawab terapis.

Klien perlu menyadari bahwa tanggung jawab kesembuhan ada pada diri client, bukan pada terapis. Peranhipnoterapishanya membantu atau memfasilitasi proses terapi dengan menggunakan sumber daya yang ada dlm diri client untuk kesembuhan client.

Ada client, pada level pikiran bawah sadar, bersikeras tidak ingin sembuh dari masalahnya karena ternyata ia mendapat keuntungan dari masalah yang dialaminya.hipnoterapissudah tentu dapat melakukan edukasi ulang pikiran bawah sadar client. Namun bila client bersikeras tidak atau belum bersedia sembuh makahipnoterapisharus menghargai keputusan ini.

5. client datang atas keinginan atau kesadarannya sendiri.

(4)

HIPNOTERAPI

Untuk mengatasi suatu masalah dibutuhkan motivasi yang tinggi dari client. Semakin tinggi motivasinya maka akan semakin mudah client sembuh. client yang datang kehipnoterapisdengan motivasi yang tinggi sebenarnya sdh sembuh. Tugashipnoterapistinggal melakukan sentuhan akhir saja.

Namun yang seringkali terjadi client datang bukan atas kemauan atau kesadarannya sendiri namun karena rayuan, bujukan, desakan, paksaan, & atau ancaman orang lain. Bila ini yang terjadi dapat dipastikan client tidak akan sembuh.

6. client mengijinkan dirinya untuk diterapi.

Ada client yang karena alasan tertentu tidak mengijinkan dirinya untuk diterapi. Alasannya bisa takut, merasa tidak nyaman, tidak percaya sama terapis, pandangan atau pemahaman yang kurang tepat mengenai hipnoterapi, atau client menemuihipnoterapisbukan atas kesadaran & keinginannya sendiri.

Agar hasil terapi bisa maksimal maka harus ada niat sungguh-sungguh dari client untuk berubah atau keluar dari masalah.

7. client terbuka & jujur

Keterbukaan & kejujuran dlm berkomunikasi & mengungkap berbagai data yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah ialah hal yang sangat penting. client, dlm kondisi hipnosis, tetap sadar & dapat mengendalikan pikirannya sepenuhnya. Ia dapat berbohong atau tidak mengungkap data penting yang dibutuhkan.

(5)

HIPNOTERAPI

8. client percaya pada terapis

Bila client, karena alasan tertentu, merasa kurang yakin atau percaya padahipnoterapismaka sebaiknya jangan melakukan terapi. Ketidakpercayaan atau perasaan ragu terhadaphipnoterapissangat menghambat proses terapi. client berhak memutuskan tidak melanjutkan terapi.

9. client pasrah & ikhlas menjalani bimbingan terapis

Kepasrahan & keikhlasan ialah hal mutlak. client bersikap pasif, reseptif, & mengijinkan terapi berjalan tanpa ia perlu melakukan upaya secara sadar. Hipnoterapi bukan cognitive therapy. Hipnoterapi ialah terapi yang dilakukan dlm kondisi atau dengan bantuan kondisi hipnosis.

Untuk bisa masuk ke pikiran bawah sadar yang dibutuhkan ialah niat, kepasrahan, & keikhlasan. Semakin pasrah semakin baik. Bila client berusaha atau berupaya untuk bisa tance maka semakin ia berusaha akan semakin tidak bisa. Trance ialah sesuatu yang terjadi secara alamiah & tidak membutuhkan upaya sadar.

10. client jelas aspek apa yang ingin diatasi dengan hipnoterapi.

Ada client yang datang kehipnoterapisnamun tidak jelas apa yang ingin diterapi. Ketidakjelasan ini membuat pikiran bawah sadar bingung & tidak bisa fokus membantu client dlm proses terapi.

11. dlm satu sesi hipnoterapi hanya satu aspek saja yang dibereskan.

(6)

HIPNOTERAPI

Ada client, mungkin karena ingin hemat biaya, memintahipnoterapismembereskan beberapa masalah dlm satu sesi terapi. Untuk terapi yang efektif dibutuhkan pikiran yang fokus serta target & prioritas yang jelas. Untuk itu client perlu menetapkan dengan hati-hati & jelas apa masalah paling utama & penting untuk dibereskan di sesi hipoterapi. & yang juga perlu diingat yaitu satu sesi hipnoterapi berlangsung sekitar 2 jam.

Biasanya bila waktunya masih cukup makahipnoterapisbisa membantu client mengatasi masalah lain. Jadi, dlm satu sesi sebaiknya fokus pada satu masalah saja.

12. Hipnoterapi ialah kontrak upaya bukan kontrak hasil

Terapis tidak boleh memberikan jaminan atau garansi kesembuhan. Hal ini juga berlaku bagi healing profession lain seperti psikiater, dokter, psikolog, & konselor. Dengan demikian bila ada client yang meminta jaminan atau garansi kesembuhan maka client seperti ini tidak bisa dilayani.

13. Hipnoterapi bukan pil ajaib / client tidak over-ekspektasi

Walau hipnoterapi terbukti secara klinis & empiris sangat efektif untuk mengatasi berbagai masalah yang berhubungan dengan mental & atau emosi, namun sama halnya teknik terapi lainnya hipnoterapi juga punya keterbatasan. Proses terapi membutuhkan waktu.

14. Komit menjalani hingga 4 sesi konsultasi & atau terapi

(7)

HIPNOTERAPI

Klien perlu komit untuk menjalani terapi antara satu hingga empat sesi. Komitmen awal ialah untuk 2 sesi. Satu sesi berlangsung selama 2 (dua) jam. Bila masih dibutuhkan terapi bisa dilanjutkan hingga 4 sesi.

Pada sesi pertama, bilahipnoterapismenilai client siap, maka bisa langsung dilakukan terapi. Namun bilahipnoterapismenilai client belum siap maka hanya akan dilakukan konsultasi atau konseling.

Komitmen ini sangat penting mengingat dlm proses terapihipnoterapisdan juga client tidak dapat memprediksi data apa yang akan diungkap oleh pikiran bawah sadar client. Seringkali terjadi masalah yang tampaknya sepele & mudah diatasi ternyata ialah simtom dari satu akar masalah yang sangat serius yang membutuhkan beberapa sesi terapi agar tuntas.

Apa akibatnya bila terapi hanya dilakukan satu sesi padahal belum tuntas? Yang terjadi ialah client bisa menjadi semakin labil & justru akan semakin bermasalah. Ibaratnya seorang dokter bedah yang telah membuka perut pasien namun tidak menutup rapat bekas bukaan operasi ini. Akibatnya bisa sangat fatal.

15. client datang kehipnoterapisuntuk terapi, bukan untuk melawan, menguji, atau ingin mengalahkan terapis

Ada client yang melakukan therapy shopping. Ia bangga telah diterapi banyakhipnoterapisnamun tidak sembuh. Pola pikir client tipe ini ialah ia kehipnoterapisbukan untuk mencari bantuan menyembuhkan masalahnya namun ia ingin menguji atau mengalahkan terapisnya.

(8)

HIPNOTERAPI

Ada juga client yang bangga bila terapisnya gagal menghipnosis dirinya. Ia merasa lebih unggul atau kuat dibanding terapisnya.

16. client tidak menganalisa

Ada client yang ingin diterapi & sekaligus ingin “belajar” teknik yang digunakan terapis. Akibatnya, ia tidak bisa masuk ke kondisi hipnosis & terapinya tidak berhasil.

Klien tipe ini rugi dua kali. Pertama, ia sdh bayar mahal untuk menjalani terapi namun tidak ada hasilnya. Kedua, ia tidak dapat mengerti apa yang dilakukan hipnoterapis karena client tidak belajar teori & teknik yang digunakan hipnoterapis.

Keingintahuan client membuat pikiran sadarnya tetap aktif karena melakukan analisa. Hal ini menghambat proses induksi sehingga ia tidak bisa berpindah dari kesadaran normal ke kondisi trance.

17. client mampu berkomunikasi secara verbal

Komunikasi verbal sangat penting dlm hipnoterapi. Setelah proses induksi biasanya client akan menutup mata sampaihipnoterapisselesai dilakukan. hipnoterapis berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar client secara verbal.

Untuk itu client harus bisa memahami bahasa yang digunakan terapis. Bila misalnyahipnoterapismenggunakan bahasa Indonesia & client kurang cakap berbahasa Indonesia maka terapi tidak bisa dilakukan dengan efektif.

(9)

HIPNOTERAPI

Hambatan lain ialah bila, misalnya, client mengalami masalah pendengaran yang mengakibatkan komunikasi antara client danhipnoterapismenjadi tersendat.

18. client tidak di bawah pengaruh obat penenang

Klien yang sedang di bawah pengaruh obat penenang biasanya akan sulit diinduksi. Namun dengan teknik induksi khusus client tipe ini tetap dapat masuk kondisi trance. Hambatan lain akibat pengaruh obat penenang yaitu perasaan client menjadi tumpul. client tidak dapat merasakan emosinya padahal emosi inilah yang akan diproses dlm terapi.

(10)

Mengapa Sulit Melakukan Self Hypnosis

MENGAPA SULIT MELAKUKAN SELF HYPNOSIS?

Hipnosis, menurut faktor penyebabnya, dibagi menjadi tiga jenis. Pertama, self hypnosis atau hipnosis yang dilakukan kepada diri sendiri. Kedua, hetero-hypnosis atau hipnosis yang dilakukan kepada orang lain. Ketiga, parahypnosis atau hipnosis karena pengaruh obat.

Self hypnosis sangat banyak manfaatnya. Namun ada satu kendala utama yang membuat praktisi hipnosis tidak bisa masuk ke kondisi yang dalam. Dari pengalaman selama ini adalah jauh lebih mudah untuk masuk kondisi hipnosis yang dalam bila dibimbing oleh operator (hetero-hypnosis) daripada bila melakukannya sendiri.

Mengapa bisa terjadi seperti ini?

Jawabannya ada pada proses berpikir. Manusia punya dua proses berpikir yaitu proses berpikir primer (primary thinking process) dan proses berpikir sekunder (secondary thinking process).

Saat dibimbing oleh operator maka yang aktif hanya proses berpikir primer sehingga subjek dapat masuk dengan sangat mudah ke kondisi hipnosis. Hal ini berbeda bila melakukan self hypnosis. Untuk melakukan self hypnosis maka proses berpikir sekunder kita tetap aktif dan mengarahkan proses hipnosisnya. Bagi yang tidak terbiasa, proses ini menjadi satu hambatan besar untuk bisa masuk ke kondisi pikiran yang benar-benar rileks atau kondisi hipnosis yang dalam.

Lalu, apa solusinya?

(11)

Mengapa Sulit Melakukan Self Hypnosis

Sebaiknya minta bantuan operator untuk membimbing Anda masuk ke kondisi hipnosis yang sedalam-dalamnya. Setelah itu pasang anchor. Selanjutnya untuk kembali ke kondisi hipnosis Anda hanya perlu mengaktifkan anchor. Cara lain adalah dengan mendengar cd relaksasi. Mudah, kan?

CD relaksasi yang mana? Nah, ini saya tidak boleh jawab. Nanti dibilang

promosi atau jualan... :)).

source: https://www.facebook.com/AdiWGunawan/posts/10151370964526938

(12)

Artikel - Bahaya Self Hypnosis

Pembaca, kembali saya menulis artikel yang jika hanya dibaca judulnya saja pasti akan menimbulkan kontroversi. Masih ingat beberapa waktu lalu saya menulis artikel dengan judul "Bahaya Berpikir Positif"?

Source: http://adiwgunawan.com/articles/bahaya-self-hypnosis

Apakah saya tidak salah pilih judul? Oh, tentu tidak.

Apakah tidak ada judul lain? Wah, kalo judul sih sebenarnya banyak sekali. Tapi judul yang saya pilih kali ini sudah benar. Sekarang anda sabar dulu ya. Nanti setelah selesai membaca artikel ini anda pasti akan memahami maksud saya.

Ok, kalo gitu apa maksud pernyataan di atas?

Ceritanya begini. Secara umum hipnosis sebenarnya ada tiga macam. Pertama, hipnosis yang dilakukan diri sendiri, dikenal dengan nama self hypnosis. Jadi, self hypnosis ini artinya kita menghipnosis diri kita sendiri. Kedua, hipnosis yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Nah, kalo hipnosis seperti ini disebut dengan nama heterohypnosis. Ini yang biasa dilakukan oleh seorang hypnotist terhadap subjek hipnosis, saat melakukan pertunjukan, atau hipnoterapis terhadap klien, dalam setting terapi.

Ketiga, hipnosis yang disebabkan oleh anestesi yang disebut dengan parahypnosis. Pasien yang telah dianestesi/dibius, walaupun tampak tidak sadarkan diri tetap mampu mendengar suara. Kondisi parahypnosis ini umumnya tidak diketahui atau disadari oleh dokter bedah, anesthesiologist, dan perawat. Apapun yang dikatakan oleh mereka selama proses pembedahan akan didengar oleh pasien dan menjadi sugesti yang sangat powerful karena pasien sebenarnya berada dalam kondisi hipersugestibilitas.

(13)

Artikel - Bahaya Self Hypnosis

Istilah self hypnosis lebih populer dan dikenal masyarakat daripada heterohypnosis dan parahypnosis. Self hypnosis banyak dianjurkan digunakan untuk mengubah perilaku. Banyak pelatihan mengajarkan self hypnosis. Bahkan ada banyak CD audio yang diklaim mampu membantu pendengarnya melakukan self hypnosis dengan mudah dan efektif.

Nah, jika self hypnosis memang begitu ampuh untuk mengubah perilaku atau meningkatkan kinerja, lalu mengapa saya kok berani-beraninya memilih judul yang berseberangan dengan pandangan awam?

He..he...sekali lagi, sabar dong. Ini kan baru appetizer. Baru pembukaan. Belum masuk ke main course atau menu utama.

Semua hipnosis sebenarnya adalah self hypnosis. Subjek hipnosis hanya bisa dihipnosis, oleh seorang operator (baca: hipnotis/hipnoterapis) bila ia bersedia menerima sugesti yang diberikan kepadanya. Saat seseorang berusaha menghipnosis dirinya sendiri maka ia menggunakan prosedur yang sama. Ia, lebih tepatnya pikirannya, harus bersedia menerima sugesti yang diberikan oleh dirinya sendiri. Namun satu hal yang biasanya tidak disadari kebanyakan orang adalah bahwa self hypnosis bisa terjadi secara tidak disengaja, tanpa disadari.

Apa maksudnya self hypnosis bisa terjadi secara tidak disengaja?

Untuk itu saya perlu menjelaskan terlebih dahulu salah satu de nisi hipnosis. Hipnosis adalah suatu kondisi di mana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat sugestibilitas meningkat sangat tinggi.

Jadi, saat pikiran fokus pada sesuatu, bisa kejadian, peristiwa, ide, atau emosi/perasaan maka saat itu pula seseorang sebenarnya telah berada dalam kondisi hipnosis. Jadi, untuk bisa masuk ke kondisi hipnosis tidak sulit seperti yang dibayangkan orang. Tidak harus menggunakan induksi formal atau bantuan operator.

(14)

Artikel - Bahaya Self Hypnosis

Saat seseorang mengalami emosi yang intens, khususnya emosi negatif, maka pada saat itu gerbang pikiran bawah sadarnya terbuka sangat lebar. Pada saat ini, ide apapun yang diberikan saat kondisi pikiran terfokus, fokus pada emosinya, akan diterima sebagai sebuah sugesti atau perintah hipnotik.

Baru-baru ini seorang kawan dari Balikpapan bercerita mengenai kondisinya. Ia sudah sekitar 5 tahun minum obat penenang. Ia mempunyai kecemasan yang sangat tinggi, takut mati. Dari apa yang ia ceritakan saya tahu bahwa ini semua hanyalah psikosomatis.

Setelah mendengar cukup banyak ceritanya, saya sampai pada satu pencerahan. Ternyata semua diawali saat ia bertemu dengan kawan baiknya, bertahun-tahun lalu, yang mengalami stroke. Kawannya ini berkata, "Eh, kamu pasti juga akan kena stroke. Cara kamu berjalan persis seperti saat sebelum saya kena stroke. Saat ini kamu kalo jalan agak nyeret kaki, kan?"

Kawan saya menjawab, "Ah, nggak. Saya dari dulu memang jalannya seperti ini".

"Tunggu saja. Cepat atau lambat pasti kamu juga akan stroke. Coba lihat wajahmu. Merah seperti wajah saya saat sebelum kena stroke. Kalo nggak percaya, boleh cek tekanan darahmu. Pasti tinggi. Pokoknya kamu hati-hati." tegas kawannya kawan saya ini.

Kawan saya semula tidak terlalu menanggapi apa yang dikatakan kawannya. Namun semakin lama kekhawatirannya akan terkena stroke semakin kuat. Akhirnya kawan saya memutuskan untuk memeriksa tekanan darahnya. Apa yang terjadi?

(15)

Artikel - Bahaya Self Hypnosis

Ternyata "benar". Tekanan darah kawan saya ini cukup tinggi, jauh di atas rata-rata. Mengetahui hal ini kawan saya menjadi semakin takut. Ia panik. Bahkan hampir pingsan.Dan pada saat itu muncul berbagai pemikiran kreatif yang negatif. Ia membayangkan bagaimana jika sampai ia kena stroke seperti kawannya. Badannya lumpuh separoh. Jalannya miring. Harus pake kursi roda. Pokoknya, yang muncul di pikirannya saat itu, saat mengetahui tekanan darahnya cukup tinggi, adalah berbagai pemikiran negatif.

So, apa yang terjadi selanjutnya?

Badan kawan saya ini memberikan respon yang sesuai. Mulailah muncul "tanda" bahwa kesehatannya semakin memburuk. Ia menjadi semakin gelisah, susah tidur, tidak bisa konsentrasi, dan akhirnya harus ke psikiater dan diberi penenang.

Apa yang terjadi pada kawan saya ini sebenarnya adalah suatu bentuk self hypnosis. Pada saat emosinya bergejolak, pada saat ia fokus pada perasaan takut dan cemas, pada saat itu sebenarnya ia berada dalam kondisi hipnosis. Dalam kondisi ini ia secara tidak sengaja memberikan sugesti, kepada dirinya sendiri, dalam bentuk berbagai pemikiran negatif, yang muncul dalam bentuk self talk dan gambaran mental. Dan terjadilah seperti yang ia sugestikan.

Saat ini kawan saya begitu sibuk mencemaskan simtom yang ia alami dan ia sudah lupa apa yang sebenarnya menjadi pemicu semua ini.

Bila kita cermati, sebenarnya tekanan darah yang tinggi, saat diukur, bisa disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu adalah perasaan takut dan cemas. Saat kita takut atau cemas maka jantung akan berdegup lebih kencang. Ini adalah mekanisme pertahanan diri yang telah terpatri di dalam DNA kita. Hormon adrenalin mengalir deras. Otot-otot tubuh menjadi kaku. Wajah menjadi lebih pucat. Tubuh disiapkan untuk ght (lawan) atau ight (lari). Ini adalah hal yang sangat normal.

(16)

Artikel - Bahaya Self Hypnosis

Untuk orang yang mengalami depresi maka yang terjadi adalah mereka mensugesti diri mereka sendiri, melalui self hypnosis, dengan automatic thought. Automatic thought ini yang disebut dengan spontaneous self suggestion.

Automatic thougth pada orang depresi adalah perasaan "kehilangan" atau loss. Orang depresi takut kehilangan sesuatu. Ketakutan ini yang terus timbul di pikirannya dan terus menerus mensugesti dirinya. Sedangkan pada orang yang cemas, automatic thought-nya adalah "ancaman" atau threat.

Self hypnosis terjadi pada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Setiap kali pikiran fokus pada sesuatu dan pada saat itu terjadi self talk atau muncul gambaran mental maka pada saat itu telah terjadi self hypnosis. Self hypnosis negatif ini yang banyak menghancurkan hidup anak-anak kita. Saya sangat banyak bertemu dengan anak yang memberikan label negatif pada diri mereka, "Saya anak bodoh", "Saya nggak pernah bisa berhasil", "Matematika itu sulit", "Belajar tidak menyenangkan", "Sekolah sama dengan penjara", dan masih banyak lagi.

Dari mana "belief" ini muncul?

Ya, dari proses enviromental hypnosis yang diperkuat oleh self hypnosis. Lho, maksudnya?

Begini ceritanya. Misalnya seorang anak ujian, terserah bidang studi apa saja boleh, dan mendapat nilai jelek. Anak ini selanjutnya dimarahi ibunya. Pada saat itu anak menjadi takut. Pada saat sedang takut ia mendapat "sugesti" dari ibunya, "Anak bodoh. Begitu saja nggak bisa. Kamu ini anak siapa sih, kok goblok amat". (Sebenarnya ya anak si ibu. Lha, kalo bukan anak ibu, masa anak tetangga?)

(17)

Artikel - Bahaya Self Hypnosis

Sugesti ini masuk sempurna ke pikiran bawah sadar anak. Selajutnya anak kembali mendapat nilai jelek. Dan kembali si ibu memberikan berbagai "sugesti" saat anak merasa takut.

Apa yang terjadi saat anak kembali mendapat nilai jelek?

Pada saat ini anak, yang takut akan dimarahi ibunya, menghipnosis dirinya sendiri dengan perkataan dan pemikiran, "Memang benar, saya ini anak bodoh. Tiap kali ulangan pasti dapat nilai jelek." Saat anak tiba di rumah, ibunya memperkuat sugesti ini.

Apa yang terjadi selanjutnya?

Anak ini akan menjadi anak yang bodoh. Bukan karena kemampuan otaknya rendah namun lebih karena program pikiran negatif yang telah terinstal di pikiran bawah sadarnya.

Nah, pembaca, anda jelas sekarang? Self hypnosis nggak selamanya baik, kan?

(18)

Artikel - Aktivasi Ego Personality

Usai seminar “Hipnoterapi Klinis: Solusi Efektif untuk Masalah Emosi & Perilaku” di Denpasar beberapa waktu lalu, saya mendapat pertanyaan dari tiga peserta melalui email. Di seminar ini saya menjelaskan bahwa di kelas Scienti c EEG & Clinical Hypnotherapy (SECH) saya mengajarkan dua teknik utama untuk mencari, menemukan, dan menyelesaikan akar masalah: regresi berbasis afek dan teknik EP. Mereka bertanya tentang teknik terapi yang saya ajarkan dan praktikkan, khususnya teknik ego personality atau yang mereka sebut dengan teknik ego state.

Inti pertanyaan mereka adalah mereka sudah belajar teknik ego state, sudah mempraktikkannya, tapi hasilnya masih kurang maksimal. Dari tanya jawab yang terjadi, saya simpulkan ada dua hal yang menjadi kendala mereka. Pertama, mereka kurang fasih dalam berkomunikasi dengan EP. Kedua, bila EP berhasil dipanggil keluar, teknik yang mereka gunakan untuk membantu klien berubah adalah hanya melakukan negosiasi dengan EP penyebab masalah. Dan seringkali EP bersikeras pada pendiriannya, tidak bersedia berubah. Bila ini terjadi, terapis menyerah.

Dalam artikel ini saya menyebut Bagian Diri sebagai Ego Personality (EP). Bagi pembaca yang familiar dengan istilah ego state (ES), untuk mudahnya, EP sama dengan ES.

Perlu disadari bahwa saat terapis berbicara dengan klien, sebenarnya yang terjadi adalah ia sedang berkomunikasi dengan satu EP. EP ini yang mendorong klien jumpa terapis untuk mengatasi masalah. Sementara yang membuat masalah adalah EP lain. Dengan demikian terapis perlu memiliki kecakapan untuk mengundang keluar atau mengaktifkan atau memunculkan EP yang ingin diproses.

Cara Mengaktifkan EP

(19)

Artikel - Aktivasi Ego Personality

Ada banyak cara untuk mengaktifkan EP. Idealnya, proses komunikasi dengan EP dilakukan dalam kondisi hipnosis, lebih baik hipnosis dalam, untuk dapat mengakses EP yang tinggal di kedalaman. Berikut ini adalah cara yang bisa digunakan:

1. Komunikasi tidak langsung: dalam hal ini terapis berbicara pada klien, tapi sebenarnya yang dituju adalah EP spesi k. Komunikasi seperti ini mengandung banyak elemen psikoedukasi. Komunikasi tidak langsung juga bisa memasukkan pengharapan, kekuatan, dan kecakapan ke pikiran bawah sadar (Phillips dan Frederick, 1995).

2. Komunikasi langsung. Ini adalah pendekatan “to the point” di mana terapis langsung mengarahkan komunikasi ke EP yang dituju, yaitu EP yang membuat masalah atau mengganggu hidup klien. Kalimat yang bisa di guna k a n: Saya ingini bicara dengan Bagian Diri atau EP yang membuat X (klien) melakukan ……. (Frederick, 2005, p. 372).

3. Memanggil keluar EP untuk interaksi verbal langsung. Cara ini berbeda dengan poin no 2. Kalimat yang digunakan: Saya ingin tahu apakah ada Bagian Diri dari X (klien) yang tahu atau yang membuat munculnya simtom …. Dalam diri X. Bila ada Bagian Diri ini, saya mau bicara langsung dengan Anda (Frederick, 2005, p. 372).

4. Teknik Imajinasi. Teknik ini menggunakan kemampuan imajinasi klien. Terapis mengundang beberapa EP klien untuk duduk di meja bundar untuk diskusi (Watkins dan Watkins, 1997; Frasier, 2003). Frederick (2005) menggunakan pendekatan imajinatif yang lebih longgar di mana terapis secara eksplisit memberitahu EP bahwa mereka tidak harus berinteraksi dengan EP lainnya.

(20)

Artikel - Aktivasi Ego Personality

5. Eksplorasi Ideomotor. Ini adalah teknik yang sangat disarankan untuk praktisi EP pemula. Penggunaan teknik ini memberi keleluasaan pada pikiran bawah sadar klien untuk sepenuhnya memegang kendali atas apa yang terjadi. EP tidak perlu langsung berbicara dengan terapis namun cukup melalui gerakan jari.

6. Aktivasi afek dan somatik. Metode aktivasi ini fokus pada apa yang klien rasakan secara emosi atau sensasi sik saat muncul simtom masalah. Dari sini terapis melanjutkan dengan eksplorasi emosi, persepsi, pikiran, dan yang lain untuk menggali dan mendapatkan informasi lebih lanjut.

7. Teknik-teknik eskternalisasi. Teknik yang digunakan bertujuan untuk mengaktifkan EP melalui tindakan seperti menggunakan kursi (Watkins dan Watkins, 1997; Fagan dkk, 1974). Termasuk dalam kelompok teknik ini adalah menulis otomatis (automatic writing), membuat patung dengan menggunakan plastisin (soft sculture), menggambar, melakukan gambar atau coretan-coretan bebas (doodling), dan teknik topi berpikir Edward de Bono.

8. Aktivasi gambaran mental. Teknik ini sangat jarang dipraktikkan karena praktisi sering tidak cermat akan hal ini. Dalam proses terapi, saat terapis berusaha mengaktifkan EP tertentu, bisa jadi tidak muncul respon apapun, baik secara perasaan atau sik. Namun yang muncul di pikiran klien adalah gambara mental, bisa konkrit atau abstrak, bisa berupa warna atau cahaya. Bila ini terjadi, sebenarnya sudah ada EP yang aktif. Terapis perlu melakukan eksplorasi lanjutan (Gunawan, 2014, p. 373).

9. Aktivasi EP berlapis. Dalam beberapa kasus, bisa terjadi EP yang pertama kali aktif bukan EP yang membuat masalah. EP ini adalah “anak buah” dari EP lain yang lebih kuat atau berkuasa. Secara teknis kondisi ini disebut EP multilayer atau berlapis. Untuk itu, terapis, melalui EP yang pertama muncul, mengakses EP di lapis kedua dan seterusnya (Gunawan, 2014, p. 373).

(21)

Artikel - Aktivasi Ego Personality

10. EP aktif spontan. EP juga bisa aktif spontan, tanpa terapis melakukan apapun. EP seperti ini biasanya sudah sangat ingin berkomunikasi dengan seseorang untuk membantu menyelesaikan masalah klien. Saat mendapat kesempatan, tanpa diminta, EP ini langsung aktif dan mengajak bicara terapis. Dan bisa terjadi yang aktif beberapa EP sekaligus (Gunawan, 2014, p. 373).

11. Aktivasi EP melalui mimpi hipnotik. Bila klien mengalami mimpi berulang dengan tema yang sama, ini adalah satu bentuk komunikasi dari pikiran bawah sadar. Terapis bisa memberi sugesti agar klien mengalami kembali mimpinya dan dari sini dilakukan eksplorasi dengan memanggil keluar EP yang memberi mimpi (Gunawan, 2014, p. 374).

Mengaktifkan EP adalah keterampilan yang perlu dikuasai dengan baik oleh terapis. Dengan aktifnya EP tidak berarti masalah klien serta merta selesai. Ini barulah langkah awal. EP yang telah aktif perlu divalidasi untuk memastikan bahwa benar EP inilah yang memunculkan simtom atau membuat masalah dalam diri klien.

Setelah EP muncul, langkah berikutnya adalah penyelesaian masalah. Teknik yang sangat sering digunakan, namun kurang efektif, adalah dengan hanya melakukan negosiasi dengan EP. Terapis mewakili klien berbicara dengan EP, bisa juga terapis memfasilitasi komunikasi antara klien dan EP, dan meminta EP berhenti melakukan apa yang selama ini ia lakukan sehingga klien tidak lagi bermasalah. Contohnya, bila klien adalah perokok, maka terapis akan berbicara dengan EP yang membuat klien merokok, misal sebut saja sebagai EP Perokok, agar berhenti merokok. Bila EP Perokok setuju berhenti merokok, masalah klien juga selesai.

(22)

Artikel - Aktivasi Ego Personality

Teorinya seperti ini. Dalam praktiknya, tidak semudah teori. Seringkali EP Perokok punya tujuan, alasan, agenda tersendiri yang membuat ia merokok. Negosiasi, rayuan, atau bujukan terapis seringkali tidak membuahkan hasil. Dalam banyak kasus, setelah EP Perokok setuju berhenti merokok, benar klien juga berhenti merokok. Namun ini hanya berlangsung satu atau dua hari. Setelahnya, klien kembali merokok.

Untuk mengatasi hal ini terapis butuh teknik lain, selain negosiasi. Ada banyak cara untuk melunakkan EP sehingga akhirnya setuju untuk mendukung hidup klien. Teknik-teknik ini sangat penting untuk dikuasai agar terapi berbasis EP efektif dan tuntas. Pada beberapa kasus, terjadi EP berlapis (multilayer). Bahkan pernah dijumpai empat lapis EP. Artinya, EP yang pertama muncul, sebut saja sebagai EP A, dikendalikan oleh EP B. EP B dikendalikan oleh EP C, dan EP C dikendalikan oleh EP D. Masalah klien hanya bisa terselesaikan bila terapis mampu mengakses EP D dan membuat EP ini bersedia menuruti permintaan klien.

(23)

Beberapa Temuan Penting Terkini Dinamika

Pikiran di AWGI

Format pelatihan hipnoterapi klinis profesional SECH (Scienti c EEG & Clinical Hypnotherapy) mulai tahun 2017 ini mengalami perubahan. Bila sebelumnya pelatihan berlangsung selama sembilan hari, terbagi menjadi tiga pertemuan masing-masing tiga hari, kini lama pelatihan sepuluh hari dan khusus di minggu kedua, lama masa pelatihan adalah empat hari. Keputusan menambah waktu pelatihan satu hari bertujuan untuk memberi lebih banyak ruang dan waktu untuk memaparkan materi secara lebih mendalam karena banyak sekali update dan temuan terkini yang diajarkan di kelas SECH.

Di pertemuan barusan, para peserta berlatih teknik regresi dan juga EP (ego personality). Sebelumnya, setelah tiga hari pertama, para peserta mendapat tugas melakukan induksi kepada minimal sepuluh klien dan memastikan para klien berhasil dibimbing masuk kondisi hipnosis dalam (deep trance / profound somnambulism). Hasil praktik induksi, semua klien berhasil masuk kondisi hipnosis dalam. Bahkan banyak yang masuk ke kondisi sangat dalam.

Ada beberapa temuan penting dan menarik berkenaan dengan dinamika pikiran, saat klien dalam kondisi hipnosis dalam dan menjalani proses regresi. Temuan ini adalah hasil dari pengalaman para peserta pelatihan yang diceritakan kepada forum usai latihan sekaligus menjadi bahan diskusi menarik dan ditinjau dari teori dan cara kerja pikiran bawah sadar yang dikembangkan AWGI.

(24)

Beberapa Temuan Penting Terkini Dinamika

Pikiran di AWGI

Saat klien dalam kondisi hipnosis dalam, pikiran bekerja tidak seperti dalam kondisi sadar normal, light atau medium trance. Kondisi kedalaman hipnosis yang wajib dicapai klien untuk bisa menjalani terapi berdasar protokol AWGI adalah profound somnambulism. Saat dalam kondisi profound somnambulism, pikiran sadar sangat rileks, malas berpikir, dan menjadi pasif. Dengan kata lain, pikiran klien diam menunggu instruksi terapis, apa yang akan dilakukan. Saat terapis minta klien mundur ke satu masa atau kejadian spesi k yang dulu pernah klien alami, secara spontan klien langsung teregresi dan mengalami kembali kejadian ini (revivi kasi). Setelahnya, klien hanya diam di kejadian ini sampai ada instruksi lebih lanjut. Saat instruksi diberikan, misalnya klien sedang berdiri di pinggir jalan menanti bus, dan bila terapis berkata, “Sekarang anda lihat bus sudah datang, bus berhenti di depan anda, dan anda naik bus ini”, klien tidak mengalami ini semua secara bertahap tapi dari posisi berdiri di pinggir jalan, klien merasa seolah menaiki bus tapi tiba-tiba sudah duduk di dalam bus. Jadi, prosesnya sangat cepat.

Peserta lain, “stuck” dan sama sekali tidak bisa mundur saat diregresi. Upaya regresi dilakukan berulang kali namun ia tetap tidak bisa mundur, tersangkut di saat ini, pikirannya diam, sama sekali tidak bereaksi, dan muncul warna tertentu seperti cahaya di pikirannya. Berdasar teori yang dikembangkan di AWGI, kami tahu apa yang terjadi pada peserta ini, mengapa ia tidak bisa mundur, dan berapa kedalaman trance yang ia capai. Peserta ini masuk terlalu dalam, minimal ke kedalaman 30 dari total 40 kedalaman trance pada AWG Hypnotic Depth Scale. Saat ia diminta buka mata, dibawa naik dulu, kemudian diminta menutup mata dan diregresi, kali ini bisa.

(25)

Beberapa Temuan Penting Terkini Dinamika

Pikiran di AWGI

Saat klien diregresi dan mengalami revivi kasi ternyata gambaran yang muncul di pikiran belum tentu jelas. Yang umum terjadi, klien mengalami kejadian, melihat apa yang sedang terjadi namun agak samar. Ini hal yang wajar dan tidak penting. Yang penting adalah perasaan atau emosi yang dirasakan saat mengalami kejadian, karena protokol hipnoterapi klinis AWGI fokus pada upaya menetralisir emosi yang lekat pada memori.

Revivi kasi membutuhkan klien bisa menjelaskan, berdasar “penglihatan”-nya, apa yang sedang ia alami. Namun hal ini tidak selalu berlaku saat menggunakan teknik EP. Saat terapis mengakses EP tertentu untuk menyelesaikan masalah klien, EP menjadi aktif dan bisa langsung berkomunikasi, memberi informasi yang diminta oleh terapis, tanpa harus revivi kasi. “Jalur” aktivasi dan penggalian informasi yang digunakan oleh EP berbeda dengan regresi. Walau sejatinya, saat klien mengalami regresi dan memberi informasi yang diminta oleh terapis, yang berkomunikasi dengan terapis adalah juga EP.

Hal menarik lain, dan ini sudah dijelaskan detil kepada para peserta sebelum mereka berlatih praktik, pikiran bawah sadar memiliki kecerdasan dan cara berpikir yang terpisah dari pikiran sadar. Saat klien dalam kondisi deep trance, pikiran sadar menjadi sangat rileks, malas berpikir, dan saat itu pikiran bawah sadar mengambil alih kendali diri. Gerakan pikiran bawah sadar sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh input yang diberikan padanya, dalam hal ini adalah ucapan atau sugesti dari terapis. Lebih spesifik lagi, semantik yang digunakan oleh terapis.

(26)

Beberapa Temuan Penting Terkini Dinamika

Pikiran di AWGI

Pilihan semantik yang kurang tepat, disadari atau tidak, membuat pikiran bawah sadar bergerak tidak seperti yang diharapkan. Contoh semantik yang kurang tepat adalah penggunakan kata “itu”, “di situ”, “waktu itu”, “di sana”, “saat itu”, “ingat-ingat”, atau “bayangkan” secara tidak disadari menggeser posisi revivi kasi (asosiasi) menjadi hipermnesia (disosiasi). Contoh lainnya adalah saat klien, sebut saja sebagai Ibu Ani, telah teregresi ke usia lima tahun, misalnya, dan pada saat itu terapis tetap menyebut klien sebagai Ibu Ani. Salah sebut ini berakibat klien mengalami progresi, dari titik mendarat regresi, di masa kecil, kembali ke masa sekarang di ruang terapi. Itu sebabnya saat terapis bertanya pada klien apa yang terjadi, apa yang ia rasakan, klien tidak bisa memberi jawaban atau hanya berkata tidak merasakan apapun.

Melalui praktik beberapa kali, di bawah supervisi ketat para asisten, peserta SECH belajar dari kesalahan kecil berdampak besar, yang mereka lakukan tanpa disadari, memetik hikmah, memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan siap untuk menjadi hipnoterapis cakap dan andal.

(27)

Tidak Ada Masa Lalu atau Masa Depan,

Hanya Masa Sekarang

Sistem psikis manusia sejatinya dirancang untuk mengalami hal-hal yang baik, terutama emosi positif yang menyertai atau lekat pada rekam jejak kejadian yang mengkristal dalam wujud memori. Saat seseorang mengalami kejadian bermuatan emosi positif, ia merasa girang, bahagia, senang, nyaman. Dan setelah ingar bingar perasaan mereda, ia kembali ke kondisi normal seimbang. Di kemudian hari, saat mengingat kembali pengalaman ini, ia dapat mengalami kembali perasaan yang sama seperti dulu. Ini hal normal dan baik adanya.

Namun tidak demikian dengan pengalaman bernuansa emosi negatif. Emosi negatif adalah virus yang mengganggu dan menggoyahkan sendi-sendi keseimbangan sistem psikis. Berbeda dengan emosi positif, yang seiring waktu berjalan akan memudar, emosi negatif, sesuai sifatnya, tidak dapat pudar dengan sendirinya. Emosi negatif ibarat api yang terus menyala, berkobar, membara hingga suatu saat dipadamkan secara sengaja atau sadar. Bila tidak, emosi ini akan terus menganggu keseimbangan sistem psikis individu dan terwujud dalam beragam simtom baik di aspek mental maupun sik. Bila individu kembali meningat kejadian masa lalu yang bermuatan emosi negatif maka terjadi efek penguatan, emosi ini menjadi semakin kuat.

(28)

Tidak Ada Masa Lalu atau Masa Depan,

Hanya Masa Sekarang

Emosi negatif ini, dalam situasi tertentu, seolah telah padam, tidak lagi dirasakan keberadaannya, secara sadar. Namun bila terpicu, ia kembali akan naik ke permukaan dan menimbulkan masalah. Emosi ini tetap ada di pikiran bawah sadar, seolah tertidur lelap, menunggu situasi atau saat yang tepat untuk menggeliat bangun dan kembali menunjukkan keberadaannya. Ini disebut dengan padam semu. Padam semu dapat diakibatkan oleh beberapa hal, antara lain, represi yaitu emosi ditekan sehingga “tenggelam” di kedalaman pikiran bawah sadar, distraksi atau pengalihan di mana individu menyibukkan diri dengan kegiatan lain sehingga tidak merasakan emosi ini, atau “dijinakkan” dengan obat-obatan. Padam semu ini ibarat bom waktu yang sangat destruktif bila suatu saat meledak. Semakin intens emosi, semakin besar energi yang dikandungnya, semakin tinggi daya ledaknya.

Curhat atau meluapkan emosi dalam bentuk ekspresi tertentu, misal verbal atau sik, yang biasa disebut abreaksi, benar dapat memberi kelegaan, sesaat, namun tidak mampu memadamkan api emosi. Selang beberapa saat, individu akan mengalami simtom yang sama seperti sebelumnya.

Fenomena emosi dan memori, dalam konteks hipnoterapi klinis, sangatlah menarik untuk dikaji. Memori adalah rekaman peristiwa, bukan apa adanya, yang telah dibumbui makna berdasar persepsi atau pemahaman individu. Pemberian makna selanjutnya memunculkan salah satu dari tiga bentuk emosi, positif, netral, atau negatif. Emosi ini dengan sendirinya lekat pada memori. Dan yang selalu menjadi sumber masalah bukan pengalaman atau memori namun emosi. Emosi adalah kunci penyelesaian masalah.

Pandangan awam yang sering mengatakan waktu akan menyembuhkan luka hati/batin akibat pengalaman negatif. Faktanya, waktu tidak dapat menyembuhkan. Luka hati atau batin beda dengan luka sik. Tubuh sik bekerja mengikuti hukumnya sendiri dan ini beda dengan hukum yang mengatur kerja pikiran bawah sadar, yang oleh awam disebut sebagai hati.

(29)

Tidak Ada Masa Lalu atau Masa Depan,

Hanya Masa Sekarang

Pengalaman klinis membuktikan bahwa emosi yang, bahkan, berasal dari pengalaman semasa dalam kandungan tetap eksis dan terus muncul, lebih tepatnya dimunculkan oleh pikiran bawah sadar, sehingga dirasakan dan diketahui keberadaannya oleh individu. Tujuannya satu, ia perlu segera dikeluarkan dari sistem psikis agar keseimbangan asal (default equilibrium) kembali tercapai dan individu bisa kembali tenang, damai, dan bahagia.

Sejatinya, tidak ada masa lalu, tidak ada masa depan, yang ada masa sekarang, di sini, saat ini. Inilah satu-satunya waktu yang berlaku di pikiran, tepatnya pikiran bawah sadar. Masa lampau, masa sekarang, dan masa depan adalah kreasi ilusif pikiran sadar guna memudahkan individu meletakkan kejadian atau peristiwa di lini masa. Saat individu berkata, “Oh… waktu saya masih kecil…..”, atau “Tahun lalu, saya mengalami…..”, sebenarnya yang mengutarakan hal ini adalah pikiran sadar seolah-olah kejadian ini terjadi di masa lalu, telah selesai, berlalu. Namun, di pikiran bawah sadar, semua kejadian yang pernah dialami seseorang, kapanpun itu, baik di masa lalu, masa sekarang, atau di masa depan, dalam imajinasi, dan bahkan dalam mimpi sekalipun, semuanya sedang berlangsung, terjadi, serentak, bersamaan, simultan.

Saat individu mengingat kembali kejadian di masa lalu, emosi yang lekat pada memori ini kembali muncul dan dialaminya persis sama seperti dulu, namun ia mengalaminya saat ini, sekarang (revivi kasi). Demikian pula bila ia membayangkan sesuatu di masa depan, emosi dirasakan saat ini, bukan nanti. Dengan demikian, sejatinya, tidak ada masa lalu dan masa depan, yang ada hanya masa sekarang di pikiran bawah sadar. Dan perlu diingat, pengaruh bawah sadar terhadap diri individu berkisar antara 95% hingga 99%.

(30)

Tidak Ada Masa Lalu atau Masa Depan,

Hanya Masa Sekarang

Dari perspektif teori Ego Personality (EP), ini menjadi semakin jelas dan menarik. Pengalaman bermuatan emosi netral atau menyenangkan dapat langsung terintegrasi ke dalam memori global, sementara pengalaman dengan emosi negatif, terutama yang intens, akan terpisah dan memiliki kehidupan sendiri. Memori dan emosi spesi k ini dipegang oleh EP spesi k pula. EP adalah “entitas” dalam diri dengan usia, sikap, pola pikir, karakter, kebiasaan, memori, emosinya sendiri. Ia berlaku seperti “manusia kecil” dalam diri kita. EP bisa aktif kapan saja dan saat aktif, ia yang menjalankan dan mengendalikan tubuh sik, ia menjadi individu, pada saat itu. EP tidak hidup di masa lalu atau masa depan. EP ada di pikiran bawah sadar, ia bisa dorman, bisa aktif di kedalaman (underlying) atau aktif di permukaan (executive). EP tinggal di masa kini, mengikuti waktu yang berlaku di pikiran bawah sadar.

Uraian di atas menjawab pertanyaan mengapa pengalaman masa lalu terus memengaruhi diri seseorang padahal kejadiannya sudah sangat lama. Benar, kejadian sudah lama menurut pikiran sadar namun di pikiran bawah sadar ini sedang terjadi.

Demikianlah kenyataannya…

(31)

Artikel - Hipnoterapis: Amatir dan

Profesional

Hingga saat ini pembahasan tentang hipnosis/hipnoterapi selalu menarik untuk disimak, khususnya bagi peminat, pemerhati, penggiat, dan praktisi hipnosis/hipnoterapi. Walau telah banyak pemikiran dan informasi tentang hipnosis dan hipnoterapi modern ditulis, dan telah didiseminasi melalui buku, artikel di media massa, dan terutama media sosial, hingga saat ini masih terdapat mispersepsi.

Artikel ini secara khusus mengulas pemahaman akan kondisi hipnosis yang umum diadopsi hipnoterapis pemula dan yang akhirnya dipahami secara benar serta menjadi landasan praktik oleh hipnoterapis profesional.

Ditinjau dari perspektif ini, hipnoterapis sejatinya terbagi ke dalam dua kelompok: amatir dan profesional. Hipnoterapis amatir berpegang pada pemahaman bahwa klien masuk kondisi trance akibat pengaruh atau hasil kerja hipnoterapis. Para amatir ini suka berburu atau menghapal teknik induksi. Dalam benak mereka, klien berada di bawah kendali atau pengaruh hipnoterapis. Untuk bisa menghipnosis klien, hipnoterapis perlu punya kekuatan atau energi yang lebih kuat daripada klien sehingga klien bisa ditundukkan. Mereka mengabaikan atau menyangkal bahwa makna interaksi interpersonal adalah jauh lebih penting dan berpengaruh dan menentukan jenis serta tingkat respon hipnotik klien (Watkins, 1992).

Hipnoterapis amatir juga sangat terpaku pada tipe dan uji sugestibilitas. Dalam dunia hipnoterapi dikenal klien dengan sugestibilitas tinggi dan rendah. Juga terdapat pengelompokkan sugestibilitas sik dan emosi (Kappas, 1999). Yang dimaksud dengan sugestibilitas sik adalah perilaku bercirikan respon derajat tinggi terhadap sugesti literal (langsung) yang memengaruhi tubuh dan respon emosi. Sementara sugestibilitas emosi bercirikan respon derajat tinggi terhadap sugesti tak langsung yang memengaruhi emosi dan respon tubuh.

(32)

Artikel - Hipnoterapis: Amatir dan

Profesional

Dari penelitian ditemukan bahwa 60% populasi bersifat sugestibilitas emosi dan 40% sugestibilitas sik. Dan terdapat satu subkelompok dari sugestibilitas emosi yaitu sugestibilitas intelektual dengan jumlah 5% (Kappas, 1999, 2001). Subkelompok ini adalah tipe analitikal, kritis, suka menganalisis apapun yang dikatakan hipnoterapis, sulit melepas kendali atas diri dan pikirannya sendiri, pikiran mereka sangat aktif (Gunawan, 2012). Tipe ini paling dihindari oleh kebanyakan hipnoterapis amatir karena, menurut mereka, (sangat) sulit dihipnosis. Hipnoterapi amatir, saat tidak mampu menghipnosis klien, biasanya beralasan klien klien masuk kategori tidak bisa dihipnosis.

Hipnoterapis amatir juga berpikir bahwa hipnosis per se adalah terapi atau bersifat terapeutik. Pada kenyataannya, hipnosis adalah kondisi kesadaran spesi k dan bila berdiri sendiri bersifat nonterapeutik. Hipnosis menjadi terapeutik bila ia digabungkan dengan modalitas terapi lain. Dengan demikian, hipnosis bersifat fasilitatif, mampu meningkatkan keefektifan dan keberhasilan terapi, namun pada dirinya sendiri hipnosis tidak bersifat rekonstruktif dan rehabilitatif.

Dua meta-analisa menunjukkan bahwa penggunaan hipnosis, dalam konteks ini hipnosis sebagai kondisi kesadaran spesi k, bukan teknik, secara substansial meningkatkan hasil pengobatan. Rata-rata klien yang menerima terapi kognitif-perilaku dengan hipnosis menunjukkan peningkatan positif kondisi minimal 70% lebih tinggi dibanding klien penerima pengobatan yang sama tanpa hipnosis (Kirsch, Montgomery, dan Sapirstein, 1995; Kirsch, 1996).

(33)

Artikel - Hipnoterapis: Amatir dan

Profesional

Pemahaman hipnoterapis profesional tentang hipnosis tentu berbeda dengan hipnoterapis amatir. Hipnoterapis profesional tidak bekerja dengan pendekatan “kebetulan” atau sepenuhnya pasrah pada keadaan. Ia melakukan segala sesuatunya secara sadar, sistematis, dengan pengetahuan mendalam tentang apa dan mengapa ia melakukan yang ia lakukan, dan target terapeutik yang jelas.

Hipnoterapis profesional memahami hipnosis sebagai kondisi kesadaran khusus (altered state of consciousness), di mana kemampuan normal tertentu dalam diri individu meningkat dan yang lain memudar ke latar belakang. Lebih dari 90% populasi berkemampuan masuk ke kondisi hipnosis dengan bimbingan yang tepat. Hipnosis adalah kondisi alamiah yang sering klien masuki, tanpa disadari, dalam keseharian.

Hipnosis bukan kondisi yang muncul karena terapis melakukan sesuatu pada klien. Terapis hanya berperan sebagai penuntun, penunjuk jalan klien masuk ke kondisi hipnosis dengan memberdayakan kemampuan yang telah ada dalam diri setiap kliennya. Terapis memandang klien sebagai rekan kerja, bukan pasien atau individu yang sakit dan bermasalah. Dan yang juga sangat penting, hipnoterapis profesional sadar sepenuhnya bahwa yang menyembuhkan klien bukan terapis namun klien sendiri. Terapis hanya sebagai fasilitator.

Hipnoterapis profesional paham akan sugestibilitas namun tidak merasa uji sugestibilitas adalah keharusan. Ia juga tahu, dari pengalaman klinisnya, bahwa klien dengan sugestibilitas emosi dan intelektual justru sangat mudah dibimbing masuk ke kondisi hipnosis yang dalam. Dan ia juga menyadari sejatinya semua klien bisa masuk kondisi hipnosis dengan tuntunan yang tepat.

(34)

Artikel - Hipnoterapis: Amatir dan

Profesional

Walau tidak melakukan uji sugestibilitas, hipnoterapis profesional menyadari adalah sangat penting memastikan klien berhasil dibimbing masuk ke kedalaman spesi k yang sesuai dengan teknik yang akan digunakan, dan secara terstruktur sistematis mengupayakan klien tetap berada di kedalaman ini hingga proses terapi tuntas dilakukan.

Istilah altered state of consciousness pertama kali dikemukakan oleh Ludwig (1966) saat ia menulis artikel dengan judul yang sama dan dipublikasi di jurnal Archives of General Psychiatry. Ludwig mendefinisikan ASC sebagai: … any mental state(s), induced by various physiological, psychological, or pharmacological maneuvers or agents, which can be recognized subjectively by the individual himself (or by an objective observer of the individual) as representing su cient deviation in subjective experience of psychological functioning from certain general norms for that individual during alert, waking consciousness (p. 225).

Meminjam de nisi Ludwig (1966) di atas dan melakukan elaborasi lanjutan, Tart (1972) mende nisikan altered state of consciousness sebagai suatu kon gurasi subsistem dari struktur psikologis dengan pola unik, dinamis, dan aktif. Struktur psikologis merujuk pada organisasi komponen bagian yang relatif stabil yang menjalankan satu atau lebih fungsi psikologis.

Hipnosis adalah kondisi kesadaran spesi k yang sangat dipengaruhi faktor relasional. Interdependen keadaan hipnosis pada kualitas dan intensitas relasi interpersonal antara terapis dan klien pertama kali dikenali dan dinyatakan oleh M.V. Kline dalam bukunya Freud and Hypnosis (1958). Ia menyimpulkan bahwa relasi hipnotik tidak bersifat konstan, namun terdapat keajegan kondisi trance. Kondisi trance dipandang sebagai reorientasi bersifat sangat mendasar dan fundamental dalam relasi perseptual dan objek.

(35)

Artikel - Hipnoterapis: Amatir dan

Profesional

Hipnosis ada secara kuantitatif pada ragam derajat dan perbedaan kedalaman tertentu, dan secara kualitatif dalam bentuk berbeda bergantung keunikan relasi antara dua pihak, terapis dan klien, baik sebelum induksi, saat induksi, dan saat interaksi terapaeutik nonhipnotik. Dengan demikian, kualitas kondisi hipnosis, meliputi baik aspek kuantitatif maupun kualitatif. Kondisi hipnosis yang dialami klien A, hasil induksi terapis B, tidak sama bila induksi dilakukan oleh terapis C. Demikian pula kondisi hipnosis pada klien A dan D hasil induksi terapis C berbeda bila dilakukan oleh terapis B pada satu waktu atau waktu berbeda (Barabasz & Waktins, 2005).

Hipnosis tidak dapat dianggap sebagai kondisi tunggal tanpa mempertimbangkan relasi saat ia terjadi. Dengan demikian hipnosis adalah kondisi dan juga relasi. Sebagai kondisi, hipnosis bercirikan berkurangnya kekritisan, pelepasan kendali, keterbukaan akses pada konten emosi, regresi perilaku menyerupai pola anak kecil, dan aktifnya proses berpikir primer. Dalam konteks teknik terapi yang dikuasai hipnoterapis, untuk bisa membedakan hipnoterapis amatir dan profesional, sangatlah menarik menyimak pernyataan Kein (2001) yang secara tegas menyatakan, “Profesionalisme Anda turut ditentukan oleh jumlah dan ragam teknik yang ada dalam kotak peralatan teknik Anda.”

(36)

Artikel - Hipnoterapis: Amatir dan

Profesional

Klinik Hipnoterapi

Yuan Yudistira, C.CH

Graha Candradimuka.ID

Perumahan Cibubur Mansion Blok E3 No.1

HOTLINE 0851-09-612-612

Informasi Lebih Lanjut Klik

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan judul dalam penelitian ini, maka yang menjadi sampel penelitian adalah : Wajib Pajak Badan yang melakukan restitusi PPN LB dan Fiskus.. Berdasarkan pada

Motif jasmaniah adalah motivasi yang dikarenakan tuntutan jasmani, seperti reflex, insting otomatis dan nafsu. Dari beberapa hasil wawancara yang didapat ada

Berdarkan tabel dapat diketahui bahwa strategi yang dilakukan oleh pedagang apabila suatu saat dagangan mereka sepi pembeli adalah meningkatkan kualitas

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh bukti empiris dan mengetahui apakah faktor-faktor ukuran perusahaan, tingkat

Makalah tentang Urgensi Mahkamah Agung-Komisi Yudisial Dalam Mencapai Titik Terang Reformasi Peradilan Indonesia, Seminar Nasional, diselenggarakan oleh BEM FH- UNTAR

STRATEGI PENCEGAHAN, PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT AI Sejak awal tahun 2004, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang bersifat strategis dalam rangka

pada rasio likuiditas memperlihatkan bahwa Quick Ratio dari ketiga bank syariah. mengalami pergerakan naik turun dengan hasil akhir peningkatan rasio

Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk menghitung luas lahan yaitu metode pendekatan lingkaran dengan berbasis Google Earth/Google Maps.. Ada tiga objek