• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOBAT DAN WARA DI SUSUN OLEH : MERLIANA PUTRI HASIBUAN NISFA LAILI RATNA DWITA KELAS : SISTEM INFORMASI-4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TOBAT DAN WARA DI SUSUN OLEH : MERLIANA PUTRI HASIBUAN NISFA LAILI RATNA DWITA KELAS : SISTEM INFORMASI-4"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TOBAT DAN WARA’

DI SUSUN OLEH :

MERLIANA PUTRI HASIBUAN NISFA LAILI

RATNA DWITA

KELAS : SISTEM INFORMASI-4

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PRODI SISTEM INFORMASI 2017/2018

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Memang manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Namun manusia yang terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa sama sekali, akan tetapi manusia yang terbaik adalah manusia yang ketika dia berbuat kesalahan dia langsung bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benar taubat. Bukan sekedar tobat sesaat yang diiringi niat hati untuk mengulang dosa kembali.

Tobat didefinisikan sebagai penyesalan yang melahirkan tekad dan semangat. Penyesalan itu juga melahirkan pengetahuan bahwa maksiat adalah penghalang yang merintangi seseorang dari kekasihnya.

Wara’ ialah menjaga hati dari segala sesuatu yang mengotorinya. Dalam pengertian sufi al-wara’ adalah meninggalkan segala yang didalamnya terdapat keraguan antara yang halal dan yang haram (syubhat).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tobat ? 2. Apa yang dimaksud dengan wara’? 3. Apa saja tingkatan pada tobat 4. Apa saja tingkatan pada wara’ C. Tujuan

1. Agar mengetahui pengertian tobat 2. Agar mengetahui pengertian wara’

3. Agar memahami tobat sampai dengan tingkatannya 4. Agar memahami tobat sampai dengan tingkatannya

(3)

BAB II PEMBAHASAN

Maqam adalah hasil kesungguhan dan perjuangan terus menerus dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik lagi. contoh maqam adalah taubat, wara’, zuhud, faqr, sabar, ridha dan sebagainya. Suatu maqam tidak lain adalah merupakan kualitas kejiwaan yang bersifat tetap. Inilah yang membedakannya dengan keadaan spiritual. Seseorang tidak dapat beranjak dari satu maqam ke maqam lain sebelum ia memenuhi semua persyaratan yang ada pada maqam tersebut. Dan dalam pembahasan ini akan di bahas tentang taubat dan wara’.

A. Taubat

Dalam bahasa Indonesia, taubat bermakna “sadar dan meyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat kan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan”. Maqam taubat (al-taubah) merupakan maqam pertama yag harus dilewati setiap salik dan diraih dengan menjalankan ibadah, mujahadah, dan riyadhah. Istilah taubat berasal dari bahasa Arab, taba, yatubu, tobatan, yang berarti kembali, dan disebut oleh al-qur’an sebanyak 87 kali dalam berbagai bentuk.

Istilah taubat diartikan sebagai berbalik dan kembali kepada Allah dari dosa seseorang untuk mencari pengampun-Nya, dan istilah ini telah dijelaskan oleh para sufi dalam karya-karya mereka.

Menurut al-Qusyairi, taubat adalah kembali dari sesuatu yang dicela syariat menuju kepada sesuatu yang dipuji syariat. Taubat diharuskan memenuhi tiga syarat yaitu menyesali atas pelanggaran yang telah dibuat, meninggalkan jalan kesesatan pada saat melakukan taubat, dan berketetapan hati untuk tidak mengulangi pelanggaran-pelanggaran serupa.

Menurut Nashr al-Din al-Thusi, syarat taubat adalah pengetahuan terhadap jenis-jenis amal yang akan membawa manfaat (pahala) dan mudarat (dosa). Menurutnya, taubat terdiri atas tiga hal, yaitu taubat yang berhubungan dengan masa lalu, taubat yang berhubungan dengan masa kini, dan taubat yang berhubungan dengan masa depan.

Menurut al-Ghazali, taubat adalah meninggalkan dosa, dan tidak mungkin akan dapat meninggalkan dosa bila tidak megenal macam-macam dosa, sedangakan hukum mengetahui macam-macam dosa adalah wajib. Manusia taubat dibagi menjadi empat tingkat. Pertama, seorang hamba melakukan maksiat dan bertaubat, serta istikamah sampai akhir hidupya.

(4)

Inilah tingkat taubat para nabi dan rasul. Kedua, seorang hamba bertaubat, istikamah menjalankan ibadah dan meninggalkan dosa besar, tetapi tidak dapat terlepas dari dosa-dosa yang dilakukan tanpa sengaja dan menyesali perbuatan dosa-dosa yang dilakukan tanpa sengaja tersebut. Ketiga, seorang hamba bertaubat secara terus menerus sampai akhirnya nafsu syahwat mengalahkannya sehingga ia melakukan sebagian dosa. Hamba tersebut rajin beribadah, meninggalkan sejumlah dosa, meskipun terkadang kalah dengan godaan hawa nafsu sehingga melakukan sebagian dosa. Keempat, seorang hamba bertaubat, tetapi akhirnya kembali melakukan perbuatan dosa, dan ia sama sekali tidak menyesali perbuatannya tersebut.

Menurut sufi, apabila seseorang ingin mendekatkan diri atau ingin melihat Allah Swt, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah taubat dalam arti sebenarnya. Secara garis besarnya para sufi membagi taubat itu kepada tiga tingkatan, yaitu:

1. Taubat dalam arti meninggalkan segala kemaksiatan dan melakukan kebaikan secara terus menerus.

2. Taubat ialah kembali dari kejahatan kepada ketaatan karena takut kepada kemurkaan-Nya.

3. Terus menerus bertaubat walaupun tidak pernah lagi berbuat dosa.

Sebagai sufi, fungsi taubat bukan hanya menghapus dosa tetapi lebih dari itu adalah sebagai syarat mutlak dan syarat yang pertama agar dapat dekat dengan Allah. Oleh karena itu, mereka menetapkan istighfar sebagai salah satu amalan yang harus dilakukan berpuluh bahkan beratus kali dalam sehari agar ia bersih dari dosa. Mereka berprinsip bahwa Rasul sendiri yang sudah bersih dari dosa juga masih mohon ampun dan bertaubat setiap hari.

Tahapan-tahapan spiritual yang penting untuk ditempuh adalah tobat. Tobat merupakan maqam pertama. Maknanya adalah kembali kepada Allah. Konsep tobat ini didasarkan pada firman Allah dalam Al-quran, yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya” ( QS. At-Tahrim 66:8)

Tobat tak hanya dilafalkan dalam lisan, tetapi dibuktikan dalam perbuatan setelah melalui niat kuat untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Tobat harus didasari oleh rasa penyesalan yang ditindaklanjuti dengan penguatan tekad untuk tidak mengulangi perbuatan sebelumnya.

(5)

Buah tobat adalah penyesalan. Nabi Saw. Menuturkan, “penyesalan adalah tobat. Orang yang menyesal berarti telah tobat meski dia tidak memohon ampun.”

penyesalan yang paling mulia adalah penyesalan yang mencegah pelakunya kembali kepada keburukan yang ditinggalkannya itu. Hijab tobat dalah penyimpangan. Karena, penyimpangan adalah kunci penutup pintu kemenangan dan pembuka pintu kehancuran. Jika penyesalan telah menguasai hati, tentu didalam hati itu tidak akan ada simpul bagi penyimpangan. Dan saat seorang hamba tekun memohon ampun disertai penghindaran dosa, tentu ia bukan orang yang menyimpang, meski kembali melakukannya sebanyak tujuh puluh kali pada hari yang sama.

Ketahuilah bahwa surga memiliki delapan pintu. Semuanya dibuka untuk kemudian ditutup kembali, kecuali pintu orang yang bertobat. Tobat adalah awal mula perjalanan para salik dan pengabulannya bukan hal wajib bagi Allah. Pengabulannya adalah anugerah dari Allah yang maha suci.

Tobat terbagi tiga :

1. Tobat awam, yakni kembali dari dosa-dosa karena takut guncangan siksa. Syaratnya adalah meninggalkan berbagai maksiat. Tujuannya adalah melenyapkan rasa lezat berbuat maksiat (jika pelaku merenunginya).

2. Tobat orang-orang khawash (istimewa), yakni kembali dari dosa karena malu kepada Allah Swt. Syaratnya adalah si hamba tidak menemukan satu tempat persembunyian pun yang tidak mendapat terang cahaya mentari malu dari Allah Swt. Tujuannya adalah agar ia tidak melihat satu tempat pun unntuk berbuat maksiat kepada Allah yang tidak diketahui-Nya, serta ada arasa malu kepada Allah Swt.

3. Tobat yang paling khusus (khawash al-khawash), yakni melupakan nafsu, maksiat, dan hukuman atas maksiat karena tenggelam dalam melihat kemuliaan Allah dan hatinya lenyap di samudra keagungan dan keperkasaan-Nya. Syaratnya adalah membiarkan nafsu berada dalam penjara lupa serta membiarkannya lenyap, kecuali saat-saat darurat (untuk memenuhi kebutuhan pokok). Tujuannya adalah

menyendirikan Allah Swt. Hingga si hamba tidak melihat karena penyendirian-Nya satu pun nikmat dan bencana.

Tobat dalam perspektif Al-Qur’an

Dalam al-Qur’an, kata at-Taubah dan derivasinya disebut sebanyak 87 kali. Diantaranya Allah Swt mengisahkan pertobatan umat-umat terdahulu berikut balasan dan

(6)

pahala yang mereka terima. Namun di sisi lain, dia juga menyebutkan akibat yang bakal diterima oleh orang-orang yang enggan bertobat semasa di dunia.

Tobat dalam perspektif sunnah

Dalam Sunnah, tobat mendapatkan porsi pembahasan yang sangat luas. Oleh Imam Ibnul Qayyim, sebagian besar dari pembahasan tersebut ditengahkan di hadapan kita. yaitu : Rasulullah saw bertobat dan meminta ampun kepada Allah sebanyak 70 atau 100 kali, dalam satu hadis, beliau bersabda, “Hai manusia, bertobatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertobat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari”

Syarat tobat

Menurut para ulama syarat tobat ada 3 : 1. Menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan 2. Berhenti total dari pelanggaran serupa

3. Bertekad tidak mengulanginya lagi di masa mendatang

Tiga perkara ini harus terkumpul disaat seseorang bertobat. Artinya, jika seseorang bertobat maka dalam satu waktu ia harus menyesal, berhenti total dari perlanggaran serupa, dan bertekad tidak mengulaginya lagi. dengan demikian seseorang yang telah melakukan tobat dan memenuhi 3 syarat ini maka ia telah kembali kepada tingkatan ubudiyah. Sebuah titik tolak yang menjadi tujuan dari penciptaannya. Pada titik balik inilah seseorang benar-benar telah melakukan tobat yang hakiki.

Tanda orang tobat :

Tobat nashuh mempunyai tanda-tanda lahir yang dapat dilihat, antara lain :

1. Bergaul dengan orang-orang saleh, dan menghindari dari orang-orang yang buruk 2. Perilakunya lebih baik dari sebelumnya

3. Berhenti dari perbuatan dosa dan menerima dengan tangan terbuka terhadap segala kebajikan

4. Selalu cemas terhadap azab dan murka Allah Swt. Sekejap pun ia tak pernah lepas dari rasa cemas ini. Dengan demikian, ia akan selalu diliputi rasa cemas terhadap murka-Nya.

5. Hatinya selalu aktif dan tersadar karena penyesalan dan rasa cemas yang terus membayangi. Hal ini tergantung pada seberapa besar pelanggaran yang dilakukan.

(7)

2. Warak (Wara’)

Kata warak berasal dari bahasa Arab, wara’a, yari’u, wara’an yang bermakna berhati-hati, tetapi dalam kamus bahasa Indonesia, warak bermakna “patuh dan taat kepada Allah”. Di dunia tasawuf, kata warak ditandai dengan kehati-hatian dan kewaspadaan tinggi.

Al-Qusyairi menjelaskan bahwa “wara” adalah meninggalkan segala hal yang syubhat. Ibrahim bin Adam berkata, “wara” adalah meninggalkan hal-hal yang syubhat dan segala hal yang tidak pasti yakni meninggalkan hal-hal yang tidak berfaedah. Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah, warak adalah menjaga diri dari perbuatan dan barang haram dan syubhat. Menurutnya, ada tiga derajat warak, yakni menjauhi keburukan karena hendak menjaga diri, memperbanyak kebaikan dan menjaga iman, menjaga hukum dalam segala hal yang mubah, melepaskan diri dari kehinaan, dan menjaga diri agar tidak melampaui hukum, dan menjauhi segala sesuatu yang mengajak kepada perpecahan.

Maqam wara’ yaitu sebuah sikap moral seorang sufi yang sangat selektif, dan tidak mengambil sesuatu, kecuali kalau diyakininya itu halal dan tidak mengambil suatu pendapat kecuali yang ia yakini betul-betul benar.

Pengertian dasar dari wara’ sebenarnya adalah menghindari apa saja yang tidak baik. Tetapi orang sufi memiliki penafsiran sendiri, dimana mereka mengartikan wara’ itu sebagai: Meninggalkan segala sesuatu yang tidak jelas persoalannya baik menyangkut makanan, pakaian maupun persoalan. Bahkan lebih dari itu, ada sufi mengartikan wara’ itu ada dua macam, yaitu:

1. Wara’ lahiriyah, yaitu tidak mempergunakan anggota tubuhnya untuk hal-hal yang tidak di ridhoi Allah, dan

2. Wara’ bathin yaitu tidak mengisi hatinya kecuali hanya Allah.

Wabah perusak wara’ adalah cinta dunia. Cinta dunia merupakan pokok, darinya muncul ketamakan. Ketamakan akan mengantarkannya pada fadhilah dalam [aib, dalam pengurusan harta]. Oleh karena itu, orang Arab menyebut tamak sebagai abu fadha’ih (biang aib). Kemudian tamak menelurkan hirshun (rakus). Hirshun lebih kental dan hina dari pada tamak, serta lebih membahayakan. Karena, hirshun ini akan mengantarkannya pada kerusakan akal, kehancuran pemahaman dan kejelasan. Sebagai mana disebutkan, “jika hirshun adalah wadah, maka isinya adalah berbagai kerusakan”. Saat seseorang hamba terbebas dari kejelakan 3 penyakit ini, wara’ nya akan sah.

Salah satu syarat wara’ adalah jika hendak mengambil sesuatu duniawi, ia merenungkan akibat buruk yang akan diterimanya nanti di hari kiamat (akhirat), lalu ia

(8)

meninggalkannya jika kemurniannya diragukan. Jika ia tetap mengambilnya meski merasa ragu akan kemurniannya, berarti ia telah jatuh terlempar dari derajat ahli wara’. Barang siapa tidak menjadikan wara’ sebagai kawan dalam hidupnya, ia akan berkawan derita setelah mati.

Hakikat wara’ adalah wara’ seorang hamba di dalam siir dan khalwat-nya, sekira tidak seorang pun melihat dirinya selain Allah Swt. Jika si hamba itu tidak memilik wara’ di dalam siir dan khalwatnya, maka amalan-amalannya menjadi rusak. Rasulullah saw bersabda tentang penyakit ini, “Barang siapa tidak memiliki wara’ yang mencegahnya dari maksiat kepada Allah ‘Azza wa Jalla saat ia meyendiri, Allah tidak akan menghiraukan sesuatu pun dari amalnya”

Sebagian ulama ada yang mengklasifikasikan wara’ terdiri dari tiga tingkatan : 1. Bersifat wajib, yaitu menahan diri dari perkara yang diharamkan, dan berlaku bagi

semua orang

2. Enggan melakukan perkara yang syubhat, namun yang melakukan hal ini sedikit jumlahnya

3. Menahan diri terhadap banyak hal yang dihalalkan dan membatasinya hanya pada hal-hal yang bersifat primer. Sikap ini hanya dilakukan oleh para nabi, orang-orang yang benar, para syuhada (pejuang agama), dan orang-orang yang saleh.

Dapat disimpulkan bahwa wara’ adalah manahan diri terhadap beberapa hal yang diperbolehkan karena mengandung risiko akan mengakibatkan kalalaian terhadap Allah dan hari akhirat, sedang sikapnya itu sesuai dengan tuntunan sunnah.

Sikap wara’ merupakan efek dari sikap tobat yang benar. Karena wara’ secara teknis adalah meninggalkan segala sesuatu yang mengandung kesamaran (syubhat) di dalamnya. Sehingga dimensi yang dibicarakan bukanlah hal yang haram.

Memang pada akhirnya dapat dikatakan, rasa takut kepada Allah akan membuahkan wara’ dan wara’ akan membuahkan zuhud, berarti masalah ini sangat penting. Adapun wara’ itu mempunyai banyak faedah antara lain :

1. Terhindar dari azab Tuhan Yang Maha Pemurah. Terealisasikannya kenyamanan pikiran bagi orang yang mukmin yang bersangkutan dan ketenangan jiwanya. 2. Terhindar dari hal-hal yang diharamkan

(9)

4. Mendatangkan kecintaan Allah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang wara’

5. Beroleh keridhaan dari Tuhan Yang Maha Pemurah dan pahala alam kebaikannya ditambah.

Seorang muslim apabila mengalihkan perhatian hatinya dari masalah duniawi, lalu mengarahkannya pada masalah akhirat dan menekuni perjalanan rohani sesuai tuntunan al-quran, maka akan terbukalah baginya semua pintu nya dan dia akan mejadi orang yang mampu mengemban ke-wara’-an ini.

(10)

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah Swt, meninggalkan jalan orang-orang yang dimurkai, dan meniggalkan jalan orang-orang yang sesat.

Tingkatan taubat, yaitu:

1. Taubat dalam arti meninggalkan segala kemaksiatan dan melakukan kebaikan secara terus menerus.

2. Taubat ialah kembali dari kejahatan kepada ketaatan karena takut kepada kemurkaan-Nya.

3. Terus menerus bertaubat walaupun tidak pernah lagi berbuat dosa.

Wara’ adalah meninggalkan segala yang didalamnya terdapat keraguan-raguan antara yang halal dan haram (syubhat).

Sebagian ulama ada yang mengklasifikasikan wara’ terdiri dari tiga tingkatan :

1. Bersifat wajib, yaitu menahan diri dari perkara yang diharamkan, dan berlaku bagi semua orang

2. Enggan melakukan perkara yang syubhat, namun yang melakukan hal ini sedikit jumlahnya

3. Menahan diri terhadap banyak hal yang dihalalkan dan membatasinya hanya pada hal-hal yang bersifat primer. Sikap ini hanya dilakukan oleh para nabi, orang-orang yang benar, para syuhada (pejuang agama), dan orang-orang yang saleh.

(11)

Daftar Pustaka

1. Ja’far, Gerbang Tasawuf (Medan : Perdana Publishing, 2016)

2. Miswar, Akhlak Tasawuf Membangun Karakter Islami (Medan : Perdana Publishing, 2015)

3. Siroj K.H. Said Aqil, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial (Bandung : Mizan, 2006)

4. Al-Laja’i ‘Abd al-Rahman ibn Yusuf, Terang Menderang dengan Makrifatullah (Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2008)

5. Al-Jauziyyah Ibnul Qayyim, Tobat dan Inabah (Jakarta : Qisthi Press, 2012) 6. Isa, Abdul Qaqir, Hakekat Tasawuf (Jakarta : Qisthi Press, 2005)

7. Kartanegara, Mulyadi, Menyelami Lubuk Tasawuf (Jakarta : Erlangga, 2006)

8. Sholikin K.H Muhammad, 17 Jalan Menggapai Mahkota Sufi (yogyakarta : Mutiara Media, 2009)

9. Mujieb M. Abdul, Syafi’ah, H. Ahmad Ismail M, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali (Jakarta : Mizan Publika, 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian herbisida paraquat diklorida per−oral terhadap pembengkakan hepatosit

Pengelolaan sumber daya yang dimaksud bahwa perusahaan harus mampu menyatukan persepsi atau cara pandang karyawan dan pimpinan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan

2373/2003 dated the 23rd day of December, 2002 and registered at the Kuching Land Registry Office on the 27th day of January, 2003 affecting all the right title share and interest

Dengan konsep kota mandiri, kota Lippo Karawaci ingin membangun citra bahwa kota ini dapat berdiri sendiri dengan adanya fasilitas- fasilitas dari fasilitas perumahan

Dalam sistem ekonomi syariah menurut Advika (2017) ekonomi syariah semakin hari perkembangannya semakin dikenal di masyarakat. Tak hanya untuk kalangan islam semata, tetapi juga

Dalam teori demokrasi pemerintahan yang terbuka adalah suatu hal yang esensial atau penting terutama akses bebas setiap warga negara terhadap berbagai sumber informasi, supaya

Cavique (2007) meneliti tentang permasalahan dalam retail untuk penentuan kelompok item yang paling sering dicari menggunakan Market Basket Analysis dari kelompok

Warna tanah merupakan pernyataan: (a) jenis dan kadar bahan organik, (b) keadaan drainase dan aerasi tanah dalam hubungan dengan hidrasi, oxidasi dan proses pelindian,