• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1.1.1 Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung

Gambar 1.1

Logo Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB Sumber : LPIK (2013)

Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB merupakan lembaga yang berurusan dengan kegiatan pengembangan inovasi dan kewirausahaan di ITB. Tujuannya adalah untuk memacu budaya inovasi dan kewirausahaan civitas academica ITB agar berdampak langsung dan signifikan pada masyarakat.

Lembaga ini merupakan lembaga di bawah koordinasi Wakil Rektor bidang Riset dan Inovasi (WRRI) yang ditetapkan melalui SK Rektor 104/SK/K01/OT/2010, 5 Maret 2010.

1.1.2 Visi dan Misi

Visi : Menjadi lembaga yang handal dan terkemuka, dalam upaya menghantarkan masyarakat Indonesia menjadi bangsa yang sejahtera melalui pengembangan inovasi dan kewirausahaan.

(2)

2

Misi : (a) Melakukan mediasi dan koordinasi dalam rangka penggalangan dana inovasi melalui kemitraan usaha dan industri

(b) Memandu perkembangan dan perubahan yang dilakukan masyarakat melalui kegiatan pengembangan inovasi dan kewirausahaan yang bermutu, bermanfaat langsung dan berdampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara.

1.1.3 Struktur Organisasi

Gambar 1.2

Struktur Organisasi Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB

Ketua Lembaga : Prof. Dr. Ir. Suhono H. Supangkat Sekretaris Lembaga : Dr. Dea Indriani Astuti

Divisi HKI dan Hukum : Dr. Yudi Dharma Divisi Inkubator Industri & Bisnis : Dr. Dea Indriani Astuti Divisi Pengembangan Kewirausahaan : Dr. Wawan Dewantara Divisi Technopark : Dr. Heru Bulbo

(3)

3 1.1.4 Lokasi

Alamat : Jl. Ganesa No. 15, Bandung – 40132 Jawa Barat, Indonesia Telepon : +62 22 2501006

Fax : +62 22 2534163

E-mail : lpik@lpik.itb.ac.id

Gambar 1.3

Peta Lokasi Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB

(4)

4 1.2 Latar Belakang Penelitian

Dalam sebuah wawancara oleh Donna Ghelfi dari World Intellectual Property Organization (WIPO) di tahun 2005, John Howkins secara sederhana menjelaskan Ekonomi Kreatif yang disarikan sebagai berikut: “Kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan.” (WIPO, 2013)

Di Indonesia, dalam Cetak Biru Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 2009-2015 (Deperindag, 2008) Ekonomi Kreatif adalah wujud dari upaya mencari pembangunan berkelanjutan melalui kreativitas, yang mana pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan.

Definisi Industri Kreatif di Indonesia seperti yang tertulis dalam Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 2009-2015 (Deperindag, 2008) adalah: “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.“

Di antara sektor-sektor ekonomi nasional sendiri, kontribusi nilai tambah industri kreatif sangat signifikan. Sektor Industri Kreatif menempati peringkat ke-6 dari 10 sektor perekonomian, di bawah ; (1) Industri Pengolahan; (2) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (3) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (4) Pertambangan dan Penggalian; dan (5) Jasa Kemasyarakatan. Kontribusi nilai tambah industri kreatif lebih tinggi dari kontribusi (1) Sektor Konstruksi (7,71%); (2) Keuangan; Real Estate & Jasa Perusahaan (7,04%); (3) Pengangkutan dan Komunikasi (6,27%); serta (4) Listrik, Gas dan Air Bersih (0,89%). Bahkan dari sisi penyerapan tenaga

(5)

5

kerja, sektor Industri Kreatif menempati peringkat ke-5 dari 10 sektor ekonomi nasional (Indonesia Kreatif, 2013)

Gambar 1.4 Diagram Ekonomi Nasional

Sumber : Indonesia Kreatif (2013)

Dalam Cetak Biru Rencana Pengembangan 14 Subsektor Indsutri Kreatif 2009-2015 (Deperindag, 2008), Departemen Perdagangan RI mendaftarkan 14 subsektor yang masuk kategori industri kreatif yaitu : periklanan; arsitektur; pasar barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film; video & fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan & percetakan; layanan komputer & piranti lunak; televisi & radio; serta riset & pengembangan.

Industri kreatif di Indonesia merupakan peluang bagi entrepreneur untuk mengembangkan usaha. Melalui imajinasi, energi, talenta, pengetahuan, jaringan, serta aktivitas pendukung lainnya, entrepreneur yang sukses mampu

(6)

6

menciptakan kesejahteraan baru dalam masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah dengan mengurangi atau menghilangkan inefisiensi yang ada di pasar ataupun di organisasi besar. Kedua adalah dengan menciptakan produk baru atau menawarkan solusi bagi masyarakat, dalam hal ini melalui industri kreatif (Industri Kreatif Indonesia, 2013)

Salah satu cara yang ditempuh Pemerintah untuk menumbuhkan dan mengembangkan Pengusaha kecil terutama di bidang industri kreatif adalah melalui program inkubator bisnis dan teknologi. Karena inkubator adalah suatu lembaga yang mengembangkan calon pengusaha menjadi pengusaha yang mandiri melalui serangkaian pembinaan terpadu meliputi penyediaan tempat kerja/kantor, sarana perkantoran, bimbingan dan konsultasi manajemen, bantuan penelitian dan pengembangan, pelatihan, bantuan permodalan, dan penciptaan jaringan usaha baik lokal maupun internasional (Pedoman Pembinaan Pengusaha Kecil Melalui Inkubator, 1998/1999 dalam Panggabean, 2005:2)

Dukungan kelembagaan ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan fungsi inkubator, lembaga layanan pengembangan usaha, konsultan keuangan mitra bank, dan lembaga profesi sejenis lainnya sebagai lembaga pendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UU RI no 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pasal 15 dalam Bank Indonesia, 2013)

Inkubator Bisnis banyak dikembangkan oleh perguruan tinggi dengan berbagai pendekatan dan sasaran. Dengan adanya Inkubator Bisnis diharapkan perguruan tinggi mampu mengimplementasikan ilmu yang dimiliki dan turut serta dalam program pengabdian kepada masyarakat secara lebih nyata. Keberadaan Inkubator Bisnis pada dasarnya dapat mendorong lahirnya wirausaha baru. Calon wirausaha yang berasal dari akademisi yang sebelumnya hanya mengenal ilmu secara teori, diberi bekal secara praktis

(7)

7

berupa pelatihan, magang serta terjun langsung dalam mengimplementasikan bisnis. Mereka dibimbing oleh para praktisi ataupun akademisi yang terkait dengan bisnis atau usaha yang dikembangkan. Bekal yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan dengan melakukan usaha sendiri atau secara bersama (Bank Indonesia, 2006:2)

Menurut Ketua Pusat Inovasi, Kewirausahaan, dan Kepemimpinan (CIEL) ITB, ide-ide inovasi yang dilahirkan insan kreatif di universitas bisa diproduksi. Syaratnya, teknologi yang dikembangkan harus berdasarkan pasar (industri), bukan riset semata. Terbukti sudah banyak karya kreatif dan penelitian yang telah dipatenkan ITB. Dari 121 paten yang dihasilkan perguruan tinggi di Indonesia, ITB menyumbang 62 di antaranya, terbesar dari kampus ternama lainnya (ITB, 2013)

Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB merupakan lembaga yang berurusan dengan kegiatan pengembangan inovasi dan kewirausahaan di ITB. Tujuannya adalah untuk memacu budaya inovasi dan kewirausahaan civitas academica ITB agar berdampak langsung dan signifikan pada masyarakat (LPIK, 2013)

Gambar 1.5

Gedung, Tenant, dan Logo Tenant Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB

(8)

8 Sumber : LPIK (2013)

Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB melindungi dan menaungi tenant-tenant yang ada di dalamnya. Seperti yang dikatakan Staf Divisi Inkubator Industri dan Bisnis LPIK dalam wawancara dengan peneliti, LPIK ITB telah memberikan peluang terhadap para tenant untuk meningkatkan profesionalitas mereka sebagai seorang wirausahawan. Wirausahawan yang diharapkan oleh LPIK ITB adalah seorang yang bergagasan, kreatif, berjiwa entrepreneur, dan memilik semangat wirausaha yang tinggi. Pada pelaksanaanya, tenant akan dibina di dalam ruang lingkup LPIK ITB selama 2 hingga 4 tahun. Mereka akan diajarkan semua hal tentang memulai sebuah usaha baru, mulai dari hal teknis seperti pembuatan proposal, jaringan kewirausahaan hingga memotivasi para tenant dengan mendatangkan wirausahawan yang telah sukses. Selama itu alamat usaha para tenant akan berada di Jalan Ganeca nomor 15 Bandung, yang merupakan kantor LPIK ITB. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan kredibilitas terhadap key stakeholders, seperti investor, supplier, pelanggan, dan karyawan pada para tenant, karena kampus ITB telah memiliki kredibilitas yang sangat baik dikalangan key stakholders.

Pada inkubator ada tenant sebagai peserta yaitu pengusaha kecil atau calon pengusaha yang dibina melalui inkubator dengan membayar biaya pelayanan yang tidak memberatkan peserta-peserta yang bersangkutan (Panggabean, 2005: 2)

Menurut Witt (dalam McAdam, 2008: 223) pada dasarnya nilai dari jaringan kewirausahaan terletak pada pasokan dari ide-ide baru dan informasi yang kemudian mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan usaha. Menurut Hansen (dalam McAdams, 2008: 225) jaringan yang disediakan inkubator menggabungkan dan mempromosikan mekanisme yang mendorong

(9)

9

kemitraan antara perusahaan inkubator dan pihak eksternal lainnya, yang membantu mengembangkan usaha baru pada masa start-upnya.

Berikut adalah daftar tenant-tenant Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB yang bergerak pada bidang industri kreatif :

Tabel 1.1

Daftar Tenant Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB

No Nama Usaha Tahun Berdiri

Bidang Usaha Status

1 PT Clarisen Digital Media 2003 Elektronik (Perangkat telekomunikasi) Aktif 2 PT Lorco Menara Multimedia 2004 Multimedia (Kesehatan & Keselamatan kerja) Aktif 3 PT Ganesha Astro Media 2008 e-learning, pelatihan olimpiade Science Aktif

4 CV MotekarFraktik 2009 Fashion Aktif

5 Kabayan IT 2010 IT Desain Aktif

7 Nuansa Indonesia 2011 Penyedia produk souvenir dan gift nuansa Indonesia

Aktif

8 Artmadilaga 2011 Penyedia jasa, produk, bahan untuk penciptaan karya akademisi seni rupa, desain, maupun kriya Aktif

(10)

10 Sumber : Internal LPIK ITB (2013)

Peneliti memilih Kabayan IT, Nuansa Indonesia, dan Artmadilaga sebagai sampel penelitian karena ketiga tenant tersebut merupakan usaha yang tergolong baru dan berdasarkan fakta yang telah dijabarkan, peneliti ingin menganalisis Peran Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB Terhadap Jaringan Kewirausahaan para Tenant Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

Apa Peran Inkubator Bisnis Universitas dalam menumbuhkembangkan Jaringan Kewirausahaan dan ICT Tenant di Lingkungan Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui Peran Inkubator Bisnis Universitas dalam menumbuhkembangkan Jaringan Kewirausahaan dan ICT Tenant di Lingkungan Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung

1.5 Kegunaan Penelitian 1. Aspek Teoritis

Sebagai tambahan literatur bagi penelitian inkubator bisnis dan entrepreneurship lainnya.

(11)

11

Sebagai masukan bagi Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Insitut Teknologi Bandung mengenai Jaringan Kewirausahaan.

1.6 Sistematika Penulisan Akhir BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, objek studi, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian umum tentang teori-teori yang digunakan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian sebagai acuan perbandingan dalam masalah yang terjadi sehingga akan diperoleh gambaran yang cukup jelas, dan kerangka pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian, variabel penelitian, variabel operasional, teknik pengumpulan data, teknik sampling dan teknik analisa data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini terdiri dari karakteristik informan, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil pembahasan yang disertai dengan saran atau rekomendasi bagi perusahaan yang diteliti, pengguna hasil penelitian, maupun kepada peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Gambar

Gambar 1.4  Diagram Ekonomi Nasional

Referensi

Dokumen terkait

Saya Hervita Laraswati mahasiswa Universitas Indonesia jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja semester akhir bermaksud meneliti tentang “Analisis Risiko Musculoskeletal

Sesudah mengalami asimilasi progresif total, bunyi-bunyi yang sama tersebut kembali mengalami perubahan bunyi, zeroisasi sinkope, pada salah satu bunyi dari dua

Flavonoida biasanya terdapat sebagai O-glikosida, pada senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikat pada satu gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak

Pelayanan publik adalah urusan baru pada Pemerintah Kota Ambon yang dibentuk berdasarkan Perda Kota Ambon No.10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang