• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN: BAHASA ARAB Sejarah dan Perkembangannya. M. Kholison UIN Sunan Ampel Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN: BAHASA ARAB Sejarah dan Perkembangannya. M. Kholison UIN Sunan Ampel Surabaya"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAHASA ARAB

Sejarah dan Perkembangannya

M. Kholison UIN Sunan Ampel Surabaya Abstrak

Bahasa merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh kehidupan manusia. Ia senantiara hadir dan dihadirkan. Ia berada dalam diri manusia, dalam alam, dalam sejarah, dalam wahyu Tuhan. Ia hadir karena karunia Tuhan Sang Penguasa alam raya. Tuhan itu sendiri menampakkan diri pada manusia bukan melalui zat-Nya, tapi lewat bahasa-Nya, yaitu bahasa alam dan kitab suci (ayat kauniyah dan wahyu).

Dan bahasa Arab lah yang menjadi bahasa kitab-Nya (Al-Qur’an) yang merupakan simbul bahasa kaum muslimin, sehingga bahasa Arab mempunyai kedudukan yang sangat penting. Dengan bahasa tersebut, manusia membangun peradabannya. ia tumbuh dan berkembang karena manusia. Manusia pun berkembang karenanya. Sampai pada negara kita Indonesia ini bahasa Arab dijadikan sebagai mata pelajaran yang wajib untuk dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik dengan berbagai macam kurikulum, strategi, metode dan media pembelajaran bahasa Arab yang sampai saat ini terus berkembang demi untuk memberikan kemudahan bagi pebelajarnya. Maka selain peserta didik dituntut untuk menguasainya tentu kiranya sangat penting untuk menge-tahui sejarah perkembangan bahasa Arab sebagaimana yang akan dijelaskan secara singkat dalam artikel ini. Kata Kunci : Bahasa Arab, sejarah.

(2)

Bahasa Arab; Sejarah dan Perkembangannya

PENDAHULUAN

Bagi umat Islam, bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat istimewa. Keistimewaan itu tercermin dari diturunkannya Al-Qur’an dengan bahasa Arab, pada hal ia bukan hanya di-turunkan untuk bangsa Arab saja, melainkan untuk keseluruhan umat manusia. Allah SWT bukan tidak tahu bahwa manusia itu memiliki ribuan jenis bahasa yang saling berbeda. Namun Dia telah menetapkan bahwa hanya ada satu bahasa yang digunakannya untuk memberikan petunjuk buat milyaran umat manusia, yaitu bahasa Arab. Sebelum diutusnya nabi Muhammad SAW, Allah SWT berbicara kepada umat manusia dengan menggunakan bahwa masing-masing. Dan Allah SWT mengutus para nabi dari keturunan masing-masing bangsa dan bahasa itu. Sebagaimana firman-Nya :

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehen-daki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksa-na. (QS. Ibrahim: 4)

Dengan dijadikannya bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an, menuntut adanya usaha untuk mempelajarinya. Maka tidak mengherankan jika kemudian bahasa ini menjadi obyek yang menarik untuk diteliti maupun dipelajari dari berbagai unsurnya baik huruf, kata, kalimat tatabahasa dan seterusnya. Demikian luas pembahasan tentang bahasa Arab, maka dalam makalah ini penulis hanya membahas dari segi sejarah dan per-kembangannya.

(3)

M. Kholison

SEJARAH BAHASA ARAB

Sebagian ahli berpendapat bahwa teori yang dianggap paling baik untuk mengklasifikasikan dan mengelompokkan bahasa-bahasa yang ada didunia harus berdasarkan pada hubun-gan kekerabatan. Berdasarkan pijakan teori ini, bahasa-bahasa didunia dikelompokkan menjadi dua rumpun, yaitu rumpun bahasa Indo-Eropa dan bahasa Semit-Hamit. Kemudian ditam-bahkan lagi oleh Max Muller dan Brunessen satu rumpun bahasa ketiga yang diistilahkan dengan rumpun Turania.1 Meskipun

pembagian ini tidak memuaskan para ahli bahasa Modern. Bahasa Arab dalam pembagian ini termasuk kedalam kelompok bahasa Semit-Hamit. Dalam perkembangannya bahasa Semit masih terbagi lagi menjadi Semit-Utara dan Semit-Selatan. Rumpun bahasa semit dinisbatkan kepada Sam putra Nabi Nuh a.s. Sehingga bisa dikatakan bahwa bangsa Arab merupakan silsi-lah dari bangsa Semit (Sam) yang dalam sejarah awalnya ia ting-gal di Eufrat, kemudian karena wilayah tersebut semakin padat , sebagian kelompok berpindah ke suatu pulau yang kemudian disebut dengan Jazirah Arab.2

Rumpun bahasa Semit mempunyai anggota penutur ter-banyak. Diantaranya hebrew (bahasa Yahudi) yang dituturkan di Israel, Amrahic yang tuturkan di Ethiopia, Akkadian yang ditutur-kan oleh masyarakat Aassyria dan Babilonia, tetapi sekarang sudah punah dan Aramiki (Aramaic) yang dituturkan penduduk tanah suci di masa Nabi Isa a.s. yang kini masih dipakai oleh penduduk beberapa kampung di Syiria.3

Siapa yang pertama kali berbicara bahasa Arab masih menjadi perdebatan dikalangan para ulama. Dikatakan bahwa

1 . Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : Humaniora,

2004), hal. 11

2. Tim guru, Tarikh Adab Al Arabi, (Gontor : Darussalam, 2004) hal. 2

3 . Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan metode Pengajarannya, (Yogyakarta : Pustaka

(4)

Bahasa Arab; Sejarah dan Perkembangannya

yang pertama kali berbicara bahasa Arab adalah Nabi Ismail, se-bagaimana sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Ha-kim dan Baihaqi dari Jabir : اماهلإىبرعلاناسللااذهليعامسإمهلأ

ini diperkuat dengan pendapat Ibnu Salam dan Syirazi .4

PERKEMBANGAN BAHASA ARAB

Sejarah bahasa Arab tak pernah terlepas dari kontek Arab pra-Islam (Arab Jahili) dimana kata Arab pada masa pra-Islam menunjukkan arti bangsa yang hidup didaerah semenanjung Arab. 5

Sebagaimana diketahui bahwa semenanjung Arab terbagi menjadi dua kelompok:

- kelompok masyarakat kota seperti Mekah, Yasrib atau Madinah, serta dikota-kota besar Yaman serta negeri Hi-rah disebelah selatan Irak dan lain sebagainya.

- Kelompok Badui yaitu yang tidak menetap, selalu berpin-dah-pindah tempat.6

Antara kedua kelompok masyarakat tersebut belum terja-lin hubungan yang erat, dan terdiri dari kabilah-kabilah yang ber-jauhan letaknya dan terpisah satu dengan lainnya. Tidak ada pengikat yang mempersatukan mereka, sehingga masing-masing mereka mempertahankan tradisi, sistem hidup dan kebiasaannya sendiri, termasuk didalamnya bidang bahasa. Hal ini memuncul-kan banyaknya dialek-dialek Arab sebagaimana yang tertulis da-lam buku-buku sejarah.

Dalam perkembangannya, ketika kota Mekah menjadi pu-sat aktifitas masyarakat, dimana banyak berkumpul anggota kabi-lah-kabilah, mereka merasakan adanya suatu kebutuhan untuk

4. Ahmad Fuad Mahmud Ilyan, Al Maharat Al Lughawiyah, (Riyadh: Dar Al

Mus-lim, 1992), hal.28-29

5 . Abdul Aziz Ad-Dury, Takwin at Tarikhi Lil Ummah al Arabiyah, (Beirut: Makaz

al Wahdah al Arabiyah, tt), hal.18

6 . Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, (Surabaya :

(5)

M. Kholison

saling mengerti diantara mereka. Maka diadakanlah al aswaq se-bagai pusat perdagangan sekaligus kebudayaan. Dalam al aswaq diselenggarakan berbagai perlombaan, diskusi tentang karya sas-tra baik syair maupun pidato. Agar para penyair dan ahli pidato dapat memerankan fungsinya sebaik mungkin dan dapat memi-kat pendengar dan hadirin, maka mereka harus dapat menjauh-kan diri dari ciri-ciri dialeknya, sehingga bahasa yang mereka gu-nakan mudah dikenali dan dipahami oleh mereka yang hadir da-lam pertemuan tersebut. Dada-lam setiap perlombaan dialek Quraisy lebih banyak mendominasi dan lebih baik dari dialek yang lainn-ya.

Dari dialek Quraisy, kemudian terbentuklah suatu bahasa Arab kesusastraan yang menjadi bahasa baku (standar) dan di-pergunakan oleh setiap penyair dan ahli pidato serta para cende-kiawan. Jadi bahasa Arab Standar adalah bahasa Arab yang semula berasal dari dialek kabilah Quraisy yang kemudian dikembangkan dan disempurnakan dengan unsur-unsur dari dialek lainnya.7 Pada masa

pra-Islam bahasa Arab standar menjadi bahasa sastra yang sangat dibanggakan oleh semua orang. Meskipun demikian untuk per-cakapan dilingkungan masing-masing kabilah masih tetap digu-nakan dialek masing-masing.

Menjelang datangnya Islam telah lahir bahasa Arab stan-dar yang menjadi bahasa Lingua Franca (al Lughah al musytari-kah) masyarakat Arab. Bahasa Arab standar ini berkembang begi-tu cepat disebabkan anggapan masyarakat yang membanggakan bahasa tersebut, sehingga seolah-olah menjadi syarat bagi yang ingin diakui sebagai tokoh terkemuka dalam masyarakat. Ciri-ciri bahasa Arab Standar adalah derajatnya amat tinggi, jauh diatas percakapan biasa yang berlaku sehari-hari dan tidak terdapat

7 . Ahmad Izzan, ibid, hal. 16

(6)

Bahasa Arab; Sejarah dan Perkembangannya

ciri yang bersifat kedaerahan atau yang ada kaitannya dengan kabilah tertentu.8

Sebagaimana gejala atau fenomena sosial lainnya, bahasa Arab bukanlah bahasa yang statis. Ia bersifat dinamis dan terus bergerak seiring dengan perkembangan ilmu-sains dan teknologi. Ia pun tunduk pada hukum perubahan yang karenanya ia terus berkembang. Perkembangan bahasa Arab dipengaruhi oleh ban-yak faktor diantaranya : faktor sejarah, faktor penduduk, faktor geografi, faktor ekonomi, faktor politik, faktor agama, dan faktor peradaban.9

Berdasarkan perkembangan masa kekuasaan dan politik, bahasa Arab mengalami perkembangan yang sangat pesat – be-rikut faktor sosial budaya – yang mengelilinginya. Perkembangan itu bisa dibagi dalam lima fase:10

1. Bahasa Arab Standar sesudah Kedatangan Islam

Para ahli sependapat bahwa peristiwa terpenting dalam sejarah perkembangan bahasa Arab adalah datangnya Islam dan tersiarnya agama rahmatan lil alamin sampai meluas keberbagai daerah. Kedatangan Islam dan diturunkannya Al-Qur’an yang berbahasa Arab Standar menjadikan bahasa Arab sesuatu yang sangat penting dan menarik perhatian bagi kalangan masyarakat. Upaya menjalin-padukan bahasa Arab dengan Islam mulai diga-gas dan disosialisasikan keseluruh pelosok negara yang menem-bus lintas batas wilayah. Upaya ini sangat menjanjikan bagi masa depan bahasa Arab yang kelak menjadi bahasa agama dan kebu-dayaan bagi dunia Islam.

Pada masa ini bahasa Arab masih dipandang sebagai bahasa terhormat dan berwibawa. Dikarenakan belum

8 . Juwairiyah Dahlan, Ibid, hal.16

9 . Ali Muhammad Al-Qosimi, Ittijahat al Haditsah fi Ta’lim al Arabiyah li al

Nati-qin al Lughah al Ukhra, (Saudi Arabia : Jamiah al Riyad, 1979), hal. 24-32

(7)

M. Kholison

sasinya orang-orang Arab yang menaklukkan sebuah wilayah dengan penduduk sekitar. Saat pemerintahan Umar mereka dila-rang untuk memiliki hak kepemilikan tanah didaerah yang baru mereka tempati dan diharuskan tinggal dan berteduh di base-camp(perkemahan-perkemahan) yang letaknya jauh dari kota. Basecamp ini dikemudian hari menjadi kota baru yang bercorak Islam seperti Bashrah, Kuffah dan Fustat.

2. Perkembangan Bahasa Arab Pada Zaman Bani Umayah Pada masa ini, sudah mulai ada sosialisasi orang-orang Arab dengan penduduk asli yang dilandasi adanya saling mem-butuhkan antara mereka. Para pendatang (orang Arab) harus ber-komunikasi dengan penduduk asli baik sebagai pedagang, juru masak, budak maupun pelayan rumah tangga. Demikian juga se-baliknya . Karena itu sudah mulai muncul dialek-dialek baru yang mereka gunakan sehari-hari.

Meskipun demikian, berbicara dengan bahasa Arab yang fasih menunjukkan ketinggian martabat sosial dan kelas tersendi-ri di masyarakat. Ada banyak faktor yang membawa bahasa Arab dalam posisi tersebut :

- Setelah proses Arabisasi berjalan lancar, melalui penyeba-ran Islam, administrasi pemerintahan mulai tertata rapi dan profesional sejak kira-kira tahun 87 H, dan bahasa Arab menjadi bahasa resmi negara Islam.

- Bahasa Arab dianggap bahasa masyarakat kelas tinggi ka-rena banyak digunakan oleh para pejabat dan aparat pe-merintahan.

- Bahasa Arab yang fasih dan shahih menjadi bahasa syair, sedangkan syair bagi masyarakat kelas tinggi menjadi ke-banggaan.

- Bahasa Arab selain bahasa Al-Qur’an adalah bahasa yang digunakan untuk sebagian besar ibadah, sehingga setiap muslim butuh dan berkepentingan mempelajarinya.

(8)

Bahasa Arab; Sejarah dan Perkembangannya

Peranan masyarakat Arab Badui – meskipun terkadang dianggap kabilah yang tidak beradap - memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Banyak anak-anak pejabat yang didik dilingkungan mereka. Dengan mengenal bahasa Arab Badui mereka akan me-miliki kelebihan dan keistimewaan serta meme-miliki kwalifikasi un-tuk memangku jabatan dalam pemerintahan. Dikalangan aris-tokrat (pangeran) dinasti Bani Umayyah dituntut untuk mampu berbahasa Arab dengan fasih, baik dan murni, sebagaimana yang diucapkan oleh orang-orang Arab Badui yang belum bercampur baur dengan orang-orang ‘ajam (non-Arab). Kesalahan ucap atau lafadz dianggap masalah besar oleh orang tua mereka yang berar-ti mereka dianggap belum fasih.

3. Perkembangan Bahasa Arab pada Zaman Bani Abbasiyah Kejatuhan Bani Umayah tidak serta merta menjatuhkan fungsi dan peranan bahasa Arab, meskipun menurut sejarawan Islam zaman dinasti Abbasiyah merupakan kemenangan bagi orang-orang Persia. Pada masa ini perkembangan bahasa Amiyyah atau Arabiyah al muwalladah mulai digunakan oleh kalangan terpe-lajar dan digunakan sebagai alat komunikasi. Meskipun gerakan pemurnian bahasa Arab terus berjalan.

Bahasa Arab Badui dipandang dan dinilai sebagai bahasa yang bermutu tinggi dan dikagumi. Dalam masalah kebahasaan orang-orang Arab Badui menjadi tempat meminta hujjah (sema-cam biro konsultan bahasa). Mereka adalah orang-orang yang menjadi tempat kembali untuk menyelesaikan perselisihan ber-bahasa apabila terjadi perbedaan pendapat diantara para ahli bahasa saat itu (termasuk ahli nahwu). Disamping itu, mereka juga sering dipanggil keistana sebagai guru bahasa Arab.

Semaraknya kegiatan tulis menulis terutama sekitar abad empat hijriyah, yang dikatakan sebagai abad kecemerlangan pe-nerbitan buku-buku berbahasa Arab, hampir tidak ada lagi orang yang mempelajari bahasa Arab dengan mngunjungi guru-guru

(9)

M. Kholison

bahasa Arab Badui dan menerima langsung dari orang-orang Arab Badui. Mereka sudah dapat mempelajarinya dari buku-buku. Bahkan Ya’qub as-Sakit al-Jamhy dalam kata pendahuluan bukunya al-Fahz al-Kitabiyah menilai bahwa bergaul dan ber-campur dengan orang-orang Arab Badui dalam rangka mempela-jari bahasa Arab asli sudah bukan lagi cara ideal. Bahasa Arab yang sudah menjadi bahasa tulis dan karang mengarang seyog-yanya dipelajari melalui buku-buku. Bahkan menurut ahli bahasa Arab abad ini, bahasa Arab yang digunakan oleh orang-orang Arab Badui telah kehilangan nilai sebagai bahasa yang ideal yang harus diteladani atau harus menjadi kriteria satu- satunya satan-dar bagi salah-benarnya berbahasa Arab

Faktor yang mempengaruhi sikap dan pandangan baru tersebut dikarenakan bahasa Arab sudah menjadi bahasa yang mantap karena sudah menjadi bahasa ilmu pengetahuan dan ke-budayaan yang dalam perkembangannya memunculkan tuntutan bagi lahirnya kata-kata, istilah-istilah, ungkapan-ungkapan dan gaya bahasa baru yang tidak dapat dinyatakan oleh bahasa mas-yarakat Arab Badui yang memiliki keterbatasan kosakata dan ga-ya bahasa.

4. Perkembangan Bahasa Arab sesudah Abad Lima Hijriyah Sesudah dunia Arab terpecah belah seiring dengan masu-knya paham sekularisme dan nasionalisme disebagian negara-negara Islam dan diperintah oleh penguasa-penguasa non-Arab, bahasa Arab tidak lagi menjadi bahasa politik dan bahasa admi-nistrasi pemerintahan. Bahasa Arab hanya dipakai sebagai bahasa Agama saja. Apalagi pada abad keenam hijriyah kekeliruan da-lam berbahasa (lahn) dianggap hal yang biasa dikalangan masya-rakat terpelajar.

Pada perkembangan selanjutnya, dinegara-negara Islam atau yang mayoritasnya umat Islam, minat untuk mempelajari dan memperdalam bahasa Arab secara intensif sudah mulai

(10)

ber-Bahasa Arab; Sejarah dan Perkembangannya

kurang sehingga kemampuan bahasa Arab yang dimiliki tidak memungkinkan bagi mereka untuk bisa menikmati karya-karya sastra Arab yang bermutu.

5. Perkembangan Bahasa Arab Zaman Baru

Perkembangan bahasa Arab pada masa ini dikatagorikan dalam dua kelompok besar :

- Classical Arabic, yaitu bahasa Arab Al-qur’an, as sunnnah, dan bahasa Arab Zaman Kuno sampai sebelum zaman modern (dimulai sejak Prancis menduduki mesir 1798) - Neo Classical Arabic atau Modern Arab yaitu bahasa Arab

yang secara resmi digunakan sebagai bahasa sastra Arab modern, bahasa buku-buku ilmiah, kuliah dan ceramah-ceramah ilmiah, bahasa surat kabar,majalah, dan bahasa pidato resmi kenegaraan dan bahasa administrasi peme-rintahan di negara-negara Arab.

Untuk percakapan sehari-hari bahasa Arab yang digu-nakan bukanlah bahasa Arab fusha, tetapi bahasa amiyyah atau biasa disebut juga dialek-dialek Arab baru.

BAHASA ARAB DEWASA INI

Perkembangan bahasa Arab yang demikian pesat dan be-ragam, memunculkan corak bahasa Arab yang menurut Muhammad Luthfi mempunyai tiga bentuk yaitu, Bahasa Arab Klasik, Bahasa Arab Stándar Modern dan Bahasa Arab Dialek.11 Bahasa

Arab Klasik dikenal dengan bahasa Al-Qur’an dan bahasa kitab-kitab klasik. Dari bahasa klasik ini timbul suatu bahasa yang di-pengaruhi oleh dialek daerah terutama bentuk kosakata dan bunyi kata, dan bahasa ini disebut dengan bahasa Arab Standar Modern. Setiap orang Arab yang melakukan komunikasi dengan

11. Muhammad Luthfi, Kedudukan Bahasa Arab Dewasa ini Dalam Percaturan

Dunia Internasional, makalah pada Konferensi Internasional PINBA ke-IV, di Makasar

(11)

M. Kholison

orang Arab dari daerah lain selalu menggunakan bahasa ini. De-mikian juga dengan orang-orang yang terpelajar. Disamping itu bahasa ini banyak digunakan dengan berbagai variasi bahasa Arab baik yang berbentuk ucapan maupun tulisan seperti dalam dunia pendidikan, media massa, kuliah umum, pengumuman dan periklanan. Jadi bahasa Arab Standar Modern adalah bahasa Arab klasik yang dibumbui dengan elemen-elemen modern. Sedangkan dialek negara-negara yang berbahasa Arab merupakan bentuk ketiga dari bentuk-bentuk bahasa yang ada.12

Semenanjung Arab yang terdiri dari berbagai negara mempunyai dialek khusus yang tidak mudah dipahami meskipun berasal dari satu kawasan. Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya banyak dialek diantaranya, jauhnya satu negara den-gan yang lainnya, adanya pengaruh budaya luar yang berbeda logat bahasanya dan juga adanya perbedaan istilah atau pemi-lihan kata-kata untuk hal yang sama.13

Kemajuan zaman yang demikian pesat tidak men-yebabkan bahasa Arab mandul untuk mengakomodirnya. Bahasa Arab mampu menyerap gerak kemajuan teknologi dan kebuda-yaan yang kemudian diterjemahkan kedalam terminologi-terminologi yang sangat tepat. Terjemahan ini pada akhirnya menjadi bahasa ilmiah modern baik dibidang sains, teknologi, budaya dan seni.

Untuk mengatasi perkembangan bahasa dunia yang begi-tu cepat, memaksa bahasa Arab memperkaya kosakatanya dida-lam menampung ide-ide yang baru berkembang dari budaya luar . Untuk itu didirikan beberapa pusat bahasa yang aktif melakukan standarisasi bahasa dengan menciptakan istilah baru atau pener-jemahan istilah-istilah asing kedalam bahasa Arab. Sehingga

12 . Ibid

(12)

Bahasa Arab; Sejarah dan Perkembangannya

bahasa Arab berada dalam proses terus menerus dalam peru-bahan dan pengembangan, sesuai dengan kebutuhan era modern.

Modernisasi bahasa Arab dikenal dengan dua motode : metode semantis dan metode morfologis. Yang pertama melakukan modernisasi dengan melihat sisi makna dan yang kedua lebih memperhatikan masalah bentuk kata. Pada tingkat semantis bahasa Arab mempunyai beberapa metode dalam menyerap pemikirpemikiran atau makna dari luar bahasa Arab yaitu an-tara lain : memperbaharui penggunaan istilah lama, penggunaan makna metaforis (majaz), menerjemahkan istilah asing dengan cara apa adanya. Adapun proses pembaharuan bahasa Arab dengan perubahan bentuk kata atau morfologis dilakukan dengan cara antara lain : Al-Isytiqaq atau pembentukan kata, menggunakan kata singkatan atau akronim yang dalam bahasa Arab An-naht, pengaraban kata-kata asing At ta’rib.14

Hal ini memberikan gambaran bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang fleksibel dan mempunyai kekuatan adaptasi besar. Meskipun lembaga-lembaga bahasa Arab itu belum memberikan pengaruh nyata, tapi tidak mengurangi kapabilitas bahasa Arab sebagai bahasa modern.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Ad-Dury, Takwin at Tarikhi Lil Ummah al Arabiyah, (Beirut: Markaz al Wahdah al Arabiyah, tt)

Ahmad Fuad Mahmud Ilyan, Al Maharat Al Lughawiyah, (Riyadh: Dar Al Muslim, 1992)

Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : Humaniora, 2004)

14. Ibid, hal. 6

(13)

M. Kholison

Ali Muhammad Al-Qosimi, Ittijahat al Haditsah fi Ta’lim al Arabiyah li al Natiqin al Lughah al Ukhra, (Saudi Arabia : Jamiah al riyad, 1979)

Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan metode Pengajarannya, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003)

Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, (Suraba-ya : Al-Ikhlas, 1992)

Muhammad Luthfi, Kedudukan Bahasa Arab Dewasa ini Dalam Per-caturan Dunia Internasional, makalah pada Konferensi In-ternasional PINBA ke-IV, di Makasar tanggal 8-10 Sep-tember 2003.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Islam, kelangkaan sifatnya relatif bukan kelangkaan yang absolut dan hanya terjadi pada satu dimensi ruang dan waktu tertentu dan kelangkaan tersebut timbul

Upaya pemerintah Indonesia dalam hal memulihkan kepercayaan pelaku ekonomi yang antara lain adalah pengusaha, pekerja, dan masyarakat konsumen akan menjadi pemacu yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsep konservasi struktur dan konstruksi bangunan dan kawasan rumah vernakular Kutai yang berada di dalam lingkungan yang

Tingkat pertumbuhan koloni stem cells yang dikultur pada feeder layer kumulus tidak berbeda (P>0,05) dengan MEF, dan keduanya lebih tinggi (P<0,05) daripada sistem kultur

TERBILANG : Lima Ratus Empat Puluh Juta Tiga Ratus Tiga Puluh Enam Ribu Lima Ratus Rupiah.. Di setujui oleh : Banda Aceh,

Dari setiap “ cultural encounter ” atau pertemuan dengan budaya lain yang dialaminya, individu menggali motivasi komunikasinya, menambah dan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa; jamur endofit yang ditemukan pada sampel tanaman padi yang diambil di Desa Karang Tunggal dan

(1) Norma subyektif terhadap tingkah laku hubungan seksual pranikah adalah determinan yang paling berkontribusi terhadap kekuatan intensi berhubungan seksual