• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perhitungan Harga Pokok Produk Sarung Tenun Samarinda Berdasarkan Metode Full Costing Pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) Di Samarinda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Perhitungan Harga Pokok Produk Sarung Tenun Samarinda Berdasarkan Metode Full Costing Pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) Di Samarinda"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

© Copyright 2016

Analisis Perhitungan Harga Pokok Produk Sarung Tenun

Samarinda Berdasarkan Metode Full Costing Pada Kelompok

Usaha Bersama (KUB) Di Samarinda

Sri Wahyuni 1

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisis dan membandingkan perhitungan mengenai biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh pengrajin Ibu Lina dan Ibu Musdalifa dalam proses produksi sarung tenun Samarinda jenis direct dan reaktif berdasarkan metode full costing. Hasil penelitian ini adalah Harga Pokok produksi sarung jenis direct pengrajin ibu Lina dengan metode full costing lebih kecil sebesar Rp2.841.597,00 dibandingkan jenis direct pada pengrajin ibu musdalifa sebesar Rp2.879.928,00. sedangkan untuk harga pokok produk jenis reaktif juga terhitung lebih kecil dengan metode full costing pada pengrajin ibu Lina sebesar Rp3.001.350,00 dibandingkan jenis reaktif pada pengrajin Ibu Musdalifa sebesar Rp3.039.930,00. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Perbedaan yang terjadi dalam perhitungan harga pokok produksi yang digunakan oleh pengrajin Ibu Lina dan Ibu Musdalifa dengan metode full costing dikarenakan pembebanan biaya overhead yang digunakan dalam proses pembuatan sarung tenun jenis direct dan reaktif dengan metode full costing berbeda, sehingga biaya yang diperoleh dapat lebih besar atau lebih kecil. menggunakan metode full costing memudahkan pengrajin mengetahui biaya produksi dalam satu kali produksi dan menentukan harga jual dari sarung tenun Samarinda guna memaksimalkan keuntungan/laba.

Kata Kunci : Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Biaya Overhead Pabrik, Full Costing

Pendahuluan

Pemerintah merupakan salah satu Regulator (Penyalur) ekonomi yang memegang peranan penting dalam mengatur dan meningkatkan perekonomian. Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan perekonomian adalah dengan cara mendorong industri kecil. Salah satu industri kecil yang ada di kota Samarinda adalah Industri sarung tenun. Industri kecil yang bergerak dalam bid-ang pelestarian kerajinan budaya lokal seperti kelompok-kelompok sarung tenun yang menghasilkan kerajinan sarung Samarinda yang merupakan kerajinan khas kota Samarinda yang perlu diperhatikan dan dikembangkan karena merupakan salah satu sendi perekonomian di kota Samarinda.

(2)

Kelompok Usaha Bersama (KUB) dalam kegiatannya para pengrajin tenun memproduksi sarung khas kota Samarinda dengan jenis direct dan reaktif yang berbahan baku benang untuk membuat beragam jenis corak dan motif sarung tenun Samarinda diantaranya motif hatta, motif botting, motif rawa-rawa masa, motif pulu bolong, motif bontang, motif kudara, motif pucu rebung, motif tabba golo dan motif catur. Proses produksinya dilaksanakan secara terus menerus atau dengankata lain memproduksi berdasarkan proses. Sarung tenun Samarinda jenis

direct mempunyai kualitas sarung yang kurang baik yakni warna mudah luntur

dan harga lebih murah dengan kualitas yang lebih rendah namun masyarakat Samarinda meyakini keaslian sarung tenun Samarinda dari ciri-ciri mudah lunturnya pewarna sarung tersebut. Sedangkan keunggulan sarung tenun Sama-rinda jenis reaktif yaitu sarung tenun SamaSama-rinda ini tidak luntur dan harga lebih mahal dengan kualitas yang lebih baik namun sama keasliannya karena diproses sama halnya dengan sarung tenun Samarinda jenis direct. Berikut adalah data produksi yang diperoleh dari Pengrajin Ibu Lina dan Ibu Musdalifa anggota pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) pada bulan Februari 2015

Tabel Data Produksi Pengrajin Ibu Lina dan Ibu Musdalifa Pada Kelompok Usaha Bersama

No Jenis Sarung Jumlah Produksi Jumlah Terjual

1 Motif Hatta 18 60

2 Motif Botting 18 60

3 Motif Rawa-Rawa Masa 18 60

4 Motif Pulu Bolong 18 60

5 Motif Bontang 18 60

6 Motif Kudara 18 60

7 Motif Pucu Rebung 18 60

8 Motif Tabba Golo 18 60

9 Motif Catur 18 60

Sumber Data : Pengrajin Ibu Lina dan Ibu Musdalifa pada Tahun 2015

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ibu Lina salah satu dari anggota pada Kelompok Usaha Bersama sebagai ketua kelompok pengrajin bahwa harga Jual sarung samarinda jenis direct adalah Rp350.000,- perbuah sedangkan sarung tenun Samarinda jenis reaktif adalah Rp400.000,- perbuah sedangkan harga jual pada pengrajin ibu Musdalifa jenis direct adalah Rp350.000,- perbuah. sedangkan sarung tenun Samarinda jenis reaktif adalah Rp450.000,- perbuah. Harga ini berbeda dikarenakan biaya produksi yang juga berbeda namun dalam menentukan biaya produksi pengrajin tersebut hanya berdasarkan penentuan harga turun temurun yakni harga dipatok dari pengrajin-pengrajin terdahulu kemudian naik sedikit demi sedikit mengikuti zaman bukan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode akuntansi. Dalam rangka pelaksanaan operasional, anggota kelompok usaha bersama ini tidak mengalami hambatan berarti terutama yang berkaitan dengan masalah pemasaran maupun keuangan. Namun secara teknis di dalam menetapkan harga produk dirasakan masih memerlukan perhitungan den-gan menggunakan metode yang lebih cepat dan akurat. Sampai saat ini, dalam

(3)

menentukan harga pokok produk ialah hanya dengan menjumlahkan semua biaya bahan baku, yang termasuk biaya bahan baku disini ialah merupakan bahan baku utama dalam usaha produksi sarung samarinda ini. Sedangkan biaya overhead pabrik merupakan biaya yang dikeluarkan selain biaya tenaga kerja, kemudian dibagi dengan jumlah unit produksi.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka para pengrajin sarung tenun pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) harus memberikan perhatian yang serius terh-adap masalah penentuan harga pokok produk sarung samarinda yang sesuai dengan perhitungan-perhitungan akuntansi. Kesalahan dalam menentukan harga pokok produksi mengakibatkan tidak maksimalnya laba atau keuntungan yang diperoleh oleh anggota pengrajin tenun pada kelompok usaha tersebut. Oleh karena itu, upaya penentuan harga pokok produk ini, penulis berupaya melakukan perhitungan harga pokok produk yang diproduksi dua anggota pengrajin tenun pada kelompok usaha bersama dengan cara perhitungan harga pokok produk sarung Samarinda jenis direct dan sarung samarinda jenis reaktif berdasarkan metode full costing.

Dengan perhitungan harga pokok produksi metode full costing, memiliki keunggulan antara lain pengumpulan biayanya lebih mudah, karena tidak harus memilah-milah mana unsur biaya yang bersifat tetap dan mana yang variabel. Namun juga kelemahannya, apabila produksi dan penjualan tidak sesuai dengan rencana, maka penafsiran laba per satuan produk sarung Samarinda secara keseluruhan menjadi berubah, sehingga diharapkan pengeluaran-pengeluaran yang terjadi dalam kegiatan operasi usaha dapat diketahui dan menjadi bahan per-timbangan dalam menentukan harga pokok produksi sarung Samarinda yang sebenarnya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dibuat suatu rumusan masalah yang mendasari penulisan ini yaitu : “bagaimana penentuan besarnya harga pokok produksi sarung tenun Samarinda jenis direct dan reaktif yang diproduksi Pengrajin Ibu Lina dan Iibu Musdalifa pada Kelom-pok Usaha Bersama (KUB) dengan metode full costing”?.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah : untuk menentukan besarnya harga pokok penjualan sarung tenun Samarinda jenis direct dan reaktif guna memaksimalkan laba.

Kerangka Dasar Teori Pengertian Akuntansi

Definisi akuntansi menurut Jusup (2011:5) dapat didefinisikan dari dua sudut pandang yaitu dari sudut pemakai jasa akuntansi dan dari sudut proses ke-giatannya. Ditinjau dari sudut pemakainya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai “suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi”.

(4)

Sujarweni (2015:1) menjelaskan akuntansi adalah proses dari transaksi yang dibuktikan dengan faktur,lalu dibuat jurnal, buku besar, neraca lajur, seh-ingga menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak tertentu. Sementara Pengertian akuntansi menurut American Institute of certified public accountants (AICPA) melalui Accounting Principles Board (APB) yang dikutip oleh Menurut Halim dan Supomo (2013:2) mendefinisikan akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang menyajikan informasi, terutama yang bersifat keuangan, mengenai suatu kesatuan ekonomi, yang di-gunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi.

Pengertian Biaya

Menurut Rudianto (2012:27) mengemukakan biaya adalah pengorbanan ekonomis untuk memperoleh barang atau jasa tersebut dinikmati dalam waktu lebih dari satu tahun (Jangka panjang).

Menurut Armanto Witjaksono (2006:6) biaya adalah suatu pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selanjutnya Menurut Horngren dkk (2006:31) mendefinisikan biaya (cost) sebagai sumber daya dikorbankan (sacrificed) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan.

Pengertian Akuntansi Biaya

Mulyadi mendefinisikan (2005:7) akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.

Menurut Supriyono (2014:12) menjelaskan akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.

Pengertian Harga pokok produksi

Harga pokok merupakan dasar untuk menentukan harga jual, karena harga pokok memberikan tingkat perolehan hasil prestasi yang diusahakan bagi yang telah dilakukan selama proses produksi. Menurut Hansen dan Mowen (2009:60) menyatakan harga pokok produksi (cost of good manufactured) mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan.

Menurut Simamora (2002:45) mendefinisikan harga pokok produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mengkonversikan (mengolah) bahan baku menjadi barang jadi, yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja lang-sung dan biaya overhead pabrik.

Metode Penelitian Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif pada pelaku pengusaha Pengrajin Sarung tenun Samarinda di Jl. P. Bendahara RT 02 Kelurahan Tenun Kecamatan Samarinda Sebrang yaitu dengan cara menganalisis data-data biaya produksi dan cara perhitungan Harga pokok produksi yang diperoleh dari pelaku Pengrajin Sarung tenun Samarinda melalui observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui

(5)

menentukan harga pokok produksi menggunakan full costing. Dalam penelitian ini menjelaskan objek yang diteliti dengan cara memberikan deskripsi atau gambaran terhadap masalah yang telah di identifikasi dan dilakukan secara intensif dan terinci terhadap proses produksi sarung tenun Samarinda.

Definisi Operasional

Kelompok Usaha Bersama (KUB) merupakan suatu kelompok yang ang-gotanya pengrajin sarung tenun khas kota Samarinda di Kampung bugis Kec-amatan Samarinda Seberang yang jumlah anggotanya terdiri dari 15 pengrajin tenun sarung khas Samarinda yang bergerak dibidang Pembuatan Sarung.

Dalam studi kasus ini penulis melakukan perhitungan harga pokok produksi sarung tenun Samarinda pada dua pengrajin tenun yaitu ibu Lina dan Ibu Musdalifa. Perhitungan harga pokok produksi dilakukan pada salah satu anggota pada Kelompok Usaha Bersama yaitu Ibu Lina sebagai sampel dalam penulisan ini.

Dalam kegiatan sehari-harinya Kelompok Usaha Bersama (KUB) tersebut memproduksi sarung khas kota Samarinda yang berbahan baku benang yang dio-lah menjadi berbagai jenis motif sarung jenis direct dan reaktif. Sarung tenun Samarinda jenis direct mempunyai kualitas sarung yang kurang baik yakni warna mudah luntur, namun masyarakat Samarinda meyakini keaslian sarung tenun Samarinda dari ciri-ciri mudah lunturnya pewarna sarung tersebut. Sedangkan keunggulan sarung tenun Samarinda jenis reaktif yaitu sarung Samarinda ini tidak luntur namun tetap asli karena diproses sama halnya dengan sarung tenun Sam-arinda jenis direct.

Karena proses produksi dilakukan terus-menerus, dengan menghasilkan produk yang homogen, bentuk produk yang standar dan tidak tergantung oleh spesifikasi yang diminta oleh pelanggan, maka secara fisik antara satu unit dengan unit lainnya tidak berbeda. Oleh karena itu, bisa di asumsikan bahwa produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dapat dibebankan rata –rata pada produk yang diproses.

Pengertian harga pokok produksi yang dimaksud dalam penulisan ini adalah jumlah biaya produksi yang dimulai dari pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja langsung serta biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga produk tersebut siap dipakai.

Dalam metode full costing, biaya produksi yang diperhitungkan dalam penentuan biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku tetap maupun yang berprilaku variabel. Adapun elemen-elemen biaya produksi tersebut sebagai berikut.

1. Biaya bahan baku

Biaya bahan baku langsung merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan bahan baku dari suatu produk. Biaya bahan baku ini terjadi selama proses produksi suatu produk dalam proses dan diikuti pada masing-masing unit produksi yaitu pembelian bahan dasar dari produk tersebut yaitu Benang dan pewarnaan

(6)

Biaya tenaga kerja langsung adalah semua biaya yang dkeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja secara langsung berhubungan dengan proses produksi, yang termasuk biaya tenaga kerja langsung antara lain : Pemintalan, pemolaan, memasukan benang, tenun dan jahit

3. Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang dikeluarkan selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang berhubungan dengan penyelesaian suatu pekerjaan tertentu.

Biaya yang termasuk dalam Biaya Overhead Pabrikadalah :

a. Biaya bahan penolong adalah biaya yang nilainya relatif kecil tetapi meru-pakan bagian dari produk jadi yaitu :garam, lilin, kanji dan bahan kimia. b. Biaya Peralatan dan mesin adalah biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian peralatan digunakan dalam proses produksi diantaranya yaitu : mesin ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), kompor, tali nilon, wajan, baskom plastik, meteran dan gunting.

c. Biaya Bahan Bakar Minyak. d. Biaya Kayu Bakar.

e. Biaya Bambu Penjemuran. f. Biaya Penyusutan.

g. Biaya listrik. h. Biaya Air. i. Biaya Telepon. j. Biaya Plastik Sarung.

k. Biaya perawatan dan pemeliharaan alat tenun dan lain-lain. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Perlu diketahui dalam penelitian ini tidak ada persediaan awal bahan baku dan persediaan akhir, mengingat bahan baku yang digunakan ibu Lina dan ibu Musdalifa mudah ditemukan dipasar, sehingga tidak ada dalam proses produksi tesebut persediaan awal dan akhir. Dan kedua home industri tersebut, dalam proses produksinya menghabiskan 1 pak benang yang berisi 50 kincir benang dan dari penggunaan 1 pak benang dapat menghasilkan 18 sarung.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di kedua Pengrajin tenun, penulis menemukan cara hal ini penghitungan harga pokok produksi Sarung tenun Samarinda metode full costing yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat selisih biaya produksi yang ditentukan oleh pengrajin Ibu Lina dengan Ibu Musdalifa Berdasarkan metode full costing. yaitu Perhitungan harga pokok produksi sarung tenun Samarinda jenis direct pada pengrajin ibu Lina dengan metode full costing lebih kecil (<) dari pada sarung tenun Samarinda jenis direct pengrajin ibu Musdalifa yaitu Rp2.841.597,00 < Rp 2.879.928,00 sedangkan untuk harga pokok produksi sarung tenun Samarinda jenis reaktif pengrajin ibu Lina juga terhitung lebih kecil (<) dari pada sarung tenun Samarinda jenis reaktif pengrajin ibu Musdalifa yaitu Rp3.001.350,00 < Rp3.039.930,00. Perbedaan nilai yang dihasilkan disebabkan oleh karena pembebanan biaya overhead pabrik yang

(7)

digunakan oleh pengrajin Ibu Lina lebih rendah dari pada biaya overhead pabrik pada pengrajin ibu Musdalifa. Dimana dalam pembebanan biaya overhead pabrik Perbandingan tersebut terdapat dalam aktivitas pewarnaan pengrajin Ibu lina dalam proses memasak hanya menggunakan kayu bakar 5 ikat dan harga satu ikatnya sebesar Rp10.000,00 maka total penggunaan biaya kayu bakar dalam satu bulan yaitu sebesar Rp50.000,00 dengan bahan bakar minyak tanah sebesar Rp30.000,00 sedangkan pengrajin ibu Musdalifah menggunakan biaya bahan bakar tabung gas elpiji sebesar Rp20.000,00. Sehingga dapat terlihat dengan jelas bahwa pengrajin ibu Lina lebih menekan biaya guna dapat memaksimalkan laba/keuntungan. Dan untuk penggunaan bahan baku dengan tenaga kerja langsung yang dilakukan kedua pengrajin tersebut tidak ada perbedaan hal ini karenakan biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku yang diterapkan oleh pengrajin ibu Lina dengan ibu Musdalifa merupakan kesepakatan dari pengrajin-pengrajin tenun lainnya yang berada dikampung bugis. Maka dapat terlihat jelas bahwa perbedaan pembebanan biaya overhead pada pengrajin ibu Lina lebih kecil dari pengrajin ibu Musdalifa. Sehingga Penghitungan dengan metode full costing dapat mencerminkan berapa biaya yang sesungguhnya dikorbankan oleh pengrajin sarung tenun dalam kegiatan produksinya. Biaya overhead pabrik yang dicatat pada metode full costing mencakup biaya-biaya yang timbul akibat adanya aktivitas-aktivitas yang mendukung proses produksi. mencakup penghitungan seluruh biaya yang timbul dalam proses produksi. sehingga Perhitungan HPP per sarung untuk jenis direct dan reaktif dengan metode full costing dihasilkan oleh pengrajin ibu Lina lebih kecil dibandingkan HPP per sarung untuk jenis direct dan reaktif pengrajin Ibu Musdalifa.

Dari hasil perhitungan harga pokok per sarung diatas, maka dapat diketahui selisih keuntungan yang diperoleh oleh pengrajin ibu Lina dan ibu Musdalifa dengan berdasarkan perhitungan menggunakan metode full costing sebagai berikut.

1. Sarung Tenun Samarinda Jenis Direct pada pengrajin Ibu Lina

a) Motif Hatta harga jual dari pengrajin Rp350.000,00.sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp315.446,00. Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp34.554,00

b) Motif Botting harga jual dari pengrajin Rp350.000,00.sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp315.168,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp34.832,00

c) Motif Rawa - Rawa Masa harga jual dari pengrajin Rp350.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp316.530,00. Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp33.470,00.

d) Motif Pulu Bolong harga jual dari pengrajin Rp350.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp316.779,00. Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp33.221,00.

(8)

e) Motif Bontang harga jual dari pengrajin Rp 350.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp315.112,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp34.888,00

f) Motif Kudara harga jual dari pengrajin Rp350.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp316.779,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp33.221,00

g) Motif Pucu Rebbung harga jual dari pengrajin Rp350.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp316.363,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp33.637,00.

h) Motif Tabba Golo harga jual dari pengrajin Rp350.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp312.752,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp37.248,00

i) Motif Catur harga jual dari pengrajin Rp350.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp316.668,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp33.332,00

2. Sarung Tenun Samarinda Jenis Reaktif pada pengrajin Ibu Lina

a) Motif Hatta harga jual dari pengrajin Rp400.000,00.sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp333.224,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp66.776,00

b) Motif Botting harga jual dari pengrajin Rp400.000,00.sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp332.946,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp67.054,00

c) Motif Rawa-Rawa Masa harga jual dari pengrajin Rp400.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp334.308,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp65.692,00.

d) Motif Pulu Bolong harga jual dari pengrajin Rp400.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp334.557,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp65.443,00

e) Motif Bontang harga jual dari pengrajin Rp400.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp332.890,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp67.110,00

f) Motif Kudara harga jual dari pengrajin Rp400.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp334.557,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp65.443,00

g) Motif Pucu Rebbung harga jual dari pengrajin Rp400.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp334.141,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp65.859,00

(9)

h) Motif Tabba Golo harga jual dari pengrajin Rp400.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp330.530,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp69.470,00

i) Motif Catur harga jual dari pengrajin Rp400.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp334.446,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp65.554,00.

3. Sarung Tenun Samarinda Jenis Direct pada pengrajin Ibu Musdalifa

a) Motif Hatta harga jual dari pengrajin Rp350.000,00.sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp319.705,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp30.295,00

b) Motif Botting harga jual dari pengrajin Rp350.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp319.427,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp30.573,00

c) Motif Rawa-Rawa Masa harga jual dari pengrajin Rp350.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing ada-lah Rp320.789,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp29.211,00

d) Motif Pulu Bolong harga jual dari pengrajin Rp350.000,00 sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp321.038,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp28.962,00

e) Motif Bontang harga jual dari pengrajin Rp350.000,00 sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp319.371,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp30.629,00

f) Motif Kudara harga jual dari pengrajin Rp350.000,00 sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp321.038,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp28.962,00

g) Motif Pucu Rebbung harga jual dari pengrajin Rp350.000,00 sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp320.622,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp29.378,00

h) Motif Tabba Golo harga jual dari pengrajin Rp 350.000,00 sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp317.011,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp32.989,00

i) Motif Catur harga jual dari pengrajin Rp350.000,00 sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp320.927,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp29.073,00

4. Sarung Tenun Samarinda Jenis Reaktif pada pengrajin Ibu Musdalifa

a) Motif Hatta harga jual dari pengrajin Rp450.000,00.sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp337.489,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp112.511,00

(10)

b) Motif Botting harga jual dari pengrajin Rp450.000,00.sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp337.205,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp112.795,00

c) Motif Rawa - Rawa Masa harga jual dari pengrajin Rp450.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp338.567,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp111.433,00

d) Motif Pulu Bolong harga jual dari pengrajin Rp450.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp338.816,00. Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp111.184,00

e) Motif Bontang harga jual dari pengrajin Rp450.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp337.149,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp112.851,00

f) Motif Kudara harga jual dari pengrajin Rp450.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp338.816,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp111.184,00

g) Motif Pucu Rebbung harga jual dari pengrajin Rp450.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp338.400,00. Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp111.600,00

h) Motif Tabba Golo harga jual dari pengrajin Rp450.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp334.789,00.Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp115.211,00

i) Motif Catur harga jual dari pengrajin Rp450.000,00. sedangkan harga pokok per sarung berdasarkan metode full costing adalah Rp338.705,00 Maka pengrajin mendapatkan laba bersih sebesar Rp111.295,00

Penutup

Anggota Pengrajin tenun ibu Lina dan ibu Musdalifa pada Kelompok Usaha Bersama telah melakukan perhitungan biaya produksi untuk jenis direct dan reaktif. perhitungan harga pokok produksi sarung tenun jenis direct yang dilakukan oleh pengrajin ibu lina dengan metode full costing lebih besar dibandingkan dari jenis direct pengrajin ibu musdalifa. sedangkan untuk harga pokok produksi sarung tenun Samarinda jenis reaktif pengrajin ibu Lina juga terhitung lebih besar dari pada sarung tenun Samarinda jenis reaktif pengrajin ibu Musdalifa. Biaya yang dikeluarkan pengrajin tenun ibu Lina dan ibu Musdalifa untuk produksi jenis direct sama saja dengan jenis reaktif namun perbedaanya pengrajin Musdalifa tidak menggunakan biaya kayu bakar pada proses produksinya melainkan biaya tabung gas elpiji 3 kg.

Perbedaan yang terjadi dalam perhitungan harga pokok produksi yang digunakan oleh pengrajin Ibu Lina dan Ibu Musdalifa dengan metode full costing dikarenakan pembebanan biaya overhead yang digunakan dalam proses

(11)

pembuatan sarung tenun jenis direct dan reaktif dengan metode full costing berbeda, sehingga biaya yang diperoleh dapat lebih besar atau lebih kecil.

Berdasarkan harga pokok produksi yang dihasilkan masing-masing motif sarung dan harga jual yang ditetapkan perusahaan, maka keuntungan yang diperoleh pengrajin Ibu lina berdasarkan metode full costing lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh pengrajin Ibu Musdalifa. Walaupun keuntungan yang diperoleh oleh pengrajin Ibu Lina dengan penghitungan metode full costing lebih rendah daripada keuntungan dengan ibu Musdalifa, tetapi dengan metode full

costing memudahkan pengrajin tenun mengetahui semua biaya produksi yang

diperlukan dalam proses produksi sudah diperhitungkan berdasarkan pemakaian biaya yang dikeluarkan selama satu periode produksi sarung tenun, sehingga menghasilkan harga pokok produksi yang lebih akurat dan menentukan harga jual sarung tenun samarinda untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dari hasil produksi.

Hendaknya para pengrajin sarung tenun Samarinda khususnya pada pengrajin Ibu Lina dan Ibu Musdalifa anggota pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Samarinda, sebaiknya meninjau kembali kebijakan mereka mengenai metode perhitungan harga pokok produksinya. pengrajin Ibu Lina dan Ibu Musdalifa sebaiknya melakukan penghitungan biaya overhead pabrik secara rinci dalam menentukan harga pokok produksi agar harga pokok produksi yang dihasilkan dapat lebih akurat dalam hal penggunaan biaya produksi.

Metode full costing sebaiknya digunakan untuk pengrajin-pengrajin tenun sebagai alternatif untuk menghitung harga pokok produksi, karena metode tersebut memberikan informasi biaya produksi yang lebih merinci seluruh biaya produksi yang terkait dengan proses produksi, sehingga hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan hasil yang akurat yang dikeluarkan selama proses produksi. Maka berdasarkan informasi harga pokok produksi tersebut, pengrajin-pengrajin sarung tenun Samarinda dapat menetapkan harga jual yang tepat dan sekaligus menentukan dalam meminimalisir biaya dan waktu dalam penggunaan biaya produksi.

Jika pengrajin-pengrajin tenun ingin menerapkan metode full costing dalam penghitungan harga pokok produksinya maka para pengrajin tenun perlu melakukan pencatatan aktivitas produksi dan biaya secara rinci dan terstruktur untuk mempermudah perhitungan harga pokok produksi pada bulan-bulan berikutnya.

Untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sejenis agar dapat menghitung harga pokok penjualan dan menyajikan laporan keuangan laba rugi dari studi kasus tersebut sehingga akan menambah wawasan bagi peneliti.

Daftar Pustaka

Dunia, A Firdaus, Dan Abdullah Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya Edisi kedua Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

(12)

Hasiara, La Ode. 2012. Metode Penelitian Multi Paradigma Satu, Membangun

Reruntuhan Metode Penelitian Yang Berserakan, Darkah Media,

Malang

Halim,Abdul,dkk. 2013. Akuntansi manajemen (Akuntansi Manajerial), Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta

Hubeis, Musa. 2009. Prospek Usaha Kecil Dalam Wadah Inkubator Usaha, Ghalia Indonesia, Bogor

Hansen, Don R and Maryane M Mowen. 2009. Managerial Accounting,

Akuntansi managerial, Jakarta, Salemba Empat.

Horngren, Charles T,dkk. 2006. Akuntansi Biaya Dengan Penekanan Manajerial. Erlangga, Jakarta

Jusup, Al.Haryono. 2003. Dasar-Dasar Akuntansi, Jilid 1, Edisi Ke Enam, Bagian Penerbitan Sekolah Tingg Ilmu Ekonomi YKPN,Yogyakarta

Kartadinata, Abas. 2000. Akuntansi dan Analisis Biaya, Suatu Pendekatan

Terhadap Tingkah Laku Biaya, Cetakan Ketiga, PT.Rineka Cipta,

Jakarta

Mulyadi. 2005a. Akuntansi Biaya, Cetakan Ketujuh, Edisi Kelima, Unit Penerbit Dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta --- 2010b. Akuntansi Biaya, Cetakan Sepuluh, Edisi Kelima, Unit Penerbit

Dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,Yogyakarta Mursyidi. 2008a. Akuntansi Biaya, Conventional Costing,Just In Time dan

Activity-Based Costing, Cetakan Pertama, PT. Refika Aditama, Bandung

--- 2010b. Akuntansi Biaya, PT. Refika Aditama, Bandung

Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi: Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan

Keuangan, Erlangga, Jakarta

Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen. Jakarta, Salemba Empat

Samryn, L.M. 2001. Akuntansi Manajerial, Suatu Pengantar, Cetakan Kedua, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Supriyono, RA. 2014. Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya Dan Penentuan

Harga Pokok, Buku Satu, Cetakan Kedelapan Belas, Edisi Kedua, BPFE

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Simangunsong, A.O. 2004. Akuntansi Biaya ( akuntansi biaya 1), FE UI, Jakarta Sujarweni, V.Wiratna. 2015. Akuntansi Manajemen, Teori Dan Aplikasi, Pustaka

Baru Press, Yogyakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D), Alfabeta

Witjaksono, Armanto. 2006. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta

Sumber internet :

https://www.google.com/search?q=skripsi+harga+pokok+produksi+metode+full+ costing&ie=utf8&oe=utf8#q=skripsi++harga+pokok+produk+++dengan +metode+full+costing&start=10 (diakses 27 April 2016)

Referensi

Dokumen terkait

perbaikan sistem kontrol kecepatan otomatis Pengetahuan:  Tes Tertulis Keterampilan:  Penilaian Unjuk Kerja  Observasi 3.18 Mendiagnosa Mobil Listrik 4.18 Memperbaiki sistem

Hasil analisis data terhadap tes sebelum dan sesudah pelaksanaan program menunjukkan informasi tentang tumbuh kembang anak yang memberikan kontribusi sebesar 21,66%

a) Dapatan kajian pertama yang dijalankan di sebuah sekolah di Johor mendapati,96.6% bersetuju penggunaan multimedia menarik minat pelajar dalam P&amp;P, 83.3% pelajar mudah

dari t tabel yaitu 2,029 &gt; 1,661.Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas menonton program acara DR.OZ INDONESIA di TransTV

Bab 3 Peran Indonesia Sebagai Mediator Dalam Proses Penyelesaian Konflik Kamboja , merupakan bab yang akan menjelaskan penjabaran dan kajian analisa mengenai peran sentral

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis f enomena flypaper effect pada kinerja keuangan kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Untuk tujuan tersebut dikembangkan dua model

Golongan Khawarij juga merupakan salah satu kelompok yang memiliki pemahaman agama yang radikal dan tekstual yang pernah muncul dalam catatan perjalanan sejarah

(4) Terhadap alat UTTP yang ditera ulang atas permintaan sendiri atau berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenakan Retribusi