BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari/mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah terjadinya kehamilan (Depkes, 2003).
Adapun tujuan pelayanan kontrasepsi adalah untuk memberikan dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS dan penurunan angka kelahiran yang bermakna (Hartanto, 2004).
Pada dasarnya, cara keja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma). Ada tiga cara untuk mencapai tujuan ini, baik yang kerja sendiri maupun bersamaan. Pertama adalah menekan keluarnya sel telur, kedua menahan masuknya sperma kedalam saluran kelamin wanita dan ketiga adalah menghalangi nidasi (Hartanto, 2004).
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : dapat dipercaya, tidak mendafat efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan motivasi terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dapat diterima penggunannya oeh pasangan yang bersangkutan (Hartanto, 2004).
B. Mal (Metode Amenorea Laktasi)
Menyusui secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pasca persalinan. Efektifitas dapat mencapai 98% dan sangat efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan perlakrtasi (Depkes, Bandung).
Dalam hal ini KB alami dalam menyusui disebut dengan amenorea laktasi (MAL) dimana pengertian MAL adalah menyusui secara ekslusif merupakan suatu metoda kontrasepsi sementara yang cukup efisien dan efektif selama ibu pasca persalinan belum mendapat haid. Waktunya kurang dari 6 bulan pasca persalinan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya (Hubertin, 2006).
C. Cara Kerja KB Metode Amenore Laktasi
Prolaktin meningkatkan sebagai respon terhadap stimulus pengisapan berulang pada waktu menyusui dengan intensitas dan frekuensi yang cukup, kadar prolaktin tetap tinggi. Hormon perangsang-folikel (FSH, folikel stimulating hormone) berada dalam rentang normal (meningkatkan dari konsentrasi yang sangat rendah pada waktu pelahiran sampai pada waktu rentang folikeler dalam waktu 3 minggu post partum) dan luteinzing hormone (LH) berada dalam kisaran normal yang rendah. Terlepas dari keberadaan gonadotropin, ovarium selama hiperprolaktinemia laktasional tidak mensekresikan estrogen. Oleh karena itu, kekeringan vagina dan sering dilaporkan oleh wanita yang menyusui (Sperof, 2005).
Keuntungan MAL
Untuk bayi : (a) mendapat kekebalan pasif (mendapat antibody perlindungan lewat ASI), (b) sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tubuh kembang bayi yang optimal, (c) terhindar dari keterpurukan terhadap kontaminasi dari air susu lain atau formula atau alat minum yang dipakai.
Untuk ibu : (a) mengurangi post partum, (b) mengurangi resiko anemia, (c) meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi (Saifuddin, 2003).
Kerugian dari kontrasepsi MAL adalah : (1) perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan, (2) mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, (3) efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid sampai dengan 6 bulan, (4) tidak melindungi terhadap IMS termasuk hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Saifuddin, 2003).
Efektifitas dari MAL adalah : (1) efektifitas tinggi, (2) segera aktif, (3) tidak perlu pengawasan medis, (4) tidak perlu obat atau alat, (5) tanpa biaya.
Manfaat MAL pada bayi yaitu suatu makanan yang memiliki asupan gizi yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada bayi, sedangkan pada ibu manfaatnya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Pinem, 2009).
D. Kriteria Seorang Ibu Yang Menggunakan Metode KB Amenorea Laktasi (MAL)
Ada beberapa ibu yang menggunakan metode KB alami mal yaitu : (1) ibu yang
menyusui secara eksklusif, (2) ibu belum menstruasi sejak melahikan (belum haid), (3) ibu memberikan Asi kepada bayinya secara ”penuh” (hanya sesekali diberi satu
sampai dua teguk air minum,misalnya pada upacara adat/keagamaan), (4) bayi berusia 6 bulan (Saifuddin, 2003).
E. Instruksi Yang Harus Disampaikan Kepada Ibu Yang Menggunakan MAL : a. Seberapa sering harus menyusui yaitu : (1) bayi disusui secara in demand
(menurut kebutuhan bayi), bayi dibiarkan mengisap pada satu payudara dan setiap satu payudara lama menyusui 15 menit dan mendapat cukup banyak susu. ASI harus diberi setiap kali bayi merasa lapar, (2) biarkan bayi mengisap sampai dia sendiri yang melepskan isapannya, (3) susui juga bayi pada malam hari karena menyusui pad waktu malam membantu mempertahankan kecukupan persediaan ASI, (4) bayi terus menerus disusui walaupun ibu atau bayi sedang sakit.
b. Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan pendamping ASI selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik (berat badan naik sesuia usia, sebulan minimal berat badan naik 0,5 kg, ngompol sedikitnya 6 kali sehari). Bayi tidak memerlukan makanan selain ASI sampai usia 6 bulan. Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain bayi akan mengisa kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi haid : ketika ibu dapat mulai haid lagi,itu pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera mulai menggunakan metode KB lainnya.
c. Untuk kontrasepsi dan kesehatan : (1) anda memerlukan metode amenore kntrasepsi lain ketika anda mulai dapat haid lagi jika anda tidak lagi menyusui secara eksklusif atau bila bayi anda suah berumur 6 bulan, (2) konsultasi dengan bidan/dokter atau klinik/puskesmas sebelum anda mulai memakai metode
kontrasepsi lainnya, (3) jika suami/pasangan anda berisiko tinggi terhadap IMS, termasuk AIDS, anda harus pakai kondom ketika pakai MAL.
d. Bila ibu menyusui secara tidak eksklusif atau berhenti menyusui maka : ibu perlu memakai atau kontrasepsi lain, melakukan kunjungan ke klinik KB untuk mendapatkan bantuan atau mendapatkan kontrasepsi yang sesuai bagi ibu menyusui yang bekerja, tidak perlu dihentikan, tetapi harus memberi ASI kepada bayi. Walaupun tempat bekerja jauh dari rumah, yaitu dengan cara menyusui bayi sebelum berangkat kerja. Bila tempat kerja dekat dari rumah rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui bayinya pada waktu istirahat dan pemberian ASI setiap 3 jam. Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam (Utami, 2004).
F. Faktor yang mempengaruhi MAL dilihat berdasarkan :
a. Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus dan disertai pelepasan endometrium.
b. Lamanya amenore
Amenore hanya menunda ibu tidak dapat haid dan ini selama 3-6 bulan selama ibu menyusui bayi secara eksklusif.
c. Frekuensi menyusui
Menyusui bayi tidak terjadwal karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya atau ibu sudah meras perlu menyusui bayinya sesering mungkin yang biasanya bayi baru lahir ingin menyusui selama 3 jam.
d. Spooting / perdarahan bercak selama menggunakan MAL
Pada saat ibu memberikan ASI kepada bayi isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu
involus uterus dan mencegah terjadi spooting (perdarahan bercak) selama ibu menggunakan mal sampai bayi berumur 6 bulan dan perdarahan bercak (spooting) pada 8 minggu pertama post partum dan perdarahan ini bukan ovulasi.
e. Kejadian kehamilan
Kejadian kehamilan dalam pemakaian MAL ini relatif sangat kecil, dikarenakan efektifitas pada MAL sangat tinggi mencapai 98% (Sarwono, 2003).
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian yang berjudul Pelaksanaan MAL pada Ibu Pasca Nifas di Klinik Bersalin Kasih Ibu Binjai Utara adalah sebagai berikut :
Skema 3.1. Kerangka Konsep Mal
- Pengertian MAL - Alasan ibu memilih
MAL - Lamanya amenorea - Frekuensi menyusui - Berhubungan seksual - Spotting/perdarahan bercak selama menggunakan MAL K j di k h il
B. Defenisi Operasional No Variabel Definisi
operasional
Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
1. 2 3 4 5 6 7 Pelaksanaan MAL pada ibu pasca nifas MAL Alasan ibu memilih MAL Lama amenore Frekuensi menyusui Perdarahan bercak Kejadian kehamilan Kegiatan yang dilakukan oleh bidan dalam pelaksanaan MAL Kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif. Apa yang menyebabkan ibu memilih mal untuk mencegah
kehamilan
Dimana ibu tidak haid selama > 6 bulan
Jumlah menyusui dalam sehari
Keluarnya darah lebih sedikit dari darah haid.
Terjadinya
kehamilan saat ibu menggunakan mal Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara - Tinggi : 53,3% Rendah : 46,7% Mudah : 76,7% Murah : 23,3% >6 bulan 96,7% Lebih 6 bulan : 96,7% Lebih dari 4 jam : 86,7% Responden menjawab tidak pernah 100% Positif : responden menjawab pernah 0 Negatif : responden menjawab tidak 100% Ordinal Ordinal Nominal Interval Interval Nominal Nominal