• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mungkin tanpa ada perlakukan terhadap objek yang diteliti 28.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mungkin tanpa ada perlakukan terhadap objek yang diteliti 28."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

 

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakukan terhadap objek yang diteliti28.

Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Metode kulaitatif memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan komponen-komponen keterangan yang analitis, konseptual dan kategoris dari data itu sendiri, dan bukannya teknik-teknik yang konsepsikan sebelumnya. Penelitian kualitatif dapat memahami perilaku sosial, karena ia menemukan definisi tentang realitas dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi perilakunya.

Bodgan dan tailor (1975 : 5), ”mendefinisaikan metode kualitatif sebagai

prosedur penelitaian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar belakang individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.” 29.

Selain itu menurut Krik dan Miller juga menerangkan tentang definisi metode kualitatif, menurut mereka.

      

28

Ronny Kountur, : Metode penelitian untuk penulisan skripsi dan tesis,PPM, Jakarta,2003,Hal 105

29

(2)

 

47

”Definisi metode kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang fundamental, yang bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.” 30

Selain itu penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Dengan cara mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, menyusunnya dengan cara sistematis, dan di analisis dengan cermat yang akan dideskripsikan dalam analisis yang melingkupinya. Tujuan dari penelitan deskriptif ialah untuk melukiskan secara analisa fakta atau karakteristik tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Serta menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab dari suatu gejala tertentu.

Serta penelitian deskiptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi yang aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, megidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah-masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menempatkan rencana dan ketulusan pada waktu yang akan datang.

3.2 Metode Penelitian

Dalam hal ini teori wacana menjelaskan tentang terjadinya sebuah peristiwa seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyataan. Sebuah kalimat

      

30

(3)

 

48

bisa terungkap bukan hanya karena ada orang yang membentuknya dengan motivasi atau kepentingan subjektif tertentu (rasional atau irasional). Terlepas dari apapun motivasi atau kepentingan orang ini, kalimat yang dituturkannya tidaklah dapat dimanipulasi semaunya oleh yang bersangkutan. Kalimat itu hanya dibentuk, hanya akan bermakna, selama ia tunduk pada sejumlah aturan gramatika yang berada diluar kemauan, atau kendali si pembuat kalimat.

Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi, analisis wacana adalah telah mengenai aneka fungsi

(pragmatic) bahasa. Kita menggunakan bahasa dalam kesinambungan atau

untaian wacana. Tanpa konteks, tanpa hubungan-hubungan wacana yang bersifat antar kalimat dan super kalimat maka kita akan sukar berkomunikasi dengan tepat satu sama lain.31

Metode penelitian dalam penulisan ini adalah metode Analisis Wacana dengan menggunakan pendekatan Kualitatif. Menurut Mills Analisis Wacana lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan struktur pada level kalimat, misalnya hubungan ketatabahasaan (gramatika) seperti subjek kata kerja objek, sampai pada level yang lebih luas dari pada teks. Analisis wacana yang dilakukan bertujuan untuk mengeksplisitkan norma-norma dan aturan-aturan bahasa yang implisit32.

      

31

Alex Sobur, Analisis teks Media hal 46 32

(4)

 

49

Menurut Keraf yang dikutip oleh Yoce33, pengertian wacana dapat dibatasi dari dua sudut yang berlainan. Pertama dari sudut bentuk bahasa, dan yang kedua dari sudut tujuan umum sebuah karangan yang utuh atau sebagai bentuk sebuah komposisi. Wacana juga dapat diartikan, sebagai proses komunikasi menggunakan simbol-simbol yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa di dalam sistem kemasyarakatan yang yang luas.

Berdasarkan pengertian wacana, kita dapat mengidentifikasi ciri dan sifat sebuah wacana, antara lain sebagai berikut.: 34.

1. Wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian tindak tutur.

2. Wacana mengungkap suatu hal (subjek)

3. Penyajiannya teratur, sistematis, koheren dan lengkap dengan semua situasi pendukungnya.

4. Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu. 5. Dibentuk oleh unsur segmental dan non segmental.

Berbicara tentang wacana selalu berkaitan dengan konteks, konteks merupakan ciri-ciri alam di luar bahasa yang menumbuhkan makna pada ujaran atau wacana lingkungan nonlinguistik dari wacana. Konteks wacanaa dibentuk dari berbagai unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, penonton, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, amanat, kode, dan saluran. Unsur-unsur ini

      

33

Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, Yrama Widya, Bandung 2009, Hal. 3. 34

(5)

 

50

berhubungan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam setiap komunikasi bahasa.35.

Dari sudut bentuk bahasa, yang berasal dari naskah sekenario atau yang bertalian dengan hierarki bahasa, yang dimaksud dengan wacana adalah bentuk bahasa di atas kalimat yang mengandung sebuah tema. Satuan bentuk yang mengandung tema ini biasanya terdiri atas alinea-alinea, anak-anak bab, bab-bab atau karangan-karangan utuh, baik yang terdiri atas bab-bab maupun tidak. Jadi, tema merupakan ciri sebuah wacana, tanpa tema tak ada wacana.

3.3 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini berupa dialog, seting atau tempat, dan penokohan pada adegan film Laskar Pelangi. Alasan pemilihan subyek karena subyek yang dipilih merupakan sumber yang kompeten untuk dijadikan informasi sehubungan dengan penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu observasi terhadap adegan dalam film Laskar Pelangi dan wawancara terstruktur dengan diselingi dengan wawancara tidak terstruktur. Secara garis besar observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan

      

35

(6)

 

51

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok dalam sebuah film Laskar Pelangi. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Peneliti melakukan wawancara dengan pihak penulis skenario (script

writer).

3.4.2 Data Skunder

Data sekunder diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan. Studi kepustakaan yang meliputi jurnal, buku-buku serta referensi lainya yang terkait, seperti artikel,surat kabar, majalah dan internet.

3.5 Defenisi Konsep dan Fokus Penelitian 3.5.1 Definisi Konsep

Untuk melaksanakan penelitian ini berbagai konsep dari istilah perlu diperjelas definisi konsepnya, antara lain yaitu :

Definisi Konsep dan Operasional Konsep

No. Konsep Definisi

1. Wacana Menurut, Alex Sobur wacana adalah rangkaian

ujar atau rangkaian tindakan tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang

(7)

 

52

disajikan secara teratur, sistematis, dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. Jadi, wacana adalah proses komunikasi menggunakan simbol-simbol yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa di dalam sistem kemasyarakatan yang luas.

2. Idealisme G.Watts Cunningham, seorang idealisme

amerika serikat, memberikan definisi idealisme yakni: “idealisme merupakan suatu ajaran kefilsafatan yang berusaha menunjukan agar kita dapat memahami materi atau tatanan kejadian-kejadian yang terdapat dalam ruang dan waktu sampai pada hakekatnya yang terdalam, maka ditinjua dari segi logika kita harus membayangkan adanya jiwa atau roh yang menyertainya dan yang dalam hubungan tertentu bersifat mendasar hal-hal tersebut.” Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan.

(8)

 

53

3. Film Definisi Film Menurut UU 8/1992 Film

adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang – dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya.

4. Drama Film yang mengangkat tentang aspek-aspek

human interest sehingga sasarannya adalah perasaan penonton untuk meresapi kejadian yang menimpa tokohnya. Jenis ini dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya, seperti jika kejadiannya terjadi disekitar keluarga maka disebut sebagai drama keluarga.

(9)

 

54

3.5.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berupa dialog, seting atau tempat, dan penokohan yang dimainkan mengarah pada gambaran realitas semangat juang dalam meraih pendidikan dan semangat untuk terus bermimpi dalam meraih cita cita adegan film Laskar pelangi. Dari 126 adegan yang terdapat dalam film tersebut, yang menjadi pilihan adalah 40 adegan yang memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan diatas.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dilakukan oleh penulis adalah analisis wacana, yaitu penulis berupaya untuk memahami makna tuturan dalam konteks teks, dan situasi. Karena analisis wacana lebih menekankan pada pesan atau teks komunikasi.

Analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi dari teks, dan tata kalimat yang mengandung macam pesan yang disampaikan. Dengan melihat bagaimana anaslisis wacana yang lebih melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks.

Dari sekian banyak model analisis wacana, saat ini saya menggunakan model Norman Fairclough karena model Norman Fairclough adalah model yang berusaha menggabungkan suatu model analisis wacana yang mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya sehingga ia mengkombinasikan tradisi

(10)

 

55

analisis tekstual yang selalu melihat bahasa dalam ruang tertutup dengan konteks masyarakat yang lebih luas. Karena Norman Fairclough membangun sebuah model yang mengintegrasikan secara bersama-sama analisis wacana yang didasarkan pada linguistik dan pemikiran sosial politik dan secara umum diintegrasikan pada perubahan sosial.

Norman Fairclough menggunakan wacana menunjuk pada pemakaian bahasa sebagai praktik sosial, lebih dari pada aktivitas individu atau untuk merefleksikan sesuatu. Memandang bahasa sebagai praktik sosial, yang mengandung sejumlah implikasi : 36

1. Wacana adalah bentuk dari tindakan, seseorang menggunakan bahasa sebagai suatu tindakan pada dunia dan khususnya sebagai bentuk representasi ketika melihat dunia atau realitas..

2. Model mengimplikasikan adanya hubungan timbal balik antara wacana dan struktur sosial. Disini wacana terbagi oleh struktur sosial, kelas dan relasi sosial lain yang dihubungkan dengan relasi spesifik dari institusi tertentu seperti pada hukum atau pendidikan, sistem dan klasifikasi.

      

36

Eriyanto, Analisis wacana : Pengantar analisis teks media, PT. LKIS Pelangi Aksara, Yogyakarta 2001, Hal. 286.

(11)

 

56

Norman Fairclough membagi analisis wacana dalam tiga dimensi, yaitu

teks, discourse practice dan sociocultural prectice. Semua element yang dianalisis

tersebut dipakai untuk melihat tiga masalah berikut : 37

1. Ideasional, yang merujuk pada representasi tertentu yang ingin ditampilkan dalam teks, yang umumnya membawa muatan ideologis tertentu. Analisis ini pada dasarnya ingin melihat bagaimana sesuatu ditampilkan dalam teks yang bisa jadi membawa muatan ideologis tertentu.

2. Relasi, merujuk pada analisis bagaimana konstruksi hubungan seperti apakah teks disampaikan secara informal atau formal, terbuka atau tertutup.

3. Identitas, merujuk pada konstruksi tertentu dari identitas, serta bagaimana personal dan identitas ini hendak ditampilkan.

Ketiga dimensi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Proses Pengumpulan Data dalam CDA Fairclough

No. Level Masalah

Level Analisis

Teknik Pengumpulan Data

1 Teks Mikro - Satu/lebih metode Analisis Naskah

(sintagmatis atau paradigmatis) 2 Praktik

Wacana

Meso - Pengamatan Terlibat pada Produksi Naskah, atau

      

37

(12)

 

57

- Depth interview dengan pembuat naskah, atau

- “Secondary Data” tentang pembuatan naskah.

3 Sosiokultural Makro - Depth interview dengan pembuat naskah dan ahli paham dengan tema penelitian. - Secondary data yang relevan dengan tema

penelitian

- Penelusuran Literatur yang relevan dengan tema penelitian.

Untuk memperoleh gambaran elemen-elemen struktur wacana di atas berikut penjelasan singkat :

1. Teks

Fairclough melihat teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan hanya menampilkan suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antarobjek didefinisikan. Ada tiga elemen dasar dalam model Fairclough, yang dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Representasi : bagaimana seseorang, kelompok, tindakan, kegiatan ditampilkan dalam teks. Representasi dalam pengertian Faicrlough dilihat dari dua hal, yakni bagaimana seseorang, kelompok dan gagasan ditampilkan dalam anak kalimat dan gabungan atau rangkaian antara anak kalimat.

(13)

 

58

b. Relasi : bagaimana hubungan antara penulis, khalayak, dan partisipan media film ditampilkan dan digambarkan dalam teks. c. Identitas : bagaimana identitas penulis, khalayak dan partisipan

media film ditampilkan dan digambarkan dalam teks.

2. Praktik kewacanaan

Analisis discourse practice (praktik kewacanaan) memusatkan perhatian pada bagaimana produksi dan konsumsi teks. Teks dibentuk lewat suatu praktik diskursus, yang akan menentukan bagaimana teks tersebut diproduksi. Teks film melibatkan praktik diskursus yang rumit dan kompleks praktik kewacanaan inilah yang menentukan bagaimana teks tersebut terbentuk. Dalam pandangan Faiclough, ada dua sisi dari praktik diskursus tersebut. Yakni produksi teks (dipihak media) dan konsumsi teks (dipihak Khalayak). Jadi, kalau ada teks media yang merendahkan dan memarjinalkan posisi buruh, kita harus mencari tahu bagaimana teks tersebut diproduksi dan dikonsumsi.

Faktor pertama dari pembentukan wacana ini adalah individu dan profesi sebagai orang yang bergelut di dunia entertain. Faktor ini berhubungan dan berkaitan dengan para professional. Faktor ini antara lain melengkapi latar belakang pendidikan mereka, perkembangan professional, orientasi politik dan ekonomi para pengelolanya dan keterampilan mereka.

3. Praktik – sociokultural

Analisis sociocultural practice (praktik-sosiokultural) didasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang ada dalam sebuah film. sociocultural practice ini memang tidak

(14)

 

59

berhubungan langsung dengan produksi teks, tetapi ia menentukan bagaimana teks diproduksi dan dipahami. sociocultural practice menggambarkan bagaimana kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat memaknai dan menyebarkan ideologi yang dominant kepada masyarakat.

Menurut Fairclough hubungan itu bukan langsung, tetapi dimensi oleh discourse practice. Kalau ideologi dan kepercayaan masyarakat itu paternalistik, maka hubungannya dengan teks akan dimediasi oleh bagaimana teks diproduksi dalam suatu proses dan praktik pembentukan wacana. Mediasai itu meliputi dua hal. Pertama, bagaimana teks diproduksi dan kedua khalayak juga akan mengkonsumsi dan menerima teks tersebut dalam pandangan teks tersebut diproduksi.

Faicrlough membuat tiga level analisis sociocultural practice yaitu :

1. Situasional

Bagaimana teks itu diproduksi diantaranya dengan memperhatikan aspek situasional ketika teks tersebut diproduksi. Teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau suasana yang khas, unik, sehingga satu teks bisa jadi berbeda dengan teks yang lain. Kalau wacana dipahami sebagai tindakan, maka tidakan itu sesungguhnya adalah upaya untuk merespons situasi atau konteks sosial tertentu.

2. Intitusional

Level institusional melihat bagaimana pengaruh institusi organisasi dalam praktek produksi wacana. Institusi ini berasal dalam diri media sendiri, bisa juga kekuatan-kekuatan eksternal di luar media yang menentukan

(15)

 

60

proses produksi berita. Faktor institusi penting adalah institusi yang berhubungan dengan ekonomi media.

3. Sosial

Foktor sosial sangat berpengaruh terhadap wacana yang muncul dalam pemberitaan. Bahkan Fairclough menegaskan bahwa wacana yang muncul dalam media ditentukan oleh perubahan masyarakat. Dalam level sosial, budaya masyarakat, misalnya turut menentukan perkembangan dari wacana media.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Kinerja Ta[runan Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palangka

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar

Aspek 4 3 2 1 Kelebihan dan Kelemahan Mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam seluruh tahapan pembelajaran (learning cycle) Hanya mampu mengetahui

Terdapat beragam platform penyedia elearning atau yang biasa dikenal dengan istilah Learning Management System (LMS) dimana pengguna dapat memanfaatkan layanan

Disamping itu, supaya dapat menggunakan data histori lebih banyak yang diformulasikan dalam berbagai macam teknikal indikator, akan dikaji metoda Support Vector

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Akan tetapi sebagai tontonan yang mengedukasi dan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada penonton terutama

Tidak hanya gebyok, saya mendapatkan banyak mendengar cerita dari "arga mengenai cerita kali 1engek, maupun cerita tokoh!tokoh yang kini makamnya berada di