• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pola Pilotis Pada Bangunan Stasiun Kiaracondong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Pola Pilotis Pada Bangunan Stasiun Kiaracondong"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Pola Pilotis

Pada Bangunan Stasiun Kiaracondong

Aliska Damayanti Putri

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung

Email:

aliskadamayanti2@gmail.com

ABSTRAK

Stasiun Kiaracondong merupakan sarana transportasi berupa fasilitas publik antar kota yang berada dijalan Jembatan Opat, Kebonjayanti, Kecamatan Kiaracondong, Kelurahan Babakansari dan merupakan stasiun terbesar kedua di Kota Bandung. Tujuan dalam pembangunan ini yaitu untuk menciptakan fasilitas publik bagi masyarakat Kota Bandung berupa bangunan stasiun kereta api dengan fasilitas pendukung berupa hotel transit. Sesuai dengan rencana pengembangan Stasiun Kiaracondong, akan dibuat skybridge sebagai akses penyeberangan pengunjung dari Stasiun Utara ke Stasiun Selatan ataupun sebaliknya. Penerapan pola pilotis pada bangunan Stasiun Kiaracondong disini merupakan salah satu alternatif desain yang merupakan sebuah perkembangan dari arsitektur modern. Menurut Le Courbusier pilotis disini lebih memperlihatkan struktur bangunan berupa penggantian dinding pendukung dengan grid kolom yang berfungsi untuk menyandang beban struktural sebagai sebuah dasar estetika baru pada desain bangunan. Pada Stasiun Kiaracondong terjadi crossing antara pengguna stasiun pada saat berada di dalam bangunan maupun di area peron pada saat terjadinya jadwal keberangkatan dan jadwal kedatangan kereta api. Dengan adanya penerapan pola pilotis disini, didapatkan pemisahan zoning dan sirkulasi secara vertikal. Akses vertikal dapat diaplikasikan pada tangga, eskalator, ramp, maupun lift. Sehingga sirkulasi dan pergerakan pengunjung stasiun tidak hanya berada di bawah saja, tetapi sebagian akan berada di atas, terutama untuk pengunjung yang akan melewati/menyebrangi dari Stasiun Selatan ke Stasiun Utara atau sebaliknya, pengunjung akan lebih mudah melewati skybridge bangunan yang terhubung antara Stasiun Utara dengan Stasiun Selatan.

Kata kunci: stasiun, pilotis, skybridge.

ABSTRACT

Kiaracondong Station is an inter-city public transportation located on Opat Bridge, Kebonjayanti, Kiaracondong Sub-district, Babakansari Village. It is the second largest station in Bandung City. The purpose of this development is to create public facilities for people in Bandung in the form of train station building with the supporting facilities such as transit hotel. In accordance with the planned development of Kiaracondong Station, there will be made a skybridge as an access way from the North Station to South Station or vice versa. The application of the pilotis pattern in the Kiaracondong Station building here is one of the alternative designs which is a development of modern architecture. According to Le Courbusier pilotis, it more shows the building structure in the form of replacement supporting walls with grid column which has a function to bear the structural load as a new aesthetic base of the design of the building. At Kiaracondong Station there is a crossing between station users while inside the building and on the platform area at the time of departure schedule and train arrival schedule. With the implementation of the pilotis pattern here, it is obtained a zoning and vertical separation of the circulation. Vertical access can be applied to stairs, escalators, ramps, and elevators. Thus, the circulation and movement of the visitors in the station are not just below but also some of them will be on top, especially for visitors who will pass / cross from the South Station to North Station or vice versa more over they will easily pass through both of the station by the skybridge.

(2)

1. PENDAHULUAN

Stasiun Kiaracondong merupakan sarana transportasi berupa fasilitas publik antar kota yang berada dijalan Jembatan Opat, Kebonjayanti, Kecamatan Kiaracondong, Kelurahan Babakansari dan merupakan stasiun terbesar kedua di Kota Bandung. Stasiun Kiaracondong memiliki jumlah pengunjung yang banyak meskipun hanya melayani kelas ekonomi. Pengunjung Stasiun Kiaracondong tidak hanya masyarakat daerah sekitar Bandung saja tetapi juga luar Bandung. Akibat dari banyaknya jumlah pengunjung, maka aktivitas yang ada pada stasiun tersebut pun bermacam-macam. Sarana publik yang memberikan pelayanan berupa sarana transportasi sebagai transportasi penghubung bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga semua kegiatan baik dalam bidang pertanian, perindustrian, perekonomian, maupun wisata dapat berjalan dengan lancar. Saat ini Stasiun Kiaracondong banyak digunakan oleh masyarakat menengah sebagai penghubung antar lokal atau luar kota.

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN

2.1 Pengertian Judul

Judul yang dipilih yaitu ”Penerapan Pola Pilotis Pada Bangunan Stasiun Kiaracondong”, dimana pengertian dari tiap kata judul yaitu Penerapan merupakan suatu proses, cara, perbuatan menerapkan. Pola merupakan sistem, cara kerja. Pilotis dapat diartikan sebagai bangunan melayang diatas tanah yang memiliki elemen pendukung (supporting elements) dan elemen bukan pendukung (non-supporting elements) struktur. Tujuannya adalah membebaskan lantai dasar serta menimbulkan kesan elevated pada bangunan. Bangunan merupakan bakal untuk membangun rumah atau gedung dan sebagainya, material. Stasiun merupakan tempat menunggu bagi calon penumpang kereta api dan sebagainya. Kiaracondong merupakan tempat kereta api berangkat dan berhenti untuk melayani naik dan turunnya penumpang dan/atau bongkar muat barang dan/atau untuk keperluan operasi kereta api tepatnya terletak di batas antara Kelurahan Babakansari dan Kebonjayanti.

Dengan pemilihan judul “Penerapan Pola Pilotis Pada Bangunan Stasiun Kiaracondong” dimana. Pada Stasiun Kiaracondong terjadi crossing antara pengguna stasiun pada saat berada di dalam bangunan maupun di area peron pada saat terjadinya jadwal keberangkatan dan jadwal kedatangan kereta api. Dengan adanya penerapan pola pilotis disini, didapatkan pemisahan zoning dan sirkulasi secara vertikal. Akses vertikal dapat diaplikasikan pada tangga, eskalator, ramp, maupun lift. Sehingga sirkulasi dan pergerakan pengunjung stasiun tidak hanya berada di bawah saja, tetapi sebagian akan berada di atas, terutama untuk pengunjung yang akan melewati/menyebrangi dari Stasiun Selatan ke Stasiun Utara atau sebaliknya, pengunjung akan lebih mudah melewati skybridge bangunan yang terhubung antara Stasiun Utara dengan Stasiun Selatan.

2.2 Pengertian Tema

Tema yang diambil adalah “Pilotis” dimana pilotis disini merupakan salah satu dari perkembangan Arsitektur Modern yaitu Le Corbusier. Pilotis disini lebih memperlihatkan struktur bangunan berupa penggantian dinding pendukung dengan grid kolom yang berfungsi untuk menyandang beban struktural yang merupakan sebuah dasar estetika baru pada desain bangunan. Selain itu juga pilotis digunakan untuk suatu penyelesain masalah stasiun yang tidak memungkinkan menaikkan relnya ke atas sehingga sirkulasi pengunjung berada dibawah rel (underpass), maka dibuatlah bangunannya menjadi ke atas. Dengan adanya penerapan desain pilotis disini, didapatkan pemisahan sirkulasi pengunjung secara vertikal. Akses vertikal dapat diaplikasikan pada tangga, eskalator, ramp, maupun lift. Sehingga sirkulasi dan pergerakan pengunjung stasiun tidak hanya berada di bawah saja, tetapi sebagian akan berada di atas, terutama untuk pengunjung yang akan melewati/menyebrangi dari Stasiun Selatan ke Stasiun Utara atau sebaliknya, mereka akan lebih mudah melewati skybridge bangunan yang terhubung antara Stasiun Utara dengan Stasiun Selatan.

(3)

3. HASIL RANCANGAN

3.1 Lokasi Tapak

Keterangan :

Area yang berwarna orange merupakan area tapak Stasiun Kiaracondong. Area yang berwarna kuning digunakan untuk kawasan pemukiman penduduk. Area yang berwarna merah diperuntukan untuk kawasan perdagangan dan jasa. Area yang berwarna hijau diperuntukan untuk kawasan area hijau.

Area yang berwarna biru diperuntukan untuk kawasan perniagaan pabrik.

Gambar 1. Lokasi Tapak Sumber : dokumen pribadi

Lokasi berada di Jalan Jembatan Opat, Kebonjayanti, Kecamatan Kiaracondong, Kelurahan Babakansari dan merupakan stasiun terbesar kedua di Kota Bandung. Dimana pada kawasan Kiaracondong ini memiliki fungsi utama yaitu area perniagaan dan permukiman warga.

3.2 Zoning Tapak

Pada zoning tapak terdapat 2 gubahan massa yang memisahkan antara Stasiun Utara dengan Stasiun Selatan. Terdapat jalur penghubung antara Stasiun Utara dan Stasiun Selatan berupa skybridge.

Gambar 2. Block Plan Sumber : dokumen pribadi

Keterangan gambar 2

A=bangunan stasiun utara | B=bangunan stasiun selatan| C=bangunan hotel transit | D=skybridge | E=area peron, rel kereta api | F=area parkir mobil pengunjung | G=area parkir motor pengunjung | H=pedestrian pejalan kaki | I=area parkir kendaraan online | J=area parkir bus | K=area drop off angkot | L=area parkir servis, karyawan, pengelola | M=area utilitas | N=ekspedisi barang

Penanaman vegetasi pada batas tapak berfungsi untuk meminimalisir kebisingan kendaraan masuk ke dalam tapak. Letak rancangan suatu massa bangunan tidak terlalu depan atau berdekatan dengan batas tapak, bangunan dibuat setback. Bangunan dibuat setback agar terhindar dari kebisingan jalan utama. Pada tapak juga memanfaatkan vegetasi yang ada dan penambahan vegetasi sebagai buffer kebisingan walaupun tidak sepenuhnya meredam kebisingan secara maksimal setidaknya dapat di minimalisir.

(4)

Publik Servis Privat Area Utilitas Area peron Gambar 3. Zoning Massa Bangunan

Sumber : dokumen pribadi

Pada gambar 3 terdapat pembagian zoning antara publik, servis, privat, area utilitas dan area peron yang bertujuan untuk mempermudah pengguna stasiun untuk mengetahui bagaimana zoning yang berada pada stasiun.

3.3 Orientasi Massa Bangunan

Massa bangunan Stasiun Utara memiliki dua orientasi yaitu Utara dan Barat yang dapat dijadikan sebuah potensi yaitu menuju jalan utama (Jln. Ibrahim Adjie) dan menuju jalan lokal (Jln. Babakan Sari) , sehingga bangunan berorientasi ke kedua arah. Massa bangunan diolah secara linier dengan mengikuti bentuk tapak yang memanjang, dan diolah dengan mengikuti zoning di dalam bangunan dan di luar bangunan.

Gambar 4. Orientasi Massa Bangunan Sumber : dokumen pribadi

Massa bangunan Stasiun Selatan memiliki dua orientasi yaitu Barat dan Selatan yang dapat dijadikan sebuah potensi yaitu menuju jalan utama (Jln. Ibrahim Adjie) dan menuju jalan lokal

Area drop off angkutan kota (angkot) Pedestrian pejalan kaki Area parkir kendaraan inap Area parkir kendaraan online Area parkir bus

Area parkir motor pengunjung stasiun utara Untuk stasiun utara, lantai 1 hanya berfungsi sebagai libby, sehingga aktivitas

pengunjung stasiun diarahkan menuju lantai 2. Terdapat lobby hotel transit juga.

Dan area pengelola hotel transit. Kolom yang berfungsi sebagai pengganti

dinding pendukung. Dimana kolom tersebut memberikan kesan pilotis pada

bangunan. Lantai 2 berfungsi sebagai zona 3

stasiun dan terdapat pula zona 1 yaitu area tunggu peron. Lantai 3 berfungsi sebagai retail

dan area sarapan hotel transit. Lantai 4 berfungsi sebagai fasilitas

hotel berupa area fitness. Lantai 5 dan 6 berfungsi

sebagai area hotel transit. Lantai 2 stasiun selatan difungsikan sebagai area privat, yaotu area pengelola

stasiun. Area sevice (ekspedisi

barang) Area utilitas Area parkir pengelola, karyawan stasiun Lantai 1 stasiun selatan berfungsi sebagai area zona

3 yaitu area umum dan zona 1 yaitu area peron Area utilitas Lantai 2 skybridge pengunjung stasiun. Yang

berfungsi sebagai jalur penyeberangan orang dari stasiun utara ke stasiun selatan ataupun sebaliknya, tanpa harus melewati rel kereta api.

Berfungsi sebagai ruang transisi. Area parkir motor

pengunjung stasiun selatan Area parkir mobil

pengunjung stasiun selatan Area parkir mobil

pengunjung stasiun utara Pedestrian pejalan kaki Rel kereta api, peron

(5)

(Jln. Stasiun Lama), sehingga bangunan berorientasi kedua arah. Massa bangunan diolah secara linier dengan mengikuti bentuk tapak yang memanjang, dan diolah dengan mengikuti zoning didalam bangunan dan diluar bangunan. Pada bagian bangunan Stasiun Selatan, massa bangunan hanya dibuat 2 lantai. Untuk lantai 1 berfungsi sebagai area stasiun, dan untuk lantai 2 berfungsi khusus untuk area pengelola stasiun.

Penggabungan massa bangunan antara Stasiun Utara dan Stasiun Selatan berupa skybridge yang berfungsi sebagai jembatan penyeberangan pengunjung stasiun dan berfungsi juga sebagai jembatan penyeberangan bagi pengelola stasiun.

3.4 Pola Sirkulasi Pada Tapak

Gambar 5. Site Plan Sumber : dokumen pribadi

Pada peracangan tapak ini, semua sirkulasi diperhatikan dengan baik, terutama sirkualsi untuk kendaraan pengunjung serta alur pejalan kaki bagi pengunjung yang tidak membawa kendaraan. Kendaraan seperti mobil, motor, bus, kendaraan online, taxi konvensional harus diperhatikan karena diperkirakan pengunjung yang akan datang ke Stasiun Kiaracondong ini cenderung tidak seimbang antara yang membawa kendaraan pribadi, menggunakan kendaraan umum atau menggunakan kendaraan online. Mengingat lokasi tapak yang berada di kawasan Kiaracondong ini merupakan pusat perdagangan. Akses masuk dan keluar kendaraan dibuat terpisah agar tidak terjadi crossing antara kendaraan yang masuk tapak dan keluar tapak. Akses drop off untuk kendaraan umum seperti angkot dirancang di depan tapak (bagian Barat) yang merupakan jalan utama kendaraan berlalu-lalang yaitu Jalan Ibrahim Adjie. Tidak hanya sirkulasi kendaraan, tetapi sirkulasi pejalan kaki pun dirancang agar pejalan kaki tetap nyaman dan aman berjalan menuju tapak.

3.5 Konsep Fasad

Gambar 6. Fasad Bangunan Bagian Barat Gambar 7. Fasad Bangunan Bagian Barat Timur Sumber : dokumen pribadi Sumber : dokumen pribadi

(6)

Pada gambar 6 dan 7, fasad bangunan bagian Barat dan Timur menggunakan curtain wall dengan tebal 8 mm dan terdapat dinding roster yang dapat berfungsi sebagai secondary skin yang dapat menghasilkan seni pembayangan masuk kedalam bangunan, serta sebagai penghawaan alami yang masuk pada koridor bangunan. Pada area skybridge pun menggunakan secondary skin.

Gambar 8. Fasad Bangunan St. Utara (Selatan) Gambar 9. Fasad Bangunan St. Utara (Utara) Sumber : dokumen pribadi Sumber : dokumen pribadi

Kolom penyangga pilotis Lantai 1 dan 2 Kolom penyangga pilotis Lantai 1 dan 2

Pada gambar 8 fasad bangunan Stasiun Utara bagian Selatan, lantai 1 difungsikan sebagai sirkulasi dan kolom penyangga yang berada diluar bangunan untuk memberi kesan pilotis pada bangunan lantai 2 dan terdapat pada area skybridge yang berada di area peron dan rel kereta api. Ruangan pilotis diaplikasikan pada ada lantai 2 bangunan terdapat penggunaan dinding roster yang berfungsi sebagai penghawaan alami dan pencahayaan alami yang dapat menghasilkan pembayangan pada ruangan yang berada di dalam nya yaitu area koridor dan skybridge pengunjung serta pengelola serta penambahan sedikit aksen tanaman rambat yang berfungsi untuk menyaring udara yang akan masuk dan keluar bangunan.

Pada gambar 9 fasad bangunan Stasiun Utara bagian Utara, lantai 1 difungsikan hanya sebagai sirkulasi pengunjung stasiun. Dimana pada area tersebut merupakan sirkulasi pengguna kereta api untuk area kedatangan dan area keberangkatan. Dan terdapat kolom penyangga untuk memberi kesan pilotis. Ruangan pilotis diaplikasikan juga pada lantai 2 yang berfungsi sebagai area tunggu peron dimana area tunggu ini hanya untuk pengguna stasiun yang sudah memiliki tiket. Penggunaan material curtain wall dapat memberi pencahayaan alami pada dalam bangunan dan terdapat ventilasi sebagai penghawaan alami.

Gambar 10. Fasad Bangunan St. Utara, St. Selatan, Gambar 11. Fasad Bangunan St. Selatan (Selatan)

Area Peron (Barat) Sumber : dokumen pribadi

Sumber : dokumen pribadi

Kolom penyangga pilotis Lantai 1 dan 2

Pada gambar 10 fasad bangunan Stasiun Utara dan Stasiun Selatan bagian Utara, lantai 1 Stasiun Utara difungsikan sebagai area servis, area utilitas, lobi stasiun dan lobi hotel transit. Pada area kolom penyangga pilotis bagian Selatan tidak ada ruangan hanya berfungsi sebagai sirkulasi kendaraan servis. Kolom penyangga pilotis Stasiun Utara bagian Utara hanya berfungsi sebagai teras sirkulasi pengunjung stasiun yaitu sebagai area kedatangan dan area keberangkatan.

Selain itu pada gambar 11, kolom penyangga pilotis Stasiun Selatan bagian Selatan lantai 1 berfungsi sebagai area tunggu peron dimana hanya pengunjung yang sudah memiliki tiket yang dapat masuk area tersebut. Sedangkan kolom penyangga pilotis area skybridge pengunjung dan pengelola berada pada area peron atau area rel kereta api. Kolom tersebut berada di atas rel kereta api yang berfungsi sebagai jalur sirkulasi kereta api.

(7)

3.5 Konsep Struktur

Gambar 12. Aksonometri struktur Sumber : dokumen pribadi

Beban bangunan terdiri dari beban mati dan beban hidup. Beban mati terdiri dari berat dimensi struktur itu sendiri seperti furniture. Sedangkan beban hidup terdiri dari pergerakan manusia, angin, gempa, pergeseran bumi/tanah dan air. Sistem struktur yang digunakan adalah sistem struktur rangka dan sistem struktur bentang lebar pada area peron dan rel. Konstruksi secara makro yang digunakan adalah konstruksi beton bertulang.

Area sirkulasi servis dan utilita Area publik Core bangunan Area hotel transit

Gambar 13. Potongan pilotis pada Stasiun Utara Sumber : dokumen pribadi

Pada gambar 13 yang diberi warna garis merah memperlihatkan potongan bangunan Stasiun Utara yang termasuk kedalam bagian pilotis. Pada lantai 1 terdapat area utilitas dan pada dalam

(8)

bangunan terdapat lobi stasiun dan lobi hotel trasit. Akan tetapi, konsep pilotis disini terlihat pada kolom penyangga bangunan yang terdapat di luar bangunan, dimana pada area kolom penyangga ini hanya berfungsi sebagai area sirkulasi kendaraan servis. Tidak ada ruangan diantara kolom penyangga tersebut. Pada gambar potongan Stasiun Utara, kolom penyangga terlihat pada grid kolom no 1 sampai 21 pada lantai 1.

Gambar 14. Potongan pilotis pada Stasiun Selatan Sumber : dokumen pribadi

Area publik Area privat (pengelola)

Pada gambar 14 yang diberi warna garis merah memperlihatkan potongan bangunan Stasiun Selatan yang termasuk kedalam bagian pilotis. Pada lantai 1 terdapat area publik yang berfungsi sebagai area tunggu umum dan area tunggu peron. Sedangkan pada lantai 2 berfungsi sebagai area privat pengelola stasiun. Kolom penyangga pilotis terlihat pada teras area ruang tunggu peron. Tidak ada ruangan diantara kolom penyangga tersebut. Pada gambar potongan Stasiun Selatan, kolom penyangga terlihat pada grid kolom no 1 sampai 18.

Sistem konstruksi yang digunakan pada struktur atap bentang lebar area peron yaitu menggunakan rangka atap space beam dengan material pipa baja berdiameter 10 cm. Dengan material penutup atap menggunakan penutup atap kalzip alumunium dengan tebal 3 mm. Berikut merupakan klasifikasi elemen struktur yang digunakan pada bangunan Stasiun Kiaracondong.

Tabel 1. Klasifikasi elemen struktur yang digunakan

No Elemen

struktur Jenis, material Dimensi Keterangan

1 Pondasi Pondasi sumuran Lokasi berada di daerah relatif datar (beton) Diameter 80 cm dan di daerah permukiman warga

sehingga apabila dilakukan pengeboran pondasi tidak menimbulkan getaran yang mengganggu kegiatan sekitar

Poer (beton bertulang)

150 cm x 150 cm Digunakan untuk menopang kolom

dengan ketebalan struktur bangunan stasiun dengan grid 50 cm kolom 8.40 m x 6.00 m untuk menopang

7 lantai.

250 cm x 250 cm Digunakan untuk menopang atap bentang dengan ketebalan lebar pada area peron.

50 cm

Sloof Penggunaan pondasi sumuran harus (beton bertulang) 50 cm x 50 cm menggunakan sloof dan poer untuk

perataan beban sebelum diteruskan oleh pondasi ke tanah

2 Kolom Beton bertulang 65 cm x 65 cm Kolom struktur untuk Stasiun Utara memiliki dimensi 65 cm x 65 cm

dikarenakan menopang beban 7 lantai dengan bentang 8.40 m x 6.00 m.

(9)

Gambar 15. Kolom Stasiun Utara 65cm x 65cm

Sumber : dokumen pribadi

Beton bertulang 35 cm x 35 cm Kolom untuk Stasiun Selatan memiliki dimensi 35 cm x 35 cm dikarenakan hanya menopang beban 2 lantai dengan bentang 8.10 m x 6.00 m.

Gambar 16. Kolom Stasiun Selatan 35cm x 35cm

Sumber : dokumen pribadi

Beton bertulang Kolom struktur untuk skybridge memiliki dan baja IWF 40 cm x 40 cm dimensi 40 cm x 40 cm dikarenakan

hanya menopang beban 1 lantai dengan bentang 42.00 m.

Gambar 17. Kolom Skybridge 40cm x 40cm

Sumber : dokumen pribadi

Beton bertulang Kolom struktur untuk menopang atap

dan baja IWF 120 cm x 80 cm bentang lebar memiliki dimensi 120 cm x 80cm dengan bentang 42.00 m.

Gambar 18. Kolom Bentang Lebar 120cm x 80cm

Sumber : dokumen pribadi

3 Balok Beton bertulang Balok induk 70 cm x 50 cm

Balok anak dan balok induk menopang untuk 7 lantai Stasiun Utara dan 2 lantai Stasiun Selatan.

Balok anak 35 cm x 25 cm

Beton bertulang 60 cm x 30 cm Balok untuk menopang sybridge dengan dan baja IWF 1 lantai

4 Plat lantai Plat lantai 240 cm x 120 cm Bangunan mempertimbangkan aspek konvensional berkelanjutan, dengan pengerjaan yang (precast) mudah dan waktu yang lebih cepat dapat meminimalisir energi yang digunakan.

(10)

5 Dinding Dinding bata 240 cm x 120 cm Penggunaan curtain wall diaplikasikan ringan dan pada eksterior bangunan, sedangkan bata curtain wall (precast) ringan diaplikasikan pada ruang dalam bangunan

5 Atap Rangka atap Diameter 10 cm space beam

(baja)

Penggunaan rangka atap space beam diaplikasikan pada bentang lebar (area peron) sedangkan rangka atap flat truss diaplikasikan pada entrance bangunan dan skylight. Material penutup atap bentang lebar dan entrance menggunakan kalzip dengan tebal 3 mm. sedangkan untuk skylight menggunakan material kaca.

Rangka atap Diameter 5 cm flat truss (baja)

Sumber : dokumen pribadi

4. SIMPULAN

Dalam desain pengembangan Stasiun Kiaracondong untuk kedepannya akan direncanakan fasilitas penunjang berupa skybridge yang berfungsi sebagai jembatan penyeberangan yang menghubungkan antara Stasiun Utara dengan Stasiun Selatan. Dalam perancangan desain Stasiun Kiaracondong pun akan direncanakan fasilitas pendukung berupa hotel transit sebagai sarana penginapan untuk pengunjung stasiun. Oleh karena itu, desain perancangan bangunan Stasiun Kiaracondong mengacu pada konsep pilotis. Pilotis disini lebih memperlihatkan struktur bangunan berupa penggantian dinding pendukung dengan grid kolom yang berfungsi untuk menopang beban struktural yang merupakan sebuah dasar estetika baru pada desain bangunan.

Dengan adanya penerapan desain pilotis disini, didapatkan pemisahan sirkulasi pengunjung secara vertikal. Akses vertikal dapat diaplikasikan pada tangga, eskalator, ramp, maupun lift. Sehingga sirkulasi dan pergerakan pengunjung stasiun tidak hanya berada di bawah saja, tetapi sebagian akan berada di atas, terutama untuk pengunjung yang akan melewati/menyebrangi dari Stasiun Selatan ke Stasiun Utara atau sebaliknya, mereka akan lebih mudah melewati skybridge bangunan yang terhubung antara Stasiun Utara dengan Stasiun Selatan. Selain itu juga ruang yang diaplikasikan dengan pilotis terdapat pada ruangan bagian hotel transit dan stasiun yang berada di lantai 2, dan pada skybridge pengelola dan pengunjung yang berada di atas rel kereta api dan area peron, sedangkan pada lantai 1 nya hanya berfungsi sebagai sirkulasi dan terdapat kolom penyangga untuk lantai 2 stasiun dan skybridge untuk memberi kesan pilotis.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan yang tidak sengaja. Oleh karena itu, penyusun memohon maaf atas kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Selama penyelesaian laporan ini, tentunya penyusun tidak luput dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan hormat dan ucapan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, atas izin dan rahmatnya laporan Tugas Akhir Arsitektur ini dapat terlaksana. 2. Bapak Eggi Septianto, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi

bimbingan dan petunjuk dalam perancangan Tugas Akhir Arsitektur ini.

3. Ibu Nur Laela Latifah, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan petunjuk dalam perancangan Tugas Akhir Arsitektur ini.

4. Bapak Ir. Bambang Subekti, M.T. selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan arahan dalam perancangan Tugas Akhir Arsitektur ini.

5. Ibu Dr. Ir. Nurtati Soewarno, M.T. selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan arahan dalam perancangan Tugas Akhir Arsitektur ini.

6. Ibu Ir. Dwi Kustianingrum, M.T. selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan arahan dalam perancangan Tugas Akhir Arsitektur ini.

(11)

8. Bapak Irfan S. Hasim, S.T., M.T. selaku koordinator Studio Tugas Akhir.

9. Bapak Ir. Tecky Hendrarto, M.M. selaku Ketua Jurusan Arsitektur ITENAS (Institut

Teknologi Nasional) yang telah membantu proses kelancaran bidang akademik dan perizinan sehingga studio tugas akhir ini berjalan dengan lancar.

10. Bapak dan ibu dosen Jurusan Teknik Arsitektur ITENAS (Institut Teknologi Nasional) yang telah banyak memberikan bimbingannya.

11. Rekan-rekan seperjuangan peserta Studio Tugas Akhir periode 2A semester genap tahun 2017-2018 atas kebersamaannya selama ini.

12. Sahabat dan rekan–rekan satu kelompok yang selalu menemani, menghibur dan saling memberi semangat selama Tugas Akhir.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Corbusier, Le; (1986). “Toward A New Architecture”; United Of America. [E-book].

[2] Filler, Martin; (2007). “Makers Of Modern Architecture : From Frank Lloyd Wright To Frank Gehry”; New York. [E-book].

[3] Jonan, Ignasius; PT. Kereta Api Indonesia (Persero); (2012). “Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api Indonesia”; Bandung. [E-book].

[4] Neufert, Ernst. (2002). Data Arsitek Jilid I; Jakarta: Penerbit Erlangga. [5] Neufert, Ernst. (2002). Data Arsitek Jilid II; Jakarta: Penerbit Erlangga. [6] Kamus Besar Bahasa Indonesia [Online]. Tersedia : https://kbbi.web.id.

Gambar

Gambar 2. Block Plan  Sumber : dokumen pribadi
Gambar 3. Zoning Massa Bangunan  Sumber : dokumen pribadi
Gambar 5. Site Plan  Sumber : dokumen pribadi
Gambar 8. Fasad Bangunan St. Utara (Selatan)  Gambar 9. Fasad Bangunan St. Utara (Utara)    Sumber : dokumen pribadi         Sumber : dokumen pribadi
+3

Referensi

Dokumen terkait

AWAS: Anda harus memasang kembali semua sekrup pada kedua sisi drive disk optikal untuk memastikan bahwa slot drive sejajar dengan penutup belakang... Panduan Meng-upgrade

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle gambar seri yang dikembangkan dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa jerman khususnya

Pembobot normalisasi korelasi silang yang digu- nakan untuk model VAR-GSTAR diperoleh dari nilai korelasi data curah hujan setiap lokasi dengan lokasi lain sesuai persamaan

Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh Al-nitrat dan Al-laktat terhadap konsentrasi Al yang diserap oleh akar serta pengaruh Al-nitrat dan Al-laktat terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan variasi penambahan sari buah sirsak pada kembang gula keras berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar gula reduksi,

Sebesar AS$259.086.292,20 (dua ratus lima puluh sembilan juta delapan puluh enam ribu dua ratus sembilan puluh dua koma dua nol dolar Amerika Serikat) atau 47,08% dari Laba

BPJS Kesehatan menyampaikan kinerjanya dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden,