• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINERGITAS DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN PERMASALAHAN PERBATASAN LAUT DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SINERGITAS DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN PERMASALAHAN PERBATASAN LAUT DI INDONESIA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

450

SINERGITAS DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN PERMASALAHAN

PERBATASAN LAUT DI INDONESIA Syofhan Syofa

ABSTRACT

Indonesia is an archipelago with a vast sea area. Many of Indonesia's maritime borders are directly bordered by other countries which have a high potential for vulnerability to state sovereignty. On the other hand, sea border areas have strategic values that can be utilized for national development. There is a need for synergy between the central government, regional governments, business actors, and the community in implementing national policies and strategies for developing sea border areas in order to resolve and minimize sea border problems in Indonesia.

Keywords: Problems on the Indonesian Sea Border, Synergy, Efforts, Central Government, Local Government, Business Actors, Community.

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang luas. Perbatasan laut Indonesia banyak berbatasan langsung dengan negara lain sehingga memiliki potensi kerawanan yang cukup tinggi terhadap kedaulatan negara. Disisi lain, wilayah perbatasan laut memiliki nilai strategis yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan nasional. Diperlukan adanya sinergitas antara pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pengembangan kawasan perbatasan laut guna menyelesaikan dan meminimalisir permasalahan perbatasan laut di Indonesia.

Kata Kunci: Permasalahan Perbatasan Laut Indonesia, Sinergitas, Upaya, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Pelaku Usaha, Masyarakat.

A. Latar Belakang

Batas wilayah negara adalah batas-batas imajiner pada permukaan bumi yang memisahkan wilayah negara dengan negara lain yang umumnya terdiri dari perbatasan darat, laut dan udara. Namun, beberapa pakar mengatakan bahwa perbatasan bukan hanya semata-mata garis imajiner yang memisahkan satu daerah dengan

daerah lainnya, melainkan juga merupakan batas kedaulatan dengan hak-hak negara yang disertai dengan undang-undang sebagai landasan hukum tentang batas wilayah.

Di dalam hukum internasional terdapat beberapa unsur yang harus dipenuhi untuk berdirinya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat antara lain, adanya rakyat, wilayah,

(2)

451 pemerintahan yang berdaulat, dan adanya pengakuan dari dunia internasional. Wilayah merupakan bagian dari unsur negara, sehingga sebuah negara harus memiliki batas-batas yang jelas. Batas-batas-batas wilayah negara dapat berupa penanda yang bersifat alami maupun buatan. Batas yang bersifat alami, misalnya sungai, pohon, danau, sedangkan yang bersifat buatan manusia, bisa berupa tembok, tugu, termasuk juga perjanjian-perjanjian internasional. Batas-batas tersebut berfungsi sebagai pagar-pagar yuridis dan pagar-pagar politis berlakunya kedaulatan dan yurisdiksi negara.

Batas-batas wilayah negara penting untuk dijaga keberadaannya karena merupakan bagian dari kedaulatan suatu negara. Sebagai suatu negara yang yang berdaulat, sangat penting bagi Indonesia untuk menjaga setiap batas-batas wilayah negaranya agar tidak dikuasai atau diambil alih negara lain. Salah satu upaya menjaga batas-batas wilayah negara Indonesia adalah dengan melakukan pembangunan dan pengelolaan di kawasan perbatasan. Pembangunan serta pengelolaan kawasan perbatasan pada intinya menyangkut pada dua hal yakni

pembangunan dan pengelolaan di perbatasan antar negara yang berupa kawasan berbatasan langsung antara negara Indonesia dengan negara tetangga, dan di perbatasan antar daerah yang berupa kawasan yang terletak diantara perbatasan provinsi dengan yang lain dan atau antara Kabupaten/Kota yang satu dengan yang lain.

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang sangat luas. Perbatasan laut Indonesia banyak berbatasan langsung dengan negara lain sehingga memiliki potensi kerawanan yang cukup tinggi terhadap kedaulatan negara. Disisi lain, wilayah perbatasan laut memiliki nilai strategis yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan nasional. Dalam hal tersebut pemerintah Indonesia tentu memerlukan dukungan dari berbagai pihak untuk dapat secara optimal menjaga wilayah kedaulatan negara. Indonesia memang telah memiliki TNI-Angkatan Laut, Direktorat Kepolisian Perairan, Dirjen Hubla Kementerian Perhubungan, Dirjen PSDKP Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan; Bakamla, dan Satuan Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan Secara Illegal (Satgas 115)

(3)

452 sebagai ujung tombak dalam menjaga wilayah perbatasan laut negara yang sangat luas, namun adanya keterlibatan dari pemerintah daerah, masyarakat perbatasan dan pelaku usaha tentu masih sangat dibutuhkan dalam upaya pengembangan dan pengelolaan kawasan perbatasan laut Indonesia.

Disisi lain, banyaknya pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan perbatasan dapat menimbulkan permasalahan baru apabila tidak terdapat sinergitas yang baik antara satu pihak dengan pihak lainnya. Sinergi dalam hal ini dapat berupa operasi gabungan atau perpaduan unsur untuk menghasilkan output yang lebih baik dalam pencapaian tujuan. Dengan adanya sinergitas dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan perbatasan, batas-batas negara akan lebih mudah diawasi, sehingga diharapkan dapat meminimalisir permasalahan perbatasan laut di Indonesia.

B. Permasalahan Perbatasan Laut

Isu keamanan laut merupakan permasalahan perbatasan laut yang perlu disikapi secara serius oleh Indonesia. Isu keamanan laut tersebut

meliputi ancaman kekerasan (pembajakan, perompakan dan sabotase serta teror obyek vital), ancaman navigasi (kekurangan dan pencurian sarana bantu navigasi), ancaman sumber daya (perusakan serta pencemaran laut dan ekosistemnya), dan ancaman kedaulatan dan hukum (penangkapan ikan secara ilegal, imigran gelap, eksporasi dan ekspoitasi sumber kekayaan alam secara ilegal, termasuk pengambilan harta karun, penyelundupan barang dan senjata, serta penyelundupan kayu gelondongan melaui laut).

Disisi lain, dalam skala yang lebih luas, isu keamanan laut di Asia Tenggara khususnya Indonesia juga kerap menjadi perhatian dari dunia internasional. Bahkan, Internasional Maritime Organization (IMO) menyatakan bahwa aksi perompakan di kawasan perairan Asia Tenggara sebagai yang tertinggi di dunia. Pelaku perompakan tidak hanya menggunakan senjata tradisional, tetapi juga senjata api dan peralatan berteknologi canggih. Selain masalah perompakan, penyelundupan manusia melalui perairan Kawasan Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara, juga cenderung meningkat. Australia yang

(4)

453 berada di bagian selatan kawasan Asia Tenggara, merupakan salah satu negara tujuan para imigran gelap. Hal tersebut menjadikan perairan di kawasan Asia Tenggara, termasuk perairan Indonesia, menjadi jalur laut yang kerap digunakan oleh imigran gelap.

Penyelundupan manusia tidak dapat dipandang sebagai masalah

yang sederhana. Upaya

penanggulangannya melibatkan beberapa negara dengan berbagai kepentingan yang berbeda, terutama keamanan, kemanusiaan, ekonomi, dan politik. Kegiatan migrasi ilegal berskala besar kerap dilakukan oleh organisasi yang memiliki jaringan internasional. Migrasi ilegal memberikan dampak negatif terhadap negara tujuan dan negara transit sehingga sering menimbulkan persoalan politik, sosial ekonomi, dan ketegangan hubungan antar negara.

Disamping migrasi ilegal, kasus penyelundupan manusia, seperti penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan bayi, atau wanita ke negara lain melalui kawasan perbatasan laut juga marak terjadi. Kegiatan penyelundupan melalui kawasan perbatasan laut antar negara

yang tidak kalah maraknya adalah penyelundupan senjata, amunisi, dan bahan peledak. Kegiatan ilegal tersebut memiliki aspek politik, ekonomi, dan keamanan antar negara maupun di negara tujuan. Di bidang keamanan, penyelundupan senjata menimbulkan masalah yang sangat serius karena secara langsung akan mengancam stabilitas keamanan negara tujuan.

Sebagai negara dengan wilayah laut yang luas, pencurian ikan (illegal fishing) juga merupakan masalah klasik yang kerap menimbulkan kerugian yang besar bagi Indonesia. Pencurian ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia sangat marak dilakukan oleh kapal-kapal nelayan asing. Bahkan tidak jarang kapal-kapal nelayan asing mendapat pengawalan dari kapal-kapal pihak keamanan negara asal nelayan tersebut.

Perompakan di laut, penyelundupan, dan pencurian sumber daya alam milik negara yang diuraikan diatas merupakan tindakan ilegal lintas negara yang menimbulkan kerugian bagi negara-negara di kawasan maupun bagi negara-negara yang menggunakan lintas perairan. Tindakan ilegal tersebut kerap diorganisasi dengan rapi, sehingga

(5)

454 perlu adanya kerjasama di tingkat pemerintah antarnegara, pemerintah pusat dengan daerah, maupun pemerintah dengan masyarakat kawasan perbatasan dalam rangka pengawasan kawasan perbatasan guna meminimalisir aktivitas ilegal yang menjadi isu keamanan perbatasan laut. C. Kebijakan Penyelesaian Permasalahan Perbatasan Laut

Kegagalan Indonesia dalam menjaga pulau Sipadan dan Ligitan merupakan pelajaran berharga bagi para pemimpin bangsa, ilmuwan dan masyarakat Indonesia akan pentingnya pengawasan dan pengembangan kawasan perbatasan dan pulau - pulau terluar.

Dalam mengoptimalkan peran strategis kawasan perbatasan antar negara, pemerintah memerlukan upaya dan keterlibatan yang besar dari masyarakat kawasan perbatasan, maupun pelaku usaha, mengingat kawasan perbatasan laut memiliki permasalahan yang komplek dan multi dimensional. Kawasan perbatasan antar negara merupakan kawasan yang rentan terhadap infiltrasi idiologi, ekonomi maupun sosial budaya dari negara lain, disisi lain kawasan perbatasan antar negara di Indonesia

masih dihadapkan pada permasalahan permasalahan yang sangat mendasar seperti rendahnya kualitas SDM, serta minimnya infrastruktur terutama perhubungan.

Perbatasan laut Indonesia meliputi batas laut teritorial, batas laut Zona Ekonomi Eksklusif, dan batas Landas Kontinen. Batas-batas tersebut diukur jaraknya ke arah luar dari titik dasar yang dihubungkan oleh garis pangkal yang penetapannya tergantung pada keberadaan pulau-pulau terluar. Sehingga, ketertinggalan dari negara tetangga yang berbatasan, baik tertinggal secara sosial maupun ekonomi, dikawatirkan dalam jangka panjang dapat berkembang menjadi kerawanan yang bersifat politis.

Kawasan perbatasan di Indonesia hingga saat ini sebagian besar masih merupakan kawasan yang tertinggal dan terisolir. Kebijakan pembangunan di masa lampau yang bersifat sentralistik dan lebih menekankan kepada aspek keamanan, telah menyebabkan rendahnya intensitas pembangunan di kawasan perbatasan laut Indonesia. Namun, pemerintah pusat menyadari seriusnya permasalahan yang akan dihadapi sehingga pada tahun 2010 pemerintah

(6)

455 mengeluarkan kebijakan untuk membentuk Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) sebagai institusi yang bertugas menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan, membuat rencana kebutuhan anggaran, mengoordinasikan pelaksanaan, dan melaksanakan evaluasi dan pengawasan terhadap pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan.

Sebagai pedoman penanganan kawasan tertinggal (termasuk pulau-pulau kecil yang terpencil/terisolir) yang terintegrasi dalam kesatuan pengembangan kawasan andalan dan pusat-pusat pertumbuhan, pemerintah sebelumnya juga telah mengeluarkan kebijakan berupa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) sendiri merupakan kebijakan yang diharapkan dapat menampung seluruh kepentingan sektor yang terkait dengan penataan ruang wilayah negara, termasuk wilayah perbatasan negara.

Disisi lain, guna mempertegas upaya dan visi pengembangan dan pengelolaan kawasan perbatasan Indonesia, pemerintah melalui BNPP

juga telah mengeluarkan kebijakan berupa Peraturan BNPP Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011-2025. Kebijakan tersebut merupakan acuan bagi penyusunan rencana induk maupun rencana aksi pengelolaan perbatasan mengenai bagaimana mencapai visi dan misi jangka panjang pengelolaan perbatasan sebagaimana diamanahkann dalam RPJP. Kebijakan tersebut juga berperan dalam menjembatani antara Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJPM) yang bertujuan untuk memberikan arah bagi penyusunan Rencana Induk dan Rencana aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan secara bertahap, sistematis, terarah, terukur, dan komprehensif sebagai acuan pengelolaan perbatasan di Pusat maupun di Daerah.

Pemerintah dalam

pengembangan dan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan telah memiliki paradigma baru, arah kebijakan pun berubah dari

(7)

456 yang cenderung inward looking menjadi outward looking, atau dapat juga dikatakan berubah dari pandangan bahwa perbatasan sebagai halaman belakang menjadi perbatasan sebagai halaman depan yang dapat menjadi pintu gerbang masuknya aktivitas perekonomian yang berkontribusi besar dalam pembangunan nasional.

Pemerintah kini menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kesejahteraan, yang dilaksanakan serasi dengan dua pendekatan lain yang berorientasi pada keamanan dan lingkungan. Melalui pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) pemerintah berupaya agar kegiatan ekonomi dan perdagangan di kawasan perbatasan terus berkembang, sehingga berdampak pada meningkatkannya kesejahteraan masyarakat perbatasan.

Pada dasarnya pengembangan dan pengelolaan kawasan perbatasan merupakan langkah strategis untuk menetapkan dan menegaskan batas-batas wilayah negara serta batas-batas-batas-batas terluar perairan yuridiksi dengan negara tetangga, pengamanan di perbatasan darat dan laut, reformasi manajemen pengelolaan lintas batas

negara, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan perbatasan. Dengan adanya pengembangan dan pengelolaan kawasan perbatasan, serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat perbatasan, diharapkan dapat berdampak positif pada peningkatan pengawasan perbatasan, sehingga meminimalisir aktivitas yang menimbulkan permasalahan di perbatasan laut Indonesia.

D. Sinergitas Dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Sebagai Upaya Penyelesaian Permasalahan Perbatasan Laut

Pelaksanaan dari kebijakan dan strategi nasional pengembangan dan pengelolaan kawasan perbatasan laut memerlukan komitmen kerjasama yang terpadu, serta konsisten baik dari pemangku kepentingan di pusat maupun daerah. Selain peran pemerintah, peran dunia usaha serta masyarakat sangat penting bagi suksesnya pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan.

Sinergitas antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat perbatasan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan perbatasan.

(8)

457 Sinergi dalam hal ini dapat berupa operasi gabungan atau perpaduan unsur untuk menghasilkan output yang lebih baik dalam pencapaian tujuan. Dengan adanya sinergitas dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan perbatasan, batas-batas negara akan lebih mudah diawasi, sehingga diharapkan dapat meminimalisir permasalahan perbatasan laut di Indonesia. Selain itu, adanya sinergitas diharapkan dapat menjadi katalisator untuk mencapai tujuan dengan hasil yang lebih maksimal. Namun, sinergitas yang baik hanya dapat terbangun apabila terdapat komunikasi dan koordinasi yang baik diantara pihak-pihak yang terlibat. Untuk mempermudah komunikasi dan koordinasi guna guna menciptakan sinergitas, diperlukan adanya kejelasan peran dan kewenangan dari masing-masing pihak yang terlibat. Dalam mencapai tujuan dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan perbatasan, pembagian peran dan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat perbatasan, antara lain dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Pemerintah Pusat

Secara umum kewenangan pemerintah pusat di perbatasan laut menyangkut, antara lain :

a. Pengelolaan kelembagaan CIQ (Customs, Immigration, Quarantine) di pulau-pulau kecil terluar.

b. Penegakan hukum (Kejaksaan, Kehakiman dan POLRI) di wilayah perairan perbatasan maupun pulau-pulau terluar.

c. Pertahanan dan Keamanan di wilayah perairan perbatasan maupun pulau-pulau terluar (TNI). d. Kerjasama Luar Negeri. Sehingga

peran yang harus dilakukan pemerintah pusat adalah dalam hal : Mempertahankan dan memelihara identitas dan integritas bangsa dan negara; Menjamin stabilitas ekonomi dalam rangka peningkatan kemakmuran rakyat; Menjamin kualitas dan efisiensi pelayanan umum yang setara bagi semua warga negara; Menjamin pengadaan teknologi dan SDM yang berkualitas dan Menjamin supremasi hukum nasional.

(9)

458 2. Pemerintah Provinsi

Kewenangan Provinsi sesuai dengan kedudukannya sebagai Daerah Otonom adalah :

a. Menyelengarakan kewenangan pemerintahan otonom yang bersifat lintas Kabupaten/Kota. b. Pelaksanaan kewenangan

Pemerintah yang didekonsentrasi kepada Gubernur. Sehingga peran yang diharapkan dari Pemerintah Provinsi adalah: Menjamin terlaksananya pelayanan lintas Kabupaten/Kota di perbatasan laut dalam satu Provinsi dengan memperhatikan keseimbangan pembangunan dan pelayanan pemerintah yang lebih efisien; Penanganan konflik antara Kabupaten/Kota diperbatasan. Dalam hubungannya dengan kerjasama antar negara diperbatasan, pemerintah Provinsi baru terlibat dalam sidang-sidang yang diselenggarakan oleh Sosek Malindo, yaitu Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dengan Sarawak (Malaysia) dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan Sabah (Malaysia).

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

Kewenangan dan tanggung jawab Kabupaten/Kota menyangkut, antara lain :

a. Penyusunan rencana pengelolaan, rencana aksi, rencana bisnis dan penataan ruang Kawasan.

b. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pembangunan. c. Peningkatan kemampuan

masyarakat dan penguatan kelembagaan.

d. Melaksanakan kerjasama dengan pihak swasta, baik nasional maupun asing sesuaiketentuan yang berlaku. Dengan demikian peran yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota di perbatasan adalah : Menjamin terlaksananya pembangunan ekonomi ditingkat Kabupaten perbatasan laut secara efisien; Menjamin terlaksananya pelayanan kesejahteraan masyarakat perbatasan laut secara berkesinambungan; Menjamin terlaksananya penataan ruang Kabupaten. Peran Pemerintah Kabupaten/Kota dalam pengelolaan perbatasan yang menyangkut hubungan bilateral

(10)

459 antar negara belum diatur secara khusus.

4. Dunia Usaha/Swasta

Besarnya minat investor asing untuk mengelola perbatasan laut harus mengikuti aturan pengelolaan pulau-pulau kecil secara lestari yang telah disusun oleh Departemen Kelautan dan Perikanan. Beberapa peluang investasi di pulau-pulau terluar perbatasan diantaranya :

a. Investasi dibidang wisata bahari dan pengelolaan lingkungan. b. Investasi dibidang industri (bersih)

dan perdagangan.

c. Investasi dibidang jasa transportasi dan keuangan.

5. Masyarakat

Masyarakat perbatasan laut harus dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan pulau-pulau terluar diperbatasan laut. Walaupun banyak pulau-pulau terluar di perbatasan yang tidak berpenghuni, tetapi masyarakat di pulau-pulau sekitarnya yang lebih luas dapat dilibatkan peran sertanya baik dalam hal menjaga keamanan perairan, perlindungan lingkungan terumbu karang dan hutan bakau, ataupun dalam aktivitas pembangunan

ekonomi lainnya. Peran serta masyarakat perbatasan laut yang berkualitas akan terwujud dengan program-program peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan peningkatan pengetahuan, khususnya dibidang kelautan dan perikanan. E. Kesimpulan

Indonesia merupakan negara kepulauan terluas di dunia dengan wilayah laut yang sangat luas. Permasalahan perbatasan laut menjadi perhatian serius bagi pemerintah dalam menjaga eksistensi kedaulatan NKRI. Dalam upaya menjaga perbatasan laut Indonesia pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan, diantaranya kebijakan yang terkait dengan pengembangan dan pengelolaan kawasan perbatasan. Hal tersebut sekaligus menjadi langkah strategis pemerintah dalam menetapkan dan menegaskan batas-batas wilayah negara serta batas-batas-batas-batas terluar perairan yuridiksi dengan negara tetangga, pengamanan di perbatasan darat dan laut, reformasi manajemen pengelolaan lintas batas negara, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan perbatasan. Dengan adanya pengembangan dan pengelolaan

(11)

460 kawasan perbatasan, diharapkan dapat berdampak positif pada peningkatan pengawasan perbatasan, sehingga meminimalisir kegiatan ilegal yang dapat menimbulkan permasalahan di perbatasan laut Indonesia.

Banyaknya pihak yang telibat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan perbatasan akhirnya menjadikan sinergitas antara pemerintah pusat, pemerintah daerah,

pelaku usaha, dan masyarakat perbatasan sebagai salah satu hal yang sangat penting. Disisi lain, sinergitas yang baik hanya dapat terbangun apabila terdapat komunikasi dan koordinasi yang baik diantara pihak-pihak yang terlibat. Perlu adanya pembagian yang jelas pada peran dan kewenangan pihak-pihak yang terlibat guna menciptakan komunikasi dan koordinasi yang baik, serta menghindari adanya tumpang tindih kewenangan.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan BNPP Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Desain Besar Pengelola Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011-2025. Peraturan Pemerintah (PP) No. 26

Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).

Partnership Policy Paper No. 2, Kebijakan Pengeloaan Kawasan Perbatasan Indonesia, 2011.

Rahmawati, Triana et al. (2014) Sinergitas Stakeholders dalam Inovasi Daerah. Jurnal

Administrasi Publik (JAP) Vol. 2, No. 4, Hal. 641-647.

Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara.

Konvensi Montevidio 1993.

Adam Irwansyah Fauzi “Kedaulatan dan Batas Wilayah Darat Negara”, ITB, 2018.

Wahyulianto, Supartono, Bintoro, “Optimalisasi Pemanduan Kapal Dalam Meningkatkan Keamanan Maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura Guna Menjaga Kedaulatan Negara”.

Jurnal Keamanan Maritim Volume 4 Nomor 2018.

(12)

461 Rafika Permatasari, “Upaya Asean

Maritime Forum (AMF) dalam Menanggulangi Kasus Perompakan di Perairan Asia Tenggara (Studi Kasus Selat Malaka Tahun 2015-2018)”, UNILA, 2019.

“Kebijakan Pengeloaan Kawasan Perbatasan Indonesia”, Partnership Policy Paper Nomor 2/2011.

Peraturan BNPP Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011-2025.

Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara.

Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara.

Konvensi Montevidio 1933.

Adam Irwansyah Fauzi, “Kedaulatan Dan Batas Wilayah Darat Negara”, ITB, 2018 .

Wahyulianto, Supartono, Bintoro, “Optimalisasi Pemanduan Kapal Dalam Meningkatkan Keamanan Maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura Guna Menjaha Kedaulatan Negara”, Jurnal Keamanan

Maritim Volume 4 Nomor 3, 2018.

Rafika Permatasari, “Upaya Asean Maritime Forum (AMF) Dalam Menanggulangi Kasus Perompakan Di Perairan Asia Tenggara (Studi Kasus Selat Malaka Tahun 2015-2018)”, UNILA, 2019.

“Kebijakan Pengelolaan Kawasan Perbatasan Indonesia”, Partnership Policy Paper Nomor 2/2011.

Peraturan BNPP Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011-2025.

Referensi

Dokumen terkait

Tesis ini menganalisis pengelolaan daratan pesisir berbasis zonasi di Provinsi Jambi, dengan Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan zona-zona wilayah pesisir

Dengan adanya sistem administrasi pertanahan tanah untuk wilayah pesisir dan laut tersebut diharapkan dapat mentransformasi potensi sumberdaya wilayah pesisir dan

Fasilitas dan Kemudahan di KEK diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015, memberi peluang kesempatan kerja baru bagi warga negara Indonesia, namun keberadaan Tenaga

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, fisibel-kah penerapan strategi ini di wilayah perbatasan kedua negara? Ada beberapa argument yang dibangun untuk menjelaskan layak

Perbatasan memiliki arti penting tidak saja dalam konteks wilayah suatu negara dan kedaulatan wilayah, juga memiliki fungsi lain yang tidak kalah pentingnya dari

saling percaya di antara negara-negara yang terlibat di dalam konflik Laut

Boundary adalah batas wilayah negara atau perbatasan di mana secara demarkasi letak negara dalam rotasi dunia yang telah ditentukan, dan mengikat secara bersama-sama atas