• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada tanggal 21 April 2002 Barli Sasmitawinata mendirikan sebuah lembaga pendidikan non formal yaitu Bale Seni Barli Jl. Parahyangan km 1,2 Kota Baru Parahyangan Padalarang Jawa Barat yang fokus pada pembinaan, seni dalam bentuk aktifitas workshop dan pelatihan seni diantaranya studio lukis, patung, batik, music, tari dan keramik. Bale Seni Barli berdiri berawal dari pemikiran dan gagasan almarhum maestro pelukis Barli Sasmitawinata mengenai seni lukis Indonesia yang diharapakan mampu meningkatkan keseimbangan pikiran melalui ilmu pengetahuan yang dijiwai kemuliaan hati. Pemikiran dan gagasan tersebut sejalan visi dan misi Kota Baru Parahyangan yang mendirikan kota mandiri berwawasan pendidikan, maka berdirilah Bale Seni Barli. Penghargaan yang pernah diraih oleh Bale Seni Barli adalah pemecahan rekor MURI 100 Pelukis Wanita melukis diatas kanvas 100 Meter dalam 100 Menit pada bulan Mei 2002. Tujuan didirikannya Bale Seni Barli adalah untuk mengembangkan dunia pendidikan serta memperkenalkan budaya Indonesia terhadap masyarakat luar dan mancanegara, selain itu agar masyarakat lebih mengetahui budaya-budaya Indonesia juga untuk melestarikan dan memberdayakan budaya-budaya Indonesia.

Kota Baru Parahyangan mempunyai konsep tiga pilar utama yaitu pilar pendidikan, budaya dan sejarah. Pilar Pendidikan merupakan investasi terbaik untuk kemajuan dan kesejahteraan masa depan. Kota Baru Parahyangan menjadikan sebagai positioning pengembangan kota mandiri yang di implementasikan dalam bentuk pendidikan formal dan non formal. Kedua Pilar Budaya mengadopsi nilai budaya luhur untuk terus hidup dan melekat di hati masyarakat, sehingga tercipta suatu kota yang berbudaya. contohnya Barli Art Center yang mewadahi pembinaan seni non formal yang di prakarsai oleh Barli Sasmitawinata. Yang ketiga Pilar Sejarah yang memberi begitu banyak inspirasi terutama pada desain arsitektur dan kawasan yang indah dengan penataan yang optimal sehingga dulu Bandung dikenal sebagai kota cantik Paris Van Java. Kota Baru Parahyangan menghidupkan kembali nuansa desain dan kawasan dari karya-karya terbaik seperti Koridor Bandung Tempo Doeloe.

(2)

2 Disamping itu Kota Baru Parahyangan memiliki potensi yang baik sebagai kota mandiri pertama dan terbesar di Bandung dengan konsep pembangunan yang didasarkan pada tiga pilar (pendidikan, budaya dan sejarah) serta pola pembangunan kota mandiri yang memiliki lokasi strategis yang dapat di akses langsung melalui Tol Purbaleunyi untuk bandung, sumedang, cirebon, tasikmalaya, jawa tengah dan sekitarnya. Akses langsung via tol Cipularang atau Puncak untuk jakarta dan sekitarnya. Aksesibilitas mudah 10 menit dari gerbang tol Pasteur 100 meter dari gerbang tol Padalarang 1,5 jam dari jakarta via tol Cipularang. Dengan pemandangan indah danau, lembah dan gunung, udara bersih dan suhu yang nyaman menajdi faktor pendukung dalam Program pengembangan masyarakat untuk menjadi kota yang berkelanjutan.

Merancang fasilitas yang berkaitan dengan seni , tidak sekedar berkaitan dengan penataan ruang di dalamnya saja, tetapi juga dapat menciptakan suasana yang mendukung eksistensi estetika dari objek-objek seni yang dipamerkan dalam kesatuan yang memiliki nilai seni yang tinggi. Art Center, Museum, Galeri bukan hanya tempat untuk memajang karya seni saja, tetapi suatu tempat yang mampu memberi penghargaan terhadap karya seniman agar lebih bernilai, namun pada kenyataannya, Barli Art Center ini dinilai belum dapat memenuhi tingkat kenyamanan dalam system pencahayaan, penghawaan, layout ruang dan sirkulasi pengunjung, dalam hal ini desainer interior berperan penting dalam perancangan interior Barli Art Center untuk memfasilitasi kreatifitas dan apresiasi agar aktivitas dan alur kegiatan yang berkaitan dengan kegian seni dapat berjalan dengan lancar juga dapat mewadahi aktifitas pelaku seni maupun pihak pengelola di berdasarkan standar dan syarat-syarat pokok dalam perancangan interior Barli Art Center untuk memenuhi kriteria standar ruang pamer galeri seni yang memadai.

1.2. Identifikasi Masalah

Secara umum, permasalahan yang ada merupakan kelanjutan dari latar belakang yang penyusun paparkan sebelumnya. Berdasarkan sumbernya, identifikasi masalah dapat dikategorikan menjadi 3 faktor, yaitu:

a. Faktor internal (human factor)

Faktor internal memaparkan beberapa faktor yang mencakup aspek psikologis dan sosial budaya. Aspek psikologis mencakup hal-hal yang berkaitan dengan

(3)

3 pola pikir masyarakat dalam menyikapi permasalahan apresisasi terhadap Barli Art Center. Aspek sosial budaya mencakup bagaimana Barli Art Center menjadi salah satu ajang kreatifitas untuk memfasilitasi masyarakat Indonesia. Sehingga dalam perancangan interior, karya desain yang dihasilkan harus mampu mengintrepetasikan image masyarakat bahwa Barli Art Center mewadahi kreatifitas seni di indonesia.

b. Faktor fisik

Faktor fisik berkaitan dengan karakter bangunan yang mewadahi ruang publik terkait. Barli Art Center mempunyai lokasi yang cukup strategis dan mudah dijangkau bagi masyarakat. Bangunan fasilitas tersebut merupakan kesatuan integral yang terdiri dari berbagai fasilitas yang setiap fungsinya harus mampu merealisasikan tujuan awal fasilitas ini dibuat. Dalam kaitannya dengan perancangan interior, program fasilitas yang dibutuhkan akan cukup kompleks mengingat display pada karya seni membutuhkan perhatian khusus terutama dalam hal pencahayaan dan penghawaan

c. Faktor eksternal

Penyediaan Barli Art Center yang integral bagi masyarakat tidak hanya akan memberikan fasilitas edukasi dan informasi yang baik tetapi juga menjadi sarana untuk memfasilitasi kreatifitas, bersosialisasi dan berkomunikasi yang efektif bagi masyarakat umum. Faktor eksternal berkaitan dengan posisi fasilitas ini terhadap komunitas-komunitas seni lainnya di Indonesia. Barli Art Center harus memperjelas tujuan strategis dan mampu menempatkan diri secara efektif diantara fasilitas art center tersebut

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah diatas maka dapat diajukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana membuat system pencahayaan dan penghawaan yang maksimal untuk menghindari kelembaban pada ruang pamer agar lukisan dapat terpelihara dengan baik?

2. Bagaimana menentukan kebutuhan ruang berdasarkan aktifitas agar dapat mewadahi aktifitas pengelola maupun pengunjung dalam kegiatan berkeseninan?

(4)

4

1.4. Batasan Perancangan

Adapun batasan-batasan masalah yang dapat menyelesaikan masalah yang terdapat pada perancangan ini adalah, sebagai berikut:

1. Perancangan interior Barli Art Center menitik beratkan pada penataan display terutama pada system pencahayaan dan penghawaan.

2. Perancangan interior Barli Art Cebter berlokasi di Jl. Parahyangan km 1,2 Kota Baru Parahyangan Padalarang Jawa Barat.

3. Dalam perancangan interior Barli Art Center ini dibatasi dalam ruang lingkup kegiatan pengelola dan pengunjung. Khususnya pada desain interior Barli Art Center. Adapun perencanaan dan perancangan interior Barli Art Center mencakup ruang lingkup fasilitas interior yang terdiri dari :

- Unit Penerimaan : Lobby - Unit Utama :

a. Galeri

b. Ruang Lukis Anak c. Ruang Lukis Dewasa d. Workshop Patung e. Workshop Batik f. Workshop Musik g. Workshop Kriya h. Sanggar Tari i. Auditorium - Unit Pengelola : a. Ruang Pimpinan b. Ruang Administrasi c. Ruang Marketing d. Ruang Pengajar - Unit Pendukung : a. Library b. Café c. Amphitheatre

(5)

5 Dalam perancangan desain interior Barli Art Center dibatasi dengan pemakain luasan lahan kurang lebih 5000 m²

1.5. Tujuan Perancangan

1. Membuat sistem pencahayaan dan penghawaan yang maksimal untuk menghindari kelembaban pada ruang pamer agar lukisan dapat terpelihara dengan baik.

2. Menentukan kebutuhan ruang berdasarkan aktifitas agar dapat mewadahi aktifitas pengelola maupun pengunjung dalam kegiatan berkeseninan.

1.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan literature, jurnal, paper dan bacaan – bacaan yang ada kaitannya dengan perancangan Art Center

2. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelitin dan peninjauan langsung ke Museum Barli : Jl. Prof. Ir. Sutami 91 Sukarasa Sukasari Bandung Jawa Barat dan Balai Seni Barli

3. Wawancara

Melakukan wawancara langsung dengan pihak pengelola Bale Seni Barli juga dengan pihak-pihak terkait

4. Programming

Penyusunan data-data yang telah disurvey kemudian disesuaikan dengan standart kenyamanan Interior Art Center

5. Konsep desain

(6)

6

1.7. Kerangka Berfikir

Diagram 1.1 : Kerangka Berfikir Sumber : Analisa Penulis 2015

ANALISIS DATA PENGUMPULAN DATA PERMASALAHAN METODE PENGUMPULAN DATA LATAR BELAKANG

Perancangan Interior Barli Art Center Sebagai Fasilitas Kreatifitas dan Apresiasi

PEMILIHAN TOPIK DATA PRIMER - Observasi - Wawancara - Dokumentasi DATA SEKUNDER - Buku - Jurnal - Internet PENGEMBANGAN DESAIN PENGUMPULAN DATA KEBUTUHAN RUANG - Pengelola - Pengunjung - Sirkulasi - Organisasi Ruang - Zooning & Layout - Furniture PEMBENTUK RUANG - Lantai - Dinding - Plafond UTILITAS - Pencahayaan - Penghawaan - Akustik - Keamanan KONSEP DESAIN PENGUMPULAN DATA KARAKTER RUANG - Tema - Gaya - Warna / Material - Suasana SINTESA PENGUMPULAN DATA FINAL DESIGN PENGUMPULAN DATA FEEDBACK

(7)

7

1.8. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan isi dari laporan ini diuraikan sebagai berikut :

BAB I, yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, Rumusan Masalah, Batasan Perancangan, tujuan perancangan, , metode pengumpulan data, kerangka verfikir dan sistematika penulisan.

BAB II, yaitu landasan teori, memaparkan studi literatur yang dipakai sebagai acuan dalam proses mendesain. Selain itu dibahas juga mengenai standar-standar yang perlu diterapkan dalam objek bangunan yang didesain, dalam hal ini adalah bangunan Art Center

BAB III, yaitu deskripsi obyek studi, penulis memaparkan ide dan konsep perancangan pada obyek studi, studi image, analisis tapak, analisa kebutuhan ruang, programming, kedekatan ruang, besaran ruang, serta zoning dan blocking.

BAB IV, yaitu konsep perancangan meliputi konsep organisasi ruang, konsep warna, konsep material, konsep penghawaan, konsep pencahayaan, dan konsep utilitas. BAB V, yaitu kesimpulan dan saran, penulis memaparkan penerapan konsep pada rancangan yang sudah dibuat.

Gambar

Diagram 1.1 : Kerangka Berfikir   Sumber : Analisa Penulis 2015

Referensi

Dokumen terkait

Harsono (2013) mengemukakan bahwa pada masa tersebut, seniman muda dan mahasiswa melakukan pemberontakan terhadap seni rupa modern, karena sejarah seni rupa

Perubahan yang terjadi dalam unsur visual kostum merupakan ekspresi sikap seniman dan penari topeng terhadap perkembangan zaman serta respon dari sikap masyarakat pendukungnya,

Perancangan hotel kapsul bertujuan untuk menciptakan sebuah tempat tinggal sementara yang tidak hanya memberi kenyaman pada penggunanya, tetapi juga memberi contoh

Tempat ini terletak di dalam mall PVJ bandung, Banyaknya pengunjung yang datang ke Mall tersebut dapat memberi peluang untuk Cat’s And Ice Cream, tetapi kurangnya

Jadi yang disebut dengan distorsi pada seni lukis adalah perubahan bentuk suatu karya yang diubah oleh seorang seniman yang dibuat dan digambarkan dengan cara dilebih-lebihkan

Media scrapbookmerupakan kegiatan seni tempel menempel menggunakan hiasan di atas kertas kemudian menghiasnya dengan karya yang kreatif dan menarik Murjainah

Hal inilah yang membuat ketertarikan penulis untuk mengkaji apakah boneka karya Milli Art sudah sesuai dengan prinsip seni rupa berupa visualisasi dan prinsip souvenir

Selanjutnya, pada perancangan Tattoo Center ini akan ditambahkan sebuah area edukasi berupa museum, di mana pengunjung yang datang dapat pula menerima edukasi mengenai apa itu